You are on page 1of 12

By,

Hendro Wijonarko
Iqodzulhimam
M. Jabaris Maulana
Adab-adab bepergian <mengadakan perjalanan>
 
1.      Memulai dengan niat ikhlas, mengawali dengan kebaikan
2.      Meminta do’a agar selamat dalam perjalanan kepada keluarga, saudara atau tetangga yang
ditinggalkan
3.      Memohon keselamatan lahir dan batin selama dalam perjalanan kepada Allah
Berdo’a saat keluar rumah, “Bismillahirahmaanirrahimi, Bismillahit tawakkaltu ‘alallahi la haula wala
quwwata illa billah”
5.      Berdo’a saat akan naik kendaraan :
 

“Bismillaahi majraha wa mursahaa innaa rabbi yal ghafururrahiem”


 
Artinya :
“Dengan nama-Mu ya Allah, yang menjalankan kendaraan ini melaju dan menuju tujuan,
sesungguhnya Engkaulah yang Pengampun dan Penyayang”

Adab Di Perjalanan
6.      Berdo’a saat didalam kendaraan :
 
 
 
 
 
 “Subhanalladzi sakhara lanaa hadas wamaa kunnaa lahu muqrini wa innaa ilaa robbinaa
lamunqalibuuna”
 
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang memudahkan kendaraan ini bagi kami, sedangkan kami tidak bisa
memudahkan kepada-NYA, dan kepada Allah-lah kami kembali”.
 
7.      Senantiasa menjaga kesucian selama dalam perjalanan, tidak beristinja (buang air kecil/besar)
sembarangan tanpa bersuci kembali sesuai syariah.
8.      Menjaga perjalanan agar bernuansa ibadah dan taddabur alam, agar bisa mensyukuri ni’mat
Tuhan pencipta alam ini
9.      Menjaga diri dari ketergesa-gesaan, menjaga sikap santun dan menjaga silaturahmi, dan
menebar kebaikan
10. Menjaga kerapian dan kebersihan selama dalam perjalanan

Adab Di Perjalanan
Adapun ayat-ayat dalam Al-Qur’an tentang adab di perjalanan seperti di bawah ini:

Qs An nisa – 4 :59
Artinya:
“Hai orang orang yang beriman ta’atilah Allah dan ta’atilah rasulnya dan ulil amri di antara
kamu . kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang sesuatu , maka kembalikanlah ia
kepada Allah dan rasul , jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian , yang
demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya”
Mengacu kepada ayat Al – Qur’an tersebut setiap muslim/muslimah hendaknya menaati ajaran
ajaran Allah swt dan rasulnya (ajaran islam ) dan undang-undang serta peraturan pemerintah
dimana pun dia berada misalkan ketika berada dalam perjalanan

Adab Di Perjalanan
Seseorang dianggap bertata krama dalam perjalanan , apabila tatkala ia
menggunakan jalan umum atau jalan raya, ia menaati undang undang dan
peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan pemerintah . misalnya

A. Pejalan kaki hendaknya


- Berjalan disebelah kiri jalan atau kalau ada trotoarnya diharuskan berjalan di trotoar
- Haru menaati lampu merah walaupun saat terburu buru
- Menyeberang di jembatan penyeberangan atau di zebra cross
- Menjaga sopan santun dan tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum
 
B. Pengemudi kendaraan bermotor hendaknya
- Memperhatikan dan menaati rambu rambu lalu lintas
- Melengkapi kelengkapan kendaraan seperti SIM , STNK dan helom (bagi pengendara motor)
- Mengemudi dalam batas kecepatan yang sesuai dengan keadaan jalan raya . misalkan saaat padat
kendaraan tidak mengemudi di atas 25 km/jam
- Tidak membuang sampah sembarangan
- Tidak menggunakan HP ketika sedang dalam mengendarai motor atau mobil
 
C. Pejalan kaki dan Pengemudi kendaraan bermotor hendaknya
- Menjauhkan diri dari makan yang terlalu kenyang, memakai perhiasan yang berlebihan dan
bermewah-mewah dalam makanan dan kendaraan.
- Berbuatlah yang baik (halus) kepada setiap orang bahkan kepada pengemis sekalipun. Hendaknya
menjauhkan diri dari permusuhan, pertengkaran, berlaku kasar dan berdesak-desakan dengan
orang lain dalam perjalanan.
- Menjaga lisannya dari mencela, membicarakan kejelekan orang, mencela binatang dan semua
perkataan yang jelek.

Adab Di Perjalanan
Saat di perjalanan hendaklah selalu ingat akan sabda rosululloh SAW:

ُ‫ق َخ َر َج ِمنْ ُذنُ ْوبِ ِه َكيَ ْو ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬ ُ ‫َمنْ َح َّج فَلَ ْم يَ ْرفُ ْث َولَ ْم يَ ْف‬
ْ ‫س‬
Barangsiapa melaksanakan haji tanpa berkata kotor dan tidak melakukan tindakan kefasikan,
maka ia kembali seperti saat dilahirkan oleh ibunya.

- Sebaiknya melakukan perjalanan berkelompok untuk menghindari hal-hal yang tidak


diinginkan dan memang disunnahkan untuk tidak menyendiri dalam perjalanan.
- Apabila berjalan dalam kelompok tiga orang atau lebih, maka pilihlah salah seorang untuk
menjadi pemimpin. Pilihlah orang yang paling baik dan yang paling luas pandangannya
(pengalamannya).
- Jangan membawa anjing atau lonceng dalam perjalanan karena Malaikat tidak akan
menemani rombongan yang didalamnya terdapat anjing atau lonceng. Apabila salah seorang
dari anggota rombongan membawa anjing atau lonceng dan kita tidak mampu mencegahnya,
maka ucapkan do’a ini:

ُ َ‫اَللّ ُه َّم اِنِّى أَ ْب َرأُ اِلَ ْي َك ِم َّما فَ َعلَهُ َه ُؤآل ِء فَالَ تَ ْح ِر ْمنِى ثَ َم َرة‬
   ‫ص ْحبَ ِة َملَ ٍك‬
Ya Allah sesungguhnya aku membebaskan diri kepada Mu dari perbuatan mereka, maka
janganlah Engkau mengharamkanku dari ditemani malaikat

Adab Di Perjalanan
Adapun adab-adab lain diantaranya

Disunnahkan berpamitan lebih dulu bagi orang yang hendak pergi.

Disunnahkan bagi musafir untuk berpamitan kepada keluarga, kerabat dan saudara-saudaranya. Berkata Ibnu Abdil
Barr –rahimahullah-: “Jika salah seorang dari kalian keluar bersafar maka hendaklah ia berpamitan kepada
saudaranya, karena Allah -Subhanahu wa Ta`ala- menjadikan padadoa mereka barakah.”
Berkata Asy-Sya`bi –rahimahullah-: “Sunnahnya jika seseorang datang dari safar untuk mengunjungi saudaranya dan
menyalaminya, kemudian jika ia hendak bersafar adalah mendatangi mereka dan berpamitan serta
mengharapkan doa mereka.”
. Al-Adab Asy-Syar`iyyah (1/450).

Dibencinya safar sendirian

Terdapat hadits Abdullah bin ‘Amr -radhiallahu ‘anhuma-, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
“Sekiranya manusia mengetahui apa-apa yang terjadi sewaktu bersafar sendirian sebagaimana yang aku ketahui.
Niscaya tidakseoragpun yang akan melakukan safar diwaktu malam sendirian ”
Didalam hadits ini terdapat beberapa faedah, diantaranya:
Pertama: Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengabarkan kepada ummat beliau segala marabahaya
yang akan terjadi sebagai akibat seseorang bersafar sendirian yang telah beliau ketahui indikasi peringatan
beliau bagi seseorang yang bersafar sendirian.
Kedua: Bahwa larangan bersifat umum baik di waktu malam maupun di waktu siang. Pengkhususkan malam yang
disebutkan dalam hadits di atas karena keburukan-keburukan di waktu malam lebih banyak dan bahayanya
lebih besar.
Ketiga: Bahwa larangan tersebut juga umum mencakup yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Seperti pada
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Niscaya tidak seorangpun yang berkendara diwaktu malam.”
Sebagai penyebutan sesuatu yang dominan terjadi. Disebabkan seorang yang berjalan kaki semakna dengan
seseorang berkendaraan. Wallahu A`lam.
. HR Al-Bukhari no. 2998, Ahmad, no. 4734, At-Tirmidzi, no. 1273, Ibnu Majah, no. 3768, dan Ad-Darimi, no. 2679.

Adab Di Perjalanan
Disunnahkan mengangkat pemimpin jika safarnya tiga orang atau lebih

Syariat mengajak untuk bersatu dan melarang perpecahan karena syariat menganjurkan demikian
serta menganjurkan hal yang demikian. Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri -radhiallahu
‘anhu- bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika tiga orang keluar untuk safar maka angkatlah salah satu di antara kalian sebagai pemimpin.”

Dilarang membaawa anjing dan lonceng dalam safar

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari membawa anjing dan lonceng dalam safar.
Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Malaikat tidak akan menemani safar seseorang yang ditemani anjing dan membawa lonceng/alat
musik.”
Sebab dilarangnya lonceng karena itu merupakan terompet syaithan. Dalam hal ini terdapat jelas
dalam riwayat Muslim dan selainnya dari hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-, beliau
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Terompet adalah merupakan seruling syaithan.” . Alat musik (Al-Jaras), yaitu alat yang ditabuh.
Dan ajrasahu yaitu menabuhnya. Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malaikat tidak akan menemani musafir yang
membawa alat musik dan menabuhnya….” (Lisanul Arab 6/36) dalam kata: jarasa.
. HR. Muslim, no. 2113, Ahmad, no. 7512, At-Tirmidzi, no. 1703, Abu Daud, no. 2555, dan Ad-
Darimi, no. 2676.

Adab Di Perjalanan
Dilarang bagi wanita safar tanpa ada mahram

Syariat yang suci melarang seorang wanita safar sendirian tanpa ditemani mahram. Dikarenakan
akan menjadi penyebab terjadinya fitnah pada dirinya dan kaum laki-laki yan berada
disekitarnya.
Terdapat hadits-hadits yang shahih yang tidak ada kelemahan padanya serta tidak ada celah untuk
melemahkannya atau mentakwilkannya.
Asy-Syaikhan dan selain keduanya meriwayatkan bahwa Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- berkata:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bersafar dalam jarak sehari
semalam tanpa didampingi mahram.”

Disunnahkan safar pada pagi hari kamis.

Termasuk petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sekian banyak safar beliau bahwa beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai keluar untuk safar pada pagi hari kamis.
Dari Ka`ab bin Malik -radhiallahu ‘anhu-: “Bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar
pada hari kamis pada waktu Perang Tabuk dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai
keluar bersafar pada hari kamis.”
Pada riwayat Ahmad: “ Sangatlah jarang apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak
keluar untuk suatu perjalanan kecuali beliau lakukan pada hari kamis “

Adab Di Perjalanan
Shalat sunnah dalam safar

Termasuk sunnah yang telah banyak ditinggalkan adalah shalat sunnah bagi musafir di atas kendaraannya.
Sangat sedikit orang yang dapat anda lihat mengerjakan shalat sunnah atau shalat witir di atas
pesawat atau sarana safar lainnya.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan hal itu pada setiap safar beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tanpa harus sesuai memperhatikan arah kiblat dalam melaksanakan shalat sunnah
bagi musafir jika memang ia merasa kesulitan menentukan arah kiblatnya, yang utama adalah
menghadap kiblat adalah ketika ia sedang berihram.
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan, beliau berkata:
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat diatas tunggangan beliau ketika dalam
safar dimana beliau mengarahkan tunggangannya kearah kiblat dan shalat dengan memberi isyarat.
Beliau mengerjakannya hanya pada shalat al-lail tidak pada shalat fardhu dan beliau mengerjakan
shalat witir di atas kendaraan beliau.”

Disunnahkan untuk tinggal sementara dan makan secara bersama di satu tempat.

Allah subhanahu wa ta`ala menjadikan kekuatan, kemuliaan, kekokohan dan barakah didalam persatuan.
Dan Allah ta`ala menjadikan di dalam perpecahan ketakutan, kelemahan, dikuasai oleh musuh dan
tercabutnya barakah Allah
Apabila suatu kaum melakukan perjalanan bersama-sama disunnahkan bagi mereka berkumpul pada
tempat di mana mereka tiba dan bermalam. Demikian juga mereka bersama-sama makan agar mereka
mendapatkan berkah.
Adapun berkumpul ditempat mereka singgah, hal tersebut telah diriwayatkan oleh Abu Tsa`labah Al-
Khusyani -radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
“Ketika para sahabat singgah di suatu tempat, para sahabat tersebut berpencar di lembah dan wadi , maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika kalian berpencar seperti ini ada yang di bukit
aada yang di lembah, sungguh yang demikian ini adalah termasuk dari godaan syaithan.
Setelah itu apabila mereka tun dfan singgah disuatu tempat mereka tidak lagi berpencar melainkan mereka
saling berkumpul sebagian dengan sebagian lainnyahingga apabila dihamparkan sebuah pakaian
kepada mereka niscaya akan mencakup mereka semua”

Adab Di Perjalanan
Tidur dalam safar

Seorang musafir terkadang pada perjalanan darat dengan terpaksa mesti beristirahat tidur setelah melewati
perjalanan yang meletihkan. Dan syariat yang suci ini yang telah mengarahkan kaum manusia kepada
semua yang akan memberi kemashlahatan bagi mereka baik yang disegerakan atau yang diakhirkan,
termasuk diantara kemashlahatan itu, adalah arahan bagi seorang musafir untuk memilih tempatnya
tidur beristirahat. Agar suapaya dia tidak terganggudenganhewan-hewan berbisa maupun hewan-hewan
lainnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Jika kalian safar ke negeri yang subur maka biarkan ontamu kenyang memakannya. Dan jika kalian safar ke
daerah yang gersang maka bergegaslah untuk berlalu dari tempat tersebut. Apabila kalian berjalan
disiang hari menjauhlah dari jalur lintas hewan dan hindarilah sarang hewan-hewan berbisa”. . Al-
Mu`arris, yaitu yang berjalan di siang harinya dan kemudian singgah diawal malam. Ada yang
berpendapat bahwa makna at-ta’riis adalah turun dan singgah diakhir malam. Makna ‘irsu al-musafir:
yaitu ketika dia singgah diwkatu sahur – menjelang shubuh -. Yang lainnya mengatakan: at-ta’riis adalah
seorang musafir yang singgah diakhir malam, kemudian duduk beristirahat, mengaso dan tidur yang
ringan kemudian ia bangun disaat terbitnya subuh harinya. Demikian dikatakan dalam kitab Al-Lisaan
(6/136) dalam kata: Arasa

Disunnahkan bagi musafir untuk segera kembali ke keluarganya setelah selesai urusannya dan tanpa
menunda-nunda

Disunnahkan bagi seorang musafir apabila dia elah mencapai maksud dari perjalanannya tersebut agar
segera kembali kepada keluarga. Tidak berdiam melebihi kebutuhannya. Rasulullah telah membimbing
kita kepada adab ini dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
“Safar itu adalah bagian dari adzab, karena dengan safar ia terhalang untuk makan, minum, dan tidur. Maka
jika telah selesai keperluannya maka hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.”

Adab Di Perjalanan
Tata Krama Bagi Para Penumpang Kendaraan Umum

Bagi para penumpang kendaraan umum seperti bis dan kereta api hendaknya memperhatikan dan
melaksanakan tata krama , antara lain :
- Bermanis muka dan bertutur kata baik , terhadapa para penumpang lainnya
- Seorang penumpang kendaraan umum hendaknya hormat kepada penumpang yang lebih tua ,
dan sayang kepada penumpang lain yang lebih muda
- Jika diperlukan sesame penumpang hendaknya saling tolong menolong dalam kebaikan
- Jangan melakukan perbuatan yang mengganggu dan merugikan penumpang lain

Adab Di Perjalanan

You might also like