You are on page 1of 17

Tugas Praktikum

“Laporan Imitasi Perbandingan Genetik”


( Di ajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Genetika)
Dosen : Sismita Sari SP,MP

Di susun oleh :
Nama : Laily Fitri
NPM : 0811060065
Jurusan : Tadris Biologi B
Semester : VII ( Enam)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN


FAKULTAS TARBIYAH
LAMPUNG
2010

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, tiada kata yang lebih mulia kecuali ungkapan rasa syukur
kehadirat Allah SWT. atas segala kekuatan yang telah dilimpahkan kepada kita
semua khususnya bagi penyusun, hingga pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Akhirnya peyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini bukan merupakan
proses akhir dari suatu penyusunan, tetapi merupakan langkah awal yang masih
banyak memerlukan perbaikan-perbaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga kritik


dan saran demi kesempurnaannya sangat diharapkan dari segala pihak. Demikian
makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 12 April 2011

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persilangan monohibrid atau monohibridisasi adalah suatu


persilangan pembastaran dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini
sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum
segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang
merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.

Monohibrid pada percobaan Mendel adalah persilangan antara ercis


tinggi dan ercis berbatang pendek. Sehingga sampai saat ini di dalam
persilangan monohibrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sebenarnya di masa
hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui
adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan
genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik itu hanya faktor penentu
(determinant) atau disingkat dengan faktor.

Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki


genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet (Yatim,1986). Dengan berdasarkan hereditas
menurut Mendel, jika kita bastarkan jenis mangga bergalur murni yang sifat
buahnya besar, tetapi rasanya masam dengan jenis mangga lain yang juga
bergalur murni yang sifat buahnya kecil namun rasanya manis, akan dapat kita
peroleh mangga hibrida (hasil pembastara) dengan sifat buah yang besar dan
rasanya manis, dengan syarat : sifat besar dominan terhadap sifat sifat kecil
dan sifat manis dominan terhadap sifat masam.

Untuk mengetahui bahwa suatu gen bersifat dominan maka harus


dilakukan monohibridisasi antara individu yang memiliki sifat gen tersebut

3
dengan sifat kontrasnya (alelnya) yang sama-sama bergalur murni. Jika
fenotip F1 sama dengan sifat gen yang diuji tadi, berarti jelaslah bahwa sifat
itulah yang dominan.

1.2 Tujuan Kegiatan

1. Memperoleh gambaran perbandingan fenotip yang ditentukan oleh


pertemuan gamet yang berlangsung secara bebas pada proses fertilisasi
(pembentukan zigot).
2. Dapat menguji kesesuaian hasil F2 yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan teori Mendel menggunakan metode X2 (Chi square).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mendel adalah nama tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-
hukum hereditas atau pewarisan sifat menurun. Nama lengkap Mendel adalah
Gregor Johann Mendel ( 1822-1884 ), anak dari petani kecil di Moravia Utara.
Lahir tanggal 22 Juli 1822 dan diangkat sebagai Pastor di Brunn (Austria) pada
tanggal 4 Agustus 1847. Mendel adalah orang yang pertama kali melakukan
persilangan dengan menggunakan tanaman kacang ercis (Pisum sativum) sebagai
bahan percobaannya. Karena memiliki banyak kelebihan yaitu mudah melakukan
penyerbukan silang, mudah didapat, mudah hidup dan dipelihara dan lain-lain.
Dalam percobaan awal, Mendel menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan
sebagai alat uji silang. Yang mana dalam persilangan monohibrid didapatkan hasil
anakan dengan rasio fenotip 3 : 1. Hal ini dikarenakan gen-gen yang sealel
memisah. Ini dikenal sebagai Hukum I Mendel. (Suriyo.1996)
Ketika tanaman-tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sendiri, maka didapat
tanaman-tanaman F2 yang memisah dengan perbandingan ¼ merah : ½ merah
muda : ¼ putih atau 1:2:1. Disini kita dapat lebih mudah membedakan tanaman
yang homozigot (yaitu yang berbunga merah, dan yang berbunga putih ) dari
tanaman yang heterozigot (yaitu berbunga merah muda). Apabila tanaman-
tanaman F2 homozigot berbunga merah (MM) dibiarkan menyerbuk sesamanya
atau menyerbuk sendiri, maka keturunannya akan selalu berbunga merah saja.
Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga putih
(mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan berbunga putih saja.
Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila dibiarkan menyerbuk
sesamanya atau mengadakan penyerbukan sendiri akan selalu menghasilkan
keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1. Individu homozigot yang
selalu menghasilkan keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni.
(Suryo.1996). Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot
yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga
merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang

5
berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan
homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Pembentukan gamet dari tanaman
heterozigot (F1) ternyata ada pemisahan alel, sehingga ada gamet dengan alel T
dan ada gamet dengan alel t.

Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri,


kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang
berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman
berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang
berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah.
Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita
peroleh F3 yang berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu
menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga
jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi.
Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara
merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang
intermediet atau memiliki sifat gen dominan yang tidak penuh
(Djidjosepoetro.1975).
Dalam suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul karena
selalu saja ada penyimpangan. Yang menjadi masalahnya adalah berapa banyak
penyimpangan yang masih bisa kita terima. Menurut perhitungan para ahli
statistik tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal
penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis
Chi-squrae (Nio,tjan kiaw.1990). Peluang menyangkut derajat kepastian apakah
suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan
rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan
Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominan penuh. Jika
terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.

6
Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan
rumus sebagai berikut:

X 2 = ∑ (O.E)2
E

Keterangan :
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Noor.R.R.1996)

7
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu Dan Tempat


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
a. Waktu : Hari Jumat, Tanggal 6 April 2011 Pukul 09.30-11.30WIB
b. Tempat : Laboratorium Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Intan Lampung.

3.2 Bahan Dan Alat

Kancing genetik yang berukuran sama terdiri dari dua warna, masing-
masing warna 20 kancing genetic.

3.3 Cara Kerja

1. Masing-masing kelompok mempersiapkan 80 kancing genetic yang terdiri


dari : 40 kancing berwarna hijau sebagai gamet pembawa gen A untuk
warna hitam dan 40 kancing genetic berwana kuning sebagai gamet
pembawa gen a resesif untuk warna kuning.
2. Mempersiapkan 2 buah kantong plastic/kain gelap. Kemudian kancing
genetic dimasukan kedalam kantong kain masing-masing 20 kancing
genetic berwarna hitam dan 20 kancing berwarna kuning. Kedua kantung
tersebut diumpamakan sebagai organ reproduksi jantan dan betina.
3. Mengaduk secara merata kancing genetic dalam kedua kantung tersebut.
Kemudian dari masing-masing kantung tersebut ambil satu butir kancing
sekaligus dengan menggunakan kedua tangan tanpa melihat.
4. Mencatat kombinasi warna hasil pengambilan kancing tersebut kedalam
table pengamatan. Kemungkinan kombinasi kancing genetic yang
diperoleh adalah :
-. 1 hitam- 1 hitam : menunjukan genotip AA
-. 1 hitam- 1 kuning : menunjukan genotip Aa

8
-. 1 kuning- 1 kuning : menunjukan genotip aa
5. Melakukan proses pengambilan ini sampai 20 kali dan mencatatnya
kedalam table.
6. Setelah selesai, menghitung jumlah setiap kombinasi genotip yang
diperoleh. Dibuat data kelas (data setiap kelompok), kemudian uji hasilnya
dengan metode X2 (Chi square) untuk melihat kesamaan hasil dengan teori
Mendel.

9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari percobaan yang dilakukan dapat diperoleh data sebagai berikut :


Tabel 1a. Hasil percobaan imitasi monohibrid dominasi penuh (data kelompok)
Genotip Jumlah Fenotip Jumlah
AA IIIIIIIII Hitam-Hitam 10
Aa IIIIIIIIIIIIIIIIIIII Hitam-kuning 20
II
aa IIIIIIIII Kuning- 10
kuning
Total 40

Tabel 1a. Hasil percobaan imitasi monohybrid dominasi penuh (data kelas)

Kelompo Genotip
AA Jml Fntp Aa Jml Fntp aa Jm Fntp
k
l
1 IIIIII 10 Hita IIIIIIIIIIIII 20 Hitam IIIIIIIIII 10 Kuning
III mHit IIIIIII kunin kuning
am g
2 IIIIII 11 Mera IIIIIIIIIIIII 18 Merah IIIIIIIIII 18 Putih
IIIII h IIII putih IIIIIII putih
mera
h
3 IIIIII 10 Hijau IIIIIIIIIIIII 20 Hijau IIIIIIIIII 10 Putih
IIII hijau IIIIIII putih putih
4 IIIIII 7 Hita IIIIIIIIIIIII 26 Hitam IIIIIII 7 Putih
I m IIIIIIIIIIII putih putih
hitam
5 IIIIII 9 Hijau IIIIIIIIIIIII 22 Hijau IIIIIIII 9 Kuning

10
III hijau IIIIIIIIII kunin kuning
g
Total 47 106 47

4.2. Pembahasan

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan kancing


genetik untuk mengetahui perbandingan genotip diperoleh hasil bahwa
perbandingannya yaitu 1 : 2 : 1 (AA : Aa : aa) dan perbandingan fenotip yang
diperoleh adalah 3 : 1. Dengan rasio fenotipnya adalah :
AA : hitam hitam
Aa : hitam kuning
aa : kuning kuning

F1 seluruhya 100% berwarna hitam, kemudian menghasilkan keturunan


kedua atau F2 dengan perbandingan 1:2:1 yaitu 3 berwarna hitam dan 1 berwarna
kuning. Persilangan monohibrid menghasilkan 4 kombinasi keturunan dengan
rasio fenotip 3:1. Jadi setiap individu dapat berfenotip sama misalnya sama-sama
bulat, tetapi bergenotip tak sama seprti AA dan Aa .
Diketahui :
AA: 10
Aa : 20
aa : 10

Persilangan Monohibrid

P1 AA X aa
(Hitam) (kuning)
I I
Gamet A a

11
Aa
(Hitam kuning)
F2 : F1 X F2

F1
A A
A Aa Aa
A Aa Aa
100% : Aa
F2:
A A

A AA Aa
A Aa Aa

Perbandingan Fenotif : 1 :2 :1
Hitam : Hitam kuning : kuning
Perbandingan genotif : 1 :2 :1
AA : Aa : aa

X2 = ∑ (O-E)2
E
Dengan:
X2= Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)

Perhitungan kelompok 1, 3
AA : 10
Aa : 20
aa : 10

12
Jumlah: 40

1
AA → E1 → 10 : × 40 = 10
4
2
Aa → E2 → 20 : × 40 = 20
4
1
aa → E3 → 10 : × 40 = 10
4
X2 = ∑ (O-E)2
E
=(O1- E1 )2 + (O2 - E2)2 + ( O3 - E3)2
E E E
=(10- 10)2 + (20-20)2 + (10-!0)2
10 20 10
=0 + 0 +0
P = 0,99x 100% = 99%

Perhitungan Kelompok 2
Diketahui :
MM : 11
Mm : 18
Mm : 11
Jumlah: 40

MM = 11 E1= ¼ x 40 = 11
Mm = 18 E2= 2/4 x 40 = 18
Mm = 11 E3=1/4 x 40 = 11

X2 = ∑ (O-E)2
E
=(O1- E1 )2 + (O2 - E2)2 + ( O3 - E3)2

13
E E E
=(11- 10)2 + (18-20)2 + (11-10)2
10 20 10
=1 + 4 + 1
10 20 10
=0,4
P = 0,95 x 100% = 95%

Perhitungan Kelompok 4
Diketahui :
AA: 7
Aa : 26
aa : 7
Jumlah: 40

1
AA → E1 → 7 : × 40 = 7
4
2
Aa → E2 → 26 : × 40 = 26
4
1
aa → E3 → 7 : × 40 = 7
4

X2 = ∑ (O-E)2
E
=(O1- E1 )2 + (O2 - E2)2 + ( O3 - E3)2
E E E
=(7- 10)2 + (26-20)2 + (7-10)2
10 20 10

=9 + 36 + 9
10 20 10
=0,9 + 1,8 + 0,9 = 3,6

14
P = 0,50 x 100% = 50%

Perhitungan Kelompok 5
Diketahui :
AA: 9
Aa : 22
aa : 9
Jumlah: 40
1
AA → E1 → 9: × 40 = 9
4
2
Aa → E2 → 22: × 40 = 22
4
1
aa → E3 → 9: × 40 = 9
4
On−En 2 + On−En 2+ On−En 2
X2=∑( ) ( ) ( )
En En En

O1−E 1 2 + O2−E 2 2+ O3−E 3 2


X2=∑( ) ( ) ( )
E1 E2 E3

9−10 2 + 22−20 2+ 9−10 2


X2= ( ) ( ) ( )
10 20 10

1 4 1
X 2= + +
10 20 10
X 2 = 0.1 + 0.5 + 0.1
X 2 = 0.7
P = 0.95 × 100%
P = 95%

15
BAB V
KESIMPULAN

Gregor Johann Mendel ( 1822-1884 ), adalah seorang bapak genetik


yang melakukan persilangan dengan menggunakan tanaman kacang ercis (Pisum
sativum) sebagai bahan percobaannya. Karena memiliki banyak kelebihan yaitu
mudah melakukan penyerbukan silang, mudah didapat, mudah hidup dan
dipelihara serta lain-lain. Persilangan monohibrid atau monohibridisasi adalah
suatu persilangan pembastaran dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini
sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum
segresi.
Hasil pada praktikum tersebut menunjukkan bahwa pada saat
pengembilan acak kancing genetik terjadi pemisahan atau segresi sehingga setiap
kancing menerima satu kancing yang berwarna berbeda dan ada yang sama
dengan perbandingan genotip 1:2:1 dan fenotip 3:1 sehingga hasil yang diperoleh
dari kelompok satu yaitu memiliki 99 % kesesuaian dan memiliki kombinasi gen
yang bervariasi. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi
gen juga didasarkan pada hukum peluang.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.unjabisnis.net/2009/09/laporan-praktikum-genetika-imitasi.html

Kimball, J.W.1963. Biologi , Jakarta :Erlangga.


Tim Dosen, Penuntun Praktikum Genetika, Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Iain
Raden Intan Lampung .
Wahito Nugroho Heru Santoso,2009 Memahami Genetika dengan mudah
Surabaya :Nuha Offest
Pratiwi, DA, dkk. 1997. Biologi SMU kelas 3. Jakarta : Erlangga.

17

You might also like