Professional Documents
Culture Documents
SISTEM PERNAPASAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :V
NAMA KELOMPOK :
3. Jupriansyah (09.14201.30.22)
4. Karomah (09.14201.30.24)
2010
1
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr Wb
Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SWT.
Shalawat dan salam kami sampaikan kepada nabi kita Muhammad SWT. Syukur
Alhamdulilah kami telah menyelesaikan tugas Anatomi yang berjudul “Sistem
Pernapasan” ini dengan sebaik mungkin.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Yuliandi selaku Dosen pembimbing
mata kuliah Anatomi kelas PSIK REG A1 semester 3 yang telah mengarahkan kami
untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sadar bahwa mungkin masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan
atau pengejaan makalah yang kami buat. Oleh sebab itu kritik dan sarannya kami
harapkan. Demikianlah kata sambutan dari kami terrima kasih atas perhatiannya.
kami akhiri dengan ucapan
Wassalammualaikum Wr Wb
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar………………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………………... ii
BAB I Pendahuluan
1.2 Tujuan……………………………………………………………… 2
2.3 Pharynx……………………………………………………………. 8
2.5 Trakea............................................................................................. 12
2.6 Bronkus.......................................................................................... 14
2.7 Paru-paru………………………………………………………… 16
2.13 Refleksrespirasi............................................................................. 27
3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari
metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.. Sistem respirasi atau sistem
pernafasan mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melalui
rongga hidung faring laring trakea bronkus bronkiolus
paru-paru alveolus sel-sel melalui dinding kapiler darah.
Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke dalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri .jantung (atrium
sinistra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi
oksidasi (pembakaran). Sebagai ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra)
e ke bilik kanan (vetrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke
jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolism, sedangkan sisa dari metabolism
lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang
menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk
menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu
bernapas epiglottis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring
maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari
laring. Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,
kotoran, dan benda asing. Adanya benda asing/ kotoran tersebut memberikan rangsangan
kepada selaput lender dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk.
5
Dengan kejadian tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar
bersih.
Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang masuk ke paru-paru tidak dapat
disaring, dilembabkan/ dihangatkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan
sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan
dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernapas melalui mulut, misalnya
pada operasi hidung, pengangkatan polip, karena setelah operasi pada keduan hidung diisi
tampon sehingga bernapas mellalui mulut tidak merugikan
1.2 Tujuan
Untuk memahami pengertian dari sistem pernapasan
Untuk memahami struktur anatomi organ pernapasan
Untuk memahami fungsi organ pernapasan dan dapat menjelaskan fungsi organ
pernapasan tersebut
Untuk mengetahui adanya otot-otot, peredaran darah baik arteri maupun vena,
tulang-tulang dan saraf yang mempersarafi di setiap alat pernapasan
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pernapasan, baik pernapasan
dada maupun perut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan paru-paru.
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra
penciuman. Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya
pada prosesus palatinus os maxillaris dan pars horizontal os palatum.
Dalam keadaan normal udara yang masuk dalam sistem pernapasan berhubungan
dengan rongga hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut halus epitel
7
berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses
pernapasan.
Tulang rawan epithelium dan lamina propia saling berkaitan dan dianggap sebagai
bagian funsional yang memiliki mukosa terbanyak dalam rongga hidung. Lamina propia
banyak mengandung arteri, vena, dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang dihasilkan
oleh sel.
Pada dinding lateral terdapat empat tonjolan (konka): konka suprima, konka nasalis
superior, konka nasalis media, dan konka nasalis inferior. Selain itu, juga terdapat celah yang
disebut kavum nasi:
Aperture piriformis adalah pintu depan kavum nasi yang dibentuk oleh tepi bawah os
maxillaries dan incisura nasalis os maxillaries. Sekeliling dinding sebelah dalam di tulang-
tulang kepala terdapat ruang-ruang udara yang disebut sinus paranasalis yang terdiri atas
sinus-sinus berikut ini:
8
a. Bagian-bagian hidung:
1. Batang hidung: dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis
2. Cuping hidung: bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan
3. Septum nasi adalah yang membatasi dua rongga hidung
4. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) terdiri atas dari empat buah konka
nasalis, empat buah meatus, dan antrum (lekuk bagian lateral kavum nasi
didepan konka nasalis dan meatus nasalis)
Otot-otot hidung. Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi
menggerakkan hidung dann menghirup udara
a. M. piramidalis
b. M. levator labii superior league nasi
c. M. dilatator neres posterior
d. M. dilatators neres anterior
e. M. Kompressor nasi
f. M. kompressor nasi minor
g. M. depressor alaris nasi
9
Intergumentum: ‘permukaan dorsal dan lateral rangka depan hidung yang ditutupi oleh
jaringa ikat dan melekat pad puncak hidung mengandung folikel dan glandula sebasea
b. Fossa nasalis
Fossa nasalis terdiri atas ruang hidung (kavum nasi) merupakan bagian dalam rongga
hidung yang dindingnya dilapisi oleh tunika mukosa disebut pituitary yang berfungsi
mengeluarkan secret mukosa. Pada bagian vestibulum nasi, ventrikel nasi, dan tunika mukosa
mempunyai epithelium skuamosa.
Selaput lendir hidung dihasilkan oleh jaringan kulit yang melekat pada perikondrium
lamina yang merupakan batas atas vestinulum Krista disebut linea nasi, bagian belakang
berlanjut menjadi membran mukosa nasofaring. Membrane mukosa kavum nasi meliputi
dinding dari sinus paranasalis. Pada sinus maksilaris fossa nasalis melalui hiatus maksilaris
kavum nasi juga diliputi oleh membrane mukosa.
Bagian frontal hiatus maksilaris tertutup oleh membrane mukosa, sedangkan bagian
oksipital ditutupi oleh tunika mukosa. Selain itu juga terdapat lubang terbuka pada hiatus
maksilaris tempat bermuaranya kavum nasi. Kavum nasi ini terletak di sebelah atas sehingga
bila terjadi infeksi, cairan akan menumpuk di dasar sinus maksilaris. Pada daerah cranial,
konka nasalis superior mempunyai selaput lendir neuro epithelium dimana bagian ujungnya
terdapat saraf dendrite. Bagian ini meruncing kepermukaan membrane mukosa. Sel nervus
olfaktorius menuju ke bagian dalam membran mukosa berhubungan dengan ujung filia
olfaktorius meninggalkan kavlum nasi melalui lubang kribrosa ossis etmoidalis menuju
kerongga tengkorak.
1. Arteri Palatina, bercabang dua yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan arteri nasalis
posterior septi.
2. Arteri nasalis anterior berasal dari arteri oftalmika yang mempunyai cabang
anteriores lateralis dan anteriores nasalis anterior septi
3. Vena hidung kribrosa, jaringan pada daerah konka yang dikelilingi oleh serabut otot
sirkuler dan longitudinal, bermuara pada:
10
Pleksus venosus pterigoideus vena kanalis
Vena fasialis mengikuti cabang arteri alviolaris sup
Vena oftalmika
Perdarahan hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah vena di hidung disebut
epistaksis.
Persarafan hidung
Membentuk pleksus pada bagian permukaan membrane mukosa. Aliran limfe hidung
berasal dari subdural dan ruangan subarachnoid dari rongga teengkorak. Aliran limfe dari
hidung sebagian bermuara .ke nodud servikalis retrofaringeal yang terletak dekat kornu
mayor hiodeum.
11
Gambar 1-3. Os. Nasale
2.3 Pharynx
2.3.1 Nasofaring
Bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi dan berhubungan dengan kavum
nasi melalui konka dinding lateral yang dibentuk oleh:
M. Tensor palatine
M. Levator vili palatine membentuk palatum mole
M. Konstruktor faringis superior
12
lumen faring. Otot ini dianggap sebagai bagian dorsal M. farongeo palatinus.
Pembesaran tonsil akan memperkecil konka sehingga mengganggu
pernapasan melalui hidung dan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.
2.3.2 Orofaring
Orofaring mempunyai dua hubungan sebagai berikut:
Ventral dengan kavum oris. Batas istmus fausium terdiri atas palatum molle
arkus glasopalatinus dekstra dan sinistra dorsum lingua. Di antara kedua
arkus ini terdapat jaringan limpoid disebut tonsil palatina (mandel) yang
terdapat dalam lekukan yang disebut fossa tonsilaris. Fossa ini seluruhnya
ditempati oleh tonsil untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga
mulut ke faring. Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua yang
merupakan dinding ventral orofaring. Kaudal radiks lingua terletak pada
tulang rawan, dihubungkan dengan epiglottis oleh tiga lipatan (2 plika glasso
epiglotika lateralis dan 1 plika glasso epiglotika mediana). Diantara kedua
lipatan ini terdapat bagian yang cekung disebut valekula epiglotika.
Kaudal pada radiks lingua. Memiliki lubang merupakan batas antara laring
dan faring, selain itu juga terdapat lipatan antara faring disebut epiglotis yang
merupakan batas antara oral dan laring.
13
Gambar 1.4. Faring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membrane jaringan ikat, dan ligamentum. Bagian atas laring membentuk tepi
epiglotis. Lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid dari sebelah bawah tepi
kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis
disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.
14
2.4.1 Rangka laring
1. Kartilago tiroidea: terdiri atas dua lamina yang membuat sudut tepi dorsal. Tiap
lamina sebagai kornu ke cranial kornu superior dan kornu inferior ke kaudal.
2. Kartilago krikoidea: berbentuk cincin, memiliki bagian ventral yang sempit
disebut arkus, sedangkan bagian yang lebar disebut lamina.
3. Kartilago aritenoidea: sepasang tulang rawan berbentuk segitiga dengan apeks di
cranial. Pada bagian ini terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika.
4. Kartilago epiglotika: berbentuk sebagai kaudal meruncing disebut peptiolus.
5. Os. Hyoid dan kartilagines: laring (tulang) lidah bentuknya seperti tapak kuda
terdiri atas:
a. Korpus ossis hyoid (bagian tengah)
b. Kornu minus (tiga tonjolan tulang kecil) yang mengecil ke kranialis di
pertengahan tulang
c. Kornu mayus: bagian belakang tulang mulai dari bagian lateral korpus hyoid.
15
3. Ligamentum kornikulo faringikum: terletak antara puncak kartilago aritenoidea
dan dorsal kartilago aritenoidea
4. ligamentum hioitiroideum lateral: terletak antara kornu superior kartilago
tiroidea dan kornu mayus ossis hyoid.
5. Membrane hioitiroideum: terletak antara korpus ossis hioideus dan incisura
kartilaginis tiroidea.
6. Ligamentum hioepiglotikum: terletak antara korpus ossis hioidea dan puncak
epiglotis.
7. Membrane quadrangularis: terletak antara tepi lateral kartilago epiglotis dan tepi
ventral kartilago aritenoidea.
Trakea atau batang tenggorok adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang rawan disempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebra
servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V, panjangnya
sekitar 13 cm dan diameternya 2,5 cm, selain itu juga dilapisi oleh otot polos. Trakea
mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang berfungsi
untuk mempertahankan trakea tetap terbuka. Ujung bawah trakea terletak setinggi angulus
sterni. Pada bagian bawah trakea torakalis ke IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri
dan bronkus kanan.
16
Gambar. 1.7 bagian dalam trakea
Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan berbetuk cincin yang terdiri dari 15-20
cincin. Diameter dari trakea berbeda-beda pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak
sempit sedangkan bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil dekat percabangan
bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri
dari bidang median. Selain itu juga terdapat sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk ke jalan pernapasan.
1. Sebelah kanan terdapat nervus vagus, arteri anonima, dan vena azigos.
2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekurens sinistra
3. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan fleksus kardiakus profundus
4. Bagian belakang esophagus pada sisi trakea berjalan cabang-cabang nervus vagus
dari trunkus simpatikus berjalan ke arah pleksus kardiakus.
Trakea merupakan suatu saluran otot selapuit yang kedudukannya tegak lurus antara
basis kranii dan vertebra servikalis ke-6. Di antara basis kranii dan esophagus berisi jaringan
ikat yang dilewati oleh:
a. Celah antara basis kranii dan M. Konstruktor faringeus superior dilewati tuba faring
auditiva palatina asenden cabang M. Levator voli palatine.
17
b. Celah antara M. konstruktor faringeus superior dan M. Konstruktor faringeus media
dilewati oleh nervus glassofaringeus, ligamentum stilofaringeus dan M.
stilofaringeus.
c. Celah antara M. Konstruktor media dan M. konstruktor faringeus inferior ditembus
nervus laringeus superior.
d. Celah di bawah M. konstruktor faringikus inferior dilewati oleh nervus laringikus
inferior dan nervus Rekurens
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan
terletak mengarah ke paru-paru. Bronkus terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
18
pulmonalis sinistra kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris superior dan
bronkus lobaris inferior.
Bronkus lobaris (bronkioli=cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil dari
bronkus prinsipalis. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli seperti yang
telah dijelaskan diatas:
Struktur dalam bronkus berbeda dengan di luar bronkus. Seluruh gabungan otot
menekan bagian lumen yang lebih dalam dari submukosa. Ketegangan otot tersebut
mempengaruhi rangakaian mukosa dan rangsangan berlebihan akan menghalangi perjalanan
pernapasan melalui cabang-cabang tulang rawan yang makin sempit dan makin kecil yang
disebut bronkiolus. Dari tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak
dengan diameter 0,5 mm. cabang bronkus yang terakhir akan membangkitkan pernapasan dan
melepaskan udara ke paru-paru. Pernapasan bronkiolus terjadi dengan cara memperluas
ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara
oksigen dan karbon dioksida.
19
2.7 Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong
yang dibentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru sangat lunak,
elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan berada dalam rongga torak.
Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok keatas kira-
kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks berhubungan dengan
dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk konkaf membentuk pericardium.
Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu lekukan di mana
bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis.
a. Apeks pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis
superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.
20
b. Basis pulmo
Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma
akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan
lebih kontak daripada paru-paru kiri.
Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obliges. Insisura ini membagi paru-
paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu:
1. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di
depan insisura.
2. Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah
insisura.
Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura interlobularis
sekunder:
1. Insisura obligue (interlobularis primer): mulai dari daerah atas dan kebelakang
sampai ke hilus setinggi vertebra torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan
searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6
memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus.
2. Insisura interlobularis sekunder: mulai dari insisura obligue pada aksilaris media
berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis
keenam terrus ke hilus. Insisura obligue memisahkan lobus inferior dari lobus
medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari
lobus superior.
21
d. Radiks pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dikelilingi oleh garis
peralihan pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis
segmen pulmonary. Dari bronkus lobaris radiks pulmonary bercabang menjadi
bronkus segmentorum. Segmen bronkus pulmonary adalah daerah yang diurus oleh
cabang-cabang bronkus segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan
bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, sedangkan darah vena-vena yang
terletak intersegmental.
3. Lobus inferior
a. Segmen superior
b. Segmen mediobasal
22
c. Segmen aterobasal
d. Segmen laterobasal
e. Segmen posteriobasal
2.8 Pleura
Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat
paru-paru berada yang berjumlah dua buah yaitu kiri dan kanan, serta tidak saling
berhubungan.
23
2.8.1 Lapisan pleura
Pleura mempunyai dua lapisan yaitu permukaan perietalis dan permukaan viseralis:
1. Lapisan permukaan disebut pleura parietalis yang berlangsung berhubungan
dengan paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan memisahkan lobus-lobus
dari paru-paru.
2. Lapisan dalam disebut pleura viseralis. Lapisan ini berhubungan dengan fasia
endotorasika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai
dengan letaknya pleura parietalis memiliki empat bagian sebagai berikut:
a. Pleura kostalis: mengahadap ke permukaan lengkung kosta dan otot-otot
yang terdapat di antaranya. Bagian depan dari pleura kostalis mencapai
sternum, sedangkan bagian belakangnya melewati iga-iga di samping
vertebra. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling
kuat dalam dinding toraks.
b. Pleura servikalis: bagian pleura yang melewati apartura torasis superior,
memiliki dasar lebar, berbentuk seperti kubah, dan diperkuat oleh membrane
suprapleura.
c. Pleura diafragmatika: bagian pleura yang berada di atas diafragma.
d. Diafragma mediastinalis: bagian pleura yang menutup permukaan lateral
mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.
Sinus pleura terdiri atas dua bagian yaitu sinus kostomediastinalis dan sinus
frenikokostalis.
24
1. Sinus kostomediastinalis: terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan
pleura kostalis. Pada waktu inspirasi sinus ini hamper semua terisi oleh paru-
paru.
2. sinus frenikokostalis: terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan
pleura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi
oleh pengembangan paru-paru.
a. Ligamentum pulmonale
Radiks pulmonalis bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh pertemuan
pleura parietalis dan pleura viseralis. Bagian bawah radiks yang berasal dari depan
dan belakang bergabung membentuk lipatan yang disebut ligamentum pulmonale.
Ligamentum ini terdapat di antara bagian bawah fasies mediastinalis dan
pericardium, kemudian berakhir pada tepi yang bulat.
b. Pembuluh limfe
Didalam paru-paru terdapat dua pasang pembuluh limfe yang saling
berhubungan. Bagian superficial pembuluh limfe yang terletak dalam pleura ini
berukuran relatif besar dan membatasi lobus ke permukaan paru. Pembuluh limfe
tampak hitam karena penghisapan zat karbon khususnya pada individu yang tinggal
di perkotaan.
Pembuluh limfe yang lebih kecil membentuk jala-jala halus pada tepi lobules.
Pembuluh superfisial ini mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju ke hilus. Bagian
profunda atau pulmonal berjalan bersama ke bronkus sedangkan arteri pulmonalis
dan bronki meluas hanya sampai ke duktus alviolaris bagian tepi. Semua mengalir ke
bagian pusat hilus dan bertemu dengan pembuluh limfe eferen superfisial. Nodus
limfatikus banyak dijumpai di bagian hilus.
c. Persarafan
Dalam jaringan paru-paru dijumpai serat-serat saraf kecil terutama di daerah
hilus yang berkaitan dengan bronkus serta pembuluh besar. Serat-serat saraf yang
25
berhubungan dengan percabangan bronchial membentuk pleksus pulmonalis yang
tersusun dari cabang vagus (bronco konstruktor) dan cabang dari ganglia simpatis
berjalan bersama dengan pembuluh pulmonalis dan sekelompok kecil sel saraf yang
terdapat pada dinding bronchial.
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit hanya beberapa
millimeter. Jumlah ini menjadi jatuh lebih cukup untuk memisahkan kedua pleura,
maka kelebihan tersebut akan dipompakan keluar oleh pembuluh limfatik yang
membuka secara langsung dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan
superior diafragma, dan permukaan lateral dari pleura parietalis.
26
2.9 Mekanisme sistem pernapasan/ respirasi pada manusia
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan
dua cara pernapasan, yaitu :
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
27
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
28
2.10.1 Pernapasan Biasa
Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal
interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau
pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga
dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif
saat diafragma berelaksasi.
Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah
karena tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal
interkostal menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi
secara pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.
Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan
tekanan intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran
pernafasan, di alveoli.
Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada
29
umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan
tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet
yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai
-30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis
yang ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada
saat ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal
meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
30
Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat
inhalasi. Kontraksi ini bertanggung jawab atas 25% volume udara di paru-paru.
Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan
menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.
Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan
otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi dengan
memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.
31
2.14.1 Kemoreseptor Refleks
Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya
signal dari bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.
a. Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid
bodies adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau
PO2 dalan darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah
b. Saraf vagus (saraf X) yang memonitor kemoreseptor di aortic bodies. Reseptor ini
sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal
c. Saraf yang hanya merespon PCO2 dan pH dari cairan serebrospinal
Refleks ini distimulasi oleh tekanan darah sistemik. Aktivitas baroresestor ini
mempengaruhi pusat respirasi. Ketika tekanan darah turun, laju respirasi meningkat.
Ketika tekanan darah naik, laju respirasi turun.
2. Refleks deflasi : untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat
inspirasi saat pau-paru mengalami deflasi. Reseptor refleks ini terletak di dinding
32
alveolar. Refleks ini berfungsi secara normal hanya ketika ekshalasi maksimal, ketika
pusat inspirasi dan ekspirasi aktif.
Refleks ini terjadi jika organ pernapasan kita terekspose oleh zat toksik, iritan
kimiawi, atau stimulasi mekanik pada saluran pernapasan. Respon yang timbul adalah
respon bersin, batuk, dan spasma laringeal.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , otot
interkosta , bronkus , bronkiolus , alveolus dan diafragma . Dalam mekanismenya, Udara
disedot ke dalam paru-paru melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang
rawan supaya menjadi kuat dan terkadang terbuka trakea bercabang kepada bronkus kanan
dan bronkus kiri yang disambungkan kepada paru-paru . kedua bronkus bercabang lagi
kepada bronkiol dan alveolus pada hujung bronkiol . Alveolus mempunyai penyesuaian
berikut untuk memudahkan pertukaran gas.
Penulis menyimpulkan sistem pernapasan adalah sistem dalam tubuh yang harus
dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernapasan rusak akan mengganggu organ
sistem pernapasan yang lain.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan
http://blog.ilmukeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/05/jenis-pernafasan-dan-mekanisme-pertukaran-
gas/
http://askep-askeb.blogspot.com/2009/08/sistem-pernapasan.html
http://athearobiansyah.blogspot.com/2007/09/anatomi-dasar-sistem-pernafasan.html
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, Edisi 10. Hal. 296. EGC:
Jakarta
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Hal. 192.
EGC: Jakarta
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Hal. 621. EGC: Jakarta
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi. Hal. 393. EGC:
Jakarta
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2 Hal.143.
Salemba Medika: Jakarta
35