Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar terjadinya perpecahan, bahkan
pertumpahan darah antara sesama saudara atau kerabat dalam masalah memperebutkan
harta waris. Sehubungan dengan hal itu, jauh sebelumnya Allah telah mempersiapkan dan
menciptakan tentang aturan-aturan membagi harta waris secara adil dan baik. Hamba
Allah diwajibkan melaksanakan hukum-Nya dalam dalam semua aspek kehidupan. Barang
siapa membagi harta waris tidak sesuai dengan hukum Allah akan menempatkan mereka
di neraka selama-lamanya
Firman Allah swt.Artinya :
” Dan barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-
Nya, niscaya Allah memasukkan ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya
dan baginya siksa yang menghinakan ” (Q.S. An Nisa: 14)
A. Ketentuan Mawaris
Mawaris ialah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara pembagian
harta waris. Mawaris disebut juga faraidh karena mempelajari bagian-bagian penerimaan
yang sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta waris melebihi
ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya ialah fardhu kifayah.
Ahli Waris ialah orang yang berhak menerima warisan, ditinjau jenisnya dapat
dibagi dua, yaitu zawil furud dan ashobah.
Ahli ada dua jenis lelaki dan perempuan .
a. Ahli Waris lelaki terdiri dari.
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki.
3. Ayah
4. Kakek sampai keatas garis ayah
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah.
9. Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah.
10. Paman kandung
11. Paman seayah
12. Anak paman kandung sampai kebawah.
13. Anak paman seayah sampai kebawah.
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan
b. Ahli Waris wanita terdiri dari
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki.
3. Ibu
4. Nenek sampai keatas dari garis ibu
5. Nenek sampai keatas dari garis ayah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Yang Saudara perempuan seibu.
9. Isteri
10. Wanita yang memerdekakan
Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu : Ashhabul furudh dan
Ashobah.
1. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari
Yang dapat bagian ½ harta.
a. Anak perempuan kalau sendiri
b. Cucu perempuan kalau sendiri
c. Saudara perempuan kandung kalau sendiri
d. Saudara perempuan seayah kalau sendiri
e. Suami
Yang mendapat bagian ¼ harta
a.Suami dengan anak atau cucu
b.Isteri atau beberapa kalau tidak ada
anak atau cucu
Yang mendapat 1/8
Isteri atau beberapa isteri dengan anak
atau cucu.
Yang mendapat 2/3
a.dua anak perempuan atau lebih
b.dua cucu perempuan atau lebih
c.dua saudara perempuan kandung atau lebih
3
Dalam Undang undang no 7 Tahun 1989, hukum waris itu dicamtumkan secara
sistematis dalam 5 bab yang tersebar atas 37 fasal dengan perincian sebagai berikut:
Bab. I terdiri atas 1 pasal , ketentuan umum.
Bab. II terdiri atas 5 pasal, berisi tentang ahli waris
Bab. III. Terdiri atas 16 pasal, berisi tentang besarnya bagian ahli waris
Bab. IV terdiri atas 2 pasal, berisi tentang aul dan rad.
Bab. V terdiri atas 13 pasal, berisi masalah wasiat
Demikianlah selayang pandang tentang Undang-Undang no 7 tahun 1989,
Prinsipnya sama dengan hukum yang bersumber dengan Al-Qur’an dan Hadits.
F. Cara menghitung dan membagikan warisan.
1. soal
A.meninggal dunia harta waris Rp 66.000.000.00. Ahli waris terdiri dari kakek,bapak,
dan 2anak laki-laki. Berapa bagian masing-masing?
Jawab.
Bapak dapat bagian 1/6 Rp 66.000.000.00 = Rp 11.000.000.00
2 anak laki-laki adalah asobah Rp 66.000.000.00- Rp 11.000.000.00= Rp 55.000.000.00
seorang anak laki-laki adalah Rp 55.000.000.00 = Rp 27.500.000.00
2
Kakek terhalang oleh ayah
6
11. Nenek, 1/6 untuk seorang atau lebih jika sederajat, terhalang jika ada ibu.
1. 2. Furudh Muqoddaroh
Didalam Al-Qur’an, kata furudh muqoddarah yaitu pembagian ahli waris yang telah
ditentukan jumlahnya, merujuk pada 6 jenis pembagian, yaitu:
1. Ahli waris yang mendapatkan bagian setengah adalah,
1. Anak perempuan tungal
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. - Saudara perempuan kandung
- Saudara perempuan seayah tunggal bila saudara perempuan sekandung tidak ada.
1. Suami. Ia mendapat seperdua apabila iseri yang meninggal itu tidak mempuanya I
anak atau cucu dari anak laki-laki.
Ahli waris yang mendapat satu perempat
1. Suami, bila isteri yang meninggal dunia tidak mempunyai anak (laki-laki/
Perempuan) atau cucu dari anak laki-laki.
2. Isteri jika suami tidak mempunyai anak
Ahli waris yang mendapat bagian seperlapan
1. Isteri, ketika suami mempumyai anak atau jika tidak ada anak tetapi
mempunyai cucu.
Ahli waris yang mendapat bagian dua pertiga
1. Dua orang anak perempuan atau lebih jika tidak ada anak laki-laki
2. Dua orang cucu perempuan atau lebih darui anak laki-laki jika tidak ada anak
perempuan.
3. Dua orang saudara kandung atau lebih
4. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih
Ahli waris yang mendapat bagian sepertiga
1. Ibu, jika anaknya tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki atau ia
tidak mempunyai saudara sekandung, seayah atau seibu.
2. Dua orang saudara atau lebih (laki-laki/ perempuan) seibu.
Ahli waris yang mendapat bagian seperenam
1. Ibu, jika yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki atau
saudara sekandung, seayah atau seibu.
2. Bapak, bila yang meninggal itu terdapat anak atau cucu dari anak laki-laki.
3. Nenek, jika tidak ada ibu.
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki seorang atau lebih, jika yang meninggal
mempunyai anak perempuan tunggal.
5. Kakek, jika mempunyai anak atau cucu.
6. Seorang saudara seibu
7. Saudara perempuan seayah, jika yang meninggal mempunyai saudara
perempuan sekandung.
3. Ashobah
1. Pengertian
Ashobah adalah laki-laki dari kerabat si mayait, dimana dalam nisbatnya ke si mayait,
tidak ada perempuan. Menurut al-Jauhari dalam bukunya, ash-shabhah, disebutkan bahwa
ashobahnya laki-laki adalah bapaknya, anaknya, dan kerabatnya sebapak. Dinamakan
ashobah karena mereka mengelilinginya. Dalam istilah ulama fiqih ashobah berarti ahli
waris yang tidak mempunyai baagian tertentu, baik besar maupun kecil, yang telah
disepakati oleh para ulaama (seperti ash-habul furudh) atau yang belum disepakati oleh
mereka (seperti dzawi al-arham).
8
Didalam kitab ar-Rahbiyyah, ashobah adalah setiap orang yang mendaapatkan semua
harta waris, yang terdiri dari kerabat daan orang yang memerdekakan budak, atau yang
mendapatkan sisa setelah pembagian bagian tetap.[3]
2. Pembagian Ashobah
Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan ashobah, yaitu:
1) Ashobah binafsihi ialah tiap-tiap kerabat yang leleki yang tidak diselangi seorang
wanita.[4] Jumlah mereka adalah: Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan
generasi dibawahnya, bapak dan kakek serta generasi diatasnya, saudara kandung, saudara
sebapak, anak laki-laki saudara kandung, anak laki-laki saudara sebapak dan generasi
dibawahnya, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki paman kandung, anak laki-laki
paman sebapak.
2) Ashobah bighairihi ialah tiap waniya yang mempunyai furudh tapi dalam mawarits
menerima ushubah memerlukan orang lain dan dia bersekutu dengannya untuk menerima
ushubah itu.[5] Mereka adalah:
1. Satu anak perempuan atau lebih, yang ada bersama anak laki-laki,
2. Satu cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, yang ada bersama cucu laki-laki
dari anak laki-laki.
3. Satu orang perempuan kandung atau lebih yang ada bersama saudara kandung
4. Satu orang saudara perempuan sebapak atau lebih yang ada bersama saudara laki-laki
sebapak.
3) Ashobah ma’a ghairi ialah tiap wanita yang memerlukan orang lain dalam menerima
ushubuah. Sedangkan orang lain itu tidak bersekutu menerima ushubah tersebut.[6] mereka
adalah:
1. Seorang saudara perempuan kadung atau lebih, yang ada bersama anak
perempuanatau cucu perempuan dari anak laki-laki.
2. Seorang saudara perempuan sebapak atau lebih, yang ada bersama anak perempuan
atau cucu perempuan dari anak laki-laki.
BAB III
PENUTUP
Furudlu menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan
jumlahnya untuk warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’.
Ahli waris diantaranya ialah Suami, Istri, Anak perempuan, Anak perempuan dari
anak laki-laki,Ibu, Saudara perempuan kandung, Saudara perempuan seayah, Saudara
perempuan atau laki-laki seibu, Kakek, Nenek,
Furudh Muqoddaroh
Didalam Al-Qur’an, kata furudh muqoddarah yaitu pembagian ahli waris yang telah
ditentukan jumlahnya, merujuk pada 6 jenis pembagian, yaitu: bagian setengah, satu
perempat, bagian seperlapan, bagian dua pertiga, bagian sepertiga, bagian seperenam
Ashobah
Ashobah adalah setiap orang yang mendapatkan semua harta waris, yang terdiri dari
kerabat dan orang yang memerdekakan budak atau yang mendapatkan sisa setelah pembagian
bagian tetap.
Pembagian Ashobah
Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan ashobah, yaitu:
- Ashobah binafsihi ialah tiap-tiap kerabat yang leleki yang tidak diselangi seorang
wanita.
9
- Ashobah bighairihi ialah tiap waniya yang mempunyai furudh tapi dalam
mawarits menerima ushubah memerlukan orang lain dan dia bersekutu
dengannya untuk menerima ushubah itu.
- Ashobah ma’a ghairi ialah tiap wanita yang memerlukan orang lain dalam
menerima ushubah.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Al-Yasa. 1998. Ahli Waris Sepertalian Darah: Kajian Perbandingan terhadap
Penalaran Hazairin dan Penalaran Fiqh Mazhab. Jakarta: INIS.
Ash-Siddiqy, Hasbi. 1967. Fiqhul Mawaris Hukum Warisan dalam Syari’at Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
_________. 1973. Fiqhul Mawaris (Hukum-hukum Warisan dalam Syari’at Islam). Jakarta:
Bulan Bintang.
Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhaar Mesir. 2001. Hukum Waris . Jakarta:
Senayan Abadi Publishing.
Kuzari, Achmaad. 1996. Sistem Ashobah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta
Tinggalan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[1] Prof. T.M. Hasbi Ash-Shidieqy. Fiqih Mawaris (Hukum-hukum Warisan dalam Syari’at
Islam). Hlm. 74.
[2] Alyasa Abu Bakar. Ahliwaris Sepertalian Darah. Hal140-
[4] Hasbi Ash-Siddieqy. Fighul Mawarits. Bulan bintang . Jakarta: 1973. Hal: 167