Professional Documents
Culture Documents
mengetahui tingkah laku infiltrasi air dalam tanah pada permukaan yang
persamaan model infiltrasi Green and Ampt pada permukaan tanah yang memiliki
kemiringan tertentu, sehingga model infiltrasi Green and Ampt dapat diterapkan
6
7
Pada Gambar 2.1 menampilkan gambar sederhana dari model Green dan
Ampt, dimana zona pembasahan (zw) adalah sebuah wilayah yang memiliki kadar
air sebelum (Ti) dan porositas (K) pada kondisi jenuh. Zona pembasahan terus
merembes sampai pada kedalaman tertentu (L) dalam waktu t sejak infiltrasi
permukaan tanah.
Green and Ampt untuk persamaan perhitungan aliran air di bawah permukaan
tanah didapat:
(2.1)
(2.2)
dengan :
: (mm/jam )
parameter tanah yang dapat diperoleh dari uji laboratorium ataupun uji di
lapangan. Pada Tabel 2.1 akan ditunjukkan nilai dari parameter Green and Ampt
Table 2.1. Parameter Yang Diperlukan Dalam Model Infiltrasi Green and Ampt
(Rawls dkk., 1983 dalam Muntohar dan Liao, 2008)
Rentang
Rentang (mm)
Kadar Air Rentang *
Jenis Tanah Porositas yang
efektif (mm) (mm/jam) (mm/jam)
dipakai
Pasir 0,374 ~ 0,50 0,354 ~ 0,48 9,7 ~ 253,6 117,8 49,5 235,6*
Pasir-loam 0,363 ~ 0,506 0,329 ~ 0,473 13.5 ~ 279,4 29,9 61,3 59,8*
Loam-berpasir 0,351 ~ 0,555 0,283 ~ 0,541 26,7 ~ 454,7 10,9 110,1 21,8*
Loam 0,375 ~ 0,551 0,334 ~ 0,534 13,3 ~ 593,8 3,4 88,9 6,8*
Loam-berlanau 0,420 ~ 0,582 0,394 ~ 0,578 29,2 ~ 953,9 6,5 446,8 13*
Loam-berlempung
0,332 ~ 0,464 0,235 ~ 0,425 44,2 ~ 1,083 1,5 218,5 3*
berpasir
Lempung-loam 0,409 ~ 0,519 0,279 ~ 0,501 47,9 ~ 991 1 208,8 2*
Loam-berlempung
0,418 ~ 0,524 0,347 ~ 0,517 56,7 ~ 1,315 1 273 2*
berlanau
Lempung bepasir 0,370 ~ 0,490 0,207 ~ 0,435 40,8 ~ 1,402 0,6 239 1,2*
Lempung berlanau 0,425 ~ 0,533 0,334 ~ 0,512 61,3 ~ 1,394 0,5 292,2 1*
Lempung 0,427 ~ 0,523 0,269 ~ 0,501 63,9 ~ 1,565 0,3 316,3 0,6*
*Modifikasi Rawls dkk. (1983) oleh Rawls dkk. (1993)
Pada klasifikasi USDA, loam adalah istilah yang dipakai pada bidang
pertanian. Loam merupakan tanah dengan komposisi pasir, debu, dan lempung
9
dalam jumlah yang relatif seimbang (sekitar 40-40-20). Tanah semacam ini
dianggap ideal bagi bercocok tanam karena memiliki cukup hara dan humus
daripada tanah pasiran, serapan dan drainasi air tanah lebih bagus daripada tanah
sebagai berikut :
1. Tinggi tekanan air pori negatif pada zona pembasahan (\f ) adalah tetap.
2. Perbedaan kandungan air volumetrik ('T) adalah seragam antara sebelum dan
sesudah basah.
Parameter tanah pada model Green and Ampt diasumsikan memiliki kadar
air yang jenuh mulai dari permukaan sampai dengan kedalaman area zona
pembasahan selama masa infiltrasi, tetapi tanah yang basah masih menyisakan
kadar air. Kedalaman vertikal dari zona pembasahan dapat diestimasi dengan
persamaan berikut:
(2.3)
dengan :
Model infiltrasi Green and Ampt dapat diterapkan pada infiltrasi hujan
steady dan infiltrasi hujan unsteady. Selama masa hujan, angka potensial infiltrasi
dapat dihitung dari persamaan Green and Ampt sehingga menghasilkan tiga kasus
yang mungkin.
1. Intensitas hujan lebih besar dari laju potensial infiltrasi (kasus 1).
Permukaan dasar berada pada keadaan jenuh air pada interval waktu
sebagai berikut :
(2.4)
dengan :
: (mm/jam )
2. Intensitas hujan lebih kecil dari laju potensial infiltrasi ketika awal mula
Jadi permukaan dasar berubah dari tidak jenuh air menjadi jenuh air
pada inteval waktu (kasus 2). Di luar waktu tersebut hujan lain yang
(2.5)
dengan :
: (mm/jam )
(2.6)
dengan :
3. Infiltrasi hujan lebih kecil dari pada laju potensial infiltrasi (kasus 3).
Hal ini berarti tidak ada kejenuhan pada interval waktu (kasus 3).
kejenuhan jika angka potensial infiltrasi menjadi lebih kecil dari pada
intensitas hujan.
(2.7)
dengan :
Laju potensial infiltrasi (f(t)) dari komulatif infiltasi (F(t)) selama hujan
tersebut digunakan untuk menentukan ketiga kasus yang mungkin terjadi selama
hujan berlangsung. Tiga kasus yang mungkin terjadi selama hujan berlangsung
Gambar 2.2 Infiltrasi Air Hujan Dan Intensitas Hujan Pada Model Infiltrasi
Green and Ampt (Muntohar dan Liao, 2008)
Saat terjadi hujan, air hujan akan terinfiltrasi ke dalam permukaan tanah
secara terus-menerus pada daerah yang tidak jenuh air di bagian atas. Proses ini
hujan. Kegagalan lereng dianggap terjadi dalam bentuk longsoran atau gelinciran
berbentuk pararel terhadap permukaan lereng. Karena itu analisis selanjutnya akan
menggunakan model lereng tak terhingga (infinite slope model) yang ditunjukkan
slope model) diharapkan dapat mengetahui nilai faktor keamanan (safety factor).
menahan dan gaya yang menggerakkan. Sebuah lereng dapat dikatakan stabil jika
15
QLODL IDNWRU NHDPDQDQ ! GDQ WLGDN VWDELO MLND IDNWRU NHDPDQDQ 3DGD
Berdasarkan tingkah laku dari tanah yang tidak jenuh air, faktor keamanan
(2.8)
dengan :
: Faktor keamanan
berdasarkan peningkatan kadar air dan menjadi 0 ketika tanah jenuh air. Nilai dari
internal antar butiran dari tanah dengan tekanan rendah (Fredlund dkk., 1978).
16
(2.9)
dengan :
: Faktor keamanan
C. Metode Secant
tiap hasil akan lebih teliti dari perkiraan sebelumnya. Dengan berbagai iterasi
yang dianggap cukup, akan didapat hasil perkiraan yang mendekati hasil yang
Secant dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pada metode Secant taksiran awal
Nampak pada Gambar 2.4, garis singgung di titik xi didekati oleh bentuk berikut:
18
(2.10)
(2.11)
(2.12)
Pada metode ini pendekatan memerlukan dua nilai awal dari x, yang digunakan
nilai awal dan x2 dianggap sebagai nilai akhir dari sebuah persamaan matematika
f(x). Pada persamaan f(x) tersebut, dicari nilai x3 dimana f(x§.
infiltrasi (F(t)) pada Persamaan 2.4, dimana intensitas hujan (I(t)) lebih besar
daripada laju potensial infiltrasi (f(t)). Untuk dapat digunakan metode Secant pada
(2.13)
memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (benar) dari penyelesaian
nilai eksak (Triatmodjo, 1992). Pada bagian ini, bentuk kesalahan diberikan dalam
(2.14)
dengan :
: Nilai eksak
: Nilai perkiraan
20
relatif, yaitu dengan membandingkan kesalahan yang terjadi dengan nilai eksak.
(2.15)
dengan :