Professional Documents
Culture Documents
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya.
Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem
sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja
organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa
yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang
berbeda, misalkan dalam kata “cagar” dan “cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini
tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga
fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau
[provinsi] tetap sama saja.
Pada saat hendak kita mempelajari ilmu, pertanyaan yang pertama kali muncul
biasanya berkenaan dengan pergertian yang menjadi label ilmu yang bersangkutan.
Menurut Crytal (1980: 383- 385 ), kata kata adalah satuan ujaran yang
mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan
maupun bahasa tulisan.
Ditinjau dari Sudut Simantik, kata selalu memiliki arti atau makna, baik arti
leksikal maupun arti gramatikal. Arti leksikal yang dimaksudkan di sii adalah arti yang
terdapat dalam satuan bentuk bahasa yang lain dalam pemakaiannya, sedangakan yang
dimaksudkan dengan arti dramatikal adalah arti yang terdapat pada satuan bentuk
bahasa tersebut bergabung dengan bentuk bahasa yang lain.
Ditinjau dari sudut morfologi , kata selalu berada dalam bentuk morfem, baik
yang berupa morfem tunggal ( morfem bebas ) maupun yang berupa yang berupa
morfem (gabungan dari beberapa buah morfem).
Ditinjau dari sudut sintaksis, kata selalu merupakan satuan bentuk bahasa
yang terdiri sendiri dalam pemakaiannya, baik dalam pengucapan maupun dalam
penulisanya.
1. Kata dasar merupakan satuan bahasa yang bermakna yang berupa morfem
bebas dan berdiri sendri dalam pemakaiannya.
2. Kata jadian atau kata turunan merupakan satuan bentuk bahasa yang
bermakna yang berupa morfem kompleks dan berdiri sendiri kata dasar dalam
pemakaianny seperti kata berafiks, kata berulang, kata berpartikel, dan kata
berklitik.
3. Kata berafiks adalahs kata dasar yang telah dilekati oleh afiks atau imbuhan,
seperti prefikasi atau kata berawalan (bermain, penulis, ditendang melihat),
infikasi atau penyisipan (telunjuk, temali,gerigi) sufikasi atau pengkhiran
(makanan, hitamkan, turuni, rasanya), komfikasi atau gabungan (kebetulan,
perhentian, pedesaan).
4. Kata berulang merupakan kata yang mengalami pengulangan bentuk, baik
pengulangan seluruhnya maupun pengulangan dengan perubahan fonem atau
tidak dengan perubahan fonem kata berulang ini terdiri atas empat yaitu:
Kelima, yang disebut dengan klitika merupakan morfem yang agak sukar
ditentukan statusnya: apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk
singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan,
kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat
dipisahkan. Umpahmanya klitika –lah dalam bahasa indonesia posisinya dalam
kalimat Ayahlah yang akan datang. Yang dimaksud dengan proklitika adalah
klitika yang berposisi di muka kata yang di ikuti, sepertinku kau sedangkan
enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang di lekati, seperti-
lah,-nya dan –ku pada konstruksi dialah, duduknya dan nasibku.
PROSES MORFOLOGIS
Pada bagian terdahulu telah dibedakan antara morfem dengan kata morfem Adalah
satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi atas unsur-unsur pembentuka-
nya. Kata mempunyai pengertian sebagai satuan bahasa bebas yang paling kecil. Pada
tataran morfologi tingkatan morfem yang sangat terikat kepada bentuk bahasa yang
lain. Keberadaan morfem yang lain. Keberadaan morfem selalu bergantung kepada
proses morfologis yang dialaminya. Berbeda dengan morfem. Pada morfologi kata
menduduki tingkat yang lebih tinggi daripada morfem bahkan merupakan tingkatan
yang lebih tinggi daripada morfem bahkan merupakan tingkatan yang paling tinggi jadi.
Proses morfologis adalah proses pembentukan dari kata dan bentuk dasar dengan alat
pembentukan kata
Jika kita telaah kembali, ternyata morfem-morfem yang membentuk atau yang
menjadi unsur kata itu berada fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat
penggabungannya dan ada yang berfungsi sebagai pengabung. Untuk itu, kita
perhatikan contoh di bawah ini :
Dari contoh diatas, morfem baju, cepat tulis, bangun, anak dan sunyi berfungsi
sebagai tempat penggabungan, sedangkan morfem ber-, ter-, meN, paN,-an morfem
ulang, morfem ulang + an, senyap, dan benderang berfungsi sebgai penghubung.
Morfem yang berfungsi sebagai tempat penggabungan biasa di sebut tempat dasar.
Dalam bahasa indonesia, bentuk dsar tidak selalu hrus berformem tunggal. Ada
kalanya bentuk dasar suatu kata itu bentuknya masih kompleks.
Selain hal tersebut di atas, ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proes
morfologi ialah penggabugan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami
perubahan makna. Perhatikan contoh berikut :
MORFOLOGI
DI SUSUN OLEH VI
ANUGRAH NACHDA AULIA
SUKMAWATI
SUWARNI
AHSANDI
RAMLI