You are on page 1of 38

PORTOFOLIO SOSIOLOGI PEDESAAN

Disusun Oleh :

Bernadeth Angel 150310080077

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
I. RUANG PEDESAAN
1.1 Pengertian Pedesaan
Menurut Sutardjo Kartodikusuma pedesaan adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat
tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan
atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu
daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan
menurut Paul H. Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri
mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa, ada pertalian
perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan, cara berusaha (ekonomi) adalah
agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti iklim, keadaan alam ,kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

1.2 Pengertian Perkotaan


Perkotaan adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-
orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Max Weber kota menurutnya, apabila penghuni
setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal. Dwigth
Sanderson kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa
pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian
kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam
struktur pemerintahan.

1.3 Pengertian Sosiologi Pedesaan


Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-proses sosial
termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan berbagai teori
sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Priyotamtomo (2001) mendeskripsikan bahwa sosiologi
pedesaan merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan atar
kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang tentang
struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada
masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses
sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1.4 Pebedaan Pedesaan dan Perkotaan
• Tipologi Ekologi
Ekologi di pedesaan, ruang pedesaan berada di luar/ sekeliling perkotaan (hinterland).
Sedangkan ekologi perkotaan dikelilingi oleh ekologi pedesaan.

• Tipologi Teknologi
Di Pedesaan perkembangan teknologi tidak secanggih perkembangan teknologi di perkotaan
karena di pedesaan masih memakai cara tadisional, sedangkan teknologi di perkotaan sudah
memakai teknologi canggih seperti mesin tanam padi sehingga petani lebih efisien dan efektif
dalam menanam padi.

• Tipologi Intervensi
Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik dimana ada negara yang mencampuri urusan
negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Intervensi perkotaan dapat berpengaruh di pedesaan
karena intervensi pembangunan masyarakat pedesaan biasanya dimulai dari tahapan
pengembangan kebutuhan akan perubahan. Keterbatasan masyarakat desa harus mampu sediakan
pemerintah untuk mempercepat suatu proses pembangunan masyarakat di pedesaan sehingga
intervensi perkotaan dapat mempengaruhi intervensi pedesaan. Sedangkan intervensi pedesaan
terhadap perkotaan tidak terlalu berpengaruh dan cenderung tidak ada intervensi dari pedesaan.

• Tipologi Sumber Energi


Sumber energi di pedesaan melimpah sedangkan sumber energi di perkotaan susah dicari atau
dapat dikatakan langka karena sebagian besar sumber energinya sudah dipergunakan oleh
masyarakat kota yang lebih banyak daripada masyarakat desa.

• Tipologi Tenaga kerja


Tenaga kerja di pedesaan tidak seproduktif dan sekreatif tenaga kerja di perkotaan karena lebih
banyak tenaga kerja di pedesaan sebagai petani yang bekerja lebih mengandalkan tenaga dalam
bertani. Sedangkan tenaga kerja di perkotaan lebih kreatif dan produktif dalam berwirausaha.

• Tipologi Lahan
Lahan di pedesaan masih luas dan banyak dmanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sedangkan
lahan di perkotaan semakin menyempit dikarenakan lahan di perkotaan dimanfaatkan lebih
banyak sebagai lahan industri dan pemukiman masyarakan kota.

• Tipologi aktivitas ekonomi


Pedesaan lebih ke aktivitas ekonomi di bidang pertanian sedangkan perkotaan lebih ke
perindustriaannya.

• Tipologi Manajemen
Manajemen di pedesaan bersifat homogen yang tentunya berbeda dengan manajemen di
perkotaan yang terstruktur dan terorganisasi secara spesifik dan sesuai dengan spesialisasi
manajemennya.

• Tipologi Penggerak Ekonomi


Penggerak ekonomi di pedesaan ialah di bidang pertanian yang dapat membantu dan menjadi
pemasukkan perekonomian di pedesaan. Sedangkan penggerak ekonomi di perkotaan ialah di
bidang teknologi dan industri.

• Tipologi Sumber Modal


Di pedesaan sumber modal terbatas, sedangkan di perkotaan banyak menyediakan sumber
modal.

• Tipologi orientasi ekonomi


Orientasi pengembangan ekonomi di pedesaan dapat diorientasikan dari peningkatan
pendidikannya sehingga orientasi pengembangan ekonominya dapat berkembang. Sedangkan
orientasi ekonomi di perkotaan dilakukan dengan pengembangan diri dalam berwirausaha agar
dapat membuat lapangan kerja baru sehingga dapat mengurabgi angka pengangguran di
perkotaan.

• Tipologi akses
Akses di Pedesaan lemah terhadap sumberdaya produktif. Sedangkan akses di Perkotaan kuat
terhadap sumber daya produktifnya.
• Tipologi Pola Hubungan Sosial
Pada masyarakat pedesaan, pola interaksinya horisontal, banyak dipengaruhi oleh sistem
kekeluargaan. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, pola interaksinya lebih condong ke arah
vertikal, sistem feodal masih berpengaruh. Pola interaksi pada masyarakat kota juga dipengaruhi
individualitas, prestasi seseorang lebih penting daripada asal-usul keturunannya.

• Tipologi solidaritas sosial


Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan
kemasyarakatan, seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman.
Sebaliknya solidaritas pada masyarakat perkotaan justru terbentuk karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam masyarakat, sehingga orang terpaksa masuk ke dalam kelompok-kelompok
tertentu, misalnya saja serikat buruh, himpunan pengusaha atau persatuan artis.

• Tipologi sistem politik


Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit
yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara
elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari
berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada
struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik.

Pertanyaan-pertanyaan
1. Benarkah pedesaan basis sumberdaya alam?
Benar, karena di pedesaan memiliki sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
lahan untuk bidang pertanian dan sebagainya.
2. Benarkah pedesaan basis demografi?
Iya, karena pedesaan dihuni sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah.
3. Benarkah kelembagaan dipedesaan statis? Dan benarkah masyarakat pedesaan guyub dan
solid?
Benar, kelembagaan di pedesaan bersifat statis karena aspek-aspek kultural lebih dulu
terbentuk dibandingkan aspek-aspek strukturalnya dan benar adanya bahwa masyarakat
di pedesaan guyub dan solid karena memiliki rasa solidaritas yang tinggi.
4. Kenapa pedesaan menjadi basis kemiskinan?
Pedesaan menjadi basis kemiskinan karena pedesaan identik dengan kemiskinan,
keterbelakangan dan kebodohan.
5. Benarkah akses pedesaan lemah?
Benar, karena kurangnya fasilitas dan jalur transportasi yang masih kurang memadai
sehingga mengakibatkan akses pedesaan menjadi lemah.

II. MASYARAKAT PEDESAAN


2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu,
yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata
sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Tekanannya disini terletak pada
adanya pranata sosia, tanpa pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin
dilakukan secara teratur. Pranata sosial disini dimaksudkan sebagai perangkat peraturan yang
mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun
secara kelompok.

2.2 Karakteristik Masyarakat Pedesaan


Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak
dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa. Tetapi dengan adanya perubahan sosial
religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut
sudah tidak berlaku. Karateristik masyarakat desa adalah sederhana, mudah curiga, menjunjung
tinggi nilai kesopanan, bersifat guyub (kekeluargaan), lugas, tertutup dalam keuangan,
menghargai janji dan bersifat gotong royong.

Pertanyaan-pertanyaan
1. Jika defenisi masyarakat diatas kita kaitkan dengan defenisi ruang pedesaan pada
modul1, maka yang dimaksud dengan masyarakat pedesaan adalah ?
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan tinggal
dalam satu komunitas pedesaan, yang dimana pada umumnya memiliki system
kekerabatan yang sangat tinggi serta terikat kuat pada norma dan adatistiadat yang ada.

2. Jika definisi masyarakat di atas kita kaitkan dengan tugas 1 (perbedaan pedesaan dengan
perkotaan) pada modul 1, maka apa perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat
perkotaan ?
Perbedaan masyarakat desa dan kota adalah :

Masyarakat Pedesaan Masyarakat Perkotaan


System kekerabatan tinggi System kekerabatan agak longgar
Mobilitas masyarakat rendah Mobilitas masyarakat inggi
Perilaku berorientasi pada tradisi dan status Rasionalitas dan fungsi
Kesatuan dan keutuhan cultural Kebauran dan diversifikasi cultural
Kolektivisme Individualisme
Memiliki rasa khawatir thdp masukny hal baru Menyenangi hal-hal baru (tantangan)

3. Setelah mempelajari definisi dan ruang lingkup kebudayaan, bagaimana pandangan anda
tentang kebudayaan masyarakat pedesaan?
Menurut saya, kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa sangat kental. Adat
istiadat yang ada sudah turun temurun beredar di msyarakat. Penggunaan bahasa juga
menggunakan bahasa daerah setempat. Masyarakat pedesaan sangat memegang norma-
norma dan terikat dengan system religi yang tinggi serta nilai sosial dan kemasyarakatan.
Tetapi terdapat juga beberapa kendala dalam kebudayaan masyarakat pedesaan.
Kendalanya adalah masyarakat masih kurang baik dalam hal pendidikan maupun adopsi
inovasi, sehingga diperlukan usaha lebih lanjut untuk menanamkan teknologi baru dalam
kehidupan masyarakat.

4. Gambarkan sebuah struktur dan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan?


Struktur sosial adalah pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar
individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Ada dua ciri dari struktur sosial, yakni
status yang merupakan kumpulan hak dan kewajiban dan peran tindakan menjalankan
hak dan kewajiban. Dapat dibagi tiga jika dilihat dari sudut pemilikan modal, yaitu:
• Nelayan juragan. Nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan
yang mampu mengubah para nelayan pekerja sabagai pembantu dalam usahanya
menangkap ikan di laut. Nelayan ini mempunyai tanah yang digarap pada waktu musim
paceklik. Nelayan juragan ada tiga macam yaitu nelayan juragan la ut, nelayan juragan
darat yang mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat
penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli, yang disebut tauke (toke) atau
cakong.
• Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi
memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu menjalankan usaha
penangkapan ikan di laut. Nelayan ini disebut juga nelayan penggarap atau sawi (awak
perahu nelayan). Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang
sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Juragan dalam hal ini berkewajiban
menyediakan bahan makanan dan bahan bakar untuk keperluan operasi penangkapan
ikan, dan bahan makanan untuk dapur keluarga yang ditinggalkan selama berlayar. Hasil
tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda antara juragan
yang satu dengan juragan lainnya, setelah dikurangi semua biaya operasi.
• Nelayan pemilik merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya mempunyai
perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena
itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini tidak memiliki
tanah untuk digarap pada waktu musim paceklik (angin barat). Nelayan ini sebagian
besar tidak mempunyai modal kerja sendiri, tetapi meminjam dari pelepas uang dengan
perjanjian tertentu. Nelayan yang umumnya memulai usahanya dari bawah, semakin lama
meningkat menjadi nelayan juragan.

Nelayan juragan

Nelayan Pemilik
Nelayan Pekerja

Contoh struktur
Kepala Desa

Wakil Kepala Desa

Sekretaris Bendahara

Struktur dan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan


• Lapisan pertama adalah golongan elit desa, yaitu penguasa desa yang menguasai tanah
bengkok, bersama golongan pemilik tanah yasan.

• Lapisan kedua adalah kuli kenceng, yaitu mereka yang mempunyai rumah sendiri,
pekarangan sendiri, dan menguasai bagian sawah komunal.

• Lapisan ketiga adalah kuli kendo, yaitu mereka yang mempunyai rumah dan pekarangan
sendiri, tetapi belum mempunyai bagian sawah.

• Lapisan berikutnya adalah mereka yang memiliki tanah pertanian, tetapi tidak memiliki
rumah dan pekarangan yang dengan istilah setempat disebut gundul (tetapi jumlah
lapisan ini sangat kecil).

• Lapisan di bawahnya lagi adalah mereka yang tidak mempunyai tanah pertanian, tidak
mempunyai pekarangan, tetapi mempunyai rumah sendiri yang didirikan di atas
pekarangan orang lain, disebut magersan. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani.

• Lapisan terbawah adalah mereka yang sama sekali tak memiliki apapun kecuali
tenaganya. Mereka hidup bersama majikannya. Golongan ini disebut mondok-empok,
bujang, tlosor, atau dengan istilah setempat lain.

5. Identifikasi dan analisis bentuk-bentuk interaksi sosial pada masyarakat pedesaan ?


Bentuk interaksi sosial masyarakat pedesaan adalah :
– Kerjasama, masyarakat desa dikenal memiliki kerjasama yang tinggi dan gotong
royong serta hubungan sosialnya juga masih bersifat guyub (kekeluargaan).
– Persaingan, merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok
manusia yang saling bersaing mencari keuntungan.
– Konflik, merupakan bentuk persaingan yang berkembang kearah negative.
– Akomodasi, suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang
menunjukkan keseimbangan yang berhubungan denagn nilai dan norma norma
sosial yang berlaku di masyarakat.

Factor-faktor yang membuat dinamika kelembagaan adalah adanya tindakan aksi yang
menginginkan adanya perubahan yang terjadi di dalam kelembagaan tersebut, adanya
intervensi dari luar, adanya perubahan produksi, tekanan dari luar serta adanya
kompetisi antar lembaga berupa konflik kepentingan perubahan itu sendiri.

III. KELEMBAGAAN PEDESAAN


3.1 Pengertian Kelembagaan
Kelembagaan adalah kesatuan nilai nilai, norma norma, adat istiadat, dan peraturan
peraturan/kesepakatan kesepakatan kolektif yang berlaku pada masyarakat, berikut
organisasi/institusi (formal, non formal, dan informal sebagai wadahnya yang eksis secara sosial,
ekonomi, administratif, secara fungsional, dan secara struktural, baik yang dibentuk secara
sepihak, maupun dibangun secara partisipatif. Pada awalnya kelembagaan diartikan sebagai
lembaga kemasyarakatan (social institution) atau pranata sosial. Pranata sosial menunjuk pada
adanya unsur--unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Pranata sosial adalah suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusosial berpusat sat kepada aktivitaskepada
aktivitas--aktivitas untuk memenuhi kompleksaktivitas kompleks--kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat). Kelembagaan berfungsi sebagai alat untuk
memfasilitasi kegiatan bersama dalam mencapai tujuan kemajuan sosial ekonomi dalam
pembangunan.

3.2 Aspek cultural dan aspek structural dalam kelembagaan


Aspek kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak yang menentukan jiwa suatu
kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan, kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin,
keinginan, kebutuhan, orientasi, dan lain-lain. Sementara, aspek struktural lebih statis, yang
berisi struktur, peran,hubungan antar peran, integrasi antar bagian, struktur umum, perbandingan
struktur tekstual dengan struktur riel, struktur kewenangan, hubungankegiatan dengan tujuan,
aspek solidaritas, keanggotaan, klik, profil, pola kekuasaan, dan lain-lain.Kedua aspek ini secara
bersama-sama membentuk dan menentukan perilaku seluruh orang dalam kelembagaan tersebut.
Keduanya, merupakan komponen pokok yang selalu exist dalam setiap kelompok sosial, selemah
atau sekuat apapun ia. Jika dianalogkan kepada sistem komputer, aspek kultural adalah software-
nya, dan aspek struktural adalah hardware-nya. Hardware memberi kesempatan software apa
yang dapat dioperasikannya, namun sekaligus juga membatasi.
3.3 Otonomi Daerah
Desentralisasi adalah sebagai suatu cara/alat untuk mewujudkan keseimbangan politik,
akuntabilitas pemerintah lokal, dan pertanggungjawaban pemerintah lokal. Prasyarat yang harus
dipenuhi untuk mencapai hal tersebut diataranya pemerintah daerah harus berotonomi. Otonomi
daerah sendiri bisa diakui ketika daerah memiliki teritorial kekuasaan yang jelas, memiliki
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri, memiliki badan perwakilan yang mampu mengontrol
eksekutif daerah, dan adanya kepala daerah yang dipilih sendiri oleh masyarakat daerah melalui
suatu pemilihan yang bebas. Keberadaan otonomi daerah berhubungan langsusng dengan
masyarakat dan sebagai tombak pembangunan desa menuju kearah yang lebih baik.

Apakah Kelembagaan Bersifat Statis atau Dinamis? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
dinamika kelembagaan pedesaan?
Kelembagaan merupakan fenomena yang dinamis. Kelembagaan berubah seiring dengan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Mengingat fungsinya yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan tertentu anggota masyarakat, maka dinamikanya juga ditentukan oleh
proses dan pola perubahan yang terjadi. Sebab perubahan atau perkembangan cenderung
mengakibatkan munculnya kebutuhan-kebutuhan baru. Dan tuntutan terhadap pemenuhan
kebutuhan baru tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga lama. Maka, dengan
sendirinya situasi ini juga menuntu hadirnya lembaga-lembaga baru yang mampu melayani
tercapainya kebutuhan baru itu.

IV. PEMBANGUNAN PEDESAAN


4.1 Pembangunan pedesaan
Pembangunan pedesaan merupakan suatu proses pemberdayaan komunitas dan potensi
prouktif di wilayah pedesaan. Pembangunan ini harus dilihat sebagai upaya mempercepat
pembangunan pedesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk memberdayakan
masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.
Pembangunan pedesaan bersifat multi aspek oleh karena itu perlu di analisis atau secara lebih
terarah dan serba keterkaitan dengan bidang sektor, dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non
fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosbud dan non spasial). Tujuan pembanguan pedesaan jangka
pendek adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Pembangunan pedesaan dilakukan
dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat
kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan
sumberdaya pembangunan secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas.

4.2 Pendekatan Pembangunan Pedesaan


Ada beberapa pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun pihak lain dalam
melakukan pembangunan di suatu pedesaan. Salah satu dari pendekatan tersebut adalah
pembangunan pedesaan dari atas (top down). Pendekatan top down merupakan suatu proses
rancang bangun
sumberdaya, struktur dan kultur masyarakat pedesaan yang dilakukan secara sistematis (linear)
oleh orang luar dengan instrumen rekayasa yang juga didatangkan dari luar. Pembangunan
pedesaan dari atas menjadikan pedesaan dan masyarakatnya sebagai objek (dianggap tidak tahu
apa-apa), perencanaan bersifat blueprint, tidak memperhatikan keragaman masyarakat, tidak
berkelanjutan dan tidak transparan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai kehancuran dalam
tatanan masyarakat pedesaan, seperti erosi modal sosial, meningkatnya kesenjangan antar kelas
sosial, meningkatnya tingkat ketergantungan akibat memudarnya kemandirian, melemahnya
ikatan solidaritas sosial, melemahnya peran kelembagaan dan pengetahuan lokal, terganggunya
keseimbangan ekosistem dan mahalnya biaya pembangunan.
Pendekatan lainnya adalah pembangunan partisipatif (bottom up). Partisipasi menunjukkan
redistribusi baik kontrol atas sumber-sumber maupun kontrol atas kekuasaan yang disetujui oleh
mereka yang hidup dengan kerja produktif sendiri. Hal terpenting dalam pemberdayaan adalah
partisipasi aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan diri mereka sendiri.

V. SOSIODEMOGRAFI
5.1 Pengertian Sosiodemografi
Sosiodemografi adalah data suatu lingkup masyarakat yang mencakup demografi dan
wilayah suatu masyarakat berupa statistic. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara
statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk, dan perubahan-
perubahannya melalui komponen demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan
mobilitas sosial. Teori transisi demografi menjelaskan bahwa suatu masyarakat yang mengalami
proses industrialisasi akan melewati tiga tahap: tahap 1 (tahap praindustri yang ditandai tingkat
kelahiran dan tingkat kematian tinggi dan stabli), tahap 2 (tahap transisi yang dicapai bidang
kesehatan sehingga penduduk meningkat dengan cepat, dan tahap 3 (tingkat kelahiran dan
kematian rendah dan stabil.
5.2 Rural Urban Migration (Migrasi Desa-Kota)
Rural adalah daerah pedesaan, dimana daerah ini didominasi oleh lahan pertanian, dengan mata
pencaharian utama penduduknya adalah sebagai petani. Urban adalah daerah transisi antara
perkotaan dan pedesaan, tapi pengaruh perkotaan dan modernitas lebih besar daripada desa,
lahan pertanian semakin sempit. Mata pencaharian penduduk urban antara lain pegawai, polisi,
dokter, guru, pedagang, dan wiraswasta. Mata pencaharian masyarakat rural umumnya adalah
sebagai petani atau ada yang bekerja ke kota untuk bekerja. Berangkat pagi dan pulang di sore
hari, migrasi semacam ini disebut remitten atau perpindahan sementara.

5.3 Gender
Gender adalah kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
bersifat biologis. Pada saat ini telah berlaku zaman emansipasi. Apa yang dapat dilakukan oleh
pria juga dapat dilakukan oleh wanita. Stress merupakan reaksi tubuh pada diri seseorang akibat
berbagai persoalan yang dihadapi. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik; bisa
berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit
kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan., Lingkungan (masyarakat) juga
dapat menjadi penyebab timbulnya stress. Masyarakat yang berpaham materialis cenderung
individualis. Kepekaan terhadapan lingkungan sosialnya sangat rendah. Orang akan bersaing
untuk bisa unggul dari dari segi materi tanpa peduli dengan kepentingan orang lain. Tindakan
yang bertentangan dg rasa solidaritas kelompok atau pelanggaran thd perasaan ttg kasihan dan
kejujuran.
Pertanyaan-pertanyaan :
2.1 Migrasi

1. Bagaimana grafik tingkat migrasi di Indonesia dari tahun 1970-2006?

GRAFIK MIGRASI MASUK


GRAFIK MIGRASI KELUAR
2. Bandingkan fenomena migrasi di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dengan
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua?

Dari hasil pengamatan terhadap graik tersebut, gejala penyimpang semakin mencolok
bila kita menelusuri proses migrasi di kalangan penduduk. Migrasi masuk ke wilayah Jakarta
(3,5 juta), Jawa Barat (3,3 juta), Banten (1,8 juta) dan Riau (1,5 juta) menempati urutan tertinggi.
Mungkin karena di wilayah tersebut terdapat potensi ekonomi yang cukup besar. Sebaliknya,
migrasi keluar tertinggi terjadi di wilayah Jawa Tengah (5,4 juta), Jawa Timur (3,1 juta), Jawa
Barat (2,1 juta), dan Sumatera Utara (1,3 juta). Perpindahan itu bukan hanya berlangsung di
skala domestik, banyak di antara penduduk wilayah tersebut yang mungkin berpindah ke luar
negeri dengan alasan untuk mencari rezeki. Sebenarnya bisa potensi demografis itu dikelola
dengan baik akan memberi manfaat bagi perkembangan daerah dan pemerataan pembangunan
secara nasional. Untuk itu diperlukan kebijakan pembangunan wilayah yang mencakup semua
sektor dan mempertimbangkan betul keunggulan setiap daerah. Kebijakan nasional juga harus
memperhatikan faktor yang mempengaruhi kondisi di pedesaan dan perkotaan pada setiap
wilayah, agar tidak terjadi involusi sumber daya akibat urbanisasi
yang tak terkendali. Perbedaan tingkat pembangunan sosial dan ekonomi tak hanya
mempengaruhi kondisi fisik, namun juga menghasilkan format budaya yang berbeda. Bila
perbedaan itu tidak segera ditangani, maka akan membuat suatu daerah mungkin tertinggal dan
terbelakang dibanding daerah lain. Jika itu dibiarkan, maka keutuhan nasional akan terganggu.

3. Bagaimana dengan tingkat migrasi internasional? Bandingkan antara migrasi


internasional ke luar (emigrasi) dan ke dalam (imigrasi)?
Indonesia merupakan salah satu Negara yang banyak beremigrasi, hal ini berhuibungan
dengan jumlah kepadatan penduduk yang cukup besar. Tidak sedikit warga Negara Indonesia
beremigrasi dengan tujuan mencari pekerjaan, namun ada juga yang bertujuan untuk mencari
ilmu. Sebagian besar pekerja migran dari Indonesia memiliki tingkat pendidikan rendah dan
bekerja di bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan. Para pekerja pria umumnya
bekerja di bidang pertanian, konstruksi atau produksi. Sedangkan sebagian besar wanita bekerja
sebagai pekerja rumah tangga atau perawat, Berbeda dengan migrasi internasinal ke luar. Sekitar
20.000 tenaga kerja asing setiap tahunnya memperoleh izin kerja di Indonesia. Izin kerja tersebut
dikeluarkan bagi warga asing yang memiliki keahlian dan kemampuan yang tidak mudah
diperoleh di pasar tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2003, 25 persen izin kerja yang
diterbitkan bagi warga saing adalah untuk manager dan 72 persen untuk para professional.

2.2 Ketenagakerjaan

1. Apakah peran laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di pedesaan sudah adil?

Peranan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di pedesaan saat ini masih belum
begitu adil, tetapi dengan kondisi dunia yang modern saat ini emansipasi wanita semakin
berkembang, sehingga peranan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan pedesaan saat ini
sudah agak adil. Emansipasi wanita di pedesaan yang telah mengalami kemajuan dapat terlihat
dari kegiatan mereka dalam membantu pekerjaan di sawah, baik pada saat persemaian,
penanaman, pembudidayaan maupun pemanenan. Bahkan pada saat memasarkan pun wanita
sudah banyak yang langsung menjajakan sendiri ke pasar tanpa bantuan pria. Banyaknya
oraganisasi wanita seperti koperasi, PKK, dan lain-lain pun sudah menunjukkan bahwa tidak
hanya laki-laki yang berperang dalam pembangunan di pedesaan. Namun, masih banyak pula
rumah tangga yang pembagian peranan antara laki-laki dan perempuannya tidak adil. Lelaki
harus terus diluar rumah untuk mencari nafkah, sedangkan perempuan harus terus di rumah
untuk melakukan pekerjaan rumah dan tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan
pembangunan pedesaan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran laki-laki dan perempuan
dalam pembangunan di pedesaan sudah cukup adil namun peranan wanita belum seimbang
dengan peranan laki-laki.
2. Bagaimana menciptakan lapangan kerja dan usaha yang tepat bagi tenaga kerja muda
di pedesaan?

Untuk menciptakan lapangan kerja dan usaha yang tepat bagi pemuda di pedesaan harus
dilakukan berbagai upaya, antara lain :

a. Pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui karang taruna. Karang taruna
secara ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang
bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan nasional pada
umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada khususnya. Melalui karang
taruna maka pemuda di pedesaan akan lebih terarah untuk melakukan berbagai kegiatan,
salah satunya membuat program untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.
b. Melaksanakan program Pemuda Mandiri Pencipta Lapangan Kerja Pedesaan (PMPLKP)
seperti yang digulirkan oleh Pemprov Jabar. Program ini bertujuan menciptakan kader-
kader wirausaha baru yang mandiri, produktif, dan beretos kerja tinggi. PMPLKP
diharapkan menjadi lokomotif pengembangan perekonomian desa. Selain itu sasaran
PMPLKP ini untuk mengurangi pengangguran, menanggulangi rendahnya penyerapan
tenaga kerja usia muda, dan mengurangi laju urbanisasi.

3. Bagaimana membalik arus tenaga kerja muda terdidik yang berasal dari pedesaan
tetapi berada di perkotaan kembali ke pedesaan (brain drain)?

Pembalikan arus dari desa ke kota harus dilakukan agar terjadi distribusi sumber daya
dari pusat ke daerah. Sekolah tidak hanya berporos di pusat tetapi membangun inti pembangunan
di desa. Pendidikan yang diperoleh oleh orang miskin di desa tidak dimanfaatkan oleh penduduk
kota, tetapi kembali untuk membangun desa di mana mereka dibesarkan.

Salah satu kunci penggerak arus balik adalah desentralisasi yang memusatkan kekuatan
yang sebelumnya dipegang oleh orang profesional di perkotaan. Sudah saatnya mengubah
seluruh tatanan tersebut mulai dari tingkat pinggiran, memberikan kepercayaan kepada
masyarakat, memperluas kepentingan bersama, mendistribusikan hirarki kekuasaan dengan
melibatkan secara aktif masyarakat miskin, mekanisme pasar dan perdagangan yang adil dengan
menjangkau ruang yang semakin kecil. Nilai dan preferensi kaum profesional merupakan sasaran
pertama dari upaya menggerakkan arus balik agar tidak terjadi pemusatan dan distribusi
kemampuan yang tidak seimbang antara desa dengan kota atau pusat dengan daerah.

4. Apakah dengan otonomi daerah yang menempatkan desa sebagai inti pembangunan
dapat meningkatkan lapangan kerja di pedesaan dan dapat menekan angka migrasi?

Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah


peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan
terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Melalui
desentralisasi ini pembuatan kebijakan yang menyangkut kehidupan kemasyarakatan didekatkan
kepada masyarakat. Hal ini akan dapat mempercepat pembangunan ekonomi sekaligus
pemerataan pembangunan antar daerah. Tetapi sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan
persepsi dalam memandang dampak dari otonomi daerah. Hal ini pada akhinya memunculkan
sikap optimis dan pesimis yang berjalan bersamaan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah.

Prospek mobilitas penduduk antar daerah dalam kondisi otonomi daerah tersebut antara lain :

a. Dengan atau tanpa otonomi daerah, volume mobilitas penduduk akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan pembangunan. Oleh karenanya, jika pelaksanaan otonomi
daerah mampu memacu lebih cepat pembangunan daerah sekaligus pembangunan
nasional, maka di era otonomi daerah ini akan terjadi peningkatan volume mobilitas
penduduk yang jauh lebih pesat dibandingkan peningkatan volume yang pernah dialami
Indonesia pada masa lalu.
b. Arus dan arah mobilitas penduduk sangat ditentukan oleh distribusi empat tipe daerah,
diantaranya :

– Daerah tipe I
Pada daerah ini, kematangan dan kemandirian organisasi civil society akan mampu
mengimbangai kekuatan struktur dan institusi pemerintah.

– Daerah tipe II
Pada dasarnya tipe II merupakan daerah potensial untuk tumbuh. Namun, sebagai akibat
lemahnya organisasi civil society, penguatan pada struktur dan institusi pemerintah akibat
otonomi daerah, akan menimbulkan elite baru di daerah. Oleh karenanya, daerah ini tidak
akan tumbuh secepat yang diharapkan sesuai dengan potensinya.

– Daerah tipe III


Dalam jangka pendek, pelaksanaan otonomi daerah belum akan mampu memacu lebih
cepat pembangunan di daerah tersebut. Oleh karenanya, arus mobilitas penduduk ke
daerah tersebut juga akan relatif terbatas. Namun demikian dalam jangka panjang, dengan
berbagai inovasi atas keterbatasan sumberdaya alam yang mereka miliki, daerah ini akan
mampu menumbuhkan berbagai aktivitas perekonomian baru yang mendorong laju
pembangunan daerah yang bersangkutan.

– Daerah tipe IV
Secara nyata tipe IV adalah daerah yang belum siap dalam memasuki era otonomi daerah.
Dalam konteks mobilitas penduduk, daerah ini akan menjadi daerah pengirim migran
terbesar dan menerima migran masuk dalam jumlah yang relatif sedikit.

2.3 Pola Konsumsi

1. Apakah di zaman sekarang pola konsumsi yang dipengaruhi kuat oleh faktor sosial
budaya lokal (adat istiadat, seperti pada masyarakat adat) turut berubah?

Tidak,karena yang mempunyai pengaruh besar terhadap berubahnya pola kosumsi suatu
masyarakat berasal dari pengaruh global, sedangkan pengaruh budaya local sama sekali tidak
berpengaruh.

2. Bagaimana pendekatan untuk mengendalikan pola konsumsi yang tidak produktif di


pedesaan?

Dengan cara menciptakan kesadaran kolektif untuk memfilterisasi setiap pengaruh


budaya kota seperti budaya, teknologi, informasi dan lain-lain yang memiliki dampak negative
terhadap perilaku konsumsi masyarakat pedesaan.

3. Apakah pola konsumsi berpengaruh terhadap kemiskinan masyarakat pedesaan? atau


sebaliknya?
Ya berpengaruh, dengan pola konsumsi konsumtif maka akan terjadi kemiskinan pada
masyarakat pedesaan. Seperti contohnya apabila sesorang ingin hidup mewah tapi kemampuan
tidak ada maka akan mengakibatkan daya beli akan semakin menurun.

2.4 Kemiskinan

1. Kenapa tahun 1998 hingga 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat
tajam?

Suatu rumah tangga dikatakan miskin jika sebagian besar penghasilannya digunakan
untuk membeli bahan pangan. Peningkatan jumlah rumah tangga miskin di Indonesia pada tahun
1998-1999 diawali dengan peristiwa krisis moneter. Pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis
moneter dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah, sehingga membuat kinerja
perekonomian Indonesia yang memiliki hutang dalam dollar dan mengandalkan pemasukan
dalam rupiah menjadi collapse. Kejadian ini menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat,
sehingga mereka menarik uangnya dari lembaga keuangan yang dianggap tidak stabil dan
memindahkannya ke lembaga keuangan yang dianggap lebih aman. Hal ini berdampak pada
tingginya tingkat inflasi dan suku bunga, sehingga permintaan konsumen terhadap barang dan
jasa menurun. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengalami kerugian bahkan
hingga gulung tikar, meningkatnya harga sembako, likuidasi beberapa bank, penutupan
perusahaan, juga maraknya PHK. Tingginya tingkat PHK terus berlangsung selama beberapa
tahun, sehingga menurunkan daya beli masyarakat.

2. Ketika terjadi peningkatan angka kemiskinan, sektor mana yang melemah dan sektor
mana yang menguat?

Ketika terjadi kemiskinan, hampir semua sektor ekonomi melemah terutama sektor
industri. Sebagai dampak dari melemahnya sektor tersebut, tenaga kerja yang mengalami PHK
kembali ke sektor pertanian sehingga sektor pertanian menguat. Sektor pertanian dapat
menampung banyak tenaga kerja selama beberapa waktu. Namun hal itu juga tidak dapat
berlangsung lama. Seiring dengan tingginya jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat
permintaan lapangan kerja yang tidak dibarengi dengan kemampuan sektor ekonomi menampung
tenaga kerja tersebut. Lahan pertanian yang semakin lama semakin sempit akhirnya mengalami
kejenuhan dalam menampung tenaga kerja sehingga masalah pengangguran kembali muncul.
3. Menurut ILO (1998): “selama periode 1997-1998 terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK) terhadap sekitar 5,4 juta pekerja pada sektor industri modern”, pertanyaannya:
kemana larinya para korban PHK tersebut, terutama para migran pedesaan?

Sebagai akibat dari bangkrutnya beberapa perusahaan industri modern di perkotaan,


sebagian besar para pekerja yang pada umumnya sebagai buruh di perkotaan kembali ke
pedesaan untuk bekerja sebagai petani. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena
kejenuhan sektor pertanian menampung tenaga kerja. Akibatnya, banyak korban PHK yang
bekerja pada sektor usaha informal, misalnya barang bekas, jamu gendong, jasa pengetikan,
menjahit, voucher pulsa handphone, tukang ojek, dan lain-lain. Usaha di sektor informal menjadi
pilihan karena beberapa faktor, seperti modal kecil, tidak memerlukan keahlian khusus, juga
tidak memerlukan perizinan khusus yang rumit.

4. Kenapa tahun 1998 hingga 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat
tajam?

Pada tahun 2008 terjadi krisis moneter di Indonesia yang menyebabkan revolusi
mahasiswa akan pemerintahan Soeharto menjadi ancaman nasional dan pada akhirnya
berakhirlah rezin soeharto pada tahun 1998 tersebut. Setelah pemerintahan Soeharto jatuh tetap
tdak memperbaiki keadaan, karena pergantian kedudukan kabinet pemerintahan yang mendadak
menyebabkan tidak matangnya kinerja para petinggi negara. Perusahaan-perusahaan memecat
banyak karyawannya karena sudah tidak mempu mengupah mereka, sehingga menimbulkan
peningkatan yang sangat signifikan pada tingkat pengangguran di Indonesia. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar anjlok, terjadinya inflasi, banyaknya hutang Indonesia kepada negara lain yang
diminta untuk segera dilunasi, melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok dan banyaknya
korupsi. Bisa dibayangkan kacaunya perekonomian di Indonesia pada saat itu, sehingga
pemerintah Indonesia pun tidak bisa mengatasi krisis moneter pada saat itu. Didasari situasi dan
kondisi yang telah dijabarkan diatas, maka krisis moneter pada tahun 1998 menyebabkan jumlah
rumah tangga miskin di Indonesia meningkat tajam. Karena banyaknya kepala rumah tangga
yang tidak berpenghasilan dikarenakan kehilangan pekerjaannya dan harga kebutuhan bahan-
bahan pokok meningkat. Fampak krisis moneter tersebut berkepanjangan hingga tahun 1999,
sehingga dari tahun 1998 sampai 1999 jumlah rumah tangga miskin di Indonesia makin
meningkat.
5. Ketika terjadi peningkatan angka kemiskinan, sektor mana yang melemah dan sektor
mana yang menguat?

Ketika angka kemiskinan meningkat, konflik sosial pun semakin meningkat, kondisi
sosial-politik dan keamanan pun semakin rentan. Maka, ketika angka kemiskinan mengalami
peningkatan sektor jasa dan properti melemah, dikarenakan daya beli masyarakat yang menurun
drastis akibat meningkatnya kemiskinan di masyarakat. Namun, dampak peningkatan
kemiskinan ini meningkatkan sektor kriminalitas karena tidak dapat terpenuhinya kebutuhan
pokok masyarakat miskin sehingga banyak terjadi konflik sosial, sehingga tidak sedikit
masyarakat yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kondisi
keamanan masyarakat pun semakin rentan dikarenakan meningkatnya sektor krimialitas.

VI. DINAMIKA AGRARIA

6.1 Konsep Agraria

Agraria merupakan suatu hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria serta
hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber graria.
Secara kategoris, subjek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas (sebagai kesatuan dari
unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector).
Prinsip dasar dari implementasi pembaruan agraria adalah untuk menciptakan sistem usaha
pertanian yang berkeadilan, efisien, dan berkelanjutan.

6.2 Permasalahan Agraria

Keberadaan tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat agraris.
Sumberdaya tanah bersifat multifungsi dalam aktifitas kehidupan manusia di berbagai bidang,
baik di bidang pertanian maupun non-pertanian. Di bidang pertanian tanah digunakan sebagai
lahan untuk berusahatani sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Sedangkan di bidang non-pertanian tanah digunakan sebagai tempat
pemukiman, perkantoran/jasa maupun tempat lainnya. Penguasaan tanah oleh petani semakin
menurun, jumlah petani gurem baik pemilik maupun penyewa semakin meningkat, begitu juga
halnya dengan petani penyakap yang kesemuaannya dapat dikategorikan sebagai masyarakat
miskin. Selain itu konsentrasi penguasaan sumber-sumber agraria oleh segelintir orang saja
begitu mencuat, karena didukung oleh berbagai undang-undang sektoral baik pada bidang
perkebunan, kehutanan, pertambangan, kelautan, dan sebagainya. Konflik agraria merupakan
kenyataan yang kerapkali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

6.3 Reforma Agraria


Tanah merupakan komponen dasar dalam Reforma Agraria. Pada dasarnya tanah yang
ditetapkan sebagai obyek Reforma Agraria adalah tanah-tanah negara dari berbagai sumber yang
menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagi obyek Reforma Agraria. Konsep
Reforma Agraria tidak lepas dari apa yang disebut dengan konsep Lanreform. Dalam konteks
reforma agraria, peningkatan produksi tidak akan mampu dicapai secara optimal apabila tidak
didahului oleh landreform. Tujuan Reforma Agraria di atas bermuara pada peningkatan
kesejahteraan rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa.

VII. STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL


7.1 Sistim Nilai
Menurut Giddens, nilai adalah suatu konsep yang memberikan makna dan menyediakan
tuntunan untuk umat manusia sebagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosialnya.
Sedangkan norma adalah aturan atau perilaku yang merefleksikan atau menjelma dalam sebuah
nilai budaya. Nilai dan norma bekerja bersama untuk mengarahkan dan menentukan bagaimana
anggota dari suatu budaya berperilaku sesuai dengan lingkungannya. Norma mempunyai
kekuatan yang mengikat yang berbeda beda mulai dari yang terkuat, yaitu :
• Cara (Usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Pelanggaran terhadap norma ini
misalnya berupa celaan.
• Kebiasaan (folkways), merupakan kebiasaan yang diulang ulang dalam bentuk yang sama
yang merupakan bukti bahwa orang menyukai perbuatan tersebut.
• Tata Kelakuan (mores), merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur.
Pelanggaran terhadap norma ini misalnya berupa pengucilan.
• Adat istiadat (custom), mencerminkan sifat sifat yang hidup dari kelompok manusia yang
dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat
terhadap anggota anggotanya.
7.2 Stratifikasi Sosial
Menurut Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas kelas secara bertingkat (hierarki). Pelapisan sosial muncul karena adanya sesuatu
yang bernilai disbanding dengan lainnya. Stratifikasi sosial memiliki tiga dimensi, yaitu :
– Kekuasaan, kesempatan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan
kemauannya dalam suatu tindakan sosial.
– Previlege, berarti hak istimewa, hak mendahului, dan hak untuk memperoleh
perlakuan khusus dalam kehidupan bersama.
– Prestise, berarti kehormatan dan harus dikaitkan dengan suatu sistim sosial
tertentu.
7.3 Pola Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil
dinamika interaksi sosial. kepemimpinan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
– Kepemimpinan formal, yaitu kepemimpinan yang tersimpul dalam suatu jabatan
yang formal yang dalam pelaksanaannya harus berada di atas landasan atau
peraturan resmi sehingga daya cakupnya agak terbatas.
– Kepemimpinan informal, merupakan kepemimpinan karena kepercayaan
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin. Lebih fleksibel
dengan ruang lingkup tanpa batas resmi.

7.4 Interaksi Sosial


Menurut Giddens, interaksi sosial adalah suatu proses yang mana kita bertindak dan
bereaksi atau memberikan respon terhadap orang orang disekitar kita. Ciri-ciri interaksi sosial :
– Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang
– Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol simbol
– Ada dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung
– Ada tujuan tujuan tertentu
Ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat :
– Kerjasama, suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu
dan saling memahami terhadap aktivitas masing masing
– Persaingan, merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang
lebih daripada yang lainnya.
– Akomodasi, suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang
menunjukkan keseimbangan yang berhubungan denagn nilai dan norma norma
sosial yang berlaku di masy.
– Pertikaian (pertentangan), bentuk persaingan yang berkembang ke arah negatif
7.5 Proses Sosial
Proses sosial merupakan suatu interaksi yang dapat memberi pengaruh timbal balik antar
berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosial yang assosiatif terdiri dari :
– Kerjasama, merupakan usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
– Akomodasi, merupakan usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu
usaha usaha untuk mencapai kestabilan.
– Asimilasi, merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau
kelompok yang juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap
dan proses mental dengan memperhatikan tujuan bersama.
– Akulturasi, terjadi jika asimilasi menyebabkan perubahan dalam hubungan sosial
dan pola adat istiadat serta interaksi sosial.

• Sedangkan proses sosial dissosiatif terdiri dari :


– Persaingan, merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok bersaing
mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu.
– kontraversi, suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan
pertentangan.
– Pertentangan, terjadi karena perasaan memegang peranan penting dalam
mempertajam perbedaan perbedaan tersebut sedemikian rupa sehingga masing
masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan dan menekan pihak lain yang
menjadi lawannya.
7.6 Mobilitas Sosial
Mobilitas Sosial merupakan perubahan status sosial yang terjadi pada seseorang. Mobilitas sosial
terbagi dalam dua kategori, yakni :
– Mobilitas sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek sosial
lainnya dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat
( horizontal).
– Mobilitas sosial Vertical, yaitu perpindahan individu dari satu kedudukan
sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat (vertical).

VIII. STRUKTUR DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN


8.1 Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan pedesaan merupakan integrasi dari perencanaan sosial,
ekonomi, ekologi, teknologi, fisik-teknis, informasi dan institusi. Perencanaan melibatkan
beberapa kegiatan, yakni identifikasi tujuan umum dan kenyataan, formulasi strategi, formulasi
strategi ke dalam rencana dan action, implementasi rencana dan program, monitoring dan
evaluasi terhadap implementasi dan kendala bagi pencapaian tujuan. Pembangunan pedesaan
dilakukan dengan dua pendekatan. Yang pertama, model linear (perencanaan terpusat)
perencanaan bersifat searah, cenderung terpusat pada satu poros kekuasaan atau poros pelaku
pembangunan; pengambilan keputusan perencanaan pembangunan nasional dan daerah
dilakukan secara terpusat oleh pemerintah pusat (nasional) atau pelaku kekuasaan saja
(pemerintah)…perencanaan tidak melibatkan pelaku-pelaku pembangunan lainnya. Sedangkan
yang kedua adalah model partisipatif (perencanaan terdesentralisasi), perencanaan bersifat
partisipatif, dua arah, berbagi dan tepat guna yang cenderung melibatkan semua pelaku
pembangunan (termasuk masyarakat). Berdasarkan potensi masing-masing daerah atau
masyarakatnya, keputusan pusat hanya berlaku untuk kegiatan nasional dan internasional
(termasuk keuangan, perpajakan, dsb), kegiatan daerah hanya menyangkut perencanaan wilayah
daerah (termasuk pedesaan), dan kebijakan lokal.
8.2 Metode Perencanaan
IRAP (integrated rural accessibility planning) merupakan perencanaan akses pedesaan
secara terintegrasi. Akses pedesaan meliputi akses sumber-sumber produktif, seperti akses
sumberdaya lahan, akses sumberdaya air, akses pelayanan, akses transportasi, akses komunikasi,
akses pada lembaga keuangan, akses pendidikan, akses kesehatan, akses pasar, akses media
massa, akses listrik, akses sumber sarana produksi dan sebagainya. Selain itu dapat melakukan
dengan teknik persiapan pengkajian desa (PRA), yakni dengan melakukan pemetaan, transek,
lokakarya desa, dan sebagainya. Untuk menganalisis pengembangan desa ke masa yang akan
datang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats) terhadap potensi desa. Melalui analisis SWOT, dapat diidentifikasi faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam upaya
pengembangan desa.

a. Strength (kekuatan), berdasarkan pengamatan dan inventarisasi kondisi potensi desa


b. Weakness (kelemahan), sebuah desa tentu juga memiliki berbagai kelemahan,
c. Opportunities (peluang), selain itu desa juga harus mampu menangkap peluang dan
ancaman yang datang dari lingkungan eksternal
d. Threats (ancaman), Identifikasi tentang ancaman juga harus diperhatikan.

VIIII. METODE LINEAR DAN PARTISIPATIF


9.1 Metode Linear
Siklus linear (linear cycle) terdiri dari rangkaian tahapan yang teratur. Suatu tahap tidak
dapat dilakukan sebelum tahap sebelumnya selesai. Ada enam tahapan dalam metode siklus
linear yaitu:
1. Pendefinisian Masalah
Dalam tahap ini masalah yang akan dipecahkan didefinisikan, meliputi batasan persediaan dan
penjualan .
2. Studi Kelayakan
Studi kelayakan menyediakan satu atau lebih solusi konseptual bagi permasalahan. Solusi
tersebut memberikan gambaran tentang sistem yang baru, mendefinisikan apa yang akan
dilakukan dengan komputer dan apa yang akan dilakukan dengan secara manual. Dalam tahap
ini didefinisikan pula input yang diperlukan sistem dan output yang akan dihasilkan. Ada tiga
hal yang harus dilakukan untuk menetapkan suatu kelayakan, yaitu: kelayakan teknik,
kelayakan operasional, dan kelayakan ekonomi. Hasil akhir dari tahap ini adalah solusi
konseptual, pembiayaan dan manfaat yang diharapkan.
3. Analisa Sistem
Dalam tahap ini dibuat suatu analisa detail dengan menggunakan teknik analisis seperti
Diagram Alir Data (DAD) dan analisis data, diikuti dengan spesifikasi proses sistem yang
sudah ada. Hasil akhir dari analisis sistem adalah model detail sistem yang menggambarkan
fungsi-fungsi sistem, data sistem dan aliran informasi. Dari tahap ini akan diketahui rincian
kebutuhan sistem.
4. Perancangan Sistem
Yang dilakukan dalam tahap ini adalah memilih perlengkapan yang diperlukan untuk
mengimplementasikan sistem, spesifikasi program yang baru atau perubahan terhadap
program yang sudah ada, spesifikasi basis data, serta rincian prosedur pemakai yang
menggambarkan bagaimana si pemakai akan menggunakan sistem. Perancangan sistem
dilakukan dalam dua tahap, yakni desain global dan desain detail. Dalam desain global solusi
konseptual yang didapat dari studi kelayakan dilihat secara lebih detail. Fungsi-fungsi yang
baru dibuat untuk menggantikan fungsi-fungsi yang sudah ada, input dan output didefinisikan
dan digambarkan dengan jelas bagian mana yang bisa diotomasi atau manual. Dari desain
global dihasilkan solusi global.
Tahap kedua adalah desain detail, dalam tahap ini akan dilakukan perancangan basis data dan
modul program, pendokumentasian prosedur, serta pendefinisian antarmuka (interface) antara
pemakai dan komputer. Hasil akhir perancangan sistem adalah prosedur pemakai, konfigurasi
perlengkapan, serta spesifikasi program dan basis data.
5. Pembangunan Sistem
Tahap pembangunan sistem dilakukan dalam dua tahap, pengembangan dan implementasi.
Selama tahap pengembangan dibentuk komponen-komponen sistem, penulisan dan uji-coba
program, dan pengembangan antarmuka pemakai (user interface). Dalam implementasi,
komponen-komponen yang dibentuk pada tahap pengembangan diterapkan dalam operasional.
Keluaran dari tahap pembangunan sistem adalah implementasi sistem dan sistem kerja, yang
meliputi kumpulan program kerja dan basis data yang sudah di inisialisasi.
6. Pemeriksaan ulang dan pemeliharaan
Pemeriksaan ulang dilakukan untuk mengevaluasi apakah sistem yang dibangun telah
memenuhi tujuan dan untuk melihat apakah manfaat yang diharapkan sudah tercapai.
Pemeliharaan diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam sistem kerja dan untuk
menghubungkan sistem dengan berbagai variasi dalam lingkungan kerjanya.

9.2 Metode Partisipatif


Pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat
dan dalam prosenya melibatkan rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode
perencanaan partisipatif adalah
– Metode ZOPP, yakni perencanaan yang berorientasi pada tujuan. Melalui kajian
permasalahan, tujuan, alternative dan peran, ZOPP mengembangkan rencana proyek yang
taat azas dalam suatu kerangka logis. Metode ini mempunyai kegunaan untuk
meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin
diperbaiki melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil
sangat bergantung pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.
– Metode PRA (Participatory Rural Appraisal), yakni metode pendekatan tentang kondisi
dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat sendiri.
– Stakeholder analysis, metode ini digunakan untuk menentukan apa masalah dan
kebutuhan suatu organisasi, kelompok atau masyarakat setempat.
– Monitoring dan Evaluasi Partisipasi, melibatkan kerjasama dengan masyarakat untuk
mengumpulakna informasi, identifikasi dan analisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi.
– Beneficiary Assessment, untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan, merancang inisiatif
dan menerima masukan untuk memperbaharui kualitas pembangunan.

X. PEMETAAN SOSIAL EKONOMI


10.1 Pemetaan Sosial
Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat
yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat
termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Pemetaan
Sosial adalah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengenali kondisi sosial budaya masyarakat
lokal atau disebut juga sebagai kegiatan orientasi sosial dan wilayah sasaran program CSP
(Community Settlement Plan). Pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial
dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta
wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai
pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah
kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan
pemusatannya.

10.2 Pendekatan Pemetaan Sosial


Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey
formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method).
Dalam wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian
makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam
penelitian mikro-kualitatif. Pemetaan sosial diharapkan menghasilkan data dan Informasi
tentang:

– Data Demografi, yakni jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender,
mata pencaharian, agama, pendidikan, dll.

– Data Geografi, yakni topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas
lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.

– Data psikografi, yakni nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-
kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif
yang menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama
terkait dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar,
kekuatan sosial yang paling berpengaruh, dll.

– Pola komunikasi, yakni media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca
tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh informasi.

XI. MODERNISASI DAN INDUSTRIALISASI PEDESAAN


11.1 Modernisasi
Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya merupakan perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Revolusi Hijau adalah sebutan tidak
resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi
budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara
berkembang, terutama di Asia. Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting:
penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk
menjamin produksi, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku berkualitas.

11.2 Adopsi dan Inovasi


Menurut Rogers dan Shomaker inovasi adalah ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau
obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat tani
sasaran. Tahapan-tahapan Adopsi

• Awareness (kesadaran) : sasaran mulai sadar tentang inovasi yang ditawarkan oleh
penyuluh
• Interest (tumbuhnya minat) : keinginan untuk mengatahui lebih jauh sesuatu yang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan
• Evaluation (evaluasi) : penilaian terhadap baik/buruk ataumanfaat inovasi yeng telah
diketahui informasinya secara lebih lengkap
• Trial (mencoba) : melakukan percobaan dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan
penilaiannya
• Adoption (adopsi) : menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan dan diamatinya sendiri

Penelitian adopsi inovasi sangat diperlukan di bidang pertanian dalam rangka mengevaluasi
“manfaat dan efektifitas” inovasi (teknologi, cara, ide yang baru) yang dihasilkan melalui
berbagai penelitian, pengembangan dan kajian pertanian. Hasil peneltian adopsi dapat
digunakan untuk “merancang strategi” penyebarluasan inovasi baru yang lainnya sehingga
akhirnya diterapkan oleh client/target sasaran.

11.3 Swasembada dan Ketahanan Pangan


Swasembada pangan dideskripsikan sebagai kemampuan untuk menyediakan beragam
pangan secara mandiri, dengan jumlah yang mencukupi kebutuhan untuk konsumsi menurut
norma gizi, tersedia merata setiap waktu dan terjangkau oleh semua lapisan, dengan
mengutamakan kemampuan produksi dalam negeri.

11.4 Modernisasi Kelembagaan

Modernisasi di bidang kelembagaan merupakan salah satu penunjang dalam proses


pembangunan pedesaan karena dengan adanya pembahararuan yang terjadi di tingkat di
kelembagaan akan berdampak pada modernisasi masyarakat pedesaan yang tentunya tanpa
melupakan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat pedesaan itu sendiri. Pembangunan desa
adalah menghilangkan teknologi tradisional pedesaan dan program kedua memasukkan
teknologi modern sebagai penggantinya. Dengan adanya pembaharuan di kelembagaan
pedesaan maka akan membnatu proses transformasi pemodernan pedesaan. Dampak
modernisasi dan industrialisasi di pedesaan :

• Urbanisasi
• Terpinggirkannya pertanian tradisional
• Distribusi pendapatan yang tidak merata
• Perubahan-perubahan sosial masyarakat pedesaan
• Konsumerisme

XII. PROGAM PEMBANGUNAN DESA

12.1 Transmigrasi

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang padat penduduknya ke
area wilayah pulau lain yang penduduknya masih sedikit atau belum ada penduduknya sama
sekali. Tujuan Diadakan Transmigrasi

– Untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah nusantara

– Untuk pertahanan dan keamanan / hankam lokal nasional


– Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan kesempatan
merubah nasib.

Jenis-jenis / Macam-macam Transmigrasi

1. Transmigrasi Umum
2. Transmigrasi Spontan / Swakarsa
3. Transmigrasi Bedol Desa

12.2 Keluarga Berencana

KB dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedualian dan peran serta masyarakat


melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

12.3 Inpres Desa Tertinggal

Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan Program yang secara langsung menunjuk desa-desa
tertinggal dan menyalurkan dananya langsung kepada masyarakat di desa. Di setiap desa
disediakan tenaga pendamping. Desa-desa yang dimasukkan dalam program yang pertama
tersebut adalah desa-desa yang dianggap sangat miskin. Intinya ada dua macam, yaitu dukungan
untuk perbaikan infrastruktur dan penyediaan dana khusus yang untuk memungkinkan
masyarakat mengembangkan kemampuannya dan hidup secara mandiri.

12.4 Penyerahan Irigasi kecil

Peningkatan efisiensi pemanfaatan air irigasi membutuhkan pendekatan sistematis dan


komprehensif Pendekatan yang diterapkan selama ini bias kepada aspek teknis dan terfokus pada
pengelolaan di tingkat sumberdaya dan agregat. Pengembangan kelembagaan dilakukan secara
“top-down”, sangat formal, cenderung homogen, dan mengakibatkan terjadinya kooptasi
berlebihan terhadap kelembagaan lokal yang sesungguhnya memiliki kapabilitas untuk
mewujudkan sistem pengelolaan irigasi yang efisien dan berlanjut. Reformulasi strategi dan
pendekatan yang cocok untuk mewujudkan sistem kelembagaan yang memberikan bobot lebih
besar kepada peran keswadayaan petani diharapkan dapat memperbaiki sistem pengelolaan
irigasi.

12.5 PPK dan P4K

Indikator Keberhasilan IDT adalah bila dana bantuan langsung masyarakat ( BLM )
diterima langsung oleh masyrakat secara utuh dengan tidak ada potongan. IDT dievaluasi dan
ditemukan bahwa kebutuhan masyarakat untuk terentaskan dari kemiskinan tidak hanya dengan
tambahan modal usaha bagi warga masyarakat. Akan tetapi yang dibutuhkan masyarakat asalah
juga tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan ekonomi.

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan salah satu upaya Pemerintah


Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan, memperkuat institusi lokal,
dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Program yang mengusung sistem pembangunan
bottom up planning yang diusulkan langsung dan dilaksanakan oleh masyarakat.

12.6 Kewirausahaan Sosial

Sebuah tanggungjawab untuk mendorong tumbuhnya kewirausahaan sosial dan


mendorong usaha pemberantasan kemiskinan di Indonesia. Kebijakan ekonomi sektor riil
haruslah dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lokalitas dan bertumpu pada proses
pemberdayaan masyarakat. Salah satu tujuan dari didirikannya kewirausahaan sosial adalah
• Peningkatan kemampuan masyarakat (Capacity Building) untuk mengatasi
masalahnya sendiri
• Menghubungkan sektor Ekonomi Rakyat dengan lembaga-lembaga perbankan
agar mendapatkan pelayanan keuangan.
• Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk
memfasilitasi dan melindungi usaha-usaha ke arah keberdayaan masyarakat.
• Membangun kerjasama saling menguntungkan dengan dunia usaha baik sektor
keuangan maupun sektor riil.
• Membangun jaring kerjasama diantara sesama lapisan dan sektor masyarakat
warga dengan lembaga philantropi nasional maupun internasional bagi
pengembangan keberdayaan masyarakat.

12.7 Kemitraan Usaha


Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara
pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan
pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat. Tujuan Pengembangan Usaha Pertanian adalah:
1. Meningkatkan pendapatan
2. Keseimbangan Usaha
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok
4. Meningkatkan skala usaha dan 5. Meningkatkan kemampuan usaha, sehingga kelompok
tani/petani menjadi kelompok tani/ petani yang tangguh dan mandiri.

POLA KEMITRAAN
Pola kemitraan usaha pertanian yang telah direkomendasikan yaitu:
a. Pola inti plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra
dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.
b. Pola sub kontrak, adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra;
dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai
bagian dari produksinya.
c. Pola dagang umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan
perusahaan mitra.
d. Pola kerjasama operasional, Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra den gan
perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk
mengusahakan/budidaya pertanian.
e. Pola Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok
diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra.

You might also like