You are on page 1of 12

LAPORAN KOASISTENSI ILMU PENYAKIT

VIRAL
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
PERIODE : 21-03-2011 s.d. 30-03-2011
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN GELOMBANG-XVI

Disusun oleh :

1. Dony Bindariyanto, S. K. H 060413251


2. Nunung Rusdiana, S. K. H 060213062
3. Dessi Kurniandri , S. K. H 060112889
4. Seindira Putri Tjipta, S. K. H 060213016
5. Deffi Lintang Pertiwi, S. K. H 060213039
6. Kusuma Eka Wardani, S. K. H 060213051
7. Nur Fitriah, S. K. H 060830177
8. Rusiyanto Arifin, S. K. H 060313183
9. Deka Uli Fahrodi, S. K. H 060413361
10. Heriyanti, S. K. H 060012744
11. Nourmala Fahni, S. K. H 060413351

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2011

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, ND masih merupakan salah satu penyakit yang paling

merugikan peternakan ayam walaupun telah dilakukan berbagai usaha

penanggulangan yang ketat. faktor-faktor pendukung kejadian ND di Indonesia,

meliputi tingkat kejadian penyakit imunosupresif (Gumboro, Marek’s Desease

bentuk ringan, mikotoksikosis) dan penyakit pernafasan lain yang tinggi, adanya

penyakit pencernakan yang sulit diatasi, program vaksinasi ND yang kurang

sesuai untuk daerah tertentu, berbagai aspek manajemen (letak peternakan, sistem

perkandangan, kualitas pakan, kualitas DOC) yang kurang memadai, dan sistem

pemasaran ayam hidup dan telur serta pemanfaatan kotoran ayam sebagai pupuk

untuk tanaman kerapkali mendukung penyebaran virus ND.

Pemeriksaan serologik merupakan salah satu cara untuk mendiagnosa

ND. Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan vaksinasi

dan respon kekebalan yang normal pada ayam. Antibodi terhadap virus ND dapat

diukur dengan uji hemaglutinasi inhibisi (HI), hemaglutinasi (HA), enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA). Diagnosa definitif terhadap ND dapat dilakukan

dengan cara isolasi dan identifikasi virus dengan menggunakan berbagai kultur

jaringan. Metode yang paling praktis dan sering digunakan adalah pembiakan di

dalam telur ayam bertunas (TAB) umur 9-10 hari.


Isolasi virus dilakukan untuk mengidentifikasi suatu jenis virus penyebab

infeksi berdasarkan adanya gejala patologi penyakit. Bahan isolasi virus berasal

dari organ tersangka, sedangkan media untuk isolasi virus ada tiga yaitu : TAB,

kultur jaringan, dan hewan coba. Media yang digunakan dalam praktikum ini

adalah TAB.

TAB yang akan digunakan sebagai perbenihan virus harus memenuhi

beberapa syarat : berasal dari ayam sehat dan tidak pernah tertular penyakit, serta

tidak pernah divaksin. Ayam-ayam demikian disebut “Specified Pathogen Free”

(SPF).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya virus pada TAB adalah

umur embrio, konsentrasi, dan volume inokulum serta suhu dan kelembaban

incubator. Incubator yang digunakan bersuhu 37ºC dengan kelembaban udara 60 –

65 %.

Inokulum yang akan diinokulasikan pada TAB harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

 Pengambilan bahan harus tepat dari organ yang menunjukkan patologi dan

diusahakan seaseptis mungkin.

 Memakai larutan pengawet yang sesuai.

 Suhu yang sesuai karena pada umunya virus tidak stabil pada suhu lebih

dari 4ºC.

 Penanaman perbenihan yang sesuai yaitu TAB.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah ayam yang diperiksa terinfeksi virus ND atau AI ?

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui ayam yang diperiksa terinfeksi virus ND atau AI.

1.4. Manfaat
Dapat memberikan informasi tentang prosedur isolasi & identifikasi
penyakit viral dari sampel yang diperoleh.
BAB II MATERI & METODE

2.1. Bahan
2.1.1. Isolasi virus
 TAB

 Pasir kuarsa

 PZ

 Penicillin

 Streptomocin

2.1.2. Uji HA
 PZ atau PBS
 Antigen ND
 Eritrosit ayam 0,5%
2.2. Alat
2.2.1.Isolasi virus
 Mortir steril

 Tabung sentrifus steril

 Pipet 10 mL steril

 Petridish steril

 Spuit 1 ml + needle

 Pelubang telur

 Rak telur

 Pinset steril
 Gunting steril

 Timbangan

 Sentrifus

 Inkubator

 Lampu candling

 Pensil

 Aluminium foil

2.2.2. Uji HA

 Sentrifuge
 Microplate U
 Multichannel Pipet 0,025 ml dan 0,05 ml
 Tabung venoject

2.3. Sampel
2.3.1.Isolasi virus
 Ayam pertama mengalami gejala klinis : gejala saraf

(menganggukan kepala berulang-ulang), lemas, poliuria, diare.

 Ayam kedua ayam mati.

 Organ yang diambil antara lain : otak, trakea, paru-paru, lendir,

hati, pankreas, ginjal, limpa, bursa fabrisius yang ptechiae,

ventrikulus, proventrikulus, seca tonsil.

2.3.2. Uji HA
 Cairan chorioallantois pada TAB yang telah diinokulasi selama 5

hari kemudian diambil lalu di uji dengan uji HA untuk mengetahui

titer antigennya.

2.4. Metode
2.4.1.Isolasi virus
 Organ yang diduga mengandung virus dikelompokkan berdasar

fungsi fisiologisnya (sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan

otak).

 Ayam pertama dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok A berisi

organ dari sistem pernafasan yaitu trakhea, paru dan lendir.

Kelompok B berisi organ dari sistem pencernaan yaitu hati,

pankreas, ginjal, limfa, bursa fabrisius, ventriculus, proventriculus

dan usus. Kelompok C berisi organ otak.

 Ayam kedua dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok A dan B

dengan komposisi yang sama dengan ayam 1, tanpa kelompok C.

 Organ yang telah dikelompokkan kemudian dipotong kecil-kecil

lalu diletakkan pada mortir dan ditambahkan pasir kuarsa lalu

digerus sampai halus.

 PZ ditambahkan pada gerusan sebanyak 9 ml lalu dicampur sampai

rata dan dimasukkan pada tabung steril

 Semua organ diberi perlakuan sama seperti yang pertama.


 Setelah selesai kemudian disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm

selama 15 menit.

 Supernatan diambil sebanyak 0,1 ml lalu diinokulasikan pada 3

TAB, tempat inokulasi berdasar penyakit yang dicurigai yaitu pada

cairan alantois.

 Inokulasi pada cairan allantois yaitu : ruang hawa diberi tanda

kemudain dibuat lubang 3 – 5 mm dari tanda batas ruang hawa,

lalu inokulum disuntikkan melalui lubang tersebut sampai pada

cairan allantois.

 Inokulasi pada selaput khorioallantois adalah ruang hawa diberi

tanda lalu tengahnya diberi lubang. Lubang kedua dibuat pada

dinding telur yang tidak ada pembuluh darahnya, untuk membuat

ruang hawa buatan dengan cara menghisap udara melalui lubang

pertama yang terdapat pada ruang hawa. Setelah ruang hawa

buatan terbentuk maka inokulum dimasukkan melalui lubang

kedua dengan cara menyuntikkan inokulum tersebut.


Lakukan candling untuk menentukan
tempat inokulasi.

Inokulasi di tempat yang sudah di


tentukan.

Inkubasi pada suhu 370 C & pengamatan

dilakukan setiap hari selama 4 hari


Gambar 2.1 Metode Isolasi Virus pada TAB
2.4.2 Uji HA

1. Isi lubang mikroplate pertama dengan 0,025ml PZ mulai dari lubang 1-

12. Pada mikroplate ke 2 isi lubang pertama dengan 0,025ml PZ dan

buat kontrol eritrosit pada lubang ke 2. Alat yang digunakan untuk

mengisi lubang mikroplate dengan PZ adalah Multichannel pipet.

2. Isi lubang 1-6 baris A dengan antigen ND kelompok ayam 1 dan

lubang 7-12 dengan antigen ND kelompok ayam 2 masing-masing

sebanyak 0,025ml. Pada mikroplate ke 2 isi lubang 1 baris A dengan

antigen ND kelompok ayam 2 sebanyak 0,025ml.

3. Dilakukan pengenceran sampai lubang H.

4. Isi semua lubang dengan 0,050ml eritrosit ayam 0,5 %.

5. Inkubasikan pada suhu kamar (37oC) selama 30 menit, kemudian

dibaca titernya. (Untuk pembacaan titer sebaiknya dibandingkan

dengan kontrol eritrosit).


PZ 0,025ml ke semua
lubang mikroplate

Tambah Ag ND 0,025ml

Ag ND diencerkan

Tambah eritrosit 0,5% 0,05ml

Inkubasi dan baca hasil


Gambar 2.2 Skema pelaksanaan uji HA

BAB 4 KESIMPULAN

Pada isolasi virus dari organ ayam , didapatkan ayam yang diduga terinfeksi
ND atau AI. Setelah dilakukan inokulasi pada TAB dan pemeriksaan dengan uji
HA didapatkan titer antigen virus ND pada kedua ayam tersebut.

You might also like