Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
1.2 Tujuan dan Sasaran
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Prosedur Pengukuran dan Pengujian Kapal
Perikanan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman di bidang pengukuran dan
pengujian kapal perikanan, sehingga akan didapatkan tenaga yang terampil dalam
pelaksanaan pengukuran dan pengujian.
Sedangkan sasaran dari Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Identifikasi dan
Pengukuran Kapal Perikanan adalah menyeragamkan rumusan ketentuan Identifikasi
dan Pengukuran Kapal Perikanan serta unutk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
petugas pendaftaran dan pemeriksa fisik dan dokumen kapal perikanan tentang
prosedur Identifikasi dan Pengukuran Kapal Perikanan.
2
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
II. PENGERTIAN KAPAL PERIKANAN
3
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization)
Sesuai dengan Standar International Klasifikasi Statistik Kapal Perikanan
(International Standard Statistical Classification of Fishing Vessels, ISSCFV – FAO 1985),
kapal perikanan terbagi atas 2 (dua) jenis kapal perikanan, yakni :
1. Jenis kapal penangkap ikan, dan
2. Jenis kapal bukan penangkap ikan (kapal perikanan lainya).
Jenis kapal penangkap ikan terbagi atas 11 (sebelas) tipe kapal dan kapal
perikanan lainya terbagi atas 7 (tujuh) tipe kapal. Klasifikasi kapal dengan menggunakan
”singkatan standar” dan ”kode ISSCFV” sesuai dengan Standar International Klasifikasi
Statistik Kapal Perikanan, seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi kapal perikanan.
Singkatan Kode
No. Klasifikasi Kapal Perikanan
Standar ISSWCFV
1 KAPAL PENANGKAP IKAN
a. Kapal Pukat Tarik TO 01.0.0
1) Kapal pukat tarik samping TS 01.1.0
a) Perikanan basah TSW 01.1.1
b) Pembekuan Ikan TSF 01.1.02
2) Kapal pukat tarik buritan TT 01.2.0
a) Perikanan basah TTW 01.2.1
b) Pembekuan Ikan TTF 01.2.2
C) Pabrikan TTP 01.2.3
3) Kapal pukat tarik TU 01.3.0
4) Kapal pukat tarik tdt *) TOX 01.9.0
b. Kapal Pukat SO 02.0.0
1) Kapal pukat cincin SP 02.1.0
a) Tipe Amerika Utara SPA 02.1.1
b) Tipe Eropa SPE 02.1.2
2) Kapal pukat cincin tuna SPT 02.1.3
3) Kapal pukat kantong SN 02.2.0
4) Kapal pukat tdt *) SOX 02.9.0
c. Kapal Penggaruk DO 03.0.0
1) Menggunakan penggaruk perahu DB 03.1.0
2) Menggunakan penggaruk mekanis DM 03.2.0
3) Kapal penggaruk tdt *) DOX 03.9.0
d. Kapal Jaring Angkat NO 04.0.0
1) Menggunakan perahu untuk NB 04.1.0
pengoperasian jaring
2) Kapal Jaring Angkat tdt *) NOX 04.9.0
e. Kapal Jaring Insang GO 05.0.0
f. Kapal Pemasang Perangkap WO 06.0.0
1) Kapal pemasang perangkap WOP 06.1.0
2) Kapal pemasang perangkap tdt *) WOX 06.9.0
g. Kapal Tali Pancing LO 07.0.0
1) Kapal pancing tangan LH 07.1.0
2) Kapal rawai LL 07.2.0
3) Kapal rawai tuna LLT 07.2.1
4) Kapal pancing joran (huhate) LP 07.3.0
a) Tipe Jepang LPJ 07.3.1
b) Tipe Amerika LPA 07.3.2
5) Kapal pancing tunda LT 07.4.0
6) Kapal tali pancing tdt *) LOX 07.9.0
4
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Singkatan Kode
No. Klasifikasi Kapal Perikanan
Standar ISSWCFV
h. Kapal Menggunakan Pompa untuk penangkapan PO 08.0.0
i. Kapal Serba Guna/Aneka guna MO 09.0.0
1) Kapal pukat pancing tangan MSN 09.1.0
2) Kapal pukat tarik - pukat cincin MTS 09.2.0
3) Kapal pukat tarik- jaring hanyut MTG 09.3.0
4) Kapal serba guna tdt *) MOX 09.9.0
j. Kapal penangkapan untuk Rekreasi RO 10.0.0
k. Kapal penangkapan tidak ditetapkan FX 49.0.0
5
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
III. BAHAN DAN PERALATAN
3.1 Bahan
Pelaksanaan identifikasi dan pengukuran kapal perikanan dengan menggunakan
bahan/ objek, sebagai berikut :
1. Gambar desain kapal
2. Bangunan kobstruksi kapal
3. Formulir isian ”Pengukuran data teknis dimensi utama kapal” (lampiran. 1)
Dalam memperoleh data teknis yang akurat dan teliti megenai dimensi kapal, sebaiknya
pengukuran dilakukan pada saat kapal di atas galangan kapal (dock yard).
3.2 Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengidentifikasian dan pengukuran kapal
perikanan, dilakukan dengan pengukuran secara langsung dengan menggunakan
peralatan pengukuran, sebagai berikut :
1. Roll meter pendek (5 meter);
2. Roll meter panjang (50 meter);
3. Water level;
4. Unting-unting/ bandul bertali (plumb line).
6
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
IV. PENGUKURAN KAPAL PERIKANAN
4.1 Teknis
Kapal perikanan memiliki dimensi/ ukuran utama dan koefisien bentuk kapal,
yang tergantung dari peruntukannya sehingga mempengaruhi karakteristik konstruksi
kapal.
4.1.1 Gambar desain kapal
Umumnya bangunan konstruksi kapal yang didaftar dengan tanda kelas dalam
klasifikas Indonesia telah dilengkapi gambar desain kapal, antara lain :
1. Gambar rancang garis (lines plan)
7
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
2. Gambar rancana umum (general arrangement)
pandangan samping
Geladak utama
Palkah
Geladak atas
8
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
3. Gambar konstruksi profil (profile construction)
9
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
4. Gambar penampang melintang atau gading besar (midship section)
10
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
2) Panjang garis geladak kapal (Length deck line, Ldl) adalah jarak
mendatar antara sisi depan linggi haluan sampai dengan sisi belakang linggi
buritan yang diukur pada garis geladak utama atau geladak kekuatan.
3) Panjang garis air kapal (Length water line, Lwl) adalah jarak mendatar
antara sisi belakang linggi haluan sampai dengan sisi depan linggi buritan,
yang diukur pada garis air muatan penuh.
4) Panjang garis tegak kapal (Length between perpendicular, Lbp) adalah
jarak mendatar antara garis tegak haluan sampai dengan garis tegak buritan/
sumbu poros kemudi kapal, yang diukur pada garis air muatan penuh.
5) Panjang kapal (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 6 Tahun 2005
tentang Pengukuran Kapal, p) adalah panjang yang diukur pada 96 % dari
panjang garis air dengan sarat 85 % dari ukuran dalam terbesar yang
terendah diukur dari sebelah atas lunas, atau panjang garis air tersebut
diukur dari linggi haluan sampai ke sumbu poros kemudi, apabila panjang ini
yang lebih besar.
b. Lebar kapal
1) Lebar maksimum kapal (Breadth maximum, Bmax) adalah jarak mendatar
antara sisi-sisi luar dari pisang-pisang atau fender kapal, yang diukur pada
lebar kapal terbesar.
2) Lebar garis geladak kapal (Breadth deck line, Bdl atau Breadth moulded,
Bmld) adalah jarak mendatar antara sisi-sisi luar kulit kapal, yang diukur
pada garis tepi geladak dan dipertengahan panjang garis tegak kapal.
3) Lebar garis air kapal (Breadth water line, Bwl) adalah jarak mendatar
antara sisi-sisi luar kulit kapal, yang diukur pada garis muatan penuh dan
dipertengahan panjang garis tegak kapal.
11
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Gambar 6. Mengukur lebar kapal
c. Tinggi kapal
1) Tinggi maksimum kapal (Height atau Depth maximun, Hmax atau Dmax)
adalah jarak vertikal atau tegak antara garis dasar/ garis sponeng bawah
sampai dengan garis atau sisi atas pagar kapal, yang diukur pada
pertengahan panjang garis tegak kapal.
2) Tinggi kapal atau tinggi geladak kapal (Height, H atau Depth, D) adalah
jarak vertikal atau tegak antara garis dasar/ garis sponeng bawah sampai
dengan garis atau sisi atas geladak pada garis tepi geladak utama, yang
diukur pada pertengahan panjang garis tegak kapal.
3) Sarat air kapal (Draught atau draft, d) adalah jarak vertikal/ tegak antara
garis dasar sampai dengan garis air muatan penuh atau tanda lambung
timbul kapal untuk garis muat musim panas, yang diukur pada pertengahan
panjang garis tegak kapal.
12
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Gambar 8. Mengukur sarat air kapal
Adapun formula untuk menghitung koefisien balok (Cb) badan kapal yang berada
dibawah air adalah :
∇
Cb = ..................................................................................... (1)
LwlxBwlxd
Keterangan :
Cb = Koefisien balok kapal
= Volume displacement kapal (m3)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)
d = Sarat air kapal (m)
13
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Adapun formula untuk menghitung koefisien gading besar (Cm) luasan penampang
gading yang berada di bawah permukaan air adalah :
Am
Cm = .......................................................................................... (2)
Bwlxd
Keterangan :
Cm = Koefisien gading besar kapal
Am = Luasan penampang gading besar (m2)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)
d = Sarat air kapal (m)
Luas Penampang
Gading Besar
14
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Aw
Cw = ....................................................................................... (3)
LwlxBwl
Keterangan :
Cw = Koefisien garis air
Aw = Luasan penampang garis air (m2)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Bwl = Lebar garis air kapal (m)
∇ Cb
Cpl = atau Cpl = .................................................. (4)
Amx ∇xLwl Cm
Keterangan :
Cpl = Koefisien prismatik memanjang kapal
= Volume displacement (m3)
Am = Luasan penampang gading besar (m2)
Lwl = Panjang garis air kapal (m)
Cb = Koefisien balok
Cm = Koefisien gading besar
15
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
4.2 Besaran Kapal
Terdapat beberapa cara dalam menentukan besaran kapal perikanan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Volume displacement kapal
Volume displacement kapal merupakan volume badan kapal yang berada di bawah
permukaan air, dimana besaran yang dihasilkan merupakan hasil perkalian panjang,
lebar, tinggi sarat air (pada garis air muat penuh) dengan koefisien balok (block
coefficient, Cb)
2. Displacement kapal
Displacement kapal merupakan volume kapal apabila kapal berlayar di perairan
dalam hal ini perairan laut, yang dihasilkan dari perkalian antara Volume
displacement dengan berat jenis air laut
3. Tonnage atau Gross Tonnage (GT) kapal
Pengukuran besaran volume kapal perikanan dilakukan pada bagian ruangan –
ruangan yang tertutup dan dianggap kedap air yang berada di dalam kapal dan
dinyatakan dalam Gross Tonnage kapal dengan menggunakan satuan ”Register
Tonnage (1 RT = 100 ft3 = 2,8328 m3). Volume ruangan tertutup dalam kapal terdiri
dari volume ruang tertutup yang terdapat di bagian atas dan bawah dari geladak
utama.
Dimana geladak utama kapal adalah geladak kapal yang menyeluruh dari haluan
sampai buritan kapal, yang dianggap sebagai geladak kekuatan kapal. Sebagian
besar kapal perikanan memiliki 1 (satu) geladak kapal, maka geladak utama sama
dengan geladak kekuatan kapal.
Bangunan di atas kapal (super structure) merupakan bangunan kapal yang terletak
di atas geladak utama dan mempunyai lebar bangunan atas sama dengan moulded
kapal. Apabila lebar bangunan atas lebih kecil dari 96 % lebar moulded kapal, maka
bangunan di atas geladak utama dianggap sebagai rumah geladak (deck house).
16
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Gambar 10. Ruangan tertutup di atas geladak utama
Keterangan :
GT = Gross Tonnage atau tonase kotor (RT)
0,25 = faktor
V = Volume ruang tertutup yang berada dalam kapal (m3)
V1 = Volume ruangan di bawah geladak utama (m3)
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama (m3)
Keterangan :
V1 = Volume ruangan di bawah geladak utama (m3)
17
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Ldl = Panjang (m), diperoleh dengan dengan mengukur jarak
mendatar antara titik temu sisi luar kulit lambung dengan linggi
haluan dan linggi buritan pada ketinggian geladak atas pada
bagian sebelah atas dari rimbat tetap (*)
Bdl = Lebar (m), diperoleh dengan mengukur jarak mendatar antara
kedua sisi luar kulit lambung pada bagian kapal yang terlebar,
tidak termasuk pisang-pisang (*)
D = Tinggi (m), diperoleh dengan mengukur jarak tegak lurus
ditengah-tengah lebar pada bagian kapal yang terlebar dari
sebelah bawah alur lunas sampai bagian bawah geladak atau
samapai garis melintang kapal yang ditarik melalui kedua sisi
atas rimbat tetap (*)
F = Faktor (*)
a) 0,85 = bagi kapal-kapal dengan bentuk dasar rata, secara
umum digunakan bagi kapal tongkang.
b) 0,70 = bagi kapal-kapal dengan bentuk dasar agak miring
dari tengah ke sisi kapal, secara umum digunakan
bagi kapal motor.
c) 0,50 = bagi kapal-kapal yang tidak termasuk golongan (a)
dan (b), secara umum bagi kapal layar atau kapal
layar motor.
Keterangan :
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama (m3)
l = Panjang ruangan (m), diukur hingga kesebelah dalam kulit atau
plat dingding (*)
b(r) = Lebar rata-rata (m), diukur hingga kesebelah dalam kulit atau
plat dingding (*)
d(r) = Tinggi rata-rata (m), tinggi ruang bangunan atas diukur dari
sebelah atas geladak sampai sebelah bawah geladak diatasnya;
tinggi kepala palkah diukur dari sebelah bawah geladak sampai
sebelah bawah tutup kepala palkah (*)
18
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Gambar 12. Volume tertutup di atas geladak utama
Catatan
Umumnya ruangan tertutup di atas geladak utama terdiri dari :
a. Ruangan di depan kapal : akil (fore castle),
b. Ruangan di tengah kapal : anjungan (bridge),
c. Ruangan di belakang kapal : kimbul (poop),
d. Ruangan tutup palka (muatan, gudang dan motor atau mesin),
e. Ruangan yang berbentuk balok atau kotak mempunyai koefisien balok
:Cb = 1,00
f. Ruangan di bawah geladak terpenggal, baik yang berada di haluan
maupun di buritan kapal dan mengikuti kelengkungan bentuk kapal,
maka koefisien baloknya sama dengan koefisien balok kapal.
Note :
Tonase bersih (NT) ditetapkan sebesar 30 % dari Tonase Kotor (GT) atau dalam
bentuk rumus sebagai berikut :
NT = 0,30xGT .......................................................................... (7)
Keterangan :
GT = Gross Tonnage atau tonase kotor
k = koefisien
k = 0,2 + 0,02 log102 atau menggunakan tabel
koefisien : k fung dari volume ruangan tertutup
:v, seperti terlihat pada tabel 3.
V = Volume ruang tertutup yang berada dalam kapal (m3)
V1 = Volume ruangan di bawah geladak utama (m3)
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama (m3)
19
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Tabel 3. Koefisien : k Untuk mengukur tonnage/ gross tonnage (GT) dengan
formula internasional
20
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
buritan pada kapal yang terbuat dari bahan selain logam dan
fibreglass). (*)
• Lebar penampang (m), digunakan untuk menghitung luas
penampang melintang diukur samapi kegaris acuan (bagian luar)
gading-gading untuk kapal-kapal yang kulitnya terbuat dari logam
atau fiberglass dan sampai ke permukaan luar badan kapal untuk
kapal yang kulitnya terbuat dari bahan selain logam atau fiberglass.
(*)
• Tinggi penampang melintang (m), dengan mengukur jarak tegak
lurus pada tengah-tengah lebar kapal dari sebelah bawah geladak
ukur sampai sebelah atas bagian dasar lunas pada kapal yang
dibangun dari logam atau fiberglass dan samapai sebelah bawah alur
lunas pada kapal yang dibangun dari selain logam atau fiberglass. (*)
• Lengkung geladak ditetapkan dengan mengukur jarak tegak lurus
pada tengah-tengah lebar kapal dari sebelah bawah geladak sampai
garis melintang yang menghubungkan titik potong bagian bawah
geladak dengan sisi bagian dalam kulit pada kedua sisi lambung.
Tinggi lengkung geladak dikoreksi dengan memperhatikan bentuk
lengkung geladak sebagai berikut :
a. Dikurangi 1/3 tinggi lengkung geladak jika geladak melengkung
searah melintang kapal atau jika geladak sebagian melengkung
dan sebagian lagi miring lurus;
21
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
c. Pengurangan untuk lengkung geladak yang berbentuk trapesium
dihitung dengan rumus :
ax(B − b) ) ...............................................
Pengurangan = (9)
2B
Keterangan :
a = tinggi lengkung geladak (m)
b = lebar bagian geladak yang mendatar (m)
B = lebar teratas penampang melintang (m)
- Pada setiap posisi titik bagi, termasuk kedua titik ujung dari panjang
geladak ukur diambil penampang melintang tegak lurus pada bidang
tengah, sejajar dengan sekat-sekat melintang kapal atau gading-gading
dan diberi nomor urut mulai dari depan ke belakang.
- Tinggi sebagaimana dimaksud dalam dari setiap penampang melintang
dibagi menjadi sejumlah bagian yang jaraknya sama berdasarkan tinggi
penampang melintang, sebagai berikut :
22
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
Tinggi sampai dengan 6 meter dibagi 5;
Tinggi lebih dari 6 meter dibagi 7
Bagian paling bawah dari pembagian tinggi tersebut dibagi 2 (dua) ang
jaraknya sama panjang.
- Pada setiap posisi titik bagi, termasuk titik paling bawah dan titik paling
atas dari tinggi penampang melintang diambil ukuran lebar dan diberi
nomor urut, dimulai dari bawah ke atas.
- Luas penampang melintang dihitung sebagai berikut :
Lebar pertama dikalikan faktor 0,5;
Lebar kedua dikalikan faktor 2;
Lebar ketiga dikalikan faktor 1,5;
Lebar lainnya yang bernomor genap dikalikan faktor 4 dan yang
bernomor ganjil dikalikan faktor 2;
Lebar teratas dikalikan faktor 1.
Luas penampang melintang diperoleh dengan mengalikan sepertiga dari
jarak titik bagi tinggi dengan jumlah hasil perkalian lebar-lebar tersebut
atau ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Luas penampang melintang = 1/3 x jt x ∑A .................. (10)
Catatan :
Jt = jarak titik bagi tinggi ; dan
∑ A = jumlah hasil perkalian lebar-lebar dengan faktor tersebut
diatas
23
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
4) Panjang geladak ukur dibagi 10 (sepuluh) bagian atau lebih :
Ketentuan tersebut pada huruf g.3) berlaku untuk panjang geladak
ukur yang dibagi 10 bagian atau lebih dengan mengganti nomor
penampang-penampang bagian akhir sesuai jumlah pembagian
geladak.
Catatan :
Jp = jarak titik bagi panjang geladak ukur penggal
∑ Lp = jumlah hasil perkalian luas penampang-penampang
melintang dengan faktor-faktor dimaksud pada butir 1 huruf
g 1), 2), 3) dan 4).
Keterangan :
V2 = Volume ruangan di atas geladak utama (m3)
l = Panjang ruangan (m), diukur hingga kesebelah dalam kulit atau
plat dingding (*)
b(r) = Lebar rata-rata (m), diukur hingga kesebelah dalam kulit atau
plat dingding (*)
d(r) = Tinggi rata-rata (m), tinggi ruang bangunan atas diukur dari
sebelah atas geladak sampai sebelah bawah geladak diatasnya;
tinggi kepala palkah diukur dari sebelah bawah geladak sampai
sebelah bawah tutup kepala palkah (*)
24
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
V. PENUTUP
Dengan adanya identifikasi mengenai kapal perikanan yang teliti serta akurat
akan memberikan kemudahan untuk pengenalan dan pengkajian teknis mengenai kelaik
lautan dan kelaik tangkapanya sesuai dengan alat tangkap ikan yang akan dioperasikan
oleh sebuah kapal perikanan. Sehingga pemanfaatan sumbedaya perikanan dapat
berlangsung secara berkesinambungan dan bertanggung jawab, serta terjaminya
kelestarian sumberdaya perikanan.
Akhir kata, kami ingin sampaikan semoga petunjuk pelaksana ini bermanfaat
bagi masyarakat perikanan dan Petugas Pemeriksa Fisik dan Dokumen Kapal Perikanan
dalam pelaksanaan tugasnya.
25
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kelautan dan Perikanan. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
10 Tahun 2002 tentang Perizinan Usaha Perikanan, Jakarta 2002.
Departemen Perhubungan. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 6 Tahun 2005
tentang Pengukuran Kapal, Jakarta 2005.
Mulyanto, RB dan Syahasta. 2005. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan
Tangkap – Kapal Perikanan (Fishing Vessel). Balai Pengembangan Perikanan
Tangkap – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap – Departemen Kelautan dan
Perikanan, Semarang 2005.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia, Jakarta 1983.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Jakarta
1992.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Jakarta
2004.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 Tentang Pengelolaan
Sumberdaya alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Jakarta 1984.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha
Perikanan. Jo. No. 141 Tahun 2000, Jakarta 2000.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan,
Jakarta 2002.
26
Petunjuk Pelaksana Pengukuran Kapal