You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini pencemaran terjadi dimana- mana dengan laju yang begitu cepat yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak Perang Dunia II kecenderungan pencemaran
mengarah kepada dua hal yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu yang makin meningkat
terutama akibat kegiatan industry dan transportasi. Penyebab lainnya yaitu penggunaan
berbagai produk biosida dan bahan- bahan berbahaya aktivitas manusia.

Berdasarkan pengertianya pencemaran merupakan masuknya atau dimasukkannya


mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau
merubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas
lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang
atau tidak dabat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Peristiwa pencemaran baru
dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah
lingkungan hidup manusia (Achmad, Rukaesih. 1999).

Dengan meningkatnya kegiatan industri dan transportasi tentu saja meningkat pula
pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran terhadap sumber air minum telah sering
menyebabkan penyakit- penyakit dengan perantara air (waterbone desease) yang telah
membinasakan penduduk di sejumlah kota. Sekarang ini beban pencemaran terhadap air
sudah semakin berat dengan masuknya bahan- bahan industri yang mengandung senyawa-
senyawa kimia berbahaya (Anonimous, Agen Orange,1983).

Pencemaran lingkungan terjadi pula di udara dan tanah dengan segala dampak yang
ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini selain oleh kegiatan manusia juga dapat
disebabkan oleh kegiatan alami seperti kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan
gunung berapi dan sebagainya (Anonimous, Agen Orange,1983).

Bahan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari- hari dan juga merupakan
salah satu bahan yang menyebabkan pencemaran adalah pestisida. Pestisida merupakan
penyebab pencemaran lingkungan yang utama baik itu untuk pencemaran udara, tanah dan
air. Banyak pestisida yang sangat beracun seperti DDT dan menjadi lebih tinggi
konsentrasinya di dalam rantai makanan (Kusno S , 1992).

Mahkluk hidup terutama manusia banyak menarik keuntungan dengan adanya


pestsida. Suatu kenyataan tanpa pestisida bidang pertanian tidak akan mengahasilkan
produk yang sesuai dengan yang diperkirakan. Dari pengalaman masalah masa lalu,
keracuanan tanaman pertanian oleh hama dan penyakit telah menyebabkan kelaparan
penduduk dunia dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu pestisida akan terus
digunakan, yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah mencari pestisida yang
lebih aman dan lebih mudah terurai dalam lingkungan setelah digunakan.

B. Perumusan Masalah

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pestisida merupakn penyebab utama


pencemaran baik itu udara, tanah, maupun air yang dapat membahayakan lingkungan serta
makhluk hidup disekitarnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pemakaian pestisida
dilakukan terus-menerus oleh masyarat tanpa melihat dampak penggunaan pestisida itu
sendiri. Adapun masalah yang kami angkat adalah Bagaimana upaya pencegahan
pencemaran yang diakibatkan pestisida?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Tujuan makalah ini adalah :

1. Mengetahui dampak pencemaran yang di akibatkan oleh pestisida.

2. Mengetahui solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan oleh pestisida.

Manfaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui informasi mengenai dampak-dampak pencemaran yang di


akibatkan oleh penggunaan pestisida.

2. Dapat mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan.


3. Dapat mengetahi solusi dalam mengatasi pencemaran yang di sebabkan oleh
penggunaan pestisida.

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pencemaran

Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak mau
akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang daya penguasaannya,
artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat, maka akan lebih sedikit
masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru dapat dikatakan sebagai
pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah lingkungan hidup
manusia, yang terkena dampak akibat negatif yang tidak diinginkan adalah manusianya
dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-bahan berbahaya yang disebabkan oleh
peradaban manusia itu sendiri (Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975).

Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa


“Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan
atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang atau tidak dabat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu:

1. Tingkatan Pertama

Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak membawa
akibat yang merugikan manusia.

2. Tingkatan kedua
Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca indera
dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan lingkungan hidup
yang lebih luas.

3. Tingkatan ketiga

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang membawa


akibat kesakitan yang menahun.

4. Tingkatan keempat

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat seperti


kematian dan lain-lain.

Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu dikenal


pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu : pencemaran udara,pencemaran
tanah,pencemaran air dan pencemaran kebudayaan. Dalam makalah ini, pencemaran
lingkungan yang akan dibahas adalah tiga bagian yang pertama diatas yang diakibatkan
oleh Pestisida (Achmad, Rukaesih. 1999)

B. Jenis-Jenis pestisida

Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud dengan Pestisida ialah
Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad renik dan virus yang digunakan
untuk:

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-
bagian tanaman atau hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan.

4. Mencegah hama-hama air.

5. Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada


manusia.

Berdasarkan kegunaanya pestisida dapat dibagi atas :


1. INSEKTISIDA : Zat / Senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan /
Memberantas serangga.

2. ASCARISIDA : Memberantas Tunggau

3. NEMATOSIDA : Memberantas cacing Nematoda.

4. FUNGISIDA : Memberantas Jamur / Cendawan.

5. HERBISIDA : Memberantas rumput / Gulma.

6. OVISIDA : Memberantas telur serangga.

7. LARVASIDA : Memberantas Larva

8. RODENTISIDA : Memberantas Hewan Pengerat.

9. ALGASIDA : Memberantas Alga.

10. MOLUSCISIDA : Memberantas Hewan Molluska.

Dengan melihat bentuk fisiknya, pestisida digolongkan kedalam beberapa bentuk :


Tepung hembus, Tepung semprot ( Wetable Powder),Minyak Aerosol, Rook patroner

Dari segi struktur kimianya, pestisida dibagi atas :

1 . Orgahochlorine

Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine.


Misal : DDT

2 . Orgahoposphate

Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro posphate


(TEPP )

3. Carbonate

Pestisida yang mengandung gugus Carbonate. Misal : Baygon, Sevin dan Isolan.

4. Lain-Lain
Diluar ketiga jenis diatas, pestisida ini mengandung senyawa organik,
serychin, senyawa sulphur organik dan dinytrophenol (Achmad, Rukaesih. 1999).

C. Pestisida Dan Revolusi Hijau

Alam dengan segala isinya di terima sebagaimana adanya. Dan manusia


menyesuaikan pola hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam. Karena
perubahan lingkungan alam berada di luar kendali tangan manusia, maka manusia
memasrahkan diri kepada lingkungan. Ini melahirkan kebiasaan tradisi dan hukum-hukum
yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur pergaulan hidup masyarakat (Ekha Isuasta,
1988).

Tetapi satu faktor dalam kehidupan masyarakat mengalami perubahan otonom,


yaitu pertambahan jumlah manusia. Naluri mempertahankan diri manusia mendorong
hasrat berkembangbiak dan melangsungkan dehidupan. Ini dimungkinkan oleh akal dan
kemampuan berpikir manusia, yang melahirkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu
manusia selalu menuntut kepada alam agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.
Kebutuhan primer manusia adalah makan. Dan untuk meningkatkan hasil-hasil bumi
mereka mempunyai ambisi besar untuk meningkatkan produksi pangan. Banyak hal yang
dilakukan manusia seperti program irigasi, pemupukan intensif yang kadang berlebihan
hingga merusak struktur tanah. Dan yang paling mengerikan adalah berputarnya lingkaran
setan pestisida yang tak pernah putus ditengah jalan, justru semakin membabibuta.

Untuk mendukung keberhasilan produksi pangan ini, penelitian dan teknologi


semakin berkembang. Termasuk si lampu aladin, pestisida. Dunia pertanian seakan
terbangun dari tidurnya, terbangun untuk tragedi dari revolusi, bukan revolusi fisik, bukan
industry, tetapi revolusi hijau.Revolusii Hijau yang mencantumkan pemakaian pestisida
sebagai senjata utama yang menyakitkan lingkungan dan manusia sendiri (Achmad,
Rukaesih. 1999)
BAB III

PEMBAHASAN

Melihat perkembangan pestisida yang semakin meningkat, baik dari segi kualitas
maupun segi kuantitas, dapat dilihat dari dua tabel beriku

Produksi %
Tahun
(Ton/KL) Perubahan

1978/1979 9.128 -

1979/1980 20.812 128

1980/1981 25.671 23,3

1981/1982 33.576 30,8

1982/1983 47.369 26,2

Tabel 3.1 Peningkatan Produksi Pestisida Dalam Negeri


Dapat kita lihat juga impor Pestisida pada table dibawah ini:

Tahun Insek Fung Herb Total


tisida isida isida

1978 3.131 631 510 4.272


Ton
55.66 2.169 1.279 59.10
U$ 0 8

1979 1.920 708 761 3.389


Ton
5.286 1.935 2.943 10.06
U$ 4

1980 4.560 958 2.421 6.139


Ton
15.96 3.142 1.366 21.79
U$ 3 9

1981 116 700 421 1.327


Ton
723 2.900 1.366 4.989
U$

1982 3 995 445 1.443


Ton
39 5.107 1.245 6.369
U$

Tabel 3.2 Impor Pestisida

Hal ini memang mengembirakan bagi dunia pertanian, menyenangkan bagi


produsen pestisida tetapi di lain pihak muncul masalah- masalah serius. Pemakaian
pestisida yang berdendang membabi buta pada episode berikutnya, menjadi suatu hal yang
mengkhawatirkan. Pestisida memang bagaikan lampu aladin. Pestisida ibarat dewa
penolong tetapi di sisi lain, tanah dan semua perairan yang menjadi ikat pinggangnya
menjerit kesakitan, terlebih karena pestisida produksi mutakhir. Buah simalakama
ditawarkan kepada kita, pestisida membantu sekaligus mematikan.

Pestisida menjadi suatu tragedi kehidupan, nyata sudah di dalam sejarah kehidupan
manusia. Jaminan untuk itu sudah digaransikan, air, tanah, udara bahkan nyawa manusia
sendiri si penghasil teknologi pestisida. Satu persatu segi bahaya pestisida telah menjamah
kehidupan manusia. Bahaya pencemaran lingkungan hidup, baik yang bersifat sosial dan
alamiah yang mengakibatkan terganggunya ekosistem kehidupan.

1. Pencemaran Air pada Pestisida

Air merupakan sumber kehidupan umat manusia. Kini tidak hanya air sungai yang
masuk ke laut, air laut pun sudah biasa merembes ke wilayah darat dan air minum menjadi
asin. Sementara di sini lain air menjadi pahit karena pencemaran sungai-sungai yang
melewati perkotaan dan residu pestisida yang tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah.
Residu masuk air sungai, mengalir ke parit-parit sawah, masuk ke saluran tersier ke saluran
sekunder dan terbuang ke sungai kita. Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir dan
sebagian rakyat menggunakan air di hilir untuk mandi, cuci dan kakus. Pencemaran
bertambah runyam, karena pestisida, sampah rumah tangga dan produk alami. Pestisida
dapat mencemari air yang sangat berbahaya bagi kehidupan. karena pestisida mengandung
bahan-bahan kimia yang sangat bebahaya seperti senyawa Dinitro dan Thiosianat.

2. Pencemaran Tanah pada Pestisida

Pestisida banyak digunakan oleh petani untuk lahan pertanian seperti pembasmi
hama serta untuk membasmi rumpu-rumput liar. Namun disisi lain penggunaan pestisida
secara berlebihan akan berdampak buruk bagi ekosistem tanah seperti matinya organisme
dalam tanah (cacing,dll), sehingga tanah menjadi tandus dan kering.

3. Pencemaran Udara pada Pestisida

Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah menggeser


pemakaian tenaga manusia yang dirasakan telah mengalami kekerdilan. Dengan
helikopter, dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan telah
tersemprot sekaligus. Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran maupun hewan-hewan dan
serangga bukan sasaran target pembunuhan ikut menikmati hujan pestisida dari cucuran
helikopter.

Suatu bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus di
sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Di sini pada tahun 1954 telah dilakukan
penyemprotan suatu senyawa organochlorim dengan maksud menghentikan Japanese beetle
(kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung musnah di daerah penyemprotan.
Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll.

Pencemaran udara pestisida ini tidak hanya menyerang lingkungan manusia sendiri
saja, tetapi akhirnya jatuh ke pelukan manusia sendiri. Banyak tragedi-tragedi kehidupan
yang terjadi, dan yang paling naas, tragedi ini terjadi karena penyelewengan manusia
sendiri atas pestisida ini

Penyelewengan pestisida ini diarahkan pada pembasmian si pembuat dan si


pemakai utama, yaitu manusia. Pestisida digunakan untuk membunuh manusia. Kejadian
ini dipelopori oleh kekejaman Hitler di zaman Perang Dunia II, DDT dipakai sebagai bahan
percobaan dalam ladang-ladang kamp konsentrasi Hitler.

Upaya pencegahan Pencemaran pestisida


Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi pertanian
dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida
bukan hal sepele.

Tetapi kalau cara pemakaian pestisida dilakukan dengan sangat hati-hati,


kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya
pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN (Pesticides
Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia.

Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang dimasukkan
dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini didukung oleh ikut
sertanya BATAN dalam meneliti residu-residu produk pertanian dan mengeluarkan batas
ambang yang aman bagi pemakaian pestisida.

Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai
berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan.
Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan pencegahan
dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup manusia
Indonesia.
Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang
ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia. Manusia harus
bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua kegiatan pencegahan
hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk pemenuhan kebutuhannya. Manusia
adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu selain perlindungan terhadap tanah,
air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan
terhadap manusia.

Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak
menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang
terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen,
penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau
mengurangi serangga hama antara lain:

a. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,

b. memilih varietas yang tahan lama,

c. memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,

d. penggunaan hormon serangga,

e. pemanfaatan daya tarik seks pada serangga

f. sterilisasi

Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata
dibahding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera,
penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat.Jika memang
pestisidalah yakan digunakan, maka adalah suatu langkah yang paling bijaksana untuk
melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang mungkin
timbul.

Pada pencemaran lingkungan oleh pestisida, beberapa tindakan pencegahan yang


perlu dilakukan antara lain:

1. ketahuilah atau pahamilah dengan yakin tentang kegunaan dari suatu jenis pestisida.
Jangan sampai terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan digunakan untuk
membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan
tanah atau tanaman telah terlanjur tercemar.

2. ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau
petugas penyuluh,

3. jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida, Tanyakan pada penyuluh apakah


sudah saatnya digunakan pestisida, karena belum tentu suatu jenis hama harus diberantas
dengan pestisida.

4. Jangan telat memberantas hama. Jika penyuluh sudah menganjurkan untuk


menggunakan pestisida, cepatlah dilakukan. Dengan semakin meluasnya hama akan
membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar, ini berarti hanya akan
memperbesar peluang terjadinya pencemaran,

5. jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya digunakan untuk
suatu jenis hama tertentu, terkadang usia tanaman yang berbeda menghendaki jenis
pestisida yang berbeda pula,

6. pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di sekitar
tanaman,

7. jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu, gunakan tempat
yang khusus untuk itu. Pada waktu mengaduk, larutan jangan sampai tercecer ke tempat
lain. perhatikan dengan tepat jumlah larutan yang dibuat agar tidak terdapat sisa setelah
pemakaian. Sudah disebutkan bahwa selain tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan oleh pestisida, juga diperlukan tindakan-tindakan pengamanan terhadap
pestisida. Tujuannya adalah agar manusia terbebas dari keracunan. Beberapa tindakan
yang perlu diambil untuk mencegah keracunan oleh pestisida, yaitu:

a. Penyimpanan racun-racun hama:

1. Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi tanda, sebaiknya


tertutup dan dalam lemari tersendiri yang terkunci.
2. Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat
makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda-tanda
harus jelas biar untuk mereka yang buta huruf sekalipun tabu.

3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar, agar
racun-racun sisa musnah sama sekali.

4. Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti


di hotel-hotel, sangat besar bahayanya.

b. Pemakaian alat-alat pelindung


1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan
pencampuran kering bahan-bahan.

2. Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat dari neopren,
jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak atau
pelarut-pelarut organis.Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna
sebelum makan.

3. Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan
selama menyiapkan dan enggunakan semprotan, kabut atau aerasol, jika kulit atau
paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus
terbuat dari karet atau bahan tahan minyak.

4. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan,


sehingga terhirup atau mengenai kulit dari tenaga kerja yang bersangkutan.

5. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan
memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut dari rumah penduduk dan tempat
pengolahan bahan makanan.

6. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan


bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada suatu dilema.

Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya


Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada
wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang
esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya
belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula
para konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi
sangat penting.

Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam
perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap
diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat
berbahaya adalah sebagai berikut

Gambar 2.14 Tanda bahaya dari bahan kimia

Keterangan :

E = Dapat Meledak T = Beracun

F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif

F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi

O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan


T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan

CARA PENGGUNAAN PESTISIDA

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka
menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu
udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan
mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian
bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula
kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel
pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan
dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida
berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu
rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat
mempercepat timbulnya resistensi.

1.Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan
dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan
air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu.
Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk
keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis
pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2.Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida
* Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam
larutan yang sudah dicampur dengan air.
* Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap
liter air.
* Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan
pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alatsemprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack
sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar
500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya
kurang dari 5 liter.

3. Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
* Pestisida digunakan apabila diperlukan
*Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
*Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
* Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula
wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
* Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap
melalui luka
* Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung
tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain
yang diperlukan
* Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya
pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum.
* Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila
tercium
* Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di
tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus.
* Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan.
Jangan berlebih atau kurang
* Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan
* Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan,
cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan
arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat
secukupnya
* Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak
digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman.
* Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan
pestisida
* Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,
demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih
mungkin.
BAB IV

PEMBAHASAN KHUSUS

Permasalah

Salah satu jenis pestisida adalah pembasmi nyamuk. Banyak merek pembasmi nyamuk di
Indonesia yang di bilang aman dan ampuh. Tetapi, apakah kita semua yakin bahwa
pembasmi nyamuk itu benar-benar aman?

Pembahasan

Di Indonesia ada beberapa jenis merek pembasmi nyamuk, diantaranya yaitu baygon, hit,
vape, raid dan mortein, autan, soffell, dan lain-lain.

Baygon adalah merek pestisida produksi S. C. Johnson & Son. Kegunaannya adalah
sebagai pembasmi dan pengendali hama rumah tangga, seperti nyamuk,kecoa, lipan, dan
semut. Merek ini sangat populer di Indonesia sehingga sudah menjadi nama generik bagi
produk sejenis. Baygon pertama kali di produksi oleh perusahaan bayer, sebuah perusahaan
kimia asal Jerman pada tahun 1975.

Prinsip dasar yang harus di pahami oleh semua orang ketika menggunakan obat
nyamuk adalah bahwa zat yang di pakai itu racun, dan tidak ada racun yang benar-benar
aman.

Baygon mengandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin. Propoxur


adalah senyawa karbamat (senyawa antaranya, MIC, pernah menewaskan ribuan orang dan
menyebabkan kerus akan syaraf ratusan ribu orang lainnya dalam kasus Bhopal di India)
yang telah dilarang penggunaannya di luar negri karena diduga kuat sebagai zat
karsinogenik sedangkan transfluthrin relatif aman hingga saat ini.

HIT yang promosinya sebagai obat nyamuk ampuh dan murah memang benar
bahkan sedikit lebih ampuh dari Baygon tapi sangat berbahaya karena bukan hanya
menggunakan Propoxur tapi juga DDVP atau dichlorvos, zat turunan chlorine yang sejak
puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia, murah tapi berbahaya.
Sedangkan obat nyamuk lain seperti Baygon tutup hijau , Vape, Raid dan Mortein
memang non propoxur dan non DDVP tapi keampuhannya sangat diragukan, mereka hanya
efektif melawan nyamuk Aedes tapi berantakan saat melawan nyamuk Culex sp (ini
nyamuk malam yang sering gangguin kita). Obat nyamuk bakar jelas menghasilkan asap
dan racun, begitupun juga dengan jenis elektrik tetap menghasilkan racun. Penggunanaan
obat nyamuk dengan cara dibakar atau dengan listrik harus dalam ruangan dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak boleh dalam ruangan tertutup karena racun dan asap yang dihasilkan
akan mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan. Penolak nyamuk seperti
Autan, Sari Puspa/Soffell,atau Lavender Ketiganya mengandung racun bernama
Diethyltoluamide atau DEET . DEET ini sangat korosif, Autan tidak dapat disimpan dalam
wadah plastik PVC atau besi karena dalam hitungan minggu akan mengikis lapisannya.
Bayangkan bila itu kena kulit kita ? Jadi sekali lagi telah terjadi pembohongan publik lewat
iklan anti nyamuk yang lembut bagi kulit, mana mungkin zat yang jelas-jelas merus ak
kulit dapat merawat kulit, bahkan setelah ditambahi embel-embel menggunkan Aloe Vera
atau zat pelembab lain tetap saja berbahaya, jangan guna kan pada kulit yang sensitif atau
anak di bawah usia 2 tahun.

Obat nyamuk hanya digunakan bila gangguan memang sudah tak terkendali atau
melebihi batas toleransi, dan gunakan dengan cara yang aman, dan jangan pernah berfikir
racun itu aman. Beberapa memang ampuh, tetapi tidak benar-benar aman. Pilih lah yang
memiliki efek racunnya yang paling kecil jika hanya sekedar untuk mengendalikan bukan
berarti membasmi, seperti contoh baygon tutup hijau.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pestisida merupakan produk sebuah revolusi yang tidak hanya menarik tetapi juga
mengerikan. Berhadapan dengan pestisida dipakai, lingkungan alam tercemar. Apabila
tidak dipakai hama dan penyakit menjadi momok bagi manusia. Inilah yang disebut
tragedi. Dan manusia yang berhadapan dengan tragedi bisa mengambil sikap dan langkah
yang pasti sesuai dengan tuntutan situasi.

Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan petunjuk


penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil lingkup risiko yang
harus ditanggung manusia dan alam.Pemakaian pestisida secara membabi buta bisa
mengundang bencana.

Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak hanya
para pejabat, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab bersama
atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tanggung jawab pabrik
penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi izin produksi, tapi menjadi
tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan semua negara.

Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan berbahaya,
dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua negara di dunia juga harus mengerti
akan hal itu dan ikut melaksanakannya.Bersikap mendua dalam mengambil langkah
kiranya kurang membantu.Pemakaian pestisida dilarang tetapi tetap diproduksi dan
bahkan diekspor ke negara tetangga.

Setiap usaha pemberantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat


menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang kasus-kasus
akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan hilang sama sekali.
Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi lingkungan itu makin diperkecil.
B. Saran
Semoga kemajuan bidang IPTEK dapat menjawab segala dinamika tantangan
mengenai pemecahan masalah" PESTISIDA DAN PENCEMARANNYA " secara
bijaksana, demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan mahluk hidup terutama
manusianya.

Oleh karena itu kita Mahasiswa sebagai " Creative Generation" harus terbebani
tanggungjawab untuk ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah tersebut diatas.
Semoga harapan tidak tinggal harapan, tetapi sungguh menjadi kenyataan, sikap dan
perbuatan manusialah, yang akhirnya paling menentukan bagi nasib dirinya dan
lingkungan hidupnya.

PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa pestisida memiliki senyawa yang stabil ?

2. Bagaimana cara kita membedakan buah atau sayuran yang terdapat pestisida, dan
bagaimana cara mengkonsumsinya?

3. Salah satu syarat dari pestisida adalah bahwa tidak boleh melukai atau salah sasaran yang
terkena hewan bertulang belakang. Apa maksud dari pernyataan ini?

PENYELESAIAN

1. Karena pada pestisida memiliki komposisi yang sudah diatur tiap bahan yang digunakan
sehingga ikatannya tidak mudah untuk di uraikan.

2. Untuk saat sekarang, susah untuk membedakan yang terkena pestisida atau tidak, karena
yang menggunakan pestisida juga terlihat akan tetapi jika terlalu sering kita konsumsi
dapat membahayakan kesehatan. Cara mengkonsumsinya yaitu sayur atau buah yang kita
beli sebaiknya di bersihkan dahulu, pada waktu di masak pestisida itu akan menyatu
dengan air sayur, dengan demikian jika kita sudah mengetahuinya sebaiknya air itu jangan
kita konsumsi.
3. Syarat yang terdapat pada pestisida itu tidak mutlak, karena hanya dikhususkan untuk
tikus, dan diusahakan juga tempat penempatannya yang tidak terjangkau dari hewan lain,

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 1999. Kimia Lingkungan.Bandung: ANDI.

Anonimous, Agen Orange,1983. Diduga penyebab kelahiran bayi cacat di Vietnam, 1983,
Kompas 25 Maret 1983, Jakarta.

Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York : The Mac
Millan Press.

Ekha Isuasta, 1988.Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius.

Kusno S , 1992. Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya.

You might also like