You are on page 1of 12

PROSTITUSI

BISNIS ATAU KEJAHATAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah


Hukum Bisnis pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Disusun oleh :

Reni Suryani (109040053)

Hobby : Mendengarkan musik, Baca, Masak, Olah raga, dll

Cita-cita : Menjadi Akuntan

Alamat : Desa Bojong RT 05 RW 01 No. 139 Kmp. Kliwon,


Kec. Kramatmulya, Kab. Kuningan 45553

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2010
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah. Sholawat dan salam kepada Rasulullah. Berkat limpahan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini.

Prostitusi sebagai kasus dalam kehidupan manusia perlu dikaji melalui berbagai sudut
pandang. Bisnis dan hukumnya memiliki banyak hal yang perlu diteliti,
baik itu menyangkut mencakup ekonomi dan peraturan hokum yang
berlaku maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam makalah ini saya akan membahas masalah prostitusi, bisnis atau kejahatan.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada mahasiswa Fakultas Ek
onomi Unswagati khususnya Jurusan Akuntansi sebagai pengetahuan. Dan tentunya makalah
ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing saya minta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang.

Cirebon, April 2011

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN MASALAH ................................................................. 2

A. Faktor-Faktor Krisis Ekonomi Dan Perdagangan Perempuan ........... 2

B. Dampak yang ditimbulkan ................................................................. 2

C. Krisis Susila dan Perdagangan Perempuan ........................................ 3

D. Efek terhadap Ekonomi Nasional ...................................................... 5

E. Studi Kasus ........................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 8

A. KESIMPULAN .................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Timbulnya krisis ekonomi dan keuangan di suatu negara akan selalu menimbulkan ekses
berupa penurunan aktivitas ekonomi legal tetapi sekaligus juga memicu tumbuhnya aktivitas
ekonomi illegal. Sebagai contoh pada era depresi dunia tahun 1930 an di Amerika Serikat
muncullah tokoh mafia legendaris seperti Al Capone , kelompok Triad di Cina mun mulai
berkembang menjadi salah satu kelompok kejahatan terorganisir terbesar di dunia terjadi pada
era ini utamanya di Shanghai . Itulah sebabnya film-film bertema gangster atau mafia hampir
selalumengambil setting tahun 1930 an, era kejayaan para mafia.

Bisnis illegal yang menjadi favorit diantaranya adalah perdagangan obat bius dan obat-obatan
terlarang, kejahatan korporasi, perjudian, peredaran minuman keras, dan pelacuran. Walaupun
sangat jarang diulas akan tetapi pada dasarnya kegiatan-kegiatan illegal ini juga memiliki
mata rantai dengan perekonomian nasional baik secara negatif maupun positif.

Salah satu yang akan diulas dalam makalah ini adalah bisnis pelacuran dan perdagangan
perempuan di Indonesia yang mengalami peningkatan cukup besar pada masa awal krisis
ekonomi yang bahkan sampai memancing perhatian masyarakat internasional serta efek
lanjutannya pada pertumbuhan ekonomi nasional.

B. Rumusan masalah

1. Mengapa terjadinya krisis ekonomi?

2. Efek terjadinya pelacuran dan perdagangan perempuan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Krisis Ekonomi Dan Perdagangan Perempuan

Salah satu faktor terjadinya perdagangan manusia adalah akibat ambruknya system ekonomi
lokal, sehingga banyak anak-anak, gadis dan perempuan yang diekspos ke tempat-tempat
kerja global untuk mencari pendapatan. Situasi ini semakin merajalela di negara-negara yang
mengalami krisis ekonomi parah serta negara-negara yang mengalami perpecahan. Di
samping itu, pekerjaan yang tersedia dalam negeri tidak sesuai dengan pekerjaan pilihan
mereka untuk tetap tinggal di kampung halamannya. Dengan kata lain, pekerjaan yang ada
tidak memberi harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi para anak gadis itu. Bagi para
calon migran sendiri, mereka tidak mengetahui apakah calon tenaga kerja atau para rekruter
itu resmi atau gelap. Yang mereka tahu hanyalah bahwa ada tawaran suatu pekerjaan disuatu
tempat di suatu negara, dan dengan jumlah tertentu atau dengan kesepakatan tertentu, mereka
bisa direkrut untuk pekerjaan itu. Orang-orang seperti ini, baru kemudian menyadari bahwa
mereka telah memasuki negara secara gelap. Dan para migran gelap inilah yang posisinya
sangat rentan, tanpa perlindungan.

Faktor-faktor pendorong diatas, juga terkait erat dengan diskriminasi jender dalam keluarga
dan masyarakat. Banyak anak gadis dan perempuan yang berupaya melarikan diri dari
ketidakadilan jender, beban kerja yang terlalu berat dirumah, atau mereka dipaksa kawin oleh
orang tua. Di dalam kebanyakan budaya kita di Indonesia, anak gadis dan perempuan kurang
mendapat penghargaan tinggi. Dalam situasi krisis, anak gadis dan perempuan yang pertama
dikorbankan. Misalnya anak perempuan yang pertama kali akan diberhentikan dari sekolah
apabila keluarga mengalami krisis krisis ekonomi atau krisis pangan. Bahkan tidak jarang,
keluarga atau orang tua menjual anak gadis mereka untuk bekerja demi meringankan beban
ekonomi keluarga.

B. Dampak yang ditimbulkan

Tidak sedikit dampak yang ditimbulkan dari trafficking ini, disatu sisi dampak psikologis,
namun disisi lain adalah mencari keuntungan sosial ekonomi bagi para korban tersebut:
Pertama, akibat sering kali anak gadis dan perempuan ditempatkan dalam lingkungan
domestik karena banyaknya permintaan akan pekerja domestik yang mampu dikerjakan oleh
para kaum hawa dan kurang berpendidikan. Karena sebagian besar kerja dilakukan di dalam
rumah, maka pekerjaan pekerjaan itu kurang atau tidak dapat diawasi. Di samping itu sifat
pekerjaan yang tersedia baik bagi tenaga kerja migran serta tenaga yang diperdagangkan ini
justru mengingkari hak asasi manusia karena pekerjaan yang ada adalah pekerjaan gelap.
Majikan berkepentingan untuk menutup-nutupi para pekerja mereka yang gelap karena
mereka merasa perlu menyembunyikan sesuatu. Sebagai akibatnya, majikan seringkali
mengurung secara fisik para tenaga kerja gelap ini. Kombinasi antara dua faktor yaitu faktor
penarik (push) dan pendorong (pull) tersebut yang menciptakan terbentuknya tenaga kerja
murah dan berketrampilan rendah, hal ini tidak hanya kita di Indonesia namun dirasakan juga
di negara-negara sedang berkembang maupun di negara-negara maju. Kedua, adalah
keuntungan sosial ekonomi, sekalipun tindakan itu adalah pekerjaan yang kotor, namun bila
dikaitkan dengan keuntungan dari sisi ekonomi, maka tidak hanya para korban yang merasa
memperoleh keuntungan material dari pekerjaan tersebut, tetapi juga majikannya. Sekalipun
penyeludupan tersebut dilakukan secara ilegal, tetapi seringkali korban memiliki hubungan
kontak dengan sanak saudaranya di kampung halaman sehingga sesekali mengirimkan sedikit
2
uang yang dihasilkannya. Hal ini terlebih terjadi pada orang tua korban yang berasal dari
keluarga ekonomi lemah. Indonesia dalam Fenomena Trafficking memiliki letak yang
strategis, menjadikan Indonesia sebagai negara penting dalam jalur komunikasi dan
transportasi internasional, sekaligus rawan terhadap kejahatan penyelundupan dan
perdagangan manusia. Perdagangan tenaga kerja secara illegal ke sejumlah negara tetangga,
bahkan diantara mereka dipaksa berprofesi sebagai pekerja seksual.

C. Krisis Susila dan Perdagangan Perempuan

Pelacuran sering dianggap sebagai salah satu profesi tertua di dunia. Di masa lalu profesi
sebagai perempuan penghibur dianggap sebagai profesi terhormat sebagaimana profesi
lainnya.Di Yunani kuno misalnya para perempuan penghibur memilik peran sentral dalam
festival-festival keagamaan , kegiatan seni seperti pementasan drama dan musik sampai pada
pesta-pesta yang dilakukan oleh orang kaya .Di Jepang sampai abad ke 18 profesi sebagai
Geisha dianggap sebagai profesi yang dianggap penting dan terhormat dimana para Geisha ini
dididik dari kecil untuk menguasai berbagai macam ketrampilan seperti berpuisi , memainkan
alat musik , menyanyi , menari , juga penguasaan akan aspek-aspek tradisi dan budaya
tradisional seperti seni menyajikan teh jadi bukan hanya masalah seks.

Di abad modern profesi sebagai perempuan penghibur dianggap sebagai salah satu profesi
menyimpang dan sarat dengan eksploitasi.Di beberapa Negara profesi ini dianggap sebagai
salah satu bentuk kejahatan bahkan beberapa Negara menganggapnya kejahatan serius yang
bahkan diancam dengan hukuman mati.Di Amerika Serikat profesi ini juga dianggap sebagai
salah satu bentuk kejahatan tapi dengan dakwaan ringan.Polisi yang menangani kasus ini
biasanya hanya polisi yang masih "hijau" atau untuk menghukum polisi yang kurang
disiplin.Akan tetapi penangkapan terhadap para pelacur ini juga kadang kala dilakukan untuk
menjaring pelaku kejahatan yang lebih serius misalnya pelaku pengedar obat bius , pembunuh
dll.

Di Indonesia sendiri pelacuran tidak dianggap sebagai kejahatan akan tetapi hanya
permasalahan sosial biasa.Yang dianggap kriminal adalah profesi sebagai germo yang
diancam dengan hukuman maksimal 4 tahun (Pasal 297 KUHP).Karena dianggap sebagai
permasalahan sosial maka penanganannya pun dilakukan dengan pendekatan sosial.

Pada masa pemerintahan sentralistik di era Orde Baru pendekatan yang umum dilakukan
adalah meminimalkan dampak negatif dari pelacuran dengan mengisolirnya dari masyarakat
umum dengan pembuatan lokalisasi-lokalisasi pelacuran. Dan dengan metode ini pula
kegiatan pelacuran dapat terawasi dan terdata dengan baik dimana kemudian petugas-petugas
dari dinas sosial dan kesehatan setempat kemudian secara periodik memberi penyuluhan
danpelayanan kesehatan reproduksi juga memberi pendidikan ketrampilan dan kecakapan
hidup secara gratis.

Sementara bagi pekerja seks komersial liar yang beroperasi di jalan-jalan diklasifikasikan
sebagai tindak pelanggaran ketertiban dimana penanganannya diserahkan pada aparat trantib
setempat.Kalaupun polisi turut terlibat posisi mereka hanya sebagai back up atau
mengamankan situasi saja. Dan setelah ditertibkan mereka akan diserahkan pada panti-panti
rehabilitasi yang dikelola oleh dinas sosial setempat dimana disana mereka akan diberi
pelatihan ketrampilan dan kecakapan hidup seperti menggunting rambut, menjahit dll dengan
harapan setelah mereka keluar dari sana mereka akan meninggalkan profesi itu.Akan tetapi
akibat kurangnya dana maka sebagian besar pekerja seks komersial yang ditangkap akhirnya
hanya dihukum dengan denda dan kurungan badan maksimal 3 bulan.
3
Di era desentralisasi seperti sekarang , penanganan masalah ketertiban dan sosial diserahkan
pada pemerintah kota dan kabupaten setempat.Dan beberapa dari mereka kemudian
menerbitkan perda mengenai masalah ini. Salah satu yang menjadi isu dan berita hangat di
media adalah perda pelacuran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Tangerang yang
menuai protes dari banyak kalangan terutama para penggiat hak-hak perempuan.
Penyebabnya adalah perda ini memberi kewenangan pada aparat trantib untuk menangkap
perempuan mana saja yang dicurigai sebagai pelacur .Dan akibatnya banyak perempuan baik-
baik yang kebetulan keluar malam seperti pulang kerja , sedang menunggu angkutan umum
bahkan sedang menunggu pesanan nasi goreng turut ditangkap. Padahal dalam sistim hukum
manapun seseorang tidak boleh ditangkap dan dihukum hanya dilandasi oleh kecurigaan.

Di negara yang mengkriminalkan tindak pelacuran seperti Amerika Serikat misalnya


penangkapan hanya bisa dilakukan bila terjadi transaksi dimana yang dibidik bukan hanya
pekerja seks komersialnya saja juga para lelaki hidung belang. Pelacuran adalah bisnis jasa
karena itulah bukti utama untuk menjeratnya adalah rekaman telah terjadinya transaksi jadi
bukan hanya karena pakaian, dandanan atau perilakunya yang dianggap "mengundang" atau
bahkan hanya kebetulan ada di jalan pada malam hari.

Di satu sisi pendekatan yang dilakukan pemerintah terhadap praktek prostitusi ini dipandang
cukup manusiawi karena lebih menekankan aspek pembinaan daripada penghukuman. Akan
tetapi di sisi lain hal ini menyebabkan timbulnya kejahatan lain yang lebih besar yaitu praktek
perdagangan perempuan dan anak-anak.

Tidak dipandangnya kegiatan prostitusi sebagai sebuah kejahatan dan kegiatan perniagaan
perempuan dan anak-anakpun dianggap hanya kejahatan kecil (hukuman maksimal di bawah
5 tahun) menyebabkan bisnis ini tidak terlalu diperhatikan aparat hukum .Tidak seperti
kejahatan peredaran obat bius dan obat-obatan terlarang misalnya, prostitusi relatif steril dari
jamahan dan incaran penegak hukum.

Dan bisnis ini sangat menggiurkan, dengan perputaran uang yang cukup fantastis
menyebabkan pelakunya memiliki cukup kekuatan untuk membentuk jaringan dan organisasi
yang cukup kuat dan rapi.Di dalam bisnis ini demand selalu menekan supply, satu pekerja
seks komersial seringkali harus melayani 5-10 pelanggan per hari.Dan kebutuhan akan adanya
"barang baru" selalu meningkat setiap harinya , berapapun jumlah yang ditawarkan akan
selalu diserap pasar. Akan tetapi karena profesi ini dianggap hina tidak terlalu banyak yang
mau secara sukarela menjadi pekerja seks komersial.Daerah-daerah yang secara tradisonal
menjadi pemasok utama kebutuhan pekerja seks komersial seperti Indramayu , Puncak ,
Bogor , Cianjur , Singkawang dll dianggap tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
pasar.

Dan kondisi krisis ekonomi yang membuat sangat terbatasnya lapangan pekerjaan serta
meningkatnya angka kemiskinan dimamfaatkan oleh para agen-agen bisnis ini untuk
bergeriliya kedaerah-daerah mencari mangsa umumnya kalangan remaja putri yang putus
sekolah yang kemudian dibujuk dan ditipu akan dipekerjakan dengan gaji tinggi di luar daerah
bahkan juga luar negri.Bahkan dalam beberapa kasus sering juga mereka menggunakan
modus yang kasar seperti penculikan.

Minimnya perangkat hukum yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku kasus-kasus
perdagangan perempuan (dan anak-anak) ini menyebabkan bisnis ini meningkat dalam angka
cukup fantastis pada masa krisis ekonomi.Polisi dan aparat hukum seakan tidak berdaya ,
contoh saja para pelaku rekuitmen ketika ditangkap biasanya hanya dijerat dengan pasal 378
4
KUHP mengenai penipuan, sementara aktor utamanya hanya mampu diancam dengan pasal
297 dimana hukuman maksimalnya hanya 4 tahun, sementara konsumennya bahkan tidak bisa
dijerat dengan satu pasalpun.

Hal ini akhirnya membuat gerah masyarakat Internasional, Ms Radhika Coomarawamy pada
tahun 2000 membuat Special Rapporteur kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB mengenai
meningkatnya bisnis perdagangan perempuan di Indonesia ini. Kecaman ini juga mengemuka
pada saat pembahasan revisi terhadap Konvensi Perdagangan Orang dan Exploitasi Pelacuran
yang diadakan pada tahun 2001 Dan selama tiga tahun berturut-turut Indonesia pun masuk
pada daftar hitam negara yang tidak mengambil tindakan apapun terhadap perbudakan
manusia. Hal ini kemudian memicu kecaman dan tekanan Internasional terhadap Indonesia
.Akibatnya sejumlah negara kemudian mengancam unuk memberi sanksi eknomi berupa
pembatasan perdagangan terhadap Indonesia.

Pemerintah akhirnya bertindak. Pada tahun 2002 Kementrian Pemberdayaan Perempuan


kemudian membuat draft Rencana Aksi Nasional Anti Perdagangan Perempuan dan Anak
yang kemudian di syahkan oleh Presiden Megawati pada peringatan hari ibu tahun 2002
menjadi Peraturan Pemerintah no 88 tahun 2002.

Selain itu disusun pula Rancangan Undang Undang tentang Perdagangan Perempuan dan
Anak untuk menggantikan pasal 297 KUHP tentang perniagaan perempuan dan anak serta
pasal 324 KUHP mengenai perdagangan budak dimana RUU ini sampai saat ini masing
menunggu untuk dibahas oleh DPR.

D. Efek terhadap Ekonomi Nasional

Kegiatan ekonomi illegal selalu akan menimbulkan distorsi ekonomi. Karena walaupun
perputaran uang di bisnis ini sangat tinggi akan tetapi karena illegal maka semua kegiatan
ekonomi dan jumlah uang yang berputar di bisnis ini sama sekali tidak terdata dan tercatat
.Selain itu tidak akan pernah ada pemasukan ke kas pemerintah misal di sektor pajak ,
restibusi dll yang didapat dari bisnis illegal ini.Akibatnya uang yang berputar dan dihasilkan
dari bisnis ini dianggap tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi sehingga tentu saja ini
sangat merugikan dalam perhitungan pertumbuhan kegiatan usaha dan jumlah uang yang
beredar dimana uang yang berputar dalam bisnis-bisnis illegal ini dianggap hilang.

Beberapa negara dalam meminimalkan efek distorsi ekonomi ini kemudian menjadikan
kegiatan bisnis illegal ini menjadi usaha legal dengan pembatasan tertentu. Misal kegiatan
perjudian yang dilegalkan di area tertentu seperti Las Vegas Amerika atau Genting Highland
di Malaysia. Di Jerman dan Belanda pun bisnis pelacuran dilegalkan dimana usaha ini
menjadi obyek yang terkena pajak.

Usaha minuman keras gelap yang dahulu jadi andalan Al Capone juga kemudian dilegalkan
oleh pemerintah USA akan tetapi dengan pembatasan yang sangat ketat yaitu dengan
mengancam untuk menutup usaha toko , bar , club dll yang menjual minuman keras pada
remaja di bawah usia 21 tahun. Akan tetapi ada juga efek positif dari kegiatan bisnis illegal
ini.Dalam kaitannya dengan industri pelacuran , wisata seks merupakan menu yang menjadi
daya tarik wisatawan mancanegara.Beberapa negara yang menjadikan wisaya seks ini sebagai
ikon untuk menarik wisatawan mancanegara diantaranya Thailand dan Filiphina.

Tapi di masa pemerintahan Aquino pemerintah Filiphina mulai keras menindak kegiatan-
kegiatan pelacuran illegal apalagi yang melibatkan anak-anak di bawah umur. Thailand pun
beberapa tahun lalu mengeluakan Undang-undang yang keras untuk memberantas kegiatan
5
prostitusi anak.Jerman juga membuat UU yang mengancam warga negaranya yang melakukan
wisata seks anak keluar negri dengan hukuman penjara sekembalinya ia ke negaranya.

Dan Indonesia pun menjadi magnet baru wisata seks.Krisis ekonomi dan lemahnya
pengawasan dan penegakan hukum yang diperparah oleh tiadanya perangkat hukum untuk
mengatasi masalah ini menjadikan Indonesia menjadi surga bagi pencari dan penikmat wisata
seks.Contoh saja di masa krisis ekonomi jumlah wisatawan asing dari Timur Tengah
melonjak dengan drastis utamanya pada masa musim haji yang menjadi saat liburan panjang
di negri-negri itu.Dan tujuan utama wisatawan timur tengah ini bukan ke tempat wisata
favorit di Indonesia seperti Bali akan tetapi malah ke daerah-daerah yang banyak
menyediakan prostitusi anak seperti kawasan Puncak , Bogor , Cianjur , Sukabumi dll.

Turis Singapura dan Malaysia ke Batam pun yang angkanya juga meningkat pesat setiap akhir
pekan ditengarai lebih banyak didasari oleh keinginan untuk melakukan wisata seks karena
Batam bukanlah tempat wisata andalan di Indonesia yang menyediakan ikon seperti
keindahan alam , budaya dll sebagaimana Bali . Batam merupakan salah satu tempat tujuan
dalam mata rantai perdagangan perempuan baik untuk penempatan tetap maupun sebagai
tempat transit sementara sebelum dikirim lebih lanjut ke luar negri. Ikon Batam sebagai
tempat tujuan wisata seks ini terlihat dari makin banyaknya tempat-tempat hiburan malam dan
rumah-rumah bordil illegal semenjak krisis ekonomi.Sehingga di satu sisi kegiatan bisnis
pelacuran ini juga dapat meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata sekaligus di
bidang usaha jasa hiburan.

Efek lain dari kegiatan bisnis illegal ini terjadi ketika para pengusaha hitam yang terlibat
dalam bisnis ini untuk menjaga citranya di hadapan publik berusaha mencuci uangnya di
bidang usaha legal.Usaha legal yang menjadi favorit adalah di bidang usaha perdagangan dan
ekspor impor, pasar modal (valuta asing, komoditi, saham dll) dan yang paling favorit adalah
usaha properti. Hampir semua pengusaha hitam yang terlibat dalam usaha bisnis illegal selalu
menjadikan usaha properti sebagai bisnis utamanya.

Booming usaha properti pada era 2000-2002 misalnya dimana pada saat yang sama bank-
bank masih ketat mengucurkan kredit di sektor ini patut diduga didanai dari kegiatan ekonomi
hitam.Ramainya perdagangan di bursa juga menunjukkan trend serupa, di banyak negara
krisis ekonomi selalu berimbas pada hancurnya pasar modal.Krisis ekonomi dunia tahun 1930
an misalnya korban pertamanya adalah bursa saham sampai banyak pialang saham yang
melakukan aksi bunuh diri.Akan tetapi di Indonesia justru sebaliknya. Dan yang lebih
menarik lagi naiknya transaksi di bursa saham tidak berkaitan sama sekali dengan kegiatan di
sektor riil.

Walaupun masih bersikap spekulatif, akan tatapi secara umum semua kegiatan ekonomi baik
legal atau tidak, baik terdata atau tidak selalu berkaitan satu dengan lainnya. Kalangan yang
mengandalkan penghidupannya di bisnis jasa pelacuran misalnya akan pasti menggunakan
uang yang didapatnya di sektor konsumsi seperti membeli makanan , pakaian sampai bedak
dan lipstik. Dan trend pertumbuhan ekonomi pada masa pemulihan krisis seperti saat ini
menunjukkan bahwa sektor konsumsi mendominasi perekonomian nasional daripada sektor
usaha produktif dan investasi.

Dengan logika sederhana saja, seseorang bisa membeli sesuatu kalau dia memikiki uang, dan
dia bisa memiliki uang kalau bekerja atau memiliki usaha dan untuk menghasilkan uang maka
tempat ia bekerja atau usaha yang dijalankannya harus produktif. Jadi dominasi perekonomian
di sektor konsumsi tentu saja merupakan sebuah keajaiban ekonomi.
6
Salah satu teori yang paling mungkin dari trend perekonomian Indonesia saat ini adalah
pertumbuhan ekonomi sesungguhnya lebih banyak digerakkan oleh ekonomi hitam (black
economy) daripada sektor usaha produktif dan investasi.

Ekonomi hitam ini bisa berupa korupsi , pembalakan hutan , perdagangan illegal , sampai ke
perdagangan perempuan ini. Bila Indonesia jadi fokus perhatian dunia dalam isu perdagangan
perempuan ini maka bisa dipastikan bahwa dana yang berputar dan dihasilkan dalam bisnis ini
sangatlah besar.Apalagi prostitusi dan perdagangan perempuan merupakan sebuah usaha
illegal nomor dua terbesar di dunia setelah narkotika.

E. Studi Kasus

Jumlah terbesar korban yang diperdagangkan masih berasal dari Asia. Lebih dari 225.000
korban tiap tahun datang dari Asia Tenggara dan lebih dari 150.000 orang dari Asia Selatan.
Dari negara bekas Uni Sovyet, saat ini, diyakini sebagai sumber korban baru untuk prostitusi
dan industri sex yang terbesar. Lebih dari 100 ribu didatangkan dari wilayah-wilayah dalam
bekas Uni Sovyet. Selain itu, tercatat sekitar 75.000 didatangkan dari Eropa Timur, lebih dari
100.000 dari Amerika Latin dan Karibia, dan 50.000 korban dari Afrika. Kebanyakan dari
korban-korban ini dikirim ke Asia, Timur Tengah, Eropa Barat, dan Amerika Utara. Mereka
biasanya berakhir di kota besar, daerah wisata atau turisme atau dekat pangkalan militer,
dimana kebutuhan untuk itu paling besar.

Perkembangan wisata seks di daerah tersebut merupakan salah satu factor dominan. Faktor
lain, yakni berkembangnya prostitusi anak berskala besar yang terjadi di banyak negara.
Thailand, Kamboja dan Filipina merupakan tujuan wisata populer bagi wisatawan seks
termasuk juga pedophilia dari Eropa, Amerika Utara, Jepang dan Australia.

Di India, misalnya, pelaku perdagangan dapat berpura-pura sebagai pedagang sukses,


membujuk orang tua sang gadis dengan mengatakan bahwa dia adalah pasangan yang cocok.
Setelah menikah, gadis tersebut disiksa secara seksual dan dijual sebagai pekerja seks.
Beberapa pria diketahui telah “menikahi” lebih dari selusin wanita dari desa yang berbeda
dengan menggunakan taktik ini.

Di Indonesia, perdagangan perempuan tidak hanya dibungkus dalam praktek yang ilegal,
tetapi juga terkemas dalam bisnis legal. Beberapa kebijakan resmi Negara seperti penempatan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, pengiriman duta seni budaya, pertukaran
pelajar, kuliah magang ke luar negeri, ibadah haji dan umrah, visa kunjungan sosial budaya
dan wisata, adopsi anak, dan pemanfaatan pranata, sering dimanfaatkan para pelaku kejahatan
perdagangan orang. Praktek-praktek terselubung aturan resmi negara ini justru lebih aman,
disbanding praktek ilegal.

Para pelaku kejahatan umumnya, bukan hanya orang-orang yang tidak dikenali secara baik
para korbannya, tetapi juga orang-orang terdekat atau telah dikenal korban.

Tujuan perdagangan perempuan asal Indonesia tidak hanya mengisi permintaan pasar
prostitusi dan konsumen pengidap disorientasi seksual, tetapi juga mencakup pemenuhan
permintaan tenaga buruh murah, pembantu rumah tangga, objek pornografi, militer anak,
transplantasi anggota tubuh, pemanfaatan organ reproduksi, kurir narkoba, pengemis dan lain-
lain.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Era globalisasi seperti sekarang dimana isu HAM dan Jender menjadi fokus perhatian penting
di kalangan masyarakat yang tinggal di negara-negara maju, isu ini bisa menjadi ganjalan
serius dalam hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-negara tersebut.Apalagi pasar
utama ekspor Indonesia adalah ke negara-negara tersebut.

Selain itu maraknya perdagangan perempuan dan anak-anak ini juga bisa menimbulkan efek
hilangnya sebuah generasi (lost generation) yang mengancam ketahanan ekonomi Indonesia
di masa depan Hukum dan ekonomi selalu berkaitan erat.Lemahnya hukum akan
menimbulkan banyak terjadi distorsi ekonomi baik berupa kepastian usaha maupun maraknya
kegiatan bisnis illegal.Karena itusalah satu cara yang harus ditempuh untuk memperbaiki
kondisi perekonomian nasional adalah dengan melakukan penegakan hukum yang tegas dan
tidak pandang bulu.

Dalam sejarah perekonomian negara-negara lain hukum yang tegas selalu berimbas positif
pada naiknya pertumbuhan perekonomian negara itu.Negara-negara yang memiliki sistim
perekonomian yang kuat dan makmur selalu ditunjang oleh sistim hukum yang kuat dan adil
pula.

Kegiatan perdagangan perempuan dan anak-anak merupakan sebuah bentuk perbudakan


manusia di era modern sehingga penghapusan tindakkan ini harus menjadi prioritas bersama
demi menyelamatkan anak-anak bangsa ini baik sekarang maupun di masa depan.Perempuan
dan anak-anak adalah penentu generasi yang akan datang, apabila kita mengabaikan mereka
maka sama saja kita mengabaikan nasib bangsa ini di masa depan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Nur. 2010. Krisis Ekonomi dan Perdagangan Perempuan Di Asia.


http://nuraulia.multiply.com/journal/item/223/Perbudakan_Modern_Itu_Bernama_Perda
gangan_Perempuan_dan_Anak

You might also like