You are on page 1of 35

MAKALAH ANATOMI

SISTEM PERNAPASAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :V

NAMA KELOMPOK :

1. Andala Wijaya (09.14201.30.01)

2. Arias Syafeni (09.14201.30.05)

3. Jupriansyah (09.14201.30.22)

4. Karomah (09.14201.30.24)

5. Riza Desiana (09.14201.30.39)

KELAS : PSIK A1/ Smt. 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

2010

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr Wb

Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SWT.
Shalawat dan salam kami sampaikan kepada nabi kita Muhammad SWT. Syukur
Alhamdulilah kami telah menyelesaikan tugas Anatomi yang berjudul “Sistem
Pernapasan” ini dengan sebaik mungkin.

Kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Yuliandi selaku Dosen pembimbing
mata kuliah Anatomi kelas PSIK REG A1 semester 3 yang telah mengarahkan kami
untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sadar bahwa mungkin masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan
atau pengejaan makalah yang kami buat. Oleh sebab itu kritik dan sarannya kami
harapkan. Demikianlah kata sambutan dari kami terrima kasih atas perhatiannya.
kami akhiri dengan ucapan

Wassalammualaikum Wr Wb

Palembang, 20 Desember 2010

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………... ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1

1.2 Tujuan……………………………………………………………… 2

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi dasar sistem pernapasan ………………………………… 3

2.2 Nasale (Hidung) ………………………………………………….. 3

2.3 Pharynx……………………………………………………………. 8

2.4 Larynx (Pangkal Tenggorokan …………………………………. 10

2.5 Trakea............................................................................................. 12

2.6 Bronkus.......................................................................................... 14

2.7 Paru-paru………………………………………………………… 16

2.8 Pleura ……………………………………………………………. 19

2.9 mekanisme sistem pernapasan pada manusia…………………... 23

2.10 macam-macam respirasi………………………………………. 24

2.11 Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi……………… 25

2.12 Otot-otot ketika bernapas……………………………………….. 26

2.13 Refleksrespirasi............................................................................. 27

3
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 30

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari
metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.. Sistem respirasi atau sistem
pernafasan mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melalui
rongga hidung faring laring trakea bronkus bronkiolus
paru-paru alveolus sel-sel melalui dinding kapiler darah.

Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke dalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri .jantung (atrium
sinistra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi
oksidasi (pembakaran). Sebagai ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra)
e ke bilik kanan (vetrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke
jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolism, sedangkan sisa dari metabolism
lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.

Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang
menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk
menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu
bernapas epiglottis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring
maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari
laring. Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,
kotoran, dan benda asing. Adanya benda asing/ kotoran tersebut memberikan rangsangan
kepada selaput lender dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk.

5
Dengan kejadian tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar
bersih.

Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang masuk ke paru-paru tidak dapat
disaring, dilembabkan/ dihangatkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan
sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan
dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernapas melalui mulut, misalnya
pada operasi hidung, pengangkatan polip, karena setelah operasi pada keduan hidung diisi
tampon sehingga bernapas mellalui mulut tidak merugikan

1.2 Tujuan
 Untuk memahami pengertian dari sistem pernapasan
 Untuk memahami struktur anatomi organ pernapasan
 Untuk memahami fungsi organ pernapasan dan dapat menjelaskan fungsi organ
pernapasan tersebut
 Untuk mengetahui adanya otot-otot, peredaran darah baik arteri maupun vena,
tulang-tulang dan saraf yang mempersarafi di setiap alat pernapasan
 Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pernapasan, baik pernapasan
dada maupun perut.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dasar sistem pernapasan


Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paru-
paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut
oleh diafragma.

Gambar 1-1. Alat pernapasan

Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan paru-paru.

2.2 Nasale (Hidung)

Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra
penciuman. Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya
pada prosesus palatinus os maxillaris dan pars horizontal os palatum.

Dalam keadaan normal udara yang masuk dalam sistem pernapasan berhubungan
dengan rongga hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut halus epitel

7
berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses
pernapasan.

Tulang rawan epithelium dan lamina propia saling berkaitan dan dianggap sebagai
bagian funsional yang memiliki mukosa terbanyak dalam rongga hidung. Lamina propia
banyak mengandung arteri, vena, dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang dihasilkan
oleh sel.

Rangka hidung bagian atas dibentuk oleh bagian-bagian berikut ini:

a. Lamina kribrosa osis etmoidalis dan pars nasalis ossis frontalis


b. Dinding lateral: oleh tulang keras dan tulang rawan
c. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang karang

Pada dinding lateral terdapat empat tonjolan (konka): konka suprima, konka nasalis
superior, konka nasalis media, dan konka nasalis inferior. Selain itu, juga terdapat celah yang
disebut kavum nasi:

1. Prosesus spenoidalis: terletak antara konka suprima dan konka superior


2. Meatus nasi superior: terletak antara konka superior dan konka media
3. Meatus nasi media: terletak antara konka media denga konka inferior

Aperture piriformis adalah pintu depan kavum nasi yang dibentuk oleh tepi bawah os
maxillaries dan incisura nasalis os maxillaries. Sekeliling dinding sebelah dalam di tulang-
tulang kepala terdapat ruang-ruang udara yang disebut sinus paranasalis yang terdiri atas
sinus-sinus berikut ini:

1. Sinus spenoidalis: terletak di belakang cranial hidung dalam korpus spenoidalis


bermuara ke rongga hidung bagian belakang
2. Sinus etmoidalis: terdapat dalam pars labirintus ossis etmoidalis
3. Sinus frontalis: terletak dalam infundibulum meatus nasi media
4. Sinus maksilaris: terdapat pada dinding lateral hidung korpus maksilaris
bermuara di hiatus \maksilaris ke rongga hidung hiatus semilunaris media.

8
a. Bagian-bagian hidung:
1. Batang hidung: dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis
2. Cuping hidung: bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan
3. Septum nasi adalah yang membatasi dua rongga hidung
4. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) terdiri atas dari empat buah konka
nasalis, empat buah meatus, dan antrum (lekuk bagian lateral kavum nasi
didepan konka nasalis dan meatus nasalis)

Gambar 1-2 Otot-otot hidung

Otot-otot hidung. Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi
menggerakkan hidung dann menghirup udara

a. M. piramidalis
b. M. levator labii superior league nasi
c. M. dilatator neres posterior
d. M. dilatators neres anterior
e. M. Kompressor nasi
f. M. kompressor nasi minor
g. M. depressor alaris nasi

9
Intergumentum: ‘permukaan dorsal dan lateral rangka depan hidung yang ditutupi oleh
jaringa ikat dan melekat pad puncak hidung mengandung folikel dan glandula sebasea

b. Fossa nasalis

Fossa nasalis terdiri atas ruang hidung (kavum nasi) merupakan bagian dalam rongga
hidung yang dindingnya dilapisi oleh tunika mukosa disebut pituitary yang berfungsi
mengeluarkan secret mukosa. Pada bagian vestibulum nasi, ventrikel nasi, dan tunika mukosa
mempunyai epithelium skuamosa.

Selaput lendir hidung dihasilkan oleh jaringan kulit yang melekat pada perikondrium
lamina yang merupakan batas atas vestinulum Krista disebut linea nasi, bagian belakang
berlanjut menjadi membran mukosa nasofaring. Membrane mukosa kavum nasi meliputi
dinding dari sinus paranasalis. Pada sinus maksilaris fossa nasalis melalui hiatus maksilaris
kavum nasi juga diliputi oleh membrane mukosa.

Bagian frontal hiatus maksilaris tertutup oleh membrane mukosa, sedangkan bagian
oksipital ditutupi oleh tunika mukosa. Selain itu juga terdapat lubang terbuka pada hiatus
maksilaris tempat bermuaranya kavum nasi. Kavum nasi ini terletak di sebelah atas sehingga
bila terjadi infeksi, cairan akan menumpuk di dasar sinus maksilaris. Pada daerah cranial,
konka nasalis superior mempunyai selaput lendir neuro epithelium dimana bagian ujungnya
terdapat saraf dendrite. Bagian ini meruncing kepermukaan membrane mukosa. Sel nervus
olfaktorius menuju ke bagian dalam membran mukosa berhubungan dengan ujung filia
olfaktorius meninggalkan kavlum nasi melalui lubang kribrosa ossis etmoidalis menuju
kerongga tengkorak.

Pembuluh darah hidung

1. Arteri Palatina, bercabang dua yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan arteri nasalis
posterior septi.
2. Arteri nasalis anterior berasal dari arteri oftalmika yang mempunyai cabang
anteriores lateralis dan anteriores nasalis anterior septi
3. Vena hidung kribrosa, jaringan pada daerah konka yang dikelilingi oleh serabut otot
sirkuler dan longitudinal, bermuara pada:

10
 Pleksus venosus pterigoideus vena kanalis
 Vena fasialis mengikuti cabang arteri alviolaris sup
 Vena oftalmika

Perdarahan hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah vena di hidung disebut
epistaksis.

Persarafan hidung

1. Nervus olfaktorius saraf sensible (saraf pembau): masuk melalui lubang-lubang di


lamina kribrosa etmoidalis
2. Nervus trigeminus: mempunyai cabang nervus oftalmikus dengan ranting nervus
nasalis posterior superior dan nervus nasalis anterior superior untuk dinding lateralis
kavum nasi superior dan konka nasalis media.
3. Nervus etmoidalis anterior: cabang dari oftalmikus masuk ke dalam kavum nasi
melalui lubang frontal di lamina kribrosa ossis etmoidalis
4. Nervus palatines anterior: masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang dalam pars
perpendikularis ossis palatine.

c. System limfe hidung

Membentuk pleksus pada bagian permukaan membrane mukosa. Aliran limfe hidung
berasal dari subdural dan ruangan subarachnoid dari rongga teengkorak. Aliran limfe dari
hidung sebagian bermuara .ke nodud servikalis retrofaringeal yang terletak dekat kornu
mayor hiodeum.

11
Gambar 1-3. Os. Nasale

2.3 Pharynx

Terdiri atas nasofaring, orofaring,dan laringo faring:

2.3.1 Nasofaring
Bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi dan berhubungan dengan kavum
nasi melalui konka dinding lateral yang dibentuk oleh:
 M. Tensor palatine
 M. Levator vili palatine membentuk palatum mole
 M. Konstruktor faringis superior

Bagian lateral dinding nasofaring memiliki dua lubang

 Osteum faring. Terletak diantara nasofaring dengan orofaring yang dibatasi


oleh istmus faringis yaitu suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh
permukaan cranial palatum molle, arkus faringeo palatines, dan dinding
belakang nasofaring kebawah dengan orofaring. Di dalam nasofaring,
orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya memiliki tonjolan
otot dan tulang. Dengan terdapatnya palatum molle dapat mencegah
makanan dan minuman masuk ke dalam rongga hidung ketika menelan.
 Lubang medial (tuba faringeo timpanika eustakii). Pada dinding lateral
terdapat penonjolan, melalui penonjolan ini terlihat suatu lipatan ke dalam

12
lumen faring. Otot ini dianggap sebagai bagian dorsal M. farongeo palatinus.
Pembesaran tonsil akan memperkecil konka sehingga mengganggu
pernapasan melalui hidung dan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

2.3.2 Orofaring
Orofaring mempunyai dua hubungan sebagai berikut:
 Ventral dengan kavum oris. Batas istmus fausium terdiri atas palatum molle
arkus glasopalatinus dekstra dan sinistra dorsum lingua. Di antara kedua
arkus ini terdapat jaringan limpoid disebut tonsil palatina (mandel) yang
terdapat dalam lekukan yang disebut fossa tonsilaris. Fossa ini seluruhnya
ditempati oleh tonsil untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga
mulut ke faring. Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua yang
merupakan dinding ventral orofaring. Kaudal radiks lingua terletak pada
tulang rawan, dihubungkan dengan epiglottis oleh tiga lipatan (2 plika glasso
epiglotika lateralis dan 1 plika glasso epiglotika mediana). Diantara kedua
lipatan ini terdapat bagian yang cekung disebut valekula epiglotika.
 Kaudal pada radiks lingua. Memiliki lubang merupakan batas antara laring
dan faring, selain itu juga terdapat lipatan antara faring disebut epiglotis yang
merupakan batas antara oral dan laring.

2.3.3 Laringo faring


Bagian ini berhubungan dengan laring melalui mulut yaitu auditus
laringeus.Dinding depan laringo faring memiliki plika laringisi epiglotika. Lekuk ini
mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding tersebut bersatu di daerah
ventral yang dapat dilihat sebagai tonjolan yang disebut plika nervus laringici.
Septum para faringeal mempunyai hubungan ke ventrikel septum sublingual dan
submaksilaris. Antara arkus glassopalatinus dan arkus faringeo palatinus terdapat
tonsil palatine, sedangkan atap nasofaring berhadapan dengan tonsil faringeal. Pada
radiks lingua terdapat bangunan seperti lingkaran, apabila tonsil palatine membesar
maka akan memperkecil istmus fausium.

13
Gambar 1.4. Faring

2.4 Larynx (pangkal tenggorokkan)

Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membrane jaringan ikat, dan ligamentum. Bagian atas laring membentuk tepi
epiglotis. Lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid dari sebelah bawah tepi
kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis
disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.

Gambar 1.5 epiglotis

14
2.4.1 Rangka laring

Rangka laring terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

1. Kartilago tiroidea: terdiri atas dua lamina yang membuat sudut tepi dorsal. Tiap
lamina sebagai kornu ke cranial kornu superior dan kornu inferior ke kaudal.
2. Kartilago krikoidea: berbentuk cincin, memiliki bagian ventral yang sempit
disebut arkus, sedangkan bagian yang lebar disebut lamina.
3. Kartilago aritenoidea: sepasang tulang rawan berbentuk segitiga dengan apeks di
cranial. Pada bagian ini terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika.
4. Kartilago epiglotika: berbentuk sebagai kaudal meruncing disebut peptiolus.
5. Os. Hyoid dan kartilagines: laring (tulang) lidah bentuknya seperti tapak kuda
terdiri atas:
a. Korpus ossis hyoid (bagian tengah)
b. Kornu minus (tiga tonjolan tulang kecil) yang mengecil ke kranialis di
pertengahan tulang
c. Kornu mayus: bagian belakang tulang mulai dari bagian lateral korpus hyoid.

2.4.2 Artikulasi laring


1. Artikulasi krikoitiroidea: suatu sumbu yang hampir tegak lurus pada fasia
artikulasis yang terletak di dalam bidang frontal.
2. Artikulasi krikoaritenoidea: pergerakan artikulasi ke medioventro kaudal
dan latero dorsokranial, pergerakan ke arah yang sama.

2.4.3 Ligamentum pada laring


1. Ligamentum krikoisdeum medium/ ventral: terletak antara kartilago tiroid
dengan krikoid. Garis tengah merupakan bagian yang kuat disebut konus
klastikus
2. Ligamentum kriko aritenoideum: terletak antara permukaan dorsal kartilago
aritenoidea dan pinggir dorsal kartilago tiroidea.

15
3. Ligamentum kornikulo faringikum: terletak antara puncak kartilago aritenoidea
dan dorsal kartilago aritenoidea
4. ligamentum hioitiroideum lateral: terletak antara kornu superior kartilago
tiroidea dan kornu mayus ossis hyoid.
5. Membrane hioitiroideum: terletak antara korpus ossis hioideus dan incisura
kartilaginis tiroidea.
6. Ligamentum hioepiglotikum: terletak antara korpus ossis hioidea dan puncak
epiglotis.
7. Membrane quadrangularis: terletak antara tepi lateral kartilago epiglotis dan tepi
ventral kartilago aritenoidea.

Gambar 1.6 Larynx

2.5 Trakea (batang tenggorok)

Trakea atau batang tenggorok adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang rawan disempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebra
servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V, panjangnya
sekitar 13 cm dan diameternya 2,5 cm, selain itu juga dilapisi oleh otot polos. Trakea
mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang berfungsi
untuk mempertahankan trakea tetap terbuka. Ujung bawah trakea terletak setinggi angulus
sterni. Pada bagian bawah trakea torakalis ke IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri
dan bronkus kanan.

16
Gambar. 1.7 bagian dalam trakea

Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan berbetuk cincin yang terdiri dari 15-20
cincin. Diameter dari trakea berbeda-beda pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak
sempit sedangkan bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil dekat percabangan
bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri
dari bidang median. Selain itu juga terdapat sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk ke jalan pernapasan.

Hubungan trakea dengan alat sekitarnya:

1. Sebelah kanan terdapat nervus vagus, arteri anonima, dan vena azigos.
2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekurens sinistra
3. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan fleksus kardiakus profundus
4. Bagian belakang esophagus pada sisi trakea berjalan cabang-cabang nervus vagus
dari trunkus simpatikus berjalan ke arah pleksus kardiakus.

Trakea merupakan suatu saluran otot selapuit yang kedudukannya tegak lurus antara
basis kranii dan vertebra servikalis ke-6. Di antara basis kranii dan esophagus berisi jaringan
ikat yang dilewati oleh:

a. Celah antara basis kranii dan M. Konstruktor faringeus superior dilewati tuba faring
auditiva palatina asenden cabang M. Levator voli palatine.

17
b. Celah antara M. konstruktor faringeus superior dan M. Konstruktor faringeus media
dilewati oleh nervus glassofaringeus, ligamentum stilofaringeus dan M.
stilofaringeus.
c. Celah antara M. Konstruktor media dan M. konstruktor faringeus inferior ditembus
nervus laringeus superior.
d. Celah di bawah M. konstruktor faringikus inferior dilewati oleh nervus laringikus
inferior dan nervus Rekurens

Gambar 1.7. Trakea

2.6 Bronkus (cabang tenggorokkan)

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan
terletak mengarah ke paru-paru. Bronkus terdiri atas bagian-bagian berikut ini:

1. Bronkus prinsipalis dekstra: panjangnya 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis. Paru-


paru kanan bercabang menjadi bronkus lobaris superior. Pada waktu masuk ke hilus
akan bercabang tiga yaitu bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan
bronkus lobaris posterior, sedangkan di atasnya terdapat vena azigos d an di
bawahnya terdapat vena pulmonalis.
2. Bronkus prinsipalis sinistra: lebih sempit dan lebih panjang daripada bronkus kanan
sekitar 5 cm berjalan ke bawah ke aorta dan di depan esophagus masuk ke hilus

18
pulmonalis sinistra kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris superior dan
bronkus lobaris inferior.

Bronkus lobaris (bronkioli=cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil dari
bronkus prinsipalis. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli seperti yang
telah dijelaskan diatas:

1. Bronkus lobaris superior dekstra


2. Bronkus lobaris media dekstra
3. Bronkus lobaris inferior dekstra
4. Bronkus lobaris superior sinistra
5. Bronkus lobaris inferior sinistra

Struktur dalam bronkus berbeda dengan di luar bronkus. Seluruh gabungan otot
menekan bagian lumen yang lebih dalam dari submukosa. Ketegangan otot tersebut
mempengaruhi rangakaian mukosa dan rangsangan berlebihan akan menghalangi perjalanan
pernapasan melalui cabang-cabang tulang rawan yang makin sempit dan makin kecil yang
disebut bronkiolus. Dari tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak
dengan diameter 0,5 mm. cabang bronkus yang terakhir akan membangkitkan pernapasan dan
melepaskan udara ke paru-paru. Pernapasan bronkiolus terjadi dengan cara memperluas
ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara
oksigen dan karbon dioksida.

Gambar 1.8 Bronkus

19
2.7 Paru-paru (Pulmo)

Gambar 1.9. Paru-paru

Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong
yang dibentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru sangat lunak,
elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan berada dalam rongga torak.

Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena adanya partikel-


partikel debu yang masuk dimakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang.
Paru-paru terletak di samping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks pulmonalis
yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan struktur lain
dalam mediastinum.

Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok keatas kira-
kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks berhubungan dengan
dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk konkaf membentuk pericardium.
Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu lekukan di mana
bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis.

a. Apeks pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis
superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.

20
b. Basis pulmo
Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma
akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan
lebih kontak daripada paru-paru kiri.

c. Insisura atau fisura


Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada permukaan, paru-paru dapat dibagi
menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan
diagnosis

Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obliges. Insisura ini membagi paru-
paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu:

1. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di
depan insisura.
2. Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah
insisura.

Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura interlobularis
sekunder:

1. Insisura obligue (interlobularis primer): mulai dari daerah atas dan kebelakang
sampai ke hilus setinggi vertebra torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan
searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6
memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus.
2. Insisura interlobularis sekunder: mulai dari insisura obligue pada aksilaris media
berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis
keenam terrus ke hilus. Insisura obligue memisahkan lobus inferior dari lobus
medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari
lobus superior.

21
d. Radiks pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dikelilingi oleh garis
peralihan pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis
segmen pulmonary. Dari bronkus lobaris radiks pulmonary bercabang menjadi
bronkus segmentorum. Segmen bronkus pulmonary adalah daerah yang diurus oleh
cabang-cabang bronkus segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan
bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, sedangkan darah vena-vena yang
terletak intersegmental.

Gambar 1.10 Paru-paru


e. Segmen paru-paru kanan:
1. Lobus superior:
a. Segmen apical
b. Segmen superior
c. Segmen anterior
2. Lobus medius:
a. Segmen lateral
b. Segmen medial

3. Lobus inferior
a. Segmen superior
b. Segmen mediobasal

22
c. Segmen aterobasal
d. Segmen laterobasal
e. Segmen posteriobasal

f. Segmen paru-paru kiri:


1. Lobus superior:
a. Segmen apikoposterior
b. Segmen anterior
c. Segmen superior
d. Segmen inferior
2. Lobus inferior:
a. Segmen superior
b. Segmen ateriomediobasal
c. Segmen lateralbasal
d. Segmen laterobasal

2.8 Pleura
Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat
paru-paru berada yang berjumlah dua buah yaitu kiri dan kanan, serta tidak saling
berhubungan.

Gambar 1.11 Alveolus

23
2.8.1 Lapisan pleura
Pleura mempunyai dua lapisan yaitu permukaan perietalis dan permukaan viseralis:
1. Lapisan permukaan disebut pleura parietalis yang berlangsung berhubungan
dengan paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan memisahkan lobus-lobus
dari paru-paru.
2. Lapisan dalam disebut pleura viseralis. Lapisan ini berhubungan dengan fasia
endotorasika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai
dengan letaknya pleura parietalis memiliki empat bagian sebagai berikut:
a. Pleura kostalis: mengahadap ke permukaan lengkung kosta dan otot-otot
yang terdapat di antaranya. Bagian depan dari pleura kostalis mencapai
sternum, sedangkan bagian belakangnya melewati iga-iga di samping
vertebra. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling
kuat dalam dinding toraks.
b. Pleura servikalis: bagian pleura yang melewati apartura torasis superior,
memiliki dasar lebar, berbentuk seperti kubah, dan diperkuat oleh membrane
suprapleura.
c. Pleura diafragmatika: bagian pleura yang berada di atas diafragma.
d. Diafragma mediastinalis: bagian pleura yang menutup permukaan lateral
mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

2.8.2 Sinus pleura


Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna
oleh paru-paru baik ke arah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura hanya
dibentuk oleh lapisan pleura parietalis, rongga ini disebut sinus pleura (recessus
pleura). Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru akan memasuki sinus dan pada waktu
ekspirasi akan ditarik kembali dari rongga tersebut.

Sinus pleura terdiri atas dua bagian yaitu sinus kostomediastinalis dan sinus
frenikokostalis.

24
1. Sinus kostomediastinalis: terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan
pleura kostalis. Pada waktu inspirasi sinus ini hamper semua terisi oleh paru-
paru.
2. sinus frenikokostalis: terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan
pleura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi
oleh pengembangan paru-paru.

a. Ligamentum pulmonale
Radiks pulmonalis bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh pertemuan
pleura parietalis dan pleura viseralis. Bagian bawah radiks yang berasal dari depan
dan belakang bergabung membentuk lipatan yang disebut ligamentum pulmonale.
Ligamentum ini terdapat di antara bagian bawah fasies mediastinalis dan
pericardium, kemudian berakhir pada tepi yang bulat.

b. Pembuluh limfe
Didalam paru-paru terdapat dua pasang pembuluh limfe yang saling
berhubungan. Bagian superficial pembuluh limfe yang terletak dalam pleura ini
berukuran relatif besar dan membatasi lobus ke permukaan paru. Pembuluh limfe
tampak hitam karena penghisapan zat karbon khususnya pada individu yang tinggal
di perkotaan.
Pembuluh limfe yang lebih kecil membentuk jala-jala halus pada tepi lobules.
Pembuluh superfisial ini mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju ke hilus. Bagian
profunda atau pulmonal berjalan bersama ke bronkus sedangkan arteri pulmonalis
dan bronki meluas hanya sampai ke duktus alviolaris bagian tepi. Semua mengalir ke
bagian pusat hilus dan bertemu dengan pembuluh limfe eferen superfisial. Nodus
limfatikus banyak dijumpai di bagian hilus.

c. Persarafan
Dalam jaringan paru-paru dijumpai serat-serat saraf kecil terutama di daerah
hilus yang berkaitan dengan bronkus serta pembuluh besar. Serat-serat saraf yang

25
berhubungan dengan percabangan bronchial membentuk pleksus pulmonalis yang
tersusun dari cabang vagus (bronco konstruktor) dan cabang dari ganglia simpatis
berjalan bersama dengan pembuluh pulmonalis dan sekelompok kecil sel saraf yang
terdapat pada dinding bronchial.

d. Cairan dalam rongga pleura

Bila paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas normal maka


paru-paru bergerak kearah depan ke arah belakang dalam rongga pleura. Untuk
memudahkan pergerakan ini terdapat lapisan tipis cairan mukoid yang terletak
diantara pleura parietalis dan pleura viseralis.

Dinamika pertukaran cairan dalam ruangan pleura masing-masing dari kedua


pleura merupakan membrane serosa mesenkim yang berpori-pori. Sejumlah kecil
transudat cairan interstisial dapat terus menerus masuk kedalam ruangan pleura.
Cairan ini membawa protein jaringan yang memberi sifat mukoid pada cairan pleura
sehingga memungkinkan pergerakan paru berlangsung dengan sangat mudah.

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit hanya beberapa
millimeter. Jumlah ini menjadi jatuh lebih cukup untuk memisahkan kedua pleura,
maka kelebihan tersebut akan dipompakan keluar oleh pembuluh limfatik yang
membuka secara langsung dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan
superior diafragma, dan permukaan lateral dari pleura parietalis.

Gambar 1.12 Pleura

26
2.9 Mekanisme sistem pernapasan/ respirasi pada manusia

Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan
dua cara pernapasan, yaitu :

2.9.1 Respirasi / Pernapasan Dada

Gambar 1.13 Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.


Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

27
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.

2.9.2 Respirasi / Pernapasan Perut

Gambar 1.14 Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya


dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2.10 Macam-macam pernapasan

28
2.10.1 Pernapasan Biasa

Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal
interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau
pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga
dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif
saat diafragma berelaksasi.

Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah
karena tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal
interkostal menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi
secara pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.

2.10.2 Pernapasan Kuat

Disebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori.


Inhalasi pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan kontraksi otot
internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot abdominal juga dilibatkan
dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi abdomen, mendorongnya ke atas
melawan diafragma sehingga menurunkan volume rongga dada.

2.11 Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi

2.11.1   Tekanan intrapulmoner

Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan
tekanan intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran
pernafasan, di alveoli.

Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada

29
umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan
tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.

Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet
yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum,  diferensial tekanan dapat mencapai
-30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis 
yang ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada
saat ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal
meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.

2.11.2   Tekanan intrapleural

Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan


visceral pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat
mencapai – 18 mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan
atmosferyang diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya,
kita mencatat bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya,
paru-paru dapat kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan
sempurna. Elastic fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak
cukup kuat untuk mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic
fiber selanjutnya melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding
dada dan diafragma, menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa
membesar bahkan setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan
atmosfer melaui siklus inhalasi dan ekshalasi normal.

2.12 Otot-otot ketika bernapas

2.12.1 Otot yang Digunakan Saat Inhalasi

 Kontraksi diafragma membuat ‘lantai’ rongga dada menjadi rata, menaikkan


volumenya dan membuat udara masuk ke paru-paru. Kontraksi diafragma berperan
dalam hampir 75% pergerakan udara pada pernapasan normal.

30
 Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat
inhalasi. Kontraksi ini bertanggung jawab atas 25% volume udara di paru-paru.

 Kontraksi otot aksesori, seperti sternocleidomastoid, serratus anterior, pectoralis


minor, dan otot scalens. Otot-otot ini juga berperan dalam pengangkatan tulang rusuk
oleh otot eksternal interkostal. Otot-otot ini meningkatkan jumlah dan kecepatan
pergerakan tulang rusuk.

Gambar 1.12 Otot-otot inspirasi & ekspirasi

2.12.2 Otot yang Digunakan Saat Ekshalasi

 Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan
menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.
 Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan
otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi dengan
memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.

2.14 Refleks Respirasi

Refleks respirasi terdiri dari :

31
2.14.1   Kemoreseptor Refleks

Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya
signal dari bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.

Input kemoreseptor yang mempengaruhi pusat pernapasan :

a.      Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid
bodies adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau
PO2 dalan darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah

b.      Saraf vagus (saraf X) yang memonitor kemoreseptor di aortic bodies. Reseptor ini
sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal

c.      Saraf yang hanya merespon PCO2 dan pH dari cairan serebrospinal

Saraf glossofaringeal dan saraf vagus seringkali disebut periferal kemoreseptor,


sedangkan saraf yang merespon cairan cerebrospinal disebut pusat kemoreseptor.

2.14.2   Baroreseptor Refleks

Refleks ini distimulasi oleh tekanan darah sistemik. Aktivitas baroresestor ini
mempengaruhi pusat respirasi. Ketika tekanan darah turun, laju respirasi meningkat.
Ketika tekanan darah naik, laju respirasi turun.

2.14.3   Hering-Breuer Refleks

Refleks ini dibagi menjadi :

1.      Refleks inflasi : untuk menghambat  overekspansi paru-paru saat pernapasan


kuat. Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling bronkiolus dan
distimulasi oleh ekspansi paru-paru.

2.      Refleks deflasi : untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat
inspirasi saat pau-paru mengalami deflasi. Reseptor refleks ini terletak di dinding

32
alveolar. Refleks ini berfungsi secara normal hanya ketika ekshalasi maksimal, ketika
pusat inspirasi dan ekspirasi aktif.

2.14.4   Protektif Refleks

            Refleks ini terjadi jika organ pernapasan kita terekspose oleh zat toksik, iritan
kimiawi, atau stimulasi mekanik pada saluran pernapasan. Respon yang timbul adalah
respon bersin, batuk, dan spasma laringeal.

33
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , otot
interkosta , bronkus , bronkiolus , alveolus dan diafragma . Dalam mekanismenya, Udara
disedot ke dalam paru-paru melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang
rawan supaya menjadi kuat dan terkadang terbuka trakea bercabang kepada bronkus kanan
dan bronkus kiri yang disambungkan kepada paru-paru . kedua bronkus bercabang lagi
kepada bronkiol dan alveolus pada hujung bronkiol . Alveolus mempunyai penyesuaian
berikut untuk memudahkan pertukaran gas.

Penulis menyimpulkan sistem pernapasan adalah sistem dalam tubuh yang harus
dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernapasan rusak akan mengganggu organ
sistem pernapasan yang lain.

34
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan

http://blog.ilmukeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/05/jenis-pernafasan-dan-mekanisme-pertukaran-
gas/

http://askep-askeb.blogspot.com/2009/08/sistem-pernapasan.html

http://athearobiansyah.blogspot.com/2007/09/anatomi-dasar-sistem-pernafasan.html

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, Edisi 10. Hal. 296. EGC:
Jakarta

Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Hal. 192.
EGC: Jakarta

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Hal. 621. EGC: Jakarta

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi. Hal. 393. EGC:
Jakarta

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2 Hal.143.
Salemba Medika: Jakarta

35

You might also like