You are on page 1of 7

Subkutan (hypodermal)

Ijieksi di bawah kulit dapat di lakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik
dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah di lakukan
sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.

Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vascular di sekitar bagian
luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha.
Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain
meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah vetral atas atau gluteus dorsal. Tempat yang
dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar
dibawahnya.

Obat yang diberikan memalui rute SC hanya dosis yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml) jaringan SC
sensistif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam
jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan
nyeri di bawah kulit.

Intrakutan (di dalam kulit)

Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal
disuntikan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbasi lambat.

Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat melihat
perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relative tidak berbulu.
Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.

c) Intramuskuler (i.m)

Rute IM memungkinkan absorbasi obat yang lebih cepat daripada rute CS karena pembuluh darah
lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna
memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja otot, seringkali digunakan larutan
atau suspensi dalam minyak, umpamanya sispensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi
umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.

Tempat ijeksi yang baik untuk IM adalah otot vastus lateralis otot ventrogluteal, otot dorsogluteus,
otot deltoid

d) Intravena (i.v)

Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu
peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jarngan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya
singkat. Cara ini di gunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek
yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan
reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukan ke dalam sirkulasi, misalnya
tekanan darah

mendadak turun dan timbulkan shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat,
sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi iv
sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

e) Intra arteri

Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu organ, misalnya hati,
dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker
nitrogenmustard.

f) Intralumbal (antara ruas tulangbelakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut),
intrapleural, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainyya untuk
memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.

I.

LATAR BELAKANG

Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utaman terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah
klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.walaupun obat menguntungkan
klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.

Seorang perawat memiliki tanggu jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang di
timbulkan,memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

Adapun rute pemberian obat di bedakan atas beberapa rute antara lain secara iral, parenteral,
pemberian topical, inhalasi dan intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan
obat dan efek yang di inginkan juga kondisi fisik dan mental klien.

Maka dari itu pada makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat yang rute parenteral,
memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.

II.

TUJUAN

Tujuan yang ingin di capai dari makalah ini adalah untuk memahami teknik
pemberian obat secara injeksi.

III.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Injeksi

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus di larutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan de
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender.

Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan

menggunakan teknik steril.

Tujuan Injeksi

Pada umumnya injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses

penyerapan (absorbasi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

C. Indikasi

Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga
klientidak mampu menelan atau mempertaankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan dengan pemberian obat secara injeksi.

Selain itu indikasi pemberian obat secara onjeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat yang
merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus, pemberian
injeksi bias juga dilakukan untuk anastesi local.

D. Peralatan

Alat yang di gunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spiut dan jarum yang
tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan
tertentu perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dan jarum mana yang paling
efektif. a. Spuit

Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat
berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga
spuit. Spuit, secara umum diklarifikasikan sebagai luer – lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini
didasarkan pada desain ujung spuit.

Adapun tipe-tipe spuit yaitu

a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh

b) Spuit tuberculin yang di tandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis


kurang dari 1 ml
c) Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang di tandai dengan unit (50)

Spuit terdiri dari berbagai ukuran dari 0,5 samapai 60 ml. tidak lazim meenggunakan spuit berukuran
lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa
yang tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.

Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum
tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit
dan pegangan pengisap. Untuk memepertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak
steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap atau jarum.

b. JarumSupaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum

dibungkus secara individual. Beberapa jarum tidak di pasang pada spuit ukuran standar. Kebanyakan
jarum terbuat dari stainless steel dan hanya di gunakan satu kali.

Jarum memiliki tiga bagian : hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit, batang jarum
(shafit), yang terhubung dengan bagian pusat, dan bevel yakni bagian ujung yang miring.

Setiapum memiliki tiga karakteristik utama; kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran
atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa tidak
nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih
panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi
obat.semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum
tergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

E. Proses Injeksi

Memberikan injeksi merupakan prosdur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teksik
steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara
perenteral melalui rute SC, IM, ID dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang
tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara
perenteral dapat berkembang dengan cepat, tergantung absorbasi obat. Perawat mengobservasi
respons klien dengan ketat.

Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan
mempengarui absorbasi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat
haeus mengetahui volume obat yang diberikan, karakteristik dan viskositas obat, dan lokasi struktur
anatomi tubuh yang berasal di bawah tempat injeksi.

Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam
memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal
mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebuah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injeksi
ke dalam arteri atau vena.
Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menumbulkan nyeri
hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.Banyak klien, khususnya anak-anak takut
terhadap injeksi. Klien yang

menderita penyakit serius atau kronik seringkali dibri banyak injeksi setiap hari.

Peraway dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara

a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta

ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.

b) Beri klien posisi yang nyaman untuk menurangi ketegangan otot.

c) Pilih tempat injeksi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis

tubuh.

d) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia local

sebelum jarum diinsersi.

e) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-

cakap

f) Injeksi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik

jaringan

g) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan.

h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik kecuali

dikontraindikasikan

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan injeksi

Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka

kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :

a.

Jnis spuitdan jarum yang digunakan

b.

Jenis dandosis obat yang diinjeksikan

c.

Tempat injeksi
d.

Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi

e.

Kondisi/Penyakit Klien

H. Cara mencegah infeksi selama injeksi

Salah satu efek yang bias di timbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan
infeksi.Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksidilakukan
yaitu :

a)

Untuk mencegah kontaminasi larutan,isap

obat dari ampul dengan cepat,jangan iarkanampuldalam keadaan terbuka

b)

Untuk mencegah kontaminasi jarum,cegah

jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis:sisi luar ampul atau

vial,permukaan luar tutup jarum,tangan jerawat,bagian atas wadah

obat,permukaan meja)

c)

Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger)atau bagian dalam
karet (barrel).jaga bagian ujung spuit tetap tertutup penetup atau jarum.

d)

Untuk menyiapkan kulit,cuci kulit yang kotor karena kotoran,drainase atau feses dengan sabun dan
air lalu keringkan.Lakukan gerakan menguasap dan melingkar ketika membersihkan luka
menggunakan swab antiseptic.Usap dari tengah dan bergerak keluardalam jarak dua inci

I. Kontra indikasi

Resiko infeksi danobat yang mahal.klien berulang kalidi suntik.Rute SC,IM,dan intradermal di hindari
pada klien yang cenderung mengalami pendarahan.Resiko kerusakan jaringan pada injeksi
SC.RuteIM dan IV karena absorbsinya cepat.Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar
pada klien,khususnya anak-anak.

J.

IV.

A. TUJUAN INJEKSI
B. INDIKASI

Dalam melakukan prasat injeksi pada klien yang di lakukan sesuai prosedur dan langkah- langkah
seperti yang di jelaskan.Perlu di perhatikan 7 T (tuju langkah dalam pemberian obat) khususnya pada
pemberian obat melalui injeksi .

7(tuju) langkah tersebut di antaranya :

a. Tepat pasien /klien

Dalampemberian obat melalui injeksi hal yang harus di perhatikan,memastika

dahulu apakah obat tersebut sesuai dengan klien.

b. Tepat obat

Obat yang di berikan harus sesuai dengan resep yang di berikan oleh dokter

sesuai dengan penyakit yang di derita klien.

c. Tepat dosis

Dalam dosis yang di berikan harus tepat/sesuai takaran yang telah di tentukan

oleh dokter

d. Tepat waktu

Dalam memberikan obat harus sesuai waktu yang telah di tentukan oleh dokter .

e. Tepat cara

Obat yang harus di beriakan klienitu melalui car apa harus di perhatikan dan di lihat sesuai dengan
petunjuk obat yang di berikan ,apakah lewat injeksi IV (intravena),IM (intramuscular),SC
(subcutan),IC (intracutan).

f. Tepat tidak kadaluarsa.

Sebelum melakukan injksi/pemberian obat kepada klien,harus di perhatikan

betul apakah obat tersebut aman atau sudah tidak bias di gunakan lagi (kadalursa)

g. Tepat pendokumentasian

Dalam pendokumentasian harus di tulis secara jelas apakah klien tersebut sebelumnya sudah di
berikan obat atau belum sehingga perawat jaga sesudah dan sebelum mengetahui dan tidak
terulangi lagi dalam pemberian obat.

You might also like