You are on page 1of 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa atas terselesaikannya tugas KARYA
TULIS ILMIAH ini dengan judul “ PENGARUH
KADAR PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN
LOMBOK BIJI”. Kami juga ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan
tugas KTI ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian
pula dengan KTI ini. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan KTI ini.

Makassar, 14 Agustus 2007

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir detector
panas dalam kelenjar hypothalamus sehingga mengakibatkan perasaan
tetap sejuk walaupun di udara yang panas. Penelitian lain menunjukkan
bahwa capsaicin dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial,
dan bronchoconsrtiction yang disebabkan oleh asap rokok dan polusi
lainnya.
Selain capsaicin, cabai pun mengandung zat mucokinetik. Zat ini di kenal
sebagai zat yang mampu mengatur, mengirangi, atau mengeluarkan
lender dari paru – paru. Oleh karena itu cabai sangat membantu penderita
bronchitis, masuk angina, influenza, sinisitus dan asam dalam
pengeluaran lender. Selain khasiat diatas, khasiat – khasiat cabai ;ainnya
pun masih banyak di teliti. Namun, untuk orang yang menderita penyakit
maag tentu saja di anjurkan untuk mengurangi konsumsi cabai

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh kadar pupuk urea terhadap pertumbuhan
terhadap lombok biji ?
2. Mengapa penggunaan pupuk secara berlebihan dapat
menyebabkan tanaman tersebut mati ?
C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini kami laksanakan dengan maksud dan tujuan
untuk mengetahui serta mempelajari proses pertumbuhan lombok biji
dan pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman lombok biji.

D. MANFAAT PENELITIAN
Kami dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pupuk
terhadap pertumbuhan lombok biji. Dan kita juga dapat mengetahui
dampak positif dan negative yang dapat ditimbulkan oleh tumbuhan
lombok biji.

E. RUMUSAN HIPOTESIS
HIPOTESIS
Jika pemberian pupuk urea berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan
lombok biji mati. Begitu juga sebaliknya, jika pemberian pupuk urea sedikit
dapat menyebabkan pertumbuhan lombok biji terganggu / mati

VARIABEL
Variabel manipulasi / bebas :
Pot A = Diperlakukan dengan pemberian pupuk 1 gr
Pot B = Diperlakukan dengan pemberian pupuk 2 gr
Pot C = Diperlakukan dengan pemberian pupuk 3 gr
Variabel respon / terikat:
Kecepatan pertumbuhan lombok biji
Variabel control :
Pertumbuhan tinggi tanaman.
Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan tumbuhan sangat
berpengaruh terhadap banyak atau sedikitnya kadar pupuk urea yang
diperlukan untuk tumbuhan.
Pupuk dapat memperlancar proses pertumbuhan tanaman akan tetapi
pemberian pupuk yang berleihan terhadap tanaman dapat menyebabkan
tanaman tersebut mati.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian kami melakukan eksperimen yaitu untuk mengetahui


pengaruh kadar pupuk urea yang berbeda-beda dan dengan takaran yang
bervariasi dengan perlakuan pada :
Pot A : 1 gr
Pot B : 2 gr
Pot C : 3 gr
BAB II
ISI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir detector


panas dalam kelenjar hypothalamus sehingga mengakibatkan perasaan
tetap sejuk walaupun di udara yang panas. Penelitian lain menunjukkan
bahwa capsaicin dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial,
dan bronchoconsrtiction yang disebabkan oleh asap rokok dan polusi
lainnya.
Pada dasarnya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah factor
genetic ( keturunan ) dan lingkungan.seandainya perbedaan jenis tanah
diabaikan maka faktor lingkungan dalam hal ini ketinggian,tempat
mempengaruhi perbedaan penampilan varietas cabai hot beauty dan hero
di dua lokasi yang berbeda.
Hot beauty dan hero sangat adaptif pada ketinggian 400 m dpl seperti di
Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebaliknya kedua varietas ini kurang
adaptif di dataran tinggi seperti di pengalengan ( 1.400-1.600 m dpl ).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN
Proses pertumbuhan pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa
fakor, baik dari dalam maupun luar tubuh tumbuhan.
A. FAKTOR LUAR

Faktor dari dalam tubuh tumbuhan yang memengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan adalah sebagai berikut.

1. Hormon
Horman berasal dari bahasa yunani yang berarti “merangsang”,
merupakan sinyal kimia yang mengoordinasi bagian-bagian suatu
organisme.Hormon sebagai pembawa pesan kimiawi dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil, tetapi dapat menginduksi perubahan besar dalam suatu
organisme. Horman merupakan senyawa kimia (tersusun dari protein) yang
mempunyai kemampuan untuk merangsang aktivitas sel. Hormon tumbuhan
oertama kali ditemukan oleh ahli botani F. Went (belanda, 1926),
yaituhormon auksin yang ditemukan pada ujung koleoptil kecambah
gandum.
Macam-macam hormon pada tumbuhan serta pengaruhnya terhadap
tumbuhan adalah sebagai berikut.

a. Auksin
Secara alami, Auksin yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan
senyawa kimia, yaitu asam indol asetat (IIA/Indol Acetic Acid) merupakan
senyawa yang tersusun dari asam amino jenis triptofan yang disusun pada
meristem apikal. Biasanya hormon ini digunakan untuk merangsang
pertumbuhan tanaman hasil perbanyakan secara vegetatif dan juga dapat
merangsang pertumbuhan buah tanpa biji. Auksin juga mempercepat
aktivitas pembelahan sel-sel pada titik tumbuhan (ujung akar, ujung batang,
dan kambium) sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan jaringan
vaskuler sekunder serta menghambat pertumbuhan tunas ketiak/aksiler.
b. Giberelin
Giberelin berasal dari kata Gibberella fujikuroi, yaitu nama jenis jamur
parasit yang ditemukan oleh Fujiko Kurusawa (1926) dijepang yang
ekstraknya dapat mempercepat pertumbuhan. Pada tahun 1938, Gibberelin
fujikuroi diketahui mengandung asam giberelat/giberelin yang berfungsi
untuk mempercepat perkecambahan biji dan kuncup tunas, pemanjangan
batang dan pertumbuhan daun, merangsang pembungaan dan
perkecambahan buah, serta mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi
akar.

c. Sitokinin
Sitokinin disentesis dalam akar dan diangkut ke organ-organ lain yang
berfungsi untuk memengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar,
merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel, serta merangsang
perkecambahan, contohnya Zeatin.

d. Asam absisat (ABA)


Asam absisat (ABA) diproduksi pada daun,batang,akar,dan buah hijau.
Hormon ini menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama tubuh
tumbuhan kekurangan air,dan menghambat pemutusan dormasi.

e. Etilen
Etilen diproduksi pada jaringan buah yang sedang matang,buku
batang,daun,dan bunga yang menua. Hormon ini berperan mempercepat
pematangan buah;menghambat beberapa pengaruh auksin;mempercepat atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar,daun,dan
bunga,bergantung pada spesies tumbuhannya.

f. Oligasakarin
Oligosakarin merupakan senyawa oligogalakturonida,yaitu suatu asam
galakturonat berantai pendek yang merupakan sejenis gula yang
dimodifikasi dan disebut GALU. Senyawa ini mirip dengan system imun
pada manusia,yaitu memicu respon pertahanan terhadap pathogen. Selain
itu,senyawa ini mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel serta
pembungaan.

g. Brasinosteroid
Senyawa kimia yang diproduksi dalam biji,buah,tunas,daun,dan tunas
bunga yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
normal. Contohnya,brassinolida.
Selain hormone-hormon tersebut,berdasarkan beberapa penelitian masih
terdapat hormon pertumbuhan yang memacu pembentukan organ-organ
tubuh seperti akar,batang,daun,dan bunga,yang disebut kalin,namanya
disesuaikan dengan organ yang dibentuknya. Rizokalin untuk akar,filokalin
untuk daun,kaulakolin untuk batang,dan antakolin untuk bunga,serta asam
traumalin untuk luka.

2. Gen
Gen adalah factor menurun atau sifat yang didapat dari
induknya,misalnya tinggi dan ukuran batang;bentuk dan ukuran daun;serta
rasa,bentuk,dan ukuran buah. Jika suatu tumbuhan sudan memiliki ukuran
batang tertentu,walauoun kita membuat agar lingkungan semakin
baik,misalnya penambahan makanan,atau memperpanjang waktu
pertumbuhan/penanamannya maka pertumbuhan batangnya akan berhenti
sesuai dengan pengaturan gen dalam setiap sel tubuhnya. Contoh,jika kita
menenem tumbuhan jagung dengan diberi pupuk terus-menerus selama satu
tahuin,maka besar batangnya tidak akan melebihi ukuran normalnya. Contoh
lain,daun mangga tidak akan sebesar daun pisang meskipun diberi pupuk
dalam waktu yang lama.

B. FAKTOR LUAR (LINGKUNGAN)


Dalam kehidupan suatu tumbuhan,respon terhadap lingkungan sangat
jelas terlihat. Sebagai contoh,tumbuhan mampu mengenali waktu harian dan
waktu tahunan,mampu mengindra gravitasi dan arah cahaya serta
menanggapinya secara wajar. Faktor-faktor luar (lingkungan) yang
mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan, antara lain:

1. Cahaya
Pada perkembangan tumbuhan, cahaya matahari berperan dalam
mengendalikan hampir semua tahap pertumbuhan mulai dari perkecambahan
sampai pertumbuhan daun dan respon gerak pada tumbuhan. Fungsi lain dari
cahaya matahari adalah untuk merangsang pembentukan pigmen (zat warna)
antosisnin dan flavonoid yang diperlukan dalam memberikan warna pada
buah dan bunga.
Cahaya matahari juga berperan terhadaprespon gerak tumbuhan yang
berpengaruh pada perkembangan struktur tumbuhan. Di tempat yang gelap
tanaman akan menampakkan ciri – ciri daun pucat dan lemah dengan batang
tumbuh memanjang abnormal (etiolasi), karena di tempat yang gelap auksin
bekerja secara maksimal. Adapun di tempat terang, cahaya matahari
memacu pertumbuhan klorofil sehingga daun berwarna hijau dan
menghambat kerja auksin sehingga menghambat pemanjangan batang
(batang lebih pendek jika di bandingkan dengan di tempat gelap).
Pada tumbuhan terdapat respon fotoperiodisme, seperti dormansi,
perkecambahan, perkembangan batang dan akar, serta pembuangan. Respon
ini dikendalikan olehpigmen yang menyerap cahaya, yakni fitokrom. Ada
dua macam fitokrom yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda, yaitu fitokrom yang menyerap sinar dengan panjang
gelombang 660 nm disebut Pm (fitokrom merah) dan biasanya berbentuk
inaktif, serta fitokrom yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang
730 nm dengan pengaruh yang berlawanan. Pengaruh fotoperiodisme ini
tidak tampak jelas di daerah tropis,karena rata-rata panjang siang dan malam
sama,tetapi di daerah subtropics tampak jelas karena ada periode panjang
siang dan malam tidak sama.
Berdasarkan pengaruh fotoperiodisme,tumbuhan di daerah subtropics
dibedakan menjadi:
- Tumbuhan berhari pendek,akan berbunga pada musim
gugur/akhir musim panas di siang lebih pendek dari malam.
Misalnya,tumbuhan stroberi dan krisan
- Tumbuhan berhari panjang,akan berbunga pada waktu
siang lebih panjang dari malam,yaitu pada musim semi. Misalnya,serelia
(gandum) dan kentang
- Tumbuhan berhari netral,waktu berbunga tidak
dipengaruhi lama penyinaran. Misalnya,bunga matahari dan kapas.
1. Suhu (Temperatur)
Suhu memiliki pengruh yang besar terhadap pertumbuhan. Suhu
berhubungan erat dengan kerja enzim. Enzim sebagai pemicu/katalisator
pertumbuhan hanya dapat bekerja pada rentang suhu tertentu. Suhu
minimum atau maksimum akan membeikan pengaruh yang besar pada
tumbuhan di antaranya pertumbuhan abnormal, sedangkan pada suhu
optimum tumbuhan memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang paling
baik.
Selama musim dingin pada suhu rendah, biji sebagian besar tumbuhan
mengalami dormansi dengan menekan laju metabolismenya agar tetap
hidup. Dorminasi adalah suatu kondisi biji atau tunas yang tetap hidup
dengan tingkat metabolismenya yang rendah, karena kerja enzimnya
terhambat atau bahkan berhenti.

2. Kelembapan
Kelembapan berhubungan dengan adanya kandungan air baik di udara
maupun di tanah. Kelembapan udara dan tanah sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tumbuhan. Pertumbuhan tumbuhan sebagai besar
terpacu oleh keadaan udara dan tanah yang lembap. Ketersediaan air
yang cukup dalam tanah dan rendahnya laju penguapan memungkinkan
sel-sel lebih aktif dalm proses pembesaran hingga mencapai ukuran
tertentu.

3. Gravitasi

Gravitasi menetukan arah pertumbuhan akar dan batang tumbuhan.


Berdasarkan pengaruh gravitasi, arah pertumbuhan tanaman dibedakan
menjadi dua, yaitu gravitropisme positif dan batang menunjukan gerak
gravitropisme negative.
Tumbuhan dapat membedakan pertumbuhan keatas atau kebawah karena
adanya statolit, yaitu plastida khusus yang berisi butiran pati padat pada
titik rendah sel. Pada akar statolit terletak pada sel tertentu di tudung
akar, menyebabkan akar memiliki gravitropisme positif. Adapun pada
batang, bagian bawah akan lebih banyak mengandung statolit disbanding
bagian atasnya, sehingga mempunyai gravitropism

B. KAJIAN TEORI
VARIETAS CABAI ANTARA LAIN :
o VARIETAS CABAI KRITING LOKAL ;
Cabai keriting local merupakan varietas cabai keriting yang telah
lama di tanam dan di kembangkan di suatu daerah, misalnya cabai
keriting asal lampung tengah, cabai keriting asal kudus, cabai
keriting asal karo, dan cabai keriting asal rembang.
Cabai keriting hasil seleksi ialah cabai – cabai keriting yang di
tanam di kembangkan oleh suatu perusahaan benih dan di seleksi
menjadi galur murni.
Contoh cabai seleksi antara lain cemeti, select keriting, tamper,
laris dan prima.

o VARIETAS CABAI KERITING HIBRIDA

Cabai keriting hibrida sama seperti dengan cabai keriting local


biasa. Akan tetapi bila dicermati dengan teliti tampak bahwa cabai
keriting hibrida lebih responsife terhadap pemupukan sehingga
pertumbuhannya lebih cepat dan produksi persatuan luasnya jauh
melebihi varietas kriting lokal.
Sebenarnya ada cukup banyak produsen benihdari luar negri yang
mendatangkan benih cabai keriting local dari Indonesia untuk di
kembangkan menjadi benih keriting hibrida.
Adapun sifat – sifat beberapa varietas tersebut di antaranya sebagai
berikut:
1) TM – 999. pertumbuhan tanaman cabi keriting TM –

999 sangat kuat. Ukuran buahnya 12,5 cm x 0,8 cm


dengan berat buah 5–6 gr.
TM – 999 cocok digiling dan di keringkan. Hasil per
tanaman berkisar 0,8-1,2 kg.
2) SALERO. Varietas salero berpenampilan seperti halnya

cabai keriting lokal umumnya. Cabai ini memiliki


adaptasi penanaman yang cukup luas dengan
produktivitas per hektar cukup tinggi
3) TARO. Varietas taro mempunyai ukuran buah yamg

sedikit lebih besar di banding cabai keriting TM – 999.


tanamannya besar dan kekar dengan ruas percabangan
panjang, tanaman ini mampu berproduksi baik di dataran
rendah sampai dataran menengah.
4) KHUNTI. Varietas kunthi mempunyai bentuk buah

keriting, kulit besar, ujung runcing, rasa pedas, dan


seragam seperti cabai keriting local. Tanamannya kokoh
dan dapat beradaptasi di dataran rendah, menengah,
sampai tinggi.
5) CTH-01. Cabai keriting hibrida CTH-01 ani mempunyai

bentuk buah yang benar – benar keriting. Saingan


terberat dari varietas CTH-01 ini adalah varietas TM-
999, hal ini di karenakan produktifitasnya sangat
tinggi.meskipun selama ini pengembangannya masih
bertumpuh pada dataran rendah namun sebenarnya
mampu berproduksi dan tumbuh baik di dataran
menengah hingga dataran tinggi.

o VARIETAS CABAI RAWIT


Varietas cabai rawit yang berada di pasar sangat terbatas karena
petanilebih banyak menanam bibit sendiri dari buah hasil panen.
Di daerah yang kira – kira memiliki ketinggian tempat 300-400 m,
sangat cock di tanami beberapa varietas cabai berikut :
1) SKY HOT. Varietas ini merupakan cabe rawit hibrida yang

akan segera dirilis oleh distributornya di Indonesia ( Tirta


Mas ). Cabai introduksi dari korea, ini memiliki warna hijau
segar pada saat muda dan merah cerah pada saat masak.
2) CAKRA PUTIH. Buah varietas ini berwarna putih

kekuningan yang berubah marah cerah saat masak.


Pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan membentuk
banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan
bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Cakra putih
mampu menghasilkan buah 12 ton per ha dengan rata – rata
300 buah pertanaman. Varietas ini dapat di panen pada umur
85-90 HST.
3) CAKRA HIJAU. Varietas ini mampu beradaptasi baik di

daratan rendah maupun tinggi. Saat masih muda buahnya


berwarna hijau dan setelah masak berubah menjadi warna
merah. Potensi hasilnya 600 g per tanaman atau 12 ton per
ha. Rasa buahnya pedas. Varietas ini tahan terhadap
serangan hama dengan penyakit yang biasa menyerang
cabai. Panen berlangsung pada umur 80 HST. Cakra putih
maupun cakra hijau merupakan varietas cabe rawit yang
bermerek Kapal Terbang ex-Thailand

PENGRUH KETINGGIAN TEMPAT


Pada dasarnya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
factor genetic ( keturunan ) dan lingkungan.seandainya perbedaan
jenis tanah diabaikan maka faktor lingkungan dalam hal ini
ketinggian,tempat mempengaruhi perbedaan penampilan varietas
cabai hot beauty dan hero di dua lokasi yang berbeda.
Hot beauty dan hero sangat adaptif pada ketinggian 400 m dpl
seperti di Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebaliknya kedua
varietas ini kurang adaptif di dataran tinggi seperti di pengalengan
( 1.400-1.600 m dpl ).

PENGOLAHAN TANAH DAN PENANAMAN

Pembukaan Lahan
Cabai memerlukan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan
produksinya. Oleh karena itu, langkah awal yang mestinya di lakukan
adalah membersihkan lahan tersebut dari berbagai semak belukar
maupun pohon-pohon pisang liar.Agar pekerjaannya mudah, semak-
semak tersebut dapat di matikan dengan penggunaaan herbisida seperti
basta 15 WSC, Roundup,Herbatop, dan Touchdown. Adapun dosis yang
di gunakan adalah 3-5 L/HA. Setelah gulma mati, lahan tersebut di
bersihkan dari sisa-sisa akar tanaman. Setelah itu barulah di lakukan
pengolahan tanah seperi biasa. Lahan tersebut harus di kapur terlebih
dahulu , setidaknya 2-4 ton kapur pertanian per hektar. Setelah perlakuan
tersebut, lahan dapat di buatkan bedengan – bedengan. Bedengan jangan
terlalu tinggi, cukup 25-35 cm, karna lahan tersebut merupakan lahan
kering.
Lahan yang sudah di bersihkan dan di olah sangat memungkinkan di
tanami cabai. Dengan system mulsa PHP. Malahan dengan adanya mulsa,
penguapan pupuk dan air tanah dapat ditekan seminimal mungkin serta
gulma akan lebih terkendali pertumbuhannya. Usahakan pengolahan
tanah dimulai saat hujan pertama kali turun ( oktober ). Dengan demikian
tanaman akan dengan senantiasa tercukupi kebutuhan airnya selama masa
pertumbuhan.

KEGAGALAN PINDAH TANAM


Banyaknya bibit cabai yang mati sewaktu dipindahkan di lapangan ada
beberapa sebab sebagai berikut :
1. tenaga kerja yang dignakan
kurang terampil sehingga banyak tanaman mati menempel pada mulsa
PHP ( plastik hitam perak ). Selain itu, pada saat tanam bibitnya
kurang menyatu dengan tanah bedengan sehingga timbul rongga yang
mengandung udara panas. Akibat perakaran tanaman muda menjadi
mati.
2. tanaman stress karna perubahan
iklim mikro dari pembibitan kelapangan yang panas terik.
3. bibit di makan ulat tanah atau
gangsir.
Sementara pertumbuhan tanaman yang tidak seragam
dimungkinkan karena ukuran bibit yang ditanam tidak seragam atau
terlalu banyak tanaman sulaman. Untuk mengatasi banyak bibit mati
karena menempel pada mulsa PHP, diperlukan pelatihan cara penanaman
yang benar, khususnya pada tenaga kerja yang baru. Untuk mengatasi
serangan ulat tanah, sehari sebelum penanaman di lubang-lubang mulsa
dan parit dapat disemprotkan insektisida.atau dibuatkan umpan berupa
campuran 10 Kg dedak, 3/4 Kg gula merah, 100 g tepung ikan, 100 g
insektisida tepung Dicarzol 25 SP, dan 10 L air.
Untuk mengatasi ketidakseragaman pertumbuhan, sehari sebelum
penanamanharus sudah disiapkan bibit-bibit siap tanam dengan
ukuranseragam. Bibit yang seragam tidak berarti harus sama umur
semainya, tetapi hanya ukuranya yang seragam.
Tahapan Pengolahan Tanah
Pada prinsinya pengolahan tanah bertujuan untuk memberikan media
tanam yang mengandung pertumbuhan dan produksi tanaman secara
optimal. Tahap-tahap pengolahan tanah bervariasi tergantung situasi dan
kondisi. Didaerah dataran tinggi seperti Karo, Struktur tanahnya sangat
remah sehingga tidak diperlukan tahap-tahap pengolahan tanah seperti di
dataran rendah atau menengah. Pembentukan bedengan sama dengan di
dataran rendah atau menengah. Hanya saja, Bedengan di dataran tinggi lebih
rendah. Selain terganggu pada lapisan olahnya, ketinggian bedengan ini pun
didasarkan pada ketersediaan air yang lebih banyak diandalkan dari air hujan
atau air siraman.
Ukuran Bedengan Sistem Mulsa PHP
Panjang bedengan sebaiknya cukup 12 m agar pemeliharaan tanaman
menjadi mudah. Namun demikin, bila dipandang perlu panjang bedengan
maksimal sebanyaknya 15 m. Tinggi bedengan dibedakan antara musim
kemarau dan musim hujan dengan pertimbangan tingkat ketersediaan air.
Pada musim kemarau iar akan lebih sulit diperoleh, sedanhkan pada musim
hujan terjadi kelebihan air.
Pada musim hujan, parit dibuat lebih lebar karena kondisi tanaman akan
lebih subur. Parit yang lebar akan memudahkan penyemprotan pestisida.
Kedalam parit keliling juga berbeda antara musim kemarau dan musim
hujan. Ini disebabkan pada musim hujan kelebihan air harus dibuang secara
tuntas agar tidak menimbulkan kelembaoan yang terlalu tinggi disekitar
tanaman.
Bedengan Penanaman Cabai Keriting.
Kelembapan menggunakan bedengan besar pada budidaya cabai secar
tradisional adalah dapat menimbulkan bahaya penyebaran penyakit.
Penanaman terlalu rapat juga akan mempercepat perkembangan hama
penyakit. Bila dalam satu bedengan besar dan satu tanaman yang terserang
penyakit layu bakteri maka penyebaranya akan sangat cepat dan sulit diatasi.
Dengan menerapkan pembuatan bedengan seperti itu, kompensasinya ialah
produki tanaman akan meningkat dan kualitas buah akan lebih bagus. Ini
disebabkan akan sedikit ditemikan buah sortiran karena serangan penyakit
antraknosa (patek).
Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajat kemasaman tanah
(pH). Oleh karena beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi
maka dapat dipastikan banyak lahan di Indonesia yang mempunyai pH tanah
rendah atau masam. Pengapuran juga berfungsi menambah unsure kalsium
yang sangat diperlukan tanaman. Kalsium berfungsi mengeraskan bagian
tanamn yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar,
mempertebal dinding sel buah, dan merangsang pembentukan biji.
Pengapuran paling baik dilakukan bersamaan dengan pembajakan lahan.
Dengan cara ini kapur pertanian akan segera tercampur merata dengan tanah
dan terendam air sehingga langsung bereaksi meningkatkan pH tanah. Bila
pengapuran digabungkan dengan pemberian pupuk kandang maka akan
terjadi pengikatan unsure-unsur hara terutama fosfor dan beberapa unsure
mikro pada pupuk kandang.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Jadwal Penyemprotan Pestisida


Penyemprotan pestisida pada cabai hibrida memang sangat di perlukan.
Namun, penyemprotan pestisida secara berjadwal tidak dibenarkan.
Penyemprotan dilakukan hanya bila sudah terjadi gejala serangan.
Penyamprotannya pun harus tepat jenis, konsentrasi atau dosis, waktu, dan
sasaran.
Penyemprotan pestisida yang terlalu sering, selain menjadi mubazir
karena biayanya besra, juga akan mematikan musuh alami hama dan sumber
penyakit bersanhkutan. Kalu musuh-musuh alami tersebut mati maka secara
alami hama dan sumber penyakit tersebut tidak akan ada yang
mengendalikannya.
Penyemprotan pestisida secara membabi buta terus –menerus dan dengan
dosis yang semakin meningkat juga akan meningkatkan kekebalan hama dan
sumber penyakit terhadap pestisida.
Saat tetap Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pagi hari setelah embun
hilang. Pada saat itu mulut daun ( stomat ) telah membuka sehingga butiran
semprotan pestisida atau pupuk daun dapat digunakan secara optimal oleh
cabai. Bila dilakukan suang hari yang sangat terik, akan terjadi penguapan
yang cukup besar dan stomata telah menutup sehingga penyemprotan
menjadi kurang efektif.
Untuk pertanaman cabai seluas 3 ha, tentu diperlukan sprayer gendong
semiotomatis yang cukup banyak (minimal 10 buah) agar pekerjaan dapat
berlangsung cepat. Sementara untuk skala usaha lebih dari 2 ha, sebaiknya
digunakan alat semprot power sprayer. Alat ini digerakkan dengan motor
berbahan baker bensin.
Mengatasi Serangan Ulat
Ulat memang merupakan hama popular untyuk sayuran, tidak terkecuali
cabai, terutama di dataran rendah. Ilat Spodoptera litura biasa menyerang
daun-daun cabai hingga hanya tulang daun saja yang tersisa, sedangkan ulat
Helicoverpa sp, dan ulat Spodoptera exigua biasanya membuat lubang dan
memakan buah cabai, baik masih hijau maupun sudah merah. Ulat-ulat
tersebut lebih banyak menyerang saat hari mulai redup, sedangkan saat
panas terik (siang hari) mereka bersembunyi didalam tanah disekitar
perakaran cabai.
Untuk mengendalikan ulat-ulat tersebut, Anda dapat melakukannya
secara terpadu dari beberapa langkah berikut ini.
1. Mekanis. Pengendalian dengan cara ulat dipunguti pada malam hari

secara menyeluruh.
2. Kultur teknis. Pengendalian dengan cara pengolahan tanah secara

sempurna. Dalam proses pembuatan, bedengan harus cukup lama


dibalik-balik dan dikeringkan agar sisa-sisa ulat atau pupa benar-benar
mati.
3. Pemasangan perangkap imago hama. Imago ulat dapt ditangkap

dengan cara dipasangkan perangkap berupa sex ferromone "ugratas"


diareal yang terserang. Ugratas berbentuk seperti senar plastic kecil
berwarna merah. Ujung-ujungnya dipotong, kemudian digantungkan
didalam botol bekas air mineral yang telah diberi lubang. Lubang
dibuat dengan menggunakan pisau hingga membentuk huruf "X".
Keempat sisi lubang ini dilipat kedalam agar imago yang masuk ke
dalamnya akan sulit untuk keluar lagi. Ugratas yang telah dipotong
akan memancarkan aroma birahi dari imago betina sehingga imago
jantan akan berusaha mendatanginya. Setelah imago betina tidak
terkawini. Akibatnya populasi ulat akan menurun drastis.
4. Sanitasi lingkungan. Gulma yang ada di parit maupun di bedengan

atau lubang tanam harus dibersihkan.


5. Penyemprotan isektisida. Insektisida hanya dapat mengendalikan

ulat pada fase (instar) awal. Bila telah memasuki instar akhir (3-4),
ulat akan sulit dikendalikan. Penyemprotan berberapa saat setelah ulat
menetas sangat membantu menurunkan populasi ulat. Oleh karenanya,
lakukan penyemprotan pada malam hari. Insektisida yang dapat
digunakan sangat bervariasi.
Ada kutu Warna kuning Kehijauan
Kutu persik mempunyai cirri khas, yaitu menghasilkan sekresi yang
mengandung gula sehingga dapat mengundang datangnya semut. Selain itu,
kutu ini juga mengundang cendawan jelaga sehingga daun-daun yang
terserang akan menjadi hitam. Akibatnya daun akan sulit melakukan
fotosintesis (menghasilkan zat makanan). Kutu ini sangat cepat berkembang
biak karena system perkembangbiakannya tanpa kawin (parthenogenesis).
Pencegahan hama ini dapat dilakukan dengan pembukaan lahan cabai
jauh dari lahan cabai, semangka, melon, atau kacang panjang yang dewasa.
Pengendaliannya dengan cara menjaga lingkungan pertanaman agar tetap
bersih. Daun-daun tanaman yang sudah terserang parah harus dipetik dan
dimusnahkan. Bila serangan telah melewati ambang ekonomi,
pengendaliannya dapt dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara
Berselang-seling.
Daun Mengering
Thrips termasuk hama yang paling sulit dikendalikan pada cabai.
Disebabkan hama ini mampu beranak tanpa kawin sehigga
perkembangannya sangat cepat. Thrips bersembunyi di dalam kolopak
bunga cabai pada siang hari. Bila populasinya sudah diatas ambang
ekonomi, hama ini pun dapat ditemui di balik daun. Seperti halnya kutu
persik dan tungau. Thrips pun berfungsi sebagai penular virus. Daun
tanaman yang telah terserang akan menjadi keriting, bercak-bercak kuning,
dan pertumbuhannya kerdil.
Dithane dan Antracol yang anda gunakan bukanlah insektisida, tetapi
fungisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Demikian pula dengan
Vitalik yang merupakan sejenis PPC (pupuk pelengkap cair) untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sementara bassa dan lannate memang
merupakan insektisida, tetapi kurang tepat untuk mengendalikan hama
thrips. Insektisida yang khusus digunakan untuki mengendalikan hama ini
hamper sama dengan insektisida untuk mengendalikan kutu persik.
Buah Rontok
Penyebab kerontokan buah pada cabai ada berbagai macam, yaitu akibat
serangan penyakit phytophthora, kekurangan unsure hara mikro, dan
serangan hama lalat buah (Bactrocera dorsalis). Lalat buah betina biasanya
meletakkantelur didalam buah cabai segar dengan cara menusukan stylet ke
buah cabai. Selanjutnya telur-telur yang ada di dalam buah cabai tersebut
akan menetas menjadi larva berupa ulat kecil. Di dalam buah cabai tersebut,
ulat ini memakan isi buah yang berakibat buah menjadi busuk dan akhirnya
rontok.
Untuk mengendalikan erangan lalat buahtersebut, Anda dapat
mengupayakan dengan berbagai cara berikut ini.
1. Pemasangan perangkap. Perangkap yang digunakan dapat berupa
Botol bekas air mineral yang diletakkan dengan posisi tidur. Didalam
botol diletakkan kapas yang telah diberi sex ferromon berupa larutan
methyl eugenol yang telah di campurkan insektisida. Oleh karena
rangsangan bau birahi lalat betina dari larutan methyl eugenol, lalat
jantan akan masuk kedalam botol bekas air mineral. Akhirnya lalat jantan
terperangakap di dalam botol dan mati. Akibatnya lalat-lalat betina tidak
akan terbuahi lalat jantan sehingga populasi lalat buah menurun.
2. Sanitasi Lingkungan. Buah- buah cabai yang busuk dan berserakan di

sekitar pertanaman harus dibersihkan.

C. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan judul maka kerangka pemikiran penulisan karya ilmiah adalah sebagai
berikut:

KADAR PUPUK UREA

TUMBUHAN

TINGGI TANAMAN

CEPAT SEDANG LAMBAT

HASIL

B. EKSPERIMEN PENELITIAN

Judul
Pengaruh kadar pupuk urea terhadap pertumbuhan tanaman
lombok biji

ALAT DAN BAHAN


Alat :
o Gelas air mineral sebanyak 3 buah
o Tanah
o Air
o Penggaris
o Timbangan neraca
o Sendok ukur
Bahan :
o Lombok biji
o Pupuk urea

PROSEDUR
Cara kerja :
• Pertama – tama semaikan bibit lombok biji diatas tanah.
• Kemudian timbang gelas dan tanah dengan menggunakan
timbangan neraca
• Setelah itu beri label pada tiap – tiap wadah yaitu A, B dan C
• Lombok dipilih lalu dimasukkan ke dalam wadah yang telah
disediakan
• Lalu beri pupuk urea sesuai dengan takaran yang telah
ditentukan untuk setiap wadah
• Setelah itu siram dengan teratur dan amati selama waktu
eksperimen

Tabel dan Grafik

WADAH TINGGI BATANG


1 2 3 4 5 6
Pot A (1 gr)
- 0,5 0,8 2,2 3,8 4,7
Pot B (2 gr)
- 0,7 1,2 3,5 4,8 5
Pot C (3 gr)
- 0,3 0,7 1,6 2,2 2,5
1
0.9
0.8
0.7
0.6 East
0.5
West
0.4
0.3 North
0.2
0.1
0
Pot A Pot B Pot C

KESIMPULAN
Pupuk baik untuk kelancaran pertumbuhan tanaman maupun
tumbuhan lainnya, akan tetapi penggunaan pupuk yang berlebihan
dapat menyebabkan tanaman tersebut terganggu / mati.

D. HASIL PRESENTASE

• Pertanyaan : Manakah ke tiga tanaman tersebut subur. Kenapa


Lebih subur diantara tanaman lainnya.
Jawaban : Pot B, Karena pemberian pupuk cukup dan dapat
Dilihat dari segi batang yang kokob, daun yang
Berwarna hijau dan besar.

• Pertanyaan : Mengapa pemberiaan pupuk urea yang sedikit


Dapat menyebabkan pertumbuhan lombok biji
Terganggu. Dan jelaskan akibatnya.

Jawaban : Karena pupuk yang dibutuhkan tidak mencukupi,


Akibatnya pertumbuhan lambat atau mati.

• Pertanyaan : Unsur apa sajakah yang terdapat pada pupuk yang


Anda gunakan.

Jawaban : Unsur Hara makro ( Natrium/N, fosfor/P,


Kalium/K ) dan Unsur Hara mikro
( Boron/B, Tembaga/Cu, Kbalt/Co, Klor/Cl,
Mangan/M
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir


detector panas dalam kelenjar hypothalamus sehingga mengakibatkan
perasaan tetap sejuk walaupun di udara yang panas. Dalam hal
penanaman cabai pada saat musim hujan didaerah tersebut, yang
terpenting adalah membuang kelebihan air secara tuntas. Oleh karena
itu, Carilah lokasi yang tidak mudah tergenang karena tidak semua
lahan pertanian di Prembun rawan banjir.
Pada dasarnya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah faktor genetis ( keturunan ) dan lingkungan. Meskipun teknis
budi daya yang diterapkan sama, belum tentu hasil tanaman akan
sama pada varietas yang sama.Keuntungan bertanam cabai di musim
hujan adalah tidak banyak pesaing. Ini dikarenakan di sentra
penanaman cabai local umumnya sedang tidak melakukan
penanaman. Akibatnya permintaan buah cabai akan lebih besar dari
suplai buah cabai yang dihasilkan.

B. SARAN
Agar pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan lancar sebaiknya
penggunaan pupuk di berikan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B BiologiMolekuler 1994, Penrbit Gramedia


putaka utama, Jakarta,1994.

Patiwi, D, A, Biologi Sma Kurikulum 2004, Penerbit


Erlangga, Makassar, 2004.

http : // www.kompas.com / kompas-cetak

Begot,S Biologi Sma KTSP 2007, Penerbit Inter


plus,Jakarta,2007

Amien,Moh. 1994. Biologi 3. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar fisiologi


tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

You might also like