Professional Documents
Culture Documents
Forward : Keajaiban
Kamis, 06 Januari 2011 19.08
yo reader. sudah lama gaposting. hm disuruh pak wijaya buat copas postingannya dari blog dia ke sini
-_- oke selamat membaca
Sabtu, 1 Januari 2011 saya berangkat kembali ke kota Bandung. Pukul 10.30 saya
berangkat dari rumah di Jatibening Bekasi, dan sampai di kota Bandung pukul 13.00. Saya
menumpang bus AC Primajasa Jurusan Tanjung Priok-Bandung. Sepanjang perjalananan
dari Bekasi ke Bandung melalui tol Purbalenyi Alhamdulillah lancar.
Setiba di Bandung, saya langsung menuju rumah kakak ipar saya. Di sana sedang
berkumpul anak dan istri. Mereka semua kangen sama ayahnya. Sebab sehabis presentasi
eduprenership di hotel Endah Parahiyangan kemarin, saya langsung ke Jakarta bersama pak
Dedi. Saya berniat untuk mengurus SIM di Polres Bekasi, dan mengikuti lomba ngeblog
Kompasiana di malam tahun baru.
Ngeblog pada saat seorang diri memang seru. Saya menjadi lebih fokus dalam menulis.
Tiga sampai empat tulisan tercipta begitu saja. Semua itu dapat dibaca di lapak saya. Tak
terasa memang, dan itulah kenikmatan ngeblog yang saya rasakan.
Kenikmatan itu akan berubah menjadi keajaiban ngeblog bila anda menggunakan internet
secara sehat. Seperti hari ini ketika saya mengambil langsung majalah Pendidikan Suara
Daerah (SD) dan honor menulis di gedung PGRI Bandung, Jl. Talaga Bodas No. 56-58
Telp. 022-7301691.
Saya mendapatkan sebuah tulisan dari hasil ngeblog di halaman 16-17 dalam majalah SD.
Di sana terdapat tulisan saya yang judul aslinya Penghargaan Tak Terlupakan di Hari
Guru. Lalu saya pun diminta tanda tangan oleh pak Encang Rahmat, staf TU PGRI untuk
mendapatkan honor menulis di majalah itu.
Betapa bahagianya saya pada saat itu. Saya pun langsung mengajak keponakan saya untuk
membeli buku di Jl. Palasari Bandung. Kebetulan letak gedung PGRI dan tempat penjulan
buku palasari tidaklah jauh. Dari honor menulis itu, lalu saya belikan tiga buah buku. Harga
semua buku Rp. 100.000,-.
Buku-buku yang saya beli adalah Penelitian Tindakan Sekolah karya Prof. Dr. H.E.
Mulyasa, M.Pd, Penelitian Tindakan Kelas karya Prof. Dr. Wina sanjaya, M.Pd, dan PTK
itu Mudah karya Drs.Masnur Muslich, M.Si. saya membelinya di toko Buku Rizqi, Jl.
Palasari Kios No.3 depan apotik langlang Buana. Murah sekali harga ketiga buku itu bila
dibandingkan membelinya di toko buku seperti Gramedia.
Saya pun tersenyum-senyum sendiri. Hasil dari satu postingan di blog dapat menghasilkan
tiga buku, dan juga satu majalah pendidikan. Saya pun akhirnya merasakan kejaiban
ngeblog di internet. Ilmu saya di bidang pendidikan semakin bertambah dengan membeli
banyak buku dari tulisan para pakar.
Siapa yang akan mengira tulisan di blog dapat menjadi ide untuk menulis lebih baik, dan
dikirimkan ke media cetak. Lewat bantuan mbak Ajeng Kania (salah seorang kompasianer),
tulisan itu mengalami proses editing, dan saya tak mengira kalau tulisan yang ada di dalam
majalah itu adalah tulisan saya. Sebab jadi enak, dan renyah dibaca. Komunikatif, dan
inspiratif sehingga membuat siapa saja yang membacanya menjadi termotivasi untuk
ngeblog seperti saya. Apalagi bila telah merasakan keajaiban blog dan rezeki yang
menyertainya.
Keajaiban ngeblog di internet telah membuat saya semakin yakin bahwa ngeblog adalah
salah satu bentuk pemanfaatan internet sehat.Dengan ngeblog kita bisa berbagi sekaligus
promosi diri. Tanpa disadari, kita menjadi dikenal banyak kalangan. Itulah yang saya
rasakan dari hasil ngeblog.
Keajaiban ngeblog juga telah merubah 1 postingan menjadi 3 buah buku dan satu majalah
baru. Ilmu sayapun bertambah, dan dompetpun terisi rupiah.
Kedua anak saya Intan dan Berlian sangat bangga dengan ayahnya. Mereka mau menjadi
model dari buku-buku yang telah dibeli ayahnya dari hasil ngeblog. Siapapun akan
tersenyum dan tertawa bahwa ngeblog bukanlah pekerjaan yang sia-sia.
Dalam majalah pendidikan Jawa Barat yang bernama Suara Daerah Edisi 470 tahun 2010,
saya berkumpul dengan teman-teman guru yang suka menulis. Dalam pojok TIK halaman
31 tertuliskan judul Internet dan pendidikan Agama Islam. Tulisan itu mengajak para guru,
siswa, dan orang tua siswa untuk memanfaatkan internet dalam pembelajaran tentang
Islam. Bagus sekali isinya.
Lebih bagus lagi, dalam halaman 32 dituliskan tips dan trik mencari inspirasi untuk tulisan.
Dalam halaman itu dituliskan tiga tips agar inspirasi mudah muncul. Pertama banyak
berjalan (install pengalaman pribadi), kedua banyak silaturahmi (install pengalaman orang
lain), dan ketiga banyak membaca (install ilmu). Kesimpulannya, Inspirasi sebagai bahan
menulis tidak akan pernah habis bila pandai menggalinya.
Akhirnya, keajaiban ngeblog diinternet telah mnggiring saya untuk lebih memperdalam
ilmu saya di bidang peneliian tindakan kelas dan sekolah. Dari ketiga buku itu akan saya
manfaatkan untuk melakukan penelitian di kelas pada semester kedua. Mohon doanya agar
selesai sesuai dengan harapan.
Budhi Setyawan
Puisi Budhi Setyawan di Bali Post (lagi)
Posted on Agustus 11, 2010 by budhisetyawan
Saya sangat bersyukur, karena untuk kali ketiga, ada puisi saya yang termuat di koran Bali Post, yaitu
di edisi Minggu Pon 8 Agustus 2010. Semacam ucapan selamat ulang tahun dari puisi itu kepada diri
saya. Juga saya baca sebagai perhatian dari redaksi yang tengah menyulutkan bara semangat pada saya
agar terus menulis, dan lebih kreatif. Saya menangkap maksud baik dan tulus tersebut, meskipun saya
tak bisa berkomunikasi atau berinteraksi langsung dengan redaksi. Betapa perhatiannya telah
mengirimkan getar-getar putih keharuan, debar-debar cita sastra ke depan. Terima kasih saya ucapkan
setingi-tingginya. Juga terima kasih kawan-kawan penyair/esais Bali. Salam juang.
Pendidikan
Tentang Inspirasi
About Media - About Media Written by Administrator Thursday, 22 October 2009 07:20
Inspirasi, kependekan dari Inisiatif dan Pemikiran Remaja Berprestasi adalah media informasi dan
komunikasi pendidikan yang diterbitkan oleh MUHIPRESS SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Media ini
lahir sebagai bentuk jawaban atas minimnya media pendidikan yang benar-benar menjunjung tinggi
prinsip media, yakni sebagai media informasi, media edukasi dan media hiburan.Kondisi media kita,
terutama media pendidikan sebagian besar tidak mengindahkan salah satu atau semua prinsip media
diatas.
Inspirasi lahir dengan semangat membawa perubahan kultur akademik, yakni kultur membaca dan
menulis di kalangan pendidik dan peserta didik. Dengan misi pencerahan, Inspirasi selalu hadir
memberikan pemahaman dan pegetahuan baru kepada pembaca.
Inspirasi sendiri memiliki dua jenis terbitan, yakni versi Majalah dan Versi Jurnal. Majalah Inspirasi
adalah medua komunikasi dan informasi umum dan sebagai sarana kreatifitas siswa. Sedangkan Jurnal
Inspirasi mengakomodasi karya-karya ilmiah guru dan pengamat pendidikan.
Inspirasi telah memiliki ISSN dan terdaftar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal ini selalu
memacu redaksi untuk menyuguhkan materi dengan lebih baik dan menarik dalam setiap terbitan.
Majalah Inspirasi adalah majalah pendidikan yang dikelola dari, oleh, dan untuk siswa. Dalam proses
pembuatannya ada tiga kelompok ekstrakurikuler yang tergabung dan berkolaborasi, yakni
ekstrakurikuler Jurnalistik, Fotografi, dan Desain Grafis.
Setiap kali penerbitan Inspirasi selalu menyuguhkan tema-tema yang terbaru dan hangat seputar dunia
pendidikan dan pelajar. Inspirasi selalu berusaha memberikan pemahaman dan informasi yang tepat
terkait tema yang diangkat dalam kajian utama.
CAKRAWALA
“Bagi adik-adik palajar yang sudah punya hak pilih dan sudah terdaftar bisa menggunakan hak pilih
sebaik-baiknya. Namun jika belum terdaftar tidak boleh mengikuti coblosan, jika memaksakan
kehendak untuk ikut nyoblos nanti akan berurusan dengan polisi. Karena hanya bagi mereka namanya
yang sudah ada dalam DPT lah yang berhak mengikuti Pilkada.”papar Jati.
Sementara itu Muh Ngafuan ketua LSM Cakrawala menyambut baik kegiatan ini yang sekaligus
memperingati HUT LSM Cakrawala ke 13. Yang kemudian kegiatan hari ini dilanjutkan dengan
Pelatihan Jurnalistik TV yang dipandu oleh Rustaman Nusantara dari RCTI.
Agus R Sarjono
Lahir di Bandung, 27 Juli 1962. Menyelesaikan Studinya di FPBS, IKIP Bandung dan pasca
sarjana UI.Semasa mahasiswa aktif di Unit Pers Mahasiswa IKIP Bandung, sebagai ketua (1986-1988).
Menulis sajak, cerpen, esai, kritik, dan drama. Karya dimuat berbagai Koran, majalah dan jurnal di
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat. Pernah membaca
sajaknya dalam event internasional, antara lain “ Asean Writers” Conference/Workshop (Poetry),
Manila (1994); Istiqlal International Poetry Reading”, Jakarta (1995),” Festivel Seni Ipoh ke-III”,
Negeri Perak, Malaysia (1998),”Malam Puisi Indonesia-Belanda”, Erasmus Huis Jakarta
(1998),”Festival de Winternachten”, Den Haag, Belanda (1999),” Poetry on the Road”, Bremen,
Jerman (2001),dan “Internationales LeteraturfestivalBerlin”,Jerman (2001). Kumpulan sajaknya antara
lain Kenduri Airmata (1994,1996), Suatau Cerita dari Negeri Angin. Banyak karya esai dan buku
terjemahannya. Pernah ketua DKJ priode 1998-2001. Sehari-harinya bekerja sebagai pengajar pada
Jurusan Teater STSI Bandung, serta redaktur Majalah Sastra Horison. Ia adalah sastrawan Indonesia
pertama yang mendapat kehormatan untuk tinggal dan menulis di rumah sastrawan besar Jerman peraih
Nobel Sastra, Heinrich Boll Stiftung.
Salah satu puisinya :
Sesaat Sebelum Kebakaran Hutan
Kita seperti puisi ya? Bisik embun di sela daun pada kabut
yang perlahan turun bersama senja. Matahari tinggal jejak
kemerahan di cakrawala. Beberapa kelelawar melintas
di antara pohonan dan rembang senja.
Lahir di Pekanbaru, 11 November 1960. Menulis puisi sejak duduk di bangku PGA Negeri
Pekanbaru tahun 1978. Tradisi kepenulisannya selama kuliah di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (1981-1988). Tulisannya banyak dimuat di berbagai media pusat maupun daerah seperti PR
Bandung, Bandung Post, Masa Kini Yogya, Berita Nasional Yogya, Haluan Padang, Riau Post
Pekanbaru, Republika, Berita Buana, Media Indonesia dan lain-lain. Kini menjadi ketua Lingkaran
Sastra Nukleus, UIN Syahid Jakarta. Antologi tunggalnya Setangkai Bunga akan diterbitkan Pusaka
Sufi, Yogyakarta. Salah satu puisinya :
di saat terakhir
pendeta menebarkan tanah
dalam bentuk salib
keranda ditutup, dipaku
dan diturunkan
gumpalan-gumpalan tanah
seperti hujan menimpa peti mati
kesedihan dan nyanyian abadi
tak juga surut
tatkala pidato terakhir
melepas jenazah maria nikolaievich
ke hadirat yang kuasa
kematian nyonya zhivago
diikuti kematian-kematian nurani,
revolusi dan pembunuhan-pembunuhan
tak bertepi
seperti mendung begitu cepat berubah hitam
hujan deras pemberontakan
atap kerajaan tsar yang kokoh
hancur-lebur diremukkan hujan salju
yang jatuh sekepal batu koral
darah dan airmata
KUNJUNGAN: Anggota DPRD SUMUT melakukan dialok dengan Pj.Wali kota Medan Rahudman Harahap
di kantor Walikota Medan dalam kegiatan hari pertama RESES anggota DPRD Sumut,Kamis(10/12)//ANDRI
GINTING-Sumut Pos
Dari Acara Inisiasi Kesetaraan Gender
Pengarusutamaan gender atau disingkat PUG atau Genderman Streaming adalah strategi yang
dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia seperti, rumah tangga, masyarakat dan negara.
Ari Sisworo, Medan
Untuk mewujudkannya melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
“Jumlah keterikutan perempuan di parlemen atau DPR RI dari periode lalu hingga sekarang
mengalami peningkatan. Terhitung dari jumlah 65 orang di periode 2004-2009 sekarang menjadi 102
orang. Dengan peningkatan seperti ini, menjadi modal untuk memperluas jaringan perempuan se-
Indonesia. Dimana tujuan dari inisiasi ini adalah demi kesetaraan gender antara kaum perempuan
dengan laki-laki,” ujar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas selaku Wakil Ketua DPD RI yang juga
menjabat sebagai Ketua Kaukus Parlemen DPD RI dalam acara jumpa pers di VIP Lounge Lantai 9
Hotel Arya Duta Jalan Kapten Maulana Lubis No 8 Medan, Senin (5/7).
Sementara itu, Ketua Umum Kaukus Perempuan DPR RI APA Timo Pangerang menegaskan untuk
mewujudkan tujuan itu, diperlukan hubungan vertikal dan horizontal.
“Hubungan vertikal dengan kalangan eksekutif, serta secara horizontal dengan media, LSM, dan
sebagainya, menjadi satu barometer untuk perjuangan kesetaraan gender,” ucapnya.
Selain cara tersebut, ada beberapa cara atau hal lain yang sudah ditempuh oleh tim kaukus perempuan
DPR RI adalah melakukan workshop atau loka karya.
“Kaukus DPR RI telah melakukan itu. Minimal 2 kali dalam satu bulan. Ini juga bisa dilakukan oleh
para keterwakilan perempuan di parlemen di daerah. Yang pasti, perjuangan kesetaraan gender belum
berakhir. Masih ada cahaya di ujung terowongan,” tegasnya.
Bagaimana dengan wakil-wakil rakyat perempuan yang ada di DPRD kabupaten/kota. Kesan yang
timbul adalah para wakil rakyat dari kaum hawa tersebut, terlihat lebih pasif dari para kaum laki-
lakinya.
Menanggapi hal itu, Aktivis Perempuan, Nursyahbani Katjasungkana menyatakan, pernyataan
seperti itu tidak seratus persen benar.
“Bagaimana para wakil rakyat, dari kaum laki-laki yang sering dan selalu tidur ketika ada rapat
di dewan. Artinya, dogma seperti itu bukan saja berlaku bagi perempuan tapi juga kaum laki-laki.
Maksudnya, yang namanya pendidikan politik itu adalah learning by doing. Tidak ada pendidikan
formalnya. Jadi, faktor rekruitmen serta pendidikan politik oleh partai politik adalah landasannya.
Merekrut orang-orang yang bukan hanya memiliki kualitas, tapi juga kuantitas. Dan ini berlaku bagi
semua anggota dewan baik para kaum laki-laki dan juga kaum perempuan,” katanya.
Hadir dalam kesempatan itu, anggota DPD RI asal Sumut Prof Darmayanti Lubis, Calon Wakil Wali
Kota Medan yang kalah, Nelly Armayanti, Pihak Interim Project Manager Pride-UNDP Nirmala Many.
Untuk kegiatan inisiasi itu sendiri berlangsung sejak Minggu (4/7) lalu dan akan berakhir, kemaarin
(6/7). (*)
Gagas
Saat mendengar kata ‘sejarah’, terbayang kebosanan, apalagi jika pelajaran tersebut
disampaikan secara monoton pada jam-jam terakhir menjelang pulang sekolah. Sebagai Guru sejarah,
apa yang harus kita perbuat menjumpai sikap para siswa yang tidak suka pelajaran yang akan kita
bawakan?
Bukan tanpa sebab jika pelajaran sejarah diberi anggapan menjemukan, kuno, tidak penting, dan tak
ada korelasinya dengan ilmu pengetahuan serta teknologi terbaru. Sejarah membosankan karena cara
penyampaian materi yang monoton, bercerita saja, dan diskusi interaktif siswa tidak dapat terbangun.
Keadaan itu diperparah jarangnya kompetisi sejarah antar sekolah, serta sedikitnya minat siswa untuk
membaca buku-buku sejarah di perpustakaan. Tak terdengar ‘Olimpiade Sejarah’ sebagaimana
Olimpiade Fisika. Minat siswa meneliti pun belum tumbuh. Siswa apriori, karena pelajaran ini tak
diujikan secara nasional.
Empat belas tahun yang lalu, di masa awal mengabdi sebagai guru sejarah pada SMA Don Bosko
Semarang, saya mengalami krisis percaya diri saat akan menyampaikan materi di depan para siswa.
Semangat baru mulai muncul, karena perkenalan saya dengan OHP dan komputer. Pelajaran sejarah
jadi menarik, ketika saya menyajikannya dalam bentuk audio visual. Tayangan visual situs-situs
kerajaan Hindu dalam bentuk candi sangat mengundang rasa penasaran siswa. Beberapa bagian relief
candi yang terkesan melanggar UU pornografi dan pornoaksi, sah-sah saja dijadikan media belajar.
Banyak siswa terlihat aktif dan antusias bertanya. Saya senang, materi pelajaran terserap dengan baik.
Gambar patung, relief atau lukisan di masa lalu ternyata lebih mudah dipahami ketimbang melalui
membaca buku sejarah saja. Film animasi tentang evolusi manusia, pola hidup jaman prasejarah dan
awal peradaban umat manusia ternyata sangat membantu proses pemahaman. Sejarah yang semula
begitu abstrak, menjadi jelas, karena disajikan secara konkrit.
Tradisi sekaten, grebeg Syawal, dan Grebeg Maulud di Yogyakarta dan Surakarta dalam bentuk CD
bisa digunakan untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Begitu pula dengan film
dokumenter tentang pergerakan nasional, Proklamasi RI, revolusi fisik, peristiwa Malari sampai
gerakan reformasi dapat dipakai untuk menjelaskan sejarah Indonesia secara lengkap.
Saya sudah membuktikannya, dalam wujud peningkatan prestasi siswa hingga menjadi juara 2 dalam
Kompetisi Sejarah antar SMA se-Karesidenan Semarang yang diadakan di UNNES pada tahun 2008
lalu.
• Manfaatkan internet untuk mencari gambar-gambar situs sejarah, ataupun film-film animasi tentang
evolusi manusia. Gunakan gambar atau film dalam bentuk tayangan untuk melengkapi materi yang
dibuat dalam bentuk “power point”.
• Jelaskan materi secara singkat. Biarkan para siswa mengamati tayangan lebih lama, dan berilah
keleluasaan untuk bertanya pada guru.
• Ciptakan situasi belajar dalam bentuk diskusi informatif. Kembangkan komunikasi timbal balik yang
seimbang. Guru jangan ceramah.
• Konsisten memberikan catatan dan nilai yang transparan bagi siswa. Obyektifitas harus dijunjung
tinggi.
• Ciptakan relasi akrab dengan siswa. Jadilah pendengar yang baik. Jangan lupa berilah senyuman dan
sapaan yang baik, sebelum maupun sesudah mengajar.
Sejarah adalah pelajaran tentang aktifitas manusia di masa lalu, yang hanya dapat dihadirkan kembali
secara jelas dalam bentuk dokumen dan situs. Siswa akan mampu memahami jika guru mampu
menghadirkan dokumen dan situs sejarah dalam bentuk tayangan audio visual.TG
Katakan pada siswa, bahwa Anda mempunyai seorang paman yang bernama Bob. Paman Bob memiliki
seekor hamster. Siswa diminta mendiskripsikan hamster tersebut dengan cara menulis kalimat dengan
menggunkana kata sifat yang paling cocok. Boleh menghadirkan seekor hamster ke kelas agar lebih
kontekstual. Tantangan dapat ditambah dengan cara mengatakan pada siswa, bahwa huruf pertama dari
tiap kata sifat harus berbeda dan mengikuti alphabet.
Tulis kalimat pertama: Uncle Bob’s hamster is angry di papan tulis.
Tunjukkan kata angry dimulai dari a, seterusnya siswa bergiliran mencari kata sifat yang sesuai.
Uncle Bob’s hamster is big, cute,dan seterusnya. Tentukan batasan waktu agar siswa dapat menjawab
dengan cepat.
Kegiatan ini dapat dipermudah dengan menyediakan daftar kata sifat tapi tidak ditulis secara urut
abjad. TG
Cara bermain:
1.Mainkan musik
2.Siswa mengoper bola kepada siswa sebelahnya. Bisa dalam lingkaran atau tetap di bangku duduk.
3.Ketika musik berhenti, siswa yang memegang bola harus menjawab pertanyaan atau berbicara
tentang sebuah gambar
4.Jika siswa tak ingin manjawab, katakan ‘pass’
5.Ketika musik mulai lagi, bola terus diputar
6.Sesekali bisa katakan ‘change/ganti’. Bila akan berputar arah
Guru bisa mengajarkan ‘benda-benda di sekitar sekolah’ (things around the school). Tunjukkan
beberapa gambar sekolah lengkap dengan ruangan dan benda-benda yang relevan. Kelas dapat dibagi
dalam beberapa kelompok, agar semua mendapat giliran lebih banyak.TG
Sumber:
Asyik Belajar dengan PAKEM Bahasa Inggris. UNICEF.
Spelling Bee, AGAR TAK SEKEDAR BERGUMAM SEPERTI LEBAH
Lesson
‘stewardess’
‘what’s the definition?’
‘a person who serves passengers on aship, plane, etc’
‘es- ti- i - double yu – e – ar – di – i– double s’ eja seorang anak usia SD kelas 6, dengan fasih dan
dialek bagus seperti native speaker.
‘That’s correct’ balas Ms. Chacha sang juri yang segera memberi kata berikutnya. Jika ada yang tak
jelas, peserta akan meminta definisi atau petunjuk. Jika tetap tak bisa, disarankan mengatakan ‘pass’,
agar tak di-delete.
Sejumlah anak bisa menembus di atas 15 kata, meski ada yang hanya mampu 3 kata langsung gugur.
Ya, itulah pertandingan kecepatan, ketepatan pendengaran, dan wawasan serta perbendaharaan kata
dalam bahasa Inggris yang dinamakan spelling bee.
Ernesto Aryo, direktur The Future yang baru saja menggelar kompetisi antar siswa SD, mengatakan
bahwa spelling bee ini merupakan cara belajar yang fun, untuk memberi stimulasi pada anak bahwa
belajar bahasa Inggris itu menyenangkan. Spelling bee ini kan salah satu bentuk games.
Mengapa Bee?
“Dalam bahasa Inggris, bee itu menggumam …emmm…..emmmm….. Kumbang itu kan bergumam.
‘mmmmm…mmmmm….. Nah, spelling bee menajamkan spelling, mengeja huruf, pemahaman kata,
yang harus diucapkan, dilafalkan, bukan digumamkan!”, jelas Pak Aryo yang pernah tinggal di luar
negeri dan mengikuti perkembangan spelling bee.
Apa yang dicari dan diunggulkan pada spelling bee?
“Ini yang paling cocok untuk siswa SD. Kalau siswa SMP sudah bisa dengan cara debat. Mengenalkan
kata dalam bahasa inggris yang agak berat. Masing masing ada temanya. Ada house, body. Kalau
mereka teliti, pasti ada satu set yang setema. Tapi ini bisa beda-beda di tempat lain.
“Kalau di Indonesia, ini cocok, karena bisa mendorong anak belajar bahasa Inggris lebih fun. Ini kan fun
learning. Bahasa itu juga bakat. Setiap skill itu menurut saya bakat. Ada seorang murid, yang berkali-kali,
repeat, ngulang pass, repeat, pass. Tapi sampai intermediate 4, akhirnya stuck sampai di situ. Dia tak tahu apa-
apa. Untuk anak seperti ini, bahasa menjadi tak menyenangkan. Bisa sih bisa. Tapi tak terlalu berkembang.”
Apa manfaatnya?
“Keberanian maju. Lantas berani bicara. Ujungnya public speaking. Di Indonesia ini akan lebih
berguna.”
Akeelah semula gadis yang menarik diri akibat pola asuh single parent yang mendominasi
kehidupannya. Sang ibu yang tak menyetujui anaknya mengikuti kontes, belakangan baru mengaku
bahwa alasannya tak tega dan tak ingin melihat putrinya kalah dan mengalami kesedihan.
Pak Larabee mengajarnya dengan cara yang sangat hebat. Lompat tali, tetabuhan, dan mengajak
membaca bersama. Tak heran jika Akeelah dan peserta kompetisi lain mampu menggali definisi kata
yang dimaksud, sebelum mulai mengeja. “Logorrhea ….”. Di kamus Longman saja tak bisa kita
temukan.
Sering terlihat, guru di sekolah-sekolah kita mengajar spelling bee dengan cara konvensional. Drilling
dan dihafal. Mestinya diganung dengan cara telaah makna kata. Dan itu tadi, membaca!TG
Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di
counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi
di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
Ajangsana
CERMIN KATA-KATA
Beberapa waktu lalu saya menyerahkan cerpen ke teman-teman untuk dikritisi. Entah cerpen
yang saya buat baik atau tidak? Layak atau dibuang saja.
Menurut mereka cerpen saya benar-benbar mengecewakan!” Pilihan kata dalam cerpen yang kamu
pakai anggak matching. Taburan kata dalam cerpen kamu terlalu baku, harfiah, tekstual dan kaku!”
Begitulah yang terjadi ketika seorang penulis belum piawai memilih dan memilah kata!
Wow! Ternyata pilihan kata atau diksi dalam cerita tidak bedanuya dengan pilihan warna dalam dunia
seni rupa: betapa indah lukidan jika dalam komposisi warnanya tepat. Ia menjadi jiwa dalam tema yang
kita bidik dan tiap-tiap kata hendaknya mampu mewakili setiap adengan. Tidak berlebihan seorang Joni
Araiadinta mengatakan “penulis itu harus menenal dan mengusai betul arti kata yang digunakan agar
tidak mengecewakan pembacanya!”
Hal ini yang lazim dalam dunia sastra, banyak penulis-penulis besar berulang kali mencoret naskahnya.
Bahkan tidak jarang mereka membuang ke tong sampah setelah susah payah menulis. Sebabnya
sipenulis itu tidak puas melihat dan merasakan kata-kata yang ditulisnya. Ia merasa belum berhasil
memindahkan Susana cerita kedalam rangkaian kata. Disinilah penulis menyadari bahwa seorang
pembaca akan mendapat nuansa lain tentang cerita saat dirinya mampu memilih kata dengan tepat.
Menurut saya, sah-sah saja kita menggunakan kata-kata piuits, metafora, hiperbola atau bersifat etnis,
religi, sains hingga penggunan kata sehari-hari agar cerita lebih dekat denga pembacanya.
Hal lain yang harus diperhatikan sebaiknya kita hati-hati dengan kata yang tidak menguatkan cerita.
Kata yang terangkai dalam kaimat panjang juga akan membosankan dan membuat cerita sama sekali
tidak “bertenaga.’
Ok! Mulai sekarang sebaiknya kata tidak bisa kita anggap sebagai ”tetangga” tetapi harus dikenal
secara “sahabat” agar ia menjadi hidup dengan sendirinya! Bagi kita harus banyak membaca karya
orang lain merupakan salah satu cara untuk bersahabat dengan diksi. Tapi kita jangan terjebak
melakukan tindak plagiat.
Sementara cara lain yang cukup efektif adalah dengan terus menulis. Berusaha mempertahankan ide
kedalam kata-kata sehingga pemakaian diksi kita semakin mengalami pematangan.
Dan seperti cermin kata dalam cerita merupakan tampilan ide kita agar mampu melihat dengan jernih.
Tentu kita tidak ingin