You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi

merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang

bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan

satu dengan yang lain. Studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab

suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang

membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti ilmu faal, biokimia,

patologi, mikrobiologi dan genetika. Hasil yang diperoleh dari studi

epidemiologi dapat digunakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit,

melakukan pencegahan, atau meramalkan hasil pengobatan.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terletak pada cara

penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan

kasus demi kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok

individu.. Oleh karena itu, pada epidemiologi, selain membutuhkan ilmu

kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain seperti demografi, sosiologi,

antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya, dan statistika.

Saat ini telah terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke

penyakit non-infeksi, walaupun tidak berarti bahwa penyakit menular sudah

tidak ada lagi. Karena itu pengetahuan tentang penyakit menular masih

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan terutama di Negara


berkembang seperti Indonesia. Selain itu, konsep studi epidemiologi untuk

penyakit menular dapat digunakan untuk penyakit non-infeksi dan non-

penyakit.

Penyakit tidak menular diantaranya adalah Diabetes Melitus (kencing

manis), gastritis, hiperthyroid, asam urat, dan sebagainya. Makalah ini

membahas khusus tentang asam urat atau yang biasa dikenal dengan sebutan

gout, dimana penyakit ini sering dialami banyak orang bahkan orang yang

masih tergolong muda.

B. Tujuan

Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mampu memahami

pengertian penyakit asam urat (gout), mengetahui penyebab, gejala, perjalanan

penyakit, epidemiologi dan bagaimana penanggulangan serta pencegahannya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asam Urat (Gout)

Gout merupakan penyakit metabolik yang sudah dikenal oleh hipokrates

pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit

kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan, anggur dan

seks. Sejak saat itu banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah

dikemukakan. Namun kini banyak yang telah diketahui mengenai penyakit

gout, dan tingkat keberhasilan pengobatannya juga tinggi.

Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan

metabolik, yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat

(hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer

merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau

akibat penurunan eksresi asam urat. 99 persen penyebabnya belum diketahui

(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor

hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan

karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Gout sekunder

disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau eksresi asam

urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat

tertentu. gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi

asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin

yang tinggi.
Masalah yang akan timbul jika terbentuk Kristal-kristal dari monosodium

urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal

berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika

berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan gout.

Jika tidak diobati, endapan Kristal akan menyebabkan kerusakan sendi yang

hebat pada sendi dan jaringan lunak.

Jadi, asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin.

Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Yang

termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA

dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil buangannya berupa Asam

urat.

Purin termasuk komponen non-esensial bagi tubuh, artinya purin dapat

diproduksi oleh tubuh sendiri. Apabila kita mengkonsumsi makanan yang

mengandung purin, maka purin tersebut akan langsung dikatabolisme oleh

usus. Urat (bentuk ion dari asam urat), hanya dihasilkan oleh jaringan tubuh

yang mengandung xantin oxidase, yaitu terutama di hati dan usus. Produksi

urat bervariasi tergantung konsumsi makanan mengandung purin, kecepatan

pembentukan, biosintesis dan penghancuran purin di tubuh. Normalnya, 2/3

-3/4 urat di ekskresi oleh ginjal melalui urin. Sisanya melalui saluran cerna.

Berarti semakin banyak makanan yang mengandung tinggi purin di konsumsi

makan makin tinggi kadar asam urat yang diserap.


Proses metabolisme purin

Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75. Urat cenderung

berada di cairan plasma ekstraselular dan cairan synovial (cairan sendi). Sekitar

98% urat membentuk monosodium urat pada pH 7.4. Monosodium urat mudah

disaring dari plasma.

Plasma terlarut monosodium urat pada konsentrasi 6,8 mg/dl pada 37oC.

Pada kadar asam urat yang lebih tinggi, plasma menjadi jenuh dan potensial

mengendap membentuk kristal urat. Akan tetapi, kadang-kadang pengendapan

ini tidak terjadi meskipun kadar asam urat tinggi, hal ini kemungkinan karena

adanya suatu zat pelarut dalam plasma.

Asam urat lebih larut di urin daripada di air biasa, ini karena adanya urea,

protein dan mukopolisakarida di urin. pH urin sangat berpengaruh pada

kelarutannya. Pada pH 5.0, urine mampu melarutkan asam urat dengan kadar

antara 6-15 mg/dl. Pada pH 7.0, kelarutannya meningkat, bisa melarutkan asam

urat antara 158 sampai 200 mg/dl. Bentuk ionisasi urat di urin dapat berupa

mono- dan disodium, kalium, ammonium, dan calcium urat.

Kadar urat di darah tergantung usia dan jenis kelamin. Umunya, anak-anak

memiliki kadar asam urat antara 3,0-4,0 mg/dl. Kadar ini akan meningkat

dengan bertambahnya usia dan menurun saat menopause. Rata-rata kadar asam

urat pada laki-laki dewasa dan wanita premenopause sekitar 6.8 dan 6,0 mg/dl.

Kadar asam urat pada orang dewasa cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia, berat badan, tekanan darah, konsumsi alkohol dan

gangguan fungsi ginjal.


Gambaran Klinis

Artritis gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang timbul

berulang-ulang. Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut

biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala

pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi

yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang

dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi

pangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada

sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

Serangan yang terjadi mendadak maksudnya tiba-tiba. Karena itu bisa saja

terjadi, siang hari sampai menjelang tidur tidak ada keluhan, tetapi pada tengah

malam penderita mendadak terbangun karena rasa sakit yang amat sangat.

Kalau serangan ini datang, penderita akan merasakan sangat kesakitan walau

tubuhnya hanya terkena selimut atau bahkan hembusan angin. Gejala lain yang

mungkin terjadi adalah berupa demam, ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah

berwarna merah atau gusi berdarah, diare atau muntah, bengkak pada kaki atau

peningkatan berat badan yang tiba-tiba.

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap

pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan

mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang

tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka

sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak

menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.


Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita

terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya

dan sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh

menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau

diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.

Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal.

Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu.

Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya

satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun.

Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia

pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali

dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah

melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita

akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas.

Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak

antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat

dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang

terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini

terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada

tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang

yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan

mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki

bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat

menggunakan sepatu lagi.

B. Patofisiologi
C. Epidemiologi

Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat setelah

pubertas. Gout jarang ditemukan pada wanita. Sekitar 95% penderita gout

adalah pria. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause

karena estrogen meningkatkan eksresi asam urat melalui ginjal.

Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat

adalah pola makan, kegemukan, keturunan dan suku bangsa.


Di dunia, suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada orang Maori

di Australia. Prevalensi orang Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali,

sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang

paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan

ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol menyebabkan pembuangan asam urat

lewat urine ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam

darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan asam urat.

Di Indonesia, penyakit artritis gout pertama kali diteliti oleh seorang

dokter Belanda, dr. van den Horst, pada 1935. Saat itu, ia menemukan 15 kasus

gout berat pada masyarakat kurang mampu di Jawa. Hasil penelitian tahun

1988 oleh dr. John Darmawan di Bandung, Jawa Tengah, menunjukkan, di

antara 4.683 orang berusia 15 - 45 tahun yang diteliti, 0,8% menderita asam

urat tinggi (1,7% pria dan 0,05% wanita di antara mereka sudah sampai pada

tahap gout).

Awal tahun '90-an, Prof. Dr. E. Tehupedori pernah meneliti kemungkinan

adanya perbedaan kadar asam urat pada etnik tertentu di Ujungpandang.

Ternyata tidak! Namun ditemukan, 50% penderita di kota itu datang berobat

setelah 6,5 tahun menderita gout, bahkan 7 - 9 tahun kemudian saat

keadaannya sudah lebih parah (menderita gout tophikronik).

Terungkap pula, di Indonesia artritis gout diderita pada usia lebih awal

dibandingkan dengan di negara Barat. Di Indonesia 32% serangan gout terjadi

pada pria usia di bawah 34 tahun. Sementara di luar negeri rata-rata diderita

oleh kaum pria di atas usia tersebut.


Pada mereka yang setiap hari menenggak alkohol tradisional (tuak atau

tape), faktor risiko gout menjadi 50%. Pada mereka yang minum alkohol lebih

dari seminggu sekali faktor risikonya 40%. Demikian pula mereka yang

kebiasaan sehari-hari makan makanan laut (udang, kepiting, tiram, remis),

jeroan, kaldu kental (soto), daging anjing, kelelawar, dan kambing.

Keluarga yang mempunyai riwayat positif penyakit gout, 60% anggota

keluarganya terkena serangan gout, dan hampir 47,4% di antaranya kaum pria.

Pria gemuk punya kecenderungan lebih tinggi ketimbang yang kurus. Pada

orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya sedikit.

Maka untuk keamanan, orang biasanya dianjurkan menurunkan berat badan.

Sebaliknya, gout lebih sedikit diderita pada anak-anak atau wanita di bawah

usia menopause.

Gout sering kali disertai penyakit tekanan darah tinggi (22%) dan batu

ginjal (13%). Ada kalanya, gout juga menjadi pemicu penyakit jantung koroner

dan diabetes mellitus atau kencing manis. Sekitar 86% gangguan ginjal

ditemukan pada penderita artritis gout di Minahasa. Namun, belum jelas

apakah gangguan ginjal menyebabkan kadar asam urat meninggi atau

sebaliknya. Perlu pula diteliti apakah tekanan darah tinggi yang sulit turun juga

ada hubungannya dengan faktor gangguan ginjal. Jadi, faktor risiko

pemunculan artritis gout bisa karena sejarah keluarga, pola makan,

kegemukan,serta gangguan ginjal.

Kalau dulu penyakit artritis gout dikatakan hanya diderita kaum pria

golongan menengah ke atas, penelitian terakhir menunjukkan, penyakit itu


tidak mengenal kelas. Sekali terjerat penyakit ini, seseorang harus

memperhatikannya seumur hidup. Dengan mempelajari riwayat penyakit

keluarga, mengatur pola makan, rajin mengontrol serta mengobati secara

teratur, artritis gout akan mengalami masa remisi. Artinya, bila asam urat tetap

dipertahankan pada kadar normal, serangan gout diharapkan tidak akan

berulang kembali.

Asupan yang masuk ke tubuh juga mempengaruhi kadar asam urat dalam

darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi

asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang,

cumi, kerang, kepiting, ikan teri.

D. Pencegahan dan Penanggulangan

Penatalaksanaan artritis gout:

 Meredakan radang sendi (dengan obat-obatan dan istirahat sendi yang

terkena).

 Pengaturan asam urat tubuh (dengan pengaturan diet dan obat-obatan).

Tujuan utama pengobatan artritis gout adalah:

 Mengobati serangan akut secara baik dan benar

 Mencegah serangan ulangan artritis gout akut

 Mencegah kelainan sendi yang berat akibat penimbunan kristal urat

 Mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat peningkatan asam urat pada

jantung, ginjal dan pembuluh darah.

 Mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.


Makin cepat seseorang mendapat pengobatan sejak serangan akut, makin

cepat pula penyembuhannya. Pengobatan dapat diberikan obat anti inflamasi

nonsteroid (antirematik) dan obat penurun kadar asam urat (obat yang

mempercepat/meningkatkan pengeluaran asam urat lewat kemih

(probenecid) atau obat yang menurunkan produksi asam urat (allopurinol).

Pengaturan diet

Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin.

Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna

bagi tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol

penting bagi prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf,

hormon steroid, garam-garaman empendu dan membran sel.Orang yang

kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang

telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap hal-hal

yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin

dan memilih yang rendah purin. Makanan yang sebaiknya dihindari adalah

makanan yang banyak mengandung purin tinggi.

Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

 Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100

gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi

(tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.

 Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100

gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi,

kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus,

buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.

 Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100

gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.

Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7

mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan

membatasi diri untuk mengonsumsi bahan makanan golongan B. Juga

membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum

air putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala

peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat

untuk penanganan lebih lanjut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan

metabolik, yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat

(hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer


merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau

akibat penurunan eksresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena

pembentukan asam urat yang berlebihan atau eksresi asam urat yang berkurang

akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu.

Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat

adalah pola makan, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang

tinggi, kegemukan, keturunan dan suku bangsa.

Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut biasanya

bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala

pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi

yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang

dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi

pangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada

sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

Tujuan utama pengobatan artritis gout adalah mengobati serangan akut

secara baik dan benar, mencegah serangan ulangan artritis gout akut, mencegah

kelainan sendi yang berat akibat penimbunan kristal urat, mencegah komplikasi

yang dapat terjadi akibat peningkatan asam urat pada jantung, ginjal dan

pembuluh darah, serta mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.

B. Saran

Gangguan asam urat termasuk penyakit akibat gangguan metabolisme. Ini

berarti bahwa sebenarnya masyarakat dapat berusaha mengontrol kesehatannya


sendiri sebelum terjadi serangan yang lebih berbahaya. Dari faktor-faktor

penyebab gangguan asam urat, perawatan sendiri merupakan usaha yang paling

mudah dilakukan. Diantaranya adalah membatasi makanan yang mengandung

tinggi purin, misalnya jeroan, sea food: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan

teri. Selain itu roti manis, margarine, kue-kue kering yang mengandung lemak

hewan, roti empuk yang dihasilkan dari penguraian terigu berprotein tinggi

dengan ragi sebagai bahan pengembangnya dapat membentuk lebih banyak

senyawa purin.

Untuk meringankan rasa nyeri dan radang ketika terjadi serangan asam

urat dapat dengan kompres air dingin yang dilakukan berulang kali.

Kemudian upaya pecegahan lainnya yaitu olahraga yang teratur. Hal ini

dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat berguna

untuk memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.

Selain itu olahraga member efek menghangatkan tubuh, sehingga mencegah

pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang

mendapat pasoka daarah. Juga mengurangi berat badan yang membebani sendi.

Mengendalikan stres juga perlu dilakukan untuk pencegahan penyakit ini.

Karena efek samping stres yang paling umum terasa adalah otot kaku dan

napas pendek. Otot kaku itulah yang menyebabkan kondisi sendi yang sudah

tidak baik makin parah sehingga mudah terjadi radang sendi akibat gangguan

asam urat. Mengontrol stres dapat dilakukan dengan cara mengatur pernapasan,

menenangkan diri dengan berpikir positif, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Eko Budiarto & Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Price. Sylvia A & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Vitahealth. 2005. Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.


Wachjudi, Rachmat Gunadi DKK. 2006. Diagnosis & Terapi Penyakit

Reumatik. Sagung Seto : Jakarta.

Wibowo, dr. Suryo. Diambil dari Http//.www.google.com tanggal 9 Oktober 2009

You might also like