You are on page 1of 11

Kelompok II

 Ahmad Ansouri
 Elvi Suryani
 Nita Putri
 Sartika
KEGAGALAN
KONSTITUANTE
DALAM MENYUSUN
UNDANG – UNDANG
DASAR YANG BARU
Pada tanggal 20 November 1956, Konstituante
mulai bersidang untuk menyusun dan
menetapkan UUD Republik Indonesia, tanpa
adanya pembatasan kerja. Dalam Konstituante
terdapat 3 kelompok yang menginginkan dasar
negara :

1). Islam (Masyumi dan Partai Islam)


2). Pancasila (PNI dan PKI)
3). Sosial Ekonomi (Partai Sosiallis dan Murba)
Pada tanggal 22 April 1959,
Persiden Soekarno berpidato lagi di
depan sidang Konstituante dan atas
nama pemerintah menganjurkan agar
dalam rangka pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin, Konstituante menetapkan
UUD 1945 menjadi UUD RI yang tetap.
Kelompok Islam terlebih dahulu
memberikan usul amandemen untuk
mengembalikan kata – kata “dengan
kewajiban menjalankan syriat Islam bagi
pemeluknya” ke dalam amandemen dan usul
tersebut ditolak oleh konstituante dalam
sidang tanggal 29 Mei 1959 dengan
perbandingan suara 201(setuju) dan
265(menolak).
Pemungutan suara kembali dilakukan
terhadap usul pemerintah yaitu
kembali pada UUD 1945 pada
tanggal 30 Mei 1959. Hasilnya adalah
269 lawan 199 sedang yang hadir pada
hari itu 474 anggota. Jadi, dengan
demikian tidak terdapat kuorum 2/3
seperti yang disyaratkan oleh UUDS
1950, pasal 37.
Sesuai dengan ketentuan dalam tata tertib
Konstituante maka diadakan pemungutan suara
dua kali. Pemungutan suara terakhir dilakukan
pada tanggal 2 Juni 1959, akan tetapi tidak
tercapai kuorum. Pada tanggal 3 Juni 1959,
Konstituante mengadakan reses(istirahat) yang
kemudian ternyata untuk selama-lamanya.
Dan untuk mencegah ekses-ekses politik
sebagai akibat ditolaknya usul pemerintah oleh
Konstituante maka KSAD atas nama pemerintah
mengeluarkan peraturan
NO.Prt/Peperu/040/1959 tentang larangan
mengadakan kegiatan-kegiatan politik, yang
berlaku mulai saat itu juga.
Tanggal 16 Juni 1959, ketua umum
PNI, Suwirjo mengirimkan surat kepada
presiden agar mendekritkan berlakunya
kembali UUD 1945 dan membubarkan
Konstituante. Dan usaha tersebut gagal.
Pada hari Minggu, tanggal 5 Juli
1959, jam 17.00 WIB dalam suatu
upacara resmi di Istana Merdeka
diumumkan DEKRIT PRESIDEN oleh
Presiden Soekarno. Isi Dekrit
Presiden tersebut yakni :

1. Pembubaran Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan
tidak berlakunya lagi UUDS
1950.
3. Pembentukan MPRS
Pembacaan Dekrit Presiden
telah menyelamatkan kehidupan
politik pemerintahan bangsa
Indonesia. Periode tidak menentu
akibat kegagalan Konstituante
berhasil diatasi.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA.



You might also like