You are on page 1of 19

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup

segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang
berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan
komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.

Pelestarian lingkungan hidup


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

The historic Blue Marble photograph, which helped bring environmentalism to the public eye.

Environmentalism adalah perlindungan lingkungan hidup dari pengaruh-pengaruh luar,


misalnya pencemaran, bising, pemanasan global, dan perusakan sumber daya alam.

Salah satu contoh pertama adalah orang-orang Bishnois di Rajasthan, India, yang rela mati demi
mencegah penebangan pohon-pohon di desa mereka atas perintah raja.

Beberapa tokoh modern adalah John Muir dan Henry David Thoreau. Thoreau tertarik akan
hubungan antara manusia dan lingkungan hidup dan mempelajari hal ini dengan cara hidup dekat
dengan alam dengan gaya hidup sederhana.
Kebijakan Lingkungan
Tagged with: lingkungan
Posted on Friday, May 22, 2009, 15:04 | 3,624 views
This item was posted in Enviromental and has 0 Comments so far.

Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan


lingkungan organisasi dan menjamin bahwa kebijakan
a) sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan kegiatan, produk atau jasa;
b) termasuk komitmen untuk peningkatan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran;
c) termasuk komitmen untuk patuh terhadap peraturan lingkungan terkait dan persyaratan-
persyaratan lain yang berlaku terhadap perusahaan;
d) memberikan kerangka kerja untuk membuat dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan;
e) didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara dan dikomunikasikan kepada semua karyawan;
f) tersedia kepada masyarakat;

(Sumber: ISO 14001: 1996)

URAIAN
Kebijakan lingkungan merupakan jiwa dari SML karena berisi pernyataan komitmen atau niat
manajemen puncak. Tanpa ada niat tentu saja tidak ada alasan atau penggerak bagi
diterapkannya pengelolaan lingkungan yang baik. Kebijakan lingkungan merupakan salah satu
perwujudan misi dan visi perusahaan yang merupakan alasan utama kenapa suatu perusahaan
berdiri dan dijalankan. Komitmen-komitmen di dalam kebijakan diperlukan sebagai arahan dan
panduan bagi para karyawan perusahaan.

Kebijakan lingkungan suatu perusahaan di suatu lokasi harus sejalan dengan kebijakan
lingkungan korporat karena sulit untuk membayangkan suatu sinergi di dalam satu korporat jika
antara satu anak perusahaan dengan lainnya berbeda kebijakan dan arah pengembangan. Jika dari
korporat diarahkan untuk menerapkan pendaurulangan limbah maka di seluruh cabang harus
menerapkan isu-isu sejenis. Selain itu, tujuan/sasaran lingkungan dan PML(Program Manajemen
Lingkungan) harus memiliki hubungan erat dengan kebijakan-kebijakan perusahaan lainnya
seperti sasaran produksi tahunan, sasaran mutu atau kecelakaan kerja. Hal ini penting sebagai
bukti bahwa masalah-masalah lingkungan sudah diintegrasikan dengan keseluruhan misi
perusahaan dan bukan semata-mata sebagai pelengkap.

Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi……

Sistem manajemen baik mutu atau lingkungan utamanya digerakkan oleh manajemen (puncak)
atau suatu proses yang berlangung dari atas ke bawah. Berbeda dengan pendekatan TQM atau
Gugus Kendali Mutu yang sebagian besar aktivitasnya bergerak dari bawah oleh para karyawan
untuk kemudian diputuskan oleh manajemen puncak. Yang memulai dan menjadi lokomotif
adalah manajemen puncak sebagai pengambil keputusan tertinggi untuk menjamin bahwa
sasaran lingkungan sama pentingnya seperti tujuan pemasaran dan produksi, karena sama seperti
kedua hal tersebut tujuan penerapan sistem manajemen adalah untuk keberlangsungan dan
keunggulan bisnis itu sendiri,. Oleh karena itu manajemen puncak harus menyatakan
komitmennya terlebih dulu supaya sistem bisa tersusun dan dipelihara selama-lamanya.

Sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan kegiatan, produk atau jasa

Kebijakan manajemen puncak merupakan penjelasan dari misi dan visi perusahaan (kalau ada)
dan menjadi panduan bagi seluruh karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu kebijakan
lingkungan harus sesuai dengan kegiatan, produk atau jasa organisasi tersebut dalam arti sifat,
skala dan dampak lingkungan. Hal ini berarti bahwa pemikiran manajemen puncak
menggambarkan permasalahan aktual yang dihadapi organisasi. Kebijakan yang tidak sesuai
dengan item-item di atas merupakan suatu bentuk mis komunikasi antara manajemen dengan
para karyawannya. Pesan yang salah ini mungkin sekali tidak dapat didukung sepenuhnya dalam
tahap penerapan oleh para karyawan.

Oleh karena itu kebijakan lingkungan tidak disusun langsung oleh manajemen puncak tetapi
justru disiapkan setelah melalui proses perencanaan berupa identifikasi aspek dan dampak;
identifikasi peraturan lingkungan dan pembuatan tujuan dan sasaran. Manajemen puncak
mendapat masukan mengenai masalah-masalah lingkungan nyata yang ada saat ini dan akan
datang serta kemudian menuliskan komitmennya dalam suatu kebijakan lingkungan.

Termasuk komitmen terhadap peningkatan berkelanjutan, pencegahan pencemaran , kapatuhan


terhadap peraturan lingkungan dan persyaratan-persyaratan lain yang relevan ……..

Komitmen yang diwajibkan dalam kebijakan lingkungan adalah terhadap peningkatan


berkelanjutan, pencegahan pencemaran dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan lingkungan
dan persyaratan lain. Sistem manajemen ditetapkan sebagai sistem yang dinamis, yang selalu
melihat potensi-potensi untuk peningkatan walaupun tidak berarti bahwa pertimbangan bisnis
khususnya finansial dikesampingkan. Pengertian ‘continual improvement’ tidak mewajibkan
setiap elemen dari standar harus ditingkatkan secara terus menerus. Peningkatan berkelanjutan
(bukan continuous improvement) dapat diwakili oleh pencapaian tujuan dan sasaran lingkungan
yang secara tidak langsung menggambarkan kinerja lingkungan organisasi. Sebagai gambaran,
jika perusahaan telah berhasil mencapai 100% kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan
peraturan lingkungan tetapi belum mampu untuk meningkatkan kinerja lingkungan lebih baik
dari yang bisa dicapai sekarang, maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terlebih dahulu yang mungkin masih belum cukup
memuaskan.

Pencegahan pencemaran merupakan suatu bentuk terkini dalam pengendalian pencemaran.


Komitmen manajemen puncak tidak terhenti pada ‘end of pipe treatment’ tetapi harus sudah
mempertimbangkan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Recovery), yang merupakan konsep
pengelolaan lingkungan yang berkembang juga sejak awal tahun 90-an di Indonesia. Seperti kata
pepatah ‘pencegahan selalu lebih baik daripada perbaikan atau pengobatan’ maka sudah lazim
bagi perusahaan yang menerapkan SML ISO 14001 untuk mencari sumber-sumber pencegahan
dampak terlebih dahulu sebelum mengoperasikan alat-alat pengendalian pencemaran tradisional
seperti IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Alat Pengendalian Pencemaran Udara
seperti siklon atau filter bag. Contoh-contoh pencegahan pencemaran antara lain membuat
tanggul disekeliling tangki-tangki penyimpanan bahan kimia, mendaurulang limbah cair ke
proses produksi atau memilah-milah sampah sesuai dengan fasanya (organik-anorganik, plastik,
kertas, kayu dll).

Komitmen untuk patuh terhadap peraturan lingkungan dan persyaratan lain merupakan gambaran
bahwa pengelolaan lingkungan perusahaan merupakan bagian dari komitmen negara untuk
melindungi dan melestarikan lingkungan. Perusahaan ingin mematuhi peraturan karena itu
merupakan bagian dari upaya mempertahankan keberlangsungan bisnis. Beberapa contoh
menunjukkan perusahaan yang harus tutup karena terganjal oleh masalah peraturan. Pencegahan
hukum lingkungan di Indonesia belumlah maksimal tetapi kita dapat belajar dari beberapa
perusahaan yang harus tutup tersebut atau harus membayar mahal dengan munculnya masalah-
masalah yang terkait dengan ketidakpatuhan mereka terhadap peraturan lingkungan.

memberikan kerangka kerja untuk membuat dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan

Sistem yang baik apabila sesuatu yang dinyatakan oleh manajemen puncak dimengerti dan
ditindaklanjuti oleh para karyawannya. Di dalam SML hal tersebut diwujudkan dengan membuat
suatu pernyataan di dalam kebijakan yang mana rincian pernyataan tersebut dan bukti-bukti
penerapannya dapat ditemukan dari pernyataan dan penerapan tujuan/sasaran lingkungan. Jika
manajemen puncak memiliki perhatian terhadap kinerja pengelolaan limbah B3 yang belum baik
dan ketidakefisienan pemakaian bahan baku maka seharusnya ada tujuan/ sasaran mengenai
peningkatan kinerja pengelolaan limbah B3 dan penghematan pemakaian bahan baku.

didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara dan dikomunikasikan kepada semua karyawan

Kebijakan lingkungan tentunya bukan semata-mata pernyataan verbal yang mungkin hilang
dengan berjalannya waktu. Tetapi perusahaan harus memiliki suatu dokumen yang memuat
kebijakan lingkungan tersebut dan yang lebih penting melalui penerapan elemen-elemen lainnya
bisa dibuktikan bahwa niat manajemen puncak tersebut telah dilakukan. Apabila pabrik
membuang katalis bekas apakah katalis tersebut telah dikelola dengan baik atau apabila
perusahaan mengkonsumsi batubara sebagai sumber energi listriknya apakah telah ada upaya-
upaya untuk menghematnya. Jadi keberadaan kebijakan lingkungan bukanlah pernyataan tertulis
saja atau kemampuan semua karyawan untuk menghafal isinya tetapi lebih penting kebijakan
harus terwujud nyata dalam praktek-praktek pengelolaan lingkungan perusahaan.

tersedia kepada masyarakat;

Di jaman sekarang, perusahaan tidak mungkin lagi menutup pintu pagarnya rapat-rapat atau
membatasi komunikasi dengan pihak-pihak terkait. Jika hal itu dilakukan mungkin berakibat
sebaliknya karena citra perusahaan tersebut akan jatuh sebagai perusahaan yang
menyembunyikan masalah lingkungan dan mencoba lari dari tanggung jawab. SML ISO 14001
mendorong perusahaan untuk terbuka dengan paling sedikit bersedia memberikan kebijakan
lingkungan apabila diminta oleh pihak-pihak terkait. Persyaratan yang tidak berat jika
dibandingkan dengan kewajiban perusahaan yang memiliki sertifikat EMAS yang diharuskan
mengkomunikasikan kebijakan lingkungan secara aktif kepada masyarakat luas.

PERMASALAHAN
1. Kebijakan lingkungan tidak memiliki arti jika tidak dapat diwujudkan dalam praktek kerja
sehari-hari melalui elemen-elemen lain dalam standar. Tidak ada gunanya karyawan dapat
menghafal kata demi kata dalam kebijakan lingkungan tetapi mereka tidak mengenali bahaya
dari asam sulfat sehingga bekerja tanpa sarung tangan atau tidak mengetahui tujuan dari
pemilahan limbah menurut jenisnya sehingga semua jenis sampah dibuang dilokasi yang sama.
2. Persepsi salah yang berkembang adalah Klausa Kebijakan lingkungan cukup dipenuhi dengan
menyodorkan kepada auditor eksternal berupa bukti-bukti pelatihan, tanda absensi, poster-poster,
dll. Semua itu merupakan alat untuk mensosialisasikan kebijakan lingkungan semata.

PENERAPAN
1. Melakukan identifikasi dan evaluasi dampak penting lingkungan untuk memberikan gambaran
aktual kepada manajemen tentang masalah lingkungan yang ada.
2. Membuat draft kebijakan lingkungan dan distribusi kepada manajemen dan anggota Steering
Committee (jika ada) untuk mendapatkan tanggapan.
3. Mensahkan kebijakan lingkungan dan sosialisasi kepada seluruh karyawan dalam bentuk
pelatihan, tempelan, surat dan lain-lain. Beberapa perusahaan bahkan mewajibkan seluruh
karyawan hafal diluar kepala.
4. Jalankan sistem dengan kebijakan tersebut sampai pada akhir siklus pertama – saat tinjauan
manajemen. Yang perlu diingat adalah pernyataan anda dalam kebijakan lingkungan bukanlah
ayat suci yang tidak dapat diubah-ubah.

DOKUMENTASI
1. Manual Lingkungan memuat Kebijakan lingkungan dan penjelasannya.
2. Poster, kartu pegawai, dan brosur memuat kebijakan lingkungan.
3. Daftar hadir pemberian pelatihan/penjelasan mengenai kebijakan lingkungan.

KESIMPULAN
Kebijakan lingkungan adalah jiwa dari SML karena memuat niat/komitment dari pimpinan
puncak secara resmi dan sebagai penggerak berlangsung dan berkembangnya system menajemen
lingkunga. Sangat penting bagi perusahaan untuk menjamin bahwa komitmen-komitmen dalam
Kebijakan Lingkungan ditemui dalam bentuk penerapan-penerapan Klausa-klausa lain dari
Standar dan oleh semua karyawan.

CONTOH:

KEBIJAKAN LINGKUNGAN PT ABC

PT ABC yang bergerak dalam produksi bahan kimia dasar (NaOH, dll) turut serta dalam upaya
pelestarian lingkungan dengan menjaga komitmen sebagai berikut:
- Taat selalu kepada peraturan-peraturan lingkungan dan persyaratan-persyaratan lain
- Meningkatan kinerja lingkungan secara terus menerus
- Menerapkan pencegahan pencemaran

http://www.paradigm-consultant.com/2009/05/22/kebijakan-lingkungan/

PENGERTIAN LINGKUNGAN

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum,
menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa
dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan
biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang
ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan
yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung
sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial.
Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang.

LINGKUNGAN HIDUP

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala
sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka
lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka
lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan
sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan
ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup,
seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar
peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi
jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka
bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan
tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-
lain.

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:

1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang
memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang
meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap
mampu merubah bentuk muka bumi.

Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan
kuat keluar melalui puncak gunung berapi.

Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara

lain berupa:

1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.

2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.

3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.

4) Gas yang mengandung racun.

5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.

b. Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya
kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan
lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia
sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.

Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan
letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1) Berbagai bangunan roboh.

2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.

3) Tanah longsor akibat guncangan.

4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.

5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).

c. Angin topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan
bertekanan rendah.
Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan
angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang
biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia
seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi
Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.

Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer
bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan
(puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:

1) Merobohkan bangunan.

2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.

3) Membahayakan penerbangan.

4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak
pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).

b. Perburuan liar.

c. Merusak hutan bakau.


d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.

f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya
bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus
menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan
berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara


bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2
gagasan penting, yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.

b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan


baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Menjamin pemerataan dan keadilan.

b. Menghargai keanekaragaman hayati.

c. Menggunakan pendekatan integratif.

d. Menggunakan pandangan jangka panjang.


Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan
GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN).

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:

a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan


pengawasan.

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung


jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan
hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.

b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa


Mengenai Dampak Lingkungan).

d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan
pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan
hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan
masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut
erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan
tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus
berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau
penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan
atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan,
sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan
udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya
oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen
berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka
perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar,
dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara
lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita

Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu
memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman
lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga
mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran
hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap
merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu
upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri
yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon
di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta
dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas
ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer
yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke
luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan
jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di
antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi
dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang
dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal
hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya
menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan
lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.

4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan
hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan
pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut,
pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian
laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah
hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran
ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.

2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.

4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

e. Pelestarian flora dan fauna


Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan
alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan
gangguan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan
fauna di antaranya adalah:

1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.

2) Melarang kegiatan perburuan liar.

3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Secara umum iklim sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik parameternya,
seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka
bumi.. Bagaimana terjadinya pemanasan global sebab adanya efek rumah kaca yang berlebihan
(lebih dari kondisi normal) di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas
rumah kaca (GRK) utama seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride)
di atmosfer. Ketika pancaran/radiasi dari matahari yang berupa sinar tampak atau gelombang
pendek memasuki atmosfer, beberapa bagian dari sinar tersebut direfleksikan atau dipantulkan
kembali oleh awan-awan dan debu-debu yang terdapat di angkasa, sebagian lainnya diteruskan
ke arah permukaan daratan. Dari radiasi yang langsung menuju ke permukaan daratan sebagian
diserap oleh bumi, tetapi bagian lainnya “dipantulkan” kembali ke angkasa oleh es, salju, air, dan
permukaan-permukaan reflektif bumi lainnya. Proses pancaran sinar matahari dari angkasa
menembus atmosfer sampai menuju permukaan bumi hingga dapat kita rasakan suhu bumi
menjadi hangat disebut efek rumah kaca (ERK) Tanpa ada efek rumah kaca di sistem ikim bumi,
maka bumi menjadi tidak layak dihuni karena suhu bumi terlalu rendah (minus). Istilah efek
rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara
yang memiliki empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah
kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Kenapa menggunakan kaca/bahan yang bening?
Karena sifat materinya yang dapat tertembus sinar matahari. Dari sinar yang masuk tersebut,
akan dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan sinar itu
berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya energi panas tersebut
terperangkap dalam rumah kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita
seperti rumak kaca tersebut. Dari penjelasan di atas dapat kita mengerti bagaimana mekanisme
terjadinya efek rumah kaca di bumi. Lalu bagaimana keterkaitan antara efek rumah kaca,
pemanasan global dan perubahan iklim? Secara sederhana dijelaskan sebagai berikut sinar
matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke
angkasa. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah
dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar
inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya (komposisinya berlebihan). Akibatnya energi panas yang seharusnya
lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau
adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama,
sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan
http://climatechange.menlh.go.id - Climate Change - Indonesia Powered by Mambo Open
Source Generated: 3 February, 2009, 10:12 karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer
terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah
pemanasan global.
Penyebab dan Dampak Kerusakan Lingkungan

Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan
Indonesia memiliki 12 persen dari jumlah spesies binatang menyusui/ mamalia,
pemilik 16 persen spesies binatang reptil dan ampibi. 1.519 spesies burung dan 25
persen dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik (hanya dapat
ditemui di daerah tersebut).

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat
mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia
yang tidak terkendali selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan
hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997
tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8
juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat
dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil
penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan
rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan
Planologi Dephut, 2003].

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar


kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik
bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga
pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan
2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85 persen dari bencana
tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan
[Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Bagaimana dengan Riau ? Sepanjang tahun 2004, seluas tidak kurang 1.008
hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kebakaran yang terjadi itu telah
menimbulkan kabut asap beberapa waktu lalu di kawasan Riau dan sekitarnya.
Lahan yang terbakar tersebut seluas 1.008,51 hektar yang tersebar di enam daerah
kabupaten dan kota, seperti Siak seluas 727,5 hektar, Bengkalis (152 ha), Rokan
Hilir (80,75 ha), Indragiri Hilir (40,26 ha), Kota Pekanbaru (24 ha) dan Kota Dumai
seluas 4 hektar. Peristiwa kebakaran hutan itu kembali terjadi pada awal tahun
2005 dengan kerugian yang tidak sedikit. (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Hidup Daerah (Bapedalda) Provinsi Riau).

Dengan kerusakan hutan Indonesia, kita akan kehilangan beragam hewan dan
tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu,
hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat
Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan
serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan
hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan
dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia,
menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan sebagian
masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Pada tahun 1998, CIFOR, the International Centre for Research in Agroforestry
(ICRAF) dan the United States Forest Service, dengan tambahan dana dari Uni
Eropa, memulai studi multi disiplin yang difokuskan pada delapan lokasi rentan
kebakaran di Sumatra dan Kalimantan. Untuk menentukan mengapa kebakaran
bisa terjadi, siapa yang bertanggung jawab, bagaimana cara api menyebar dan
jenis habitat mana yang paling berisiko.

Sebagian besar data ?hot-spot? kebakaran dan gambar satelit menunjukkan lautan
api dimulai di daerah perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp,
yang biasa menggunakan api untuk membersihkan lahan. Namun demikian, tampak
jelas bahwa asal mula kebakaran juga dipicu oleh berbagai alasan. Konsesi-konsesi
kayu, transmigrasi dan pembangunan perkebunan-perkebunan agro-industri
membuka jalan masuk ke wilayah-wilayah yang sebelumnya terpencil. Ini
mendorong peningkatan skala dan jumlah kebakaran.

Kekurangan peraturan formal yang mengatur hak-hak pemilikan umum dan swasta
menyebabkan penggunaan api sebagai senjata dalam konflik-konflik kepemilikan
lahan. Api juga digunakan oleh para pemilik lahan kecil untuk membersihkan lahan
untuk menanam tanaman pangan dan industri, oleh para transmigran, oleh para
peladang berpindah dan oleh para pemburu dan nelayan. Deforestasi dan degradasi
hutan alam menyediakan sisa-sisa kayu yang mudah terbakar dan menciptakan
bentang-darat yang lebih rentan api.

Ironisnya, realita ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup,
dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk
kepentingan individu. Sumber daya alam dijadikan asset ekonomi untuk
kepentingan pribadi dan kelompok. Hal ini terlihat ketika dengan leluasanya
Pemprov Riau menjual Pasir laut ke Singapura pada kurun waktu 1978 ? 2002
dengan menyisakan kerugian besar. Ribuan hektar ?tanah air? kita berpindah
tempat, sementara penderitaan terdalam dirasakan oleh rakyat kecil. Pengerukan
pasir laut ini, membuat ancaman serius terhadap sektor perikanan, wisata dan
wilayah territorial. Parahnya, kerusakan lingkungan itu tidak diiringi upaya
pemberdayaan lingkungan hidup baik oleh pemerintah atau pihak swasta yang
mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan Riau pada khususnya. Justru
sebaliknya malah menambah kerusakan lingkungan dengan membuang limbah
industri dilahan masyarakat seperti sungai, laut atau daratan dan tindakan lain
yang sifatnya merusak lingkungan.

Solusi dan Kesimpulan


Pencanangan program pemerintah yang dikoordinasikan oleh kantor Menneg LH,
antara lain 7 kegiatan utama yakni bumi lestari, sumber daya alam lestari, program
kali bersih, program langit biru, adipura, laut dan pantai lestari serta manajemen
lingkungan memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat luas dan instansi
terkait serta masyarakat internasional dalam pelaksanaannya. Dalam kaitannya
dengan "compliance and enforcement", pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil/ PPNS Bidang Lingkungan, BAPEDAL juga menunjukkan kesungguhan
dan komitmen pemerintah yang kuat.

Peringatan hari lingkungan hidup se-dunia dengan tema ? Green Cities ? pada 5 mei
2005 perlu diapresiasi dengan sikap aktif pro-aktif. Seyogyanya pemerintah pusat
hingga pemerintah daerah melakukan aksi nyata dan tidak hanya ?panas dan
meluap ? luap? pada konsep dan acara seremonial belaka. Apa yang dilakukan oleh
pemerintah Kota Pekanbaru dalam memperingati hari lingkungan hidup se-dunia
dengan tema ??Gerakan Kota Bersih dan Hijau?? perlu dicontoh oleh kabupaten/
kota lain. Penghijauan kota dan lahan gundul serta penjagaan terhadap lingkungan
laut menjadi prioritas mekanisme pembangunan bersih. Hal ini diyakini bahwa
hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbon dan menyediakan
oksigen bagi kehidupan di muka bumi. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah
juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal
ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau
dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan
berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Sedangkan laut
diyakini menyimpan banyak potensi flora dan fauna yang menarik untuk dijadikan
aset daerah dengan pendekatan ekowisata. Tentu pengelolaan yang rapi, sistemik
dan berwawasan lingkungan menjadi ruh utama pembangunan.

Program pengentasan kemiskinan dan masalah kesehatan serta lingkungan hidup


harus dilakukan segera dengan asumsi pemikiran bahwa salah satu penyebab
kerusakan lingkungan hidup adalah kemiskinan yang akut di negara-negara
berkembang. Tanpa penanganan yang komprehensif terhadap isu kemiskinan,
maka upaya masyarakat internasional melaksanakan agenda pembangunan
berkelanjutan akan sia-sia. Dalam kaitan ini, negara-negara berkembang prinsipnya
sepakat bahwa kemiskinan adalah salah satu penyebab dari berbagai penyebab
penting lainnya seperti pola konsumsi dan produksi yang tidak sustainable serta
tidak tersedianya sumber keuangan dan teknologi yang memadai.

Pola pembangunan sebagai visi utama Gubernur Riau dengan formulasi K2i
(Pembangunan pada sektor pemberantasan kebodohan, kemiskinan dan
pembangunan infrastruktur) patut untuk diapresiasi. Namun konsep K2i itu perlu
diterjemahkan dengan strategi pembangunan yang applicable. Sikap tegas dari
Gubernur untuk melawan kebodohan dan kemiskinan jangan sampai hanya tinggal
dipodium dan lembar pidato. Yang dibutuhkan saat ini adalah aksi rill dari
pemerintah dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem bumi, dimana
lingkungan hidup adalah mitra dari pembangunan daerah.

Kebijakan pemerintah untuk melakukan pembangunan daerah tidak hanya


memperhatikan unsur ekonomi dan politik saja dengan mengesampingkan
kepentingan lingkungan. Kita memang tidak bisa melakukan pemisahan antara
elemen ? elemen tersebut. Gagasan Emil Salim (2002) dengan paradigma ekonomi
dalam lingkungan cukup menarik untuk kita diskusikan. Menurutnya Pembangunan
dengan orientasi ekonomi nasional tetap perlu digalakkan namun pemberdayaan
lingkungan menjadi include didalamnya sebagai partner utama pembangunan
berkelanjutan.

Kelembagaan lingkungan hidup yang sudah berdiri seperti Bapedalda dan lembaga
non-pemerintah seperti WALHI, serta masyarakat luas perlu melakukan kontrol
terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat.
Pada sektor korporasi yang mengelola langsung sumber daya alam lokal, seperti
CALTEX, RAPP, serta perusahaan ? perusahaan besar lainnya harus memperhatikan
kesepakatan ISO-14000 yang mengamanahkan untuk meningkatkan pola produksi
berwawasan lingkungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau (green
company) dengan sasaran keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan yang
maksimal dan pola produksi dengan limbah nol (zero waste).

Meminjam AA? Gym, bahwa untuk melakukan apa yang dicita ? citakan tidak akan
berhasil tanpa didukung oleh kesadaran manusianya. Maka dari itu - dalam
kerangka memelihara lingkungan-mulailah dari yang kecil, seperti membuang
puntung rokok pada tempatnya, Mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari
sekarang. Mari kita cintai diri kita dan makhluk lain dibumi dengan senantiasa
menjaga dan memelihara lingkungan hidup.

You might also like