Professional Documents
Culture Documents
Rasio laba kotor hanya dapat ditemui pada perusahaan yang menjual produk
atau perusahaan dagang atau manufaktur. Laba kotor merupakan selisih antara
penjualan dengan harga pokok penjualan. Untuk perusahaan jasa tidak mempunyai
laba kotor karena sulit untuk mengidentifikasi harga pokok penjualannya.
Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin keuntungan kotor akan
semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.
Gross profit margin tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan 2007 sebesar 0,0062. Gross
profit margin tahun 2008 menunjukkan bahwa dari setiap satu unit barang yang terjual
diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp0,2879. Penurunan gross profit margin ini disebabkan
oleh peningkatan harga pokok penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
penjualan bersihnya.
Beban Penjualan
Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama, yaitu ;
1. Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama
2. Penilaian beban piutang tak tertagih
3. Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah ke masa depan
Beban penyusutan
Beban sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan manufaktur dan jasa.
Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan berlalunya
waktu. Bila perhitungannya menggunakan aktivitas operasi, maka penyusutan menjadi biaya
variable berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya, hubungan antara penyusutan dengan
aktiva tetap kotor sering memiliki makna. Hubungan tersebut diukur dengan rasio penyusutan
terhadap aktiva yang dapat disusutkan;
Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan
Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan tarif penyusutan gabungan. Rasio ini berguna
untuk mengevaluasi tingkat pnyusutan dan untuk deteksi penyesuaian (perataan) laba.
Perhitungan ini dapat dilakukan berdasarkan katagori aktiva.
Beban pemeliharaan dan Perbaikan
Beban pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko penjualaan dan
beban lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas beban variable dan beban tetap,
sehingga tidak terkait langsung dengan penjualan, jadi harus diinterprestasikan berdasarkan
analisis yang memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam
pemeliharaan dan perbaikan, hubungannya dengan penjualan dapat diinterpretasikan. Beban
pemeliharaan dan perbaikan bersifat fleksibel dapat diatur,dengan tujuan untuk tidak
mengurangi laba pada periode tertentu atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang
likuid, namun ada juga yang tidak dapat ditunda tanpa mengorbankan produktivitas.
Beban Pendanaan
Beban pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan kreditor pada
akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali digantikan dengan pendanaan ekuitas.
Beban bunga sering mencakup amortisasi premium atau diskon utang dan amortisasi biaya
penerbitan utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman adalah tingkat bunga efektif rata-rata yang
dihitung sebagai berikut :
Beban Pajak
Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara perusahaan dan
pemerintah.
Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut sebagai tarif pajak
efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio), dipengaruhi oleh perbedaan antara pajak
permanen. Tarif pajak efektif dihitung sebagai berikut :
Operating ratio tahun 2008 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2007, yang
mengindikasikan bahwa beban operasi tahun 2008 mengalami penigkatan yang tidak
signifikan dibanding tahun 2007 meskipun gross profit margin tahun 2008 tidak sebesar
tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan beban operasi 2008 lebih kecil
dibandingkan kenaikan penjualan bersih tahun 2008.
2. Beban Penjualan
Kenaikan beban penjualan perusahaan pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007
sebesar 20,24%, yaitu dari yang semula Rp2.458.051 juta pada 2007 menjadi Rp2.955.457
juta pada 2008.
3. Beban Penyusutan
Rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;
Beban penyusutan
aktiva yang disusutkan
Rasio penyusutan tahun 2008 = Rp69.488.000.000 / Rp6.055.271.000.000 = 0,0115
Rasio penyusutan tahun 2007 = Rp25.197.000.000 / Rp4.977.696.000.000 = 0,0051
Rasio tersebut menunjukkan penigkatan yang cukup signifikan dalam beban penyusutan
perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp44.291.000.000. Kenaikan yang cukup signifikan ini
disebabkan karena pada tahun 2008 terjadi pengkapitalisasian beban bunga ke dalam asset
tetap sebesar Rp59,2 milyar (dimana pada tahun 2007 sebesar Rp47,6 milyar) yang timbul
dari pembiayaan pembangunan pabrik baru, dikapitalisasikan pada tahun berjalan. Tingkat
biaya yang dikapitalisasi sebesar 8,50% - 8,84%. Akibat pengkapitalisasian tersebut, beban
depresiasinya pun meningkat cukup signifikan di tahun 2008.
Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset dimana beban ini termasuk salah
satu beban yang belum tentu pada setiap periodenya terjadi karena tidak selalu pada setiap
penilaian asset tetap yang dilakukan setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban
penurunan nilai asset tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007
sebesar Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban penurunan nilai
sebesar 61,99%. Kenaikan yang signifikan ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai
asset yang cukup besar pada tahun 2008 dari hasil revaluasi atas asset.
Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen dari program pension sebesar
Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang merupakan beban yang timbul hanya pada periode
tersebut karena adanya perubahan imbal kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran
pasti. Sehingga laba bersih yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal dari operasi
tetapi juga ada karena beban-beban lain yang hanya pada periode ini saja dibebankannya.