Professional Documents
Culture Documents
à
à $
'(
)** $
% +,"
- *à" # $
-. % . $
/0
001
c
KASUS 2
Seorang klien bernama Ny. I dan Tn. O datang ke poli infertil untuk berobat dengan keluhan
belum memiliki anak. Ny. I tinggal berdua dengan suaminya Tn. O. Tn. O, 37 tahun bekerja
di PT, Ny. I, 36 tahun ibu rumah tangga. Tn. O dan Ny. I berpendidikan sarjana. Ny. I sering
membaca buku-buku yang berhubungan dengan infertilitas. Ny. I taat menjalankan shalat 5
waktu, Tn. O shalatnya sering tidak lengkap karena sibuk dengan pekerjaannya sebagai
karyawan PT, bahkan sering lupa makan. Tn. O memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus per
hari. Tn. O dan Ny. I berasal dari Jawa. Pada awal menikah tidak ada masalah, keluarga
menganggap keadaan infertilitas yang dialami sebagai cobaan dari Allah. Namun, sejak 3
bulan yang lalu, suaminya selingkuh dengan gadis lain yang diketahui sebagai mantan
kekasihnya di SMA dulu. Hal ini membuat Ny. I tegang, sedih, dan kecewa karena suaminya
tega menyakitinya dengan berselingkuh. Padahal ia merasa bahwa kebutuhan lahir dan batin
suaminya telah ia layani, termasuk hubungan suami istri yang biasa ia dan suami lakukan 4-5
kali/ minggu. Kesedihan lain yang sudah cukup lama dirasakan oleh Ny. I adalah keadaan
rumah tangganya yang sudah 6 tahun menikah tapi belum punya anak. Ny. I sering berpikir
bahwa suaminya mejadi berselingkuh karena dirinya belum bisa memberi keturunan sehingga
ia merasa dirinya sebagai perempuan yang tidak bisa membahagiakan. Saat ini, Ny. I belum
mempunyai rencana menggunakan uang tabungannya untuk berobat. Dari riwayat keluarga,
baik keluarga Tn. O dan Ny. I tidak mempunyai penyakit keturunan dan merupakan keluarga
yang mudah memperoleh keturunan.
Hasil dari wawancara tidak ditemukan riwayat penyakit yang berhubungan dengan sistem
genitourinaria.
Riwayat obsetri : menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus teratur tiap bulan, tidak ada
dismenorea, tidak pernah mencatat tanggal haid. Ny. I tidak merasakan keadaan infertilitas
yang dialaminya mengganggu interaksi dengan suami maupun dengan tetangga sekelilingnya.
STEP 1
1. Riwayat obsetri (Wawan)
2. Genitourinaria (Tiara r)
3. Infertilitas (nina)
1. Infertilitas : tidak bisa hamil dalam 1 tahun (Tiara T), ketidaksuburan (Nura)
2. Genitourinaria :saluran genito dan urinaria (Okky)
3. LO
STEP 2
1. Konsep infertilitas (Dina)
Hubungan riwayat merokok dan infertil (Yenny)
Tanda gejala infertilitas (t¶Ulfa)
Perbandingan fertil dan infertil / perbadaan (Nura)
Hubungan testoteron dan infertil (Okky)
ara menghitung masa subur (Nina)
Waktu dan proses terjadi fertilisasi (wawan)
Prevalensi kasus( Jojo)
Infertilitas bisa diobati/ tidak (Nesthi)
Infertilitas bisa dideteksi dini tidak (Dina)
Hubungan psikologis dan pembuahan ( Yenny)
Yang mengalami infertil pada kauss (Wawan)
Hubungan dismenorea dan infertilitas ( Jojo)
Hubungan karyawan dan lupa makan dan infertil (Okky)
pase koitus dan hubungannya dengan infertil (Siska)
prekuensi berhubungan dengan terjadinya fertilisasi (Wawan)
Infertil dan mandul sama atau tidak (Tiara T)
2. Apa yang harus dikaji dalam kasus ini (Tiara R)
Penanganannya dan penkes (Okky)
Psikis, sosial, budaya
Dampak psikologis Ny. I (Jojo)
Pengaruh kultur pada masalah ini ( Tiara R )
Adopsi anak dapat memancing anak, benar tidak ( Jojo)
Data penunjang infertilitas (Tiara T)
3. Diagnosa keperawatn yang muncul (Nina)
4. Peran perawat pada kasus infertilitas (Siska)
STEP 3
1. Infertilitas : tidak punya anak, fertil : mempunyai anak
Etiologi :
Rokok mempengaruhi kualitas sperma (Tiara R)
Kualitas sperma akibat sperma belum matur (Dina), sperma yang sehat 3 hari sekali
(Jojo)
sperma tidak mencapai ovum/ tidak dihasilkan sperma (Tiara T)
Makanan yang dimakan berpengaruh pada kualitas sperma (Nina)
Gangguan pelepasan ovum, kista ovarium (Yenny)
paktor kelelahan (Wawan) dan psikologis (Nura), usia lebih dari 30 tahun (Dina)
Tidak ada lendir di vagina dan uterus (Siska)
Tidak mencapai orgasme pada saat berhubungan (Tiara R)
Manifestasi klinik :
Siklus menstruasi tidak teratur, amenorea (Dina)
Tidak bisa ereksi (Wawan)
Kualitas sperma menurun (all)
2. Pengkajian :
Gaya hidupnya (Wawan )
Riwayat menstruasi, konsepsi, kehidupan seks pasca menikah, status nutrisi (Yenny)
Riwayat keturunan (Siska)
Riwayat kesehatan organ (Dina)
Pem.diagnostik : laparoskopi (Yenny), cara pemeriksaan sperma (Nina), ukur suhu
tiap hari, pemeriksaan lendir (Dina)
Penanganan :
Kontrol ke dokter, periksa sperma dan ovum, cari solusi dari masalh (Okky), periksa
alat genital, inseminasi (Nura) dilakukan bila rahim ibunya siap ( Anis)
Peran kultur budaya pada kasus infertil :
Kebanyakan menyalahkan perempuan dalam tipa daerah (Dina)
4. peran perawat :
konselor, edukator, komunikator, fasilitator (Nina)
care provider (Jojo)
STEP 4
&2 0
.
à0
3
0 *
à * | || &
.
0 *
&0
&*4
STEP 5 2
LO : Mind map dan step 2
PEMBAHASAN KASUS (REPORTING)
KONSEP FERTILITAS
Definisi
pertilitas merupakan kadar kesuburan wanita, kemampuan seorang istri untuk menjadi
hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya, atau hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita.
pertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di
tuba falopi. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani
yang berisi sel±sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika sanggama terjadi dalam
sekitar masa ovulasi (disebut masa subur wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam
saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada
saat ovulasi.
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba
falopi umumnya di daerah ampula / infundibulum.
Proses Fertilisasi
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba falopi.
Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi miometrium dan dinding tuba
yang juga terjadi saat sanggama.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada
ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopi. Ovum yang dikelilingi oleh
perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5±10 ȝm, yang disebut zona pelusida.
Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning,
membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60 - 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi,
beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai
rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopi yang sempit dan
beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba
fallopi. Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma
dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat ±
zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas
dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang
dapat melarutkan korona radiata, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan
dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum.
Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma
tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa
menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat.
Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah
terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali
terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi:
1. Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
2. Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit
definitif yang kemudian menjadi pronukleus wanita
3. Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.
4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
5. Pronukleus pria dan wanita. Masing ± masing haploid bersatu dan membentuk zygot yang
memiliki jumlah DNA genap / diploid.
Keterangan :
A, B, dan D : Ovum dengan korona radiata
E : Ovum dimasuki spermatozoa
p dan G : Pembentukan benda kutub kedua dan akan bersatunya kedua
pronukleus yang haploid untuk menjadi zigot
Pada pria masa fertilitas tertinggi terjadi antara 24 dan 35 tahun dimana pada saat itu
merupakan tingkat kesehatan fisik dan mental tertinggi. Pria ini tidak memiliki abnormalitas
organ-organ reproduktif dan memiliki jumlah sperma 90-300 juta per militer, dengan paling
tidak 75% bentuk sperma normal dan sperma motilitas aktif. Pda wanita fertilitas tertinggi
pada usia 20-30 tahun dimana kesehatan fisik dan mental dalam keadaan tinggi. Wanita ini
tidak memiliki kelainan organ-organ reproduktif atau siklus menstruasi serta menghasilkan
ovum secara teratur.
paktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan ada
kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi. paktor-faktor yang langsung memiliki kaitan
dengan ketiga tahap tersebut ³ *ariabel antaraM. Variabel antara tersebur terdiri atas :
a) paktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin adalah umur memulai
hubungan kelamin, selibat permanen (proporsi wanita yang tak pernah mengadakan
hubungan kelamin), lamanya berstatus kawin, abstinensi sukarela, abstinensi
terpaksa ( misal sakit, berpisah sementara) dan frekuensi senggama.
b) paktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi antar lain
fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja,
pemakaian kontrasepsi, dan strerilisasi atau fekunditas dan infekunditas yang
disengaja.
c) paktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan yautu mortalitas karena sebeb-sebab
tidak sengaja dan yang disengaja.
Selain itu, faktor frekuensi senggama dan gizi juga berpengaruh [ada kemampuan
seseorang dalam fertilitas :
Frekuensi hubungan seks
Menurut oyub, frekuensi seks setiap pasangan suami istri tidak sama, tergantung usia :
a. Untuk pria dan wanita usia 25-30 tahun, dalam sehari melakukan hubungan seks
hingga 3-5 kali, termasuk kategori normal
b. Untuk pria dan wanita usia 30-35 tahun, melakukan hubungan seks sebanyak 1-2 kali
dalam sehari, masih normal
c. Untuk pria dan wanita usia 35-40 tahun, melakukan hubungan seks sebanyak satu kali
sehari, masih dalam kategori normal
d. Untuk pria dan wanita usia 40-55 tahun, melakukan hubungan seks 3 hari sekali,
masih dalam kategori normal
e. Untuk pria dan wanita usia 55 tahun keatas, apalagi yang telah mencapai usia 60
tahun keatas, melakukan hubungan seks seminggu sekali, sebulan sekali, masih dalam
kategori normal
Tetapi itu semua tergantung pada keadaan psikis individu masing-masing.
Faktor asupan gizi :
wat gizi yang mempengaruhi fertilitas :
- Vitamin A, dan E
Õ sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menangkal serangan radikal bebas
terhadap sperma dan ovum.
Misalnya: wortel, seledri,jeruk.
- Vitamin B
Õ Bersama niasin, vitamin E dan zinc sebagai bahan dasar hormon reproduksi
wanita.
ontoh Bahan Makanan: Daging unggas, telur, ikan, kacang tanah, kedelai.
- Vitamin E
Õ Mencegah degenerasi system reproduksi (memudahkan organ reproduksi
mendapatkan pasokan oksigen segar).
ontoh Bahan Makanan: Telur, daging, makanan laut, kacang-kacangan yang
sudah berkecambah.
- Arginin
Õ Memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan.
ontoh Bahan Makanan: Kemangi, daging sapi, ikan, kacang-kacangan, ayam.
- Histamin
Õ Mempengaruhi system ejakulasi pada pria.
ontoh Bahan Makanan: Daging, ayam, tempe.
- Likopen
Õ Meningkatkan jumlah, memperbaiki struktur dan kegesitan sperma.
ontoh Bahan Makanan : Jambu biji merah dan semangka.
- winc
Õ Melincahkan sperma.
ontoh Bahan Makanan: Daging, hati, telur dan seafood.
- Kalium
Õ Mempengaruhi pengeluaran hormone reproduksi.
ontoh Bahan Makanan: Susu, mentega, ikan teri.
2. Proses
Terjadinya pembuahan dan kehamilan dimulai dengan masuknya sperma dalam
saluran kelamin wanita dan bertemu dengan ovum atau sel telur di dalam saluran
ovarium (tuba falopii). Hasil pembuahan (embrio) itu digerakkan
menuju rahim untuk berkembang di dalamnya. Proses berhasil tidaknya
proses kehamilan sangat dipengaruhi beberapa hal :
a. Metode kontrasepsi: Penggunaan kondom pada pria atau diafragma
pada wanita tidak memungkinkan terjadinya proses pembuahan.
b. Beberapa kelainan anatomis, seperti kelainan pada rahim atau
saluran kelamin lainnya dapat mengganggu proses kehamilan.
c. Penyakit seperti myoma uteri, bukan saja menghalangi masuknya
sperma, tetapi juga mengakibatkan proses perlengketan embrio pada rahim
terganggu. Perlengketan atau tertutupnya tuba falopii dapat terjadi karena infeksi dan
peradangan, atau tumbuhnya jaringan ikat.
3. Waktu
Sel telur hanya dihasilkan satu kali setiap bulannya dan umurnya pun
pendek. Sehingga pengetahuan mengenai masa subur menjadi hal yang sangat
penting.
MANISFESTASI KLINIS
WANITA :
Kelainan hormon endokrin
Hypomenore / amenore
Perkembangan seks sekunder tidak adekuat (karena ada masalah di
ovarium,hipofisis,hipotalamus)
Wanita dengan sindrom turner (pendek,payudara tidak berkembang, gonad abnormal)
PRIA :
Status gizi dan nutrisi kurang terutama protein
Riwayat inflamasi genitourinaria
Hipertiroidisme / hipotiroidisme
Tumor hipofisis
Disfungsi ereksi berat
Ejakilasi retrograde
Hipospadia / epispadia
Mikropenis
PEMERIKSAAN INFERTILITAS
Pemeriksaan pisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( seperti distribusi lemak tubuh dan
rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi
1. Wanita
· Deteksi Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi digunakan untuk mengetahui ovulasi (pelepasan sel telur)
a. atat suhu basal dalam suatu kurve: jika siklus suhu ovulator, maka suhu basal
bersifat bifasis. Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan
pengaruh progesteron
b. Dengan pemeriksaan vagina smear; pembentukan progesteron menimbulkan
perubahan-perubahan sitologis pada sel-sel superfisial.
c. Pemeriksaan lendir serviks: adanya progesteron menimbulkan perubahan sifat
lendir serviks ialah lendir tersebut menjadi lebih kental, juga gambaran fern
(daun pakis) yang terlihat pada lendir yang telah dikeringkan hilang.
d. Pemeriksaan endometrium: kurtase pada hari pertama haid atau pada fase
premenstruil menghasilkan endometrium dalam atadium sekresi dengan
gambaran histologis yang khas.
e. Pemeriksaan hormon seperti estrogen, ISH dan pregnandiol.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. pengkajian BBT (basal body temperature )
Setiap pagi, sebelum beranjak daru tempat tidur, dilakukan pengukuran suhu
tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-1°, berarti sedang terjadi
ovulasi.
ara mengukur sendiri suhu basal tubuh :
1. Guncang thermometer hingga dibawah 36 dan siapkan termometer
didekat tempat tidur. Setelah bagun tidur letakkan thermometer dimulut
selama 10 menit penting bagi anda jangan banyak bergerak, tetap berbaring
dan istirahat dengan mata tertutup sampai selesai. Setelah 10 menit baca dan
catat suhu pada grafik saat tanggal pemeriksaan itu.
2. Dengan memeriksa lendir rahim dibawah mikroskop, pada saat subur
akan tampak bentuk seperti daun pakis yang sempurna.
3. Pemeriksaan USG melalui vagina, dengan ini dapat dilihat dengan
jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur.
(Kurniawan, 2008).
· Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
· Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
Tes ini dilakukan pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol
mencapai kadar tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal,
lendir servikal adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa
terputus. Bila dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
· Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
Biopsi endometrium terjadiwal. Dilakukan dengan dua metode:
a) Diimplementasi 3-4 hari setelah menstruasi berikutnya. Dengan wanita
ditutupi selimut dan dalam posisi litotomi, spekulum vagina diinsersi ke dalam
vagina. Dengan menggunakan aspirator vabra berlumen kecil, sebuah sampel
endometrium diambil
b) Metode kedua dilakukan sebagai berikut:
Pasangan dianjurkan tidak mmelakukan hubungan seksual selama
periode ³fertilM yang pertama supaya embrio tidak keluar setelah
prosedur.
Serviks didilatasi menggunakan laminaria 4-24 jam sebelum prosedur
yang tidak membutuhkan analgesia dilakukan. Laminaria merupakan
insersi rumput laut kemasan berbentuk tipis dan berukuran kecil atau
dilator osmotik sintesis yang jika diinsersi ke dalam serviks, menyerap
kelembaban, mengembang, dan denga demikian membuat serviks
berdilatasi.
Wanita berbaring dalam posisi litotomi dan diselimuti kemudian
spekulum diinsersi.
Laminaria diangkat
Apabila sebelumnya tidak didilatasi dengan laminaria, serviks
didilatasi pada saat ini dengan dilator rod logam. Analgesia atau
anastesia seringkali dibutuhkan.
Sebuah spesimen kecil endometrium diambil dari dinding samping di
dalam fundus supaya embrio tidak terlepas jika konsepsi telah terjadi.
(jika implantasi terjadi, biasanya implantasi terjadi di bagian atas
fundus, baik di bagian posterior maupun anterior)
· Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
· Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
· Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
Pertubasi : pemeriksaan potensi tuba dengan cara memasukan O2 ke mulut rahim,
lalu melalui tuba, lalu diukur menggunakan alat ukur. Aalat ukur itulah yang dapat
memeperkirakan keberadaaan salur tuba dan keadaan tersumbatnya segaian ataupun
total
Hidrotubasi : pemeriksaan tuba dengan cara memasukan cairan kombinasi antibiotika
dan aqua steril dalam jumlah 15-20 cc melalui mulut rahim menuju rahim lalu
masuk ke tuba dan bila cairan tersebut kembali lagi ke vagina maka dapat di
simpulkan terjadi gangguan atau sumbatan di tuba fallopi.
2. Pria
· Analisa Semen
Parameter :
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 ± 7,8
Volume 2 ± 5 ml
Viskositas 1,6 ± 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel ± sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
· Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika
kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna
untuk menilai kadar hormon tesrosteron, pSH, dan LH.
· USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.
· Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
· Uji penetrasi sperma
· Uji hemizona
PENATALAKSANAAN INFERTILITAS
A. Wanita
· Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
· Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
· GIpT ( gemete intrafallopian transfer )
· Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
· Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
· Pengangkatan tumor atau fibroid
· Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
· Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
· Agen antimikroba
· Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
· HG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
· pSH dan HG untuk menyelesaikan spermatogenesis
· Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
· Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
· Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
· Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
· Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
- Terapi oklusi: suami mengguanakan kondom selama 6-9 bulan bila istri mempunyai
faktor imunologis sebagai penyebab fertilitasnya. Tujuannya untuk mengurangi titer
antibodi antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik.
PENCEGAHAN INFERTILITAS
Jauhi rokok karena dalam penelitian lebih dari 1 bks/ hari menurunkan kesempatan
hamil >20%
Kurangi etrpapar lingkungan yang tercemar polusi karena dapat menurunkan kualitas
sperma
Jangan konsumsi narkoba karena narkoba mengganggu sekresi hormone GnRH
jauhi alcohol karena pada wanita alcohol dapat menurunkan sekresi estrogen dan
progesterone, sedangkan pada pria dapat menurunkan ukuran testis dan motilitas
sperma jadi tidak bagus. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan
rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan
sperma. Mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan
sperma, sehingga penghentian penggunaan mariyuana dan alkohol merupakan usaha
preventif untuk infertilitas.
Mengobati infeksi di organ reproduksi. Ada berbagai jenis infeksi diketahui
menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar, maupun saluran
sperma.
Menghindari rokok. Rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan,
jumlah dan kualitas sperma.
Menghindari Alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan
dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu
pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab
gangguan pertumbuhan sperma.
Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi, dll
Para ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan bahwa
sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji
pernikahan. Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata salah
seorang atau keduanya menderita gangguan tertentu.
Jenis pemeriksaannya antara lain :
Pemeriksaan darah
Dilakukan untuk memastikan si calon ibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada
darah dan sebagainya.
Dalam pengalaman medis, kadang kala ditemukan gejala anti phospholipid syndrome
(APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga
kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya
para dokter akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah , sehingga pada saat
pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Pemeriksaan terhadap TORH (toksoplasma, rubella, cytomegalo, dan herpes)
Dilakukan untuk memeriksa apakah calon ibu terjangkin virus toksoplasma ataupun
virus yang lainnya karena virus ini bisa mengakibatkan kecacatan pada bayi.
Pemeriksaan sperma
Dilakukan dalam 3 kategori, yakni :
1. Jumlah sperma : harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya.
2. Bentuk sperma : harus memiliki bentuk normal lebih dari 30% dan sedikitnya
14% sperma harus sudah terbentuk dengan normal saat menuju sel telur.
3. Gerakan sperma : harus lebih dari 50% sperma terlihat pergerakannya.
Pemeriksaan Rhesus
Pemeriksaan resus untuk pasangan campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda
sangatlah penting. Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan Indonesia memiliki resus
darah positif. Sedangkan bangsa Eropa dan Kaukasia biasanya memiliki resus negatif.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif, maka biasanya
disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini karena tidak
mungkin janin akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun
pasangan ingin tetap mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga.
O Pemeriksaan darah Anticardiolipin Antibodi (AA)
Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam
rahimnya.
Pemberian suntikan tetanus
Suntikan Tetanus Toxoid sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina mempelai wanita yang diakibatkan
hubungan seksual pertama. Suntikan TT biasanya juga diperlukan dan dianjurkan oleh
para medis bagi para ibu hamil di usia kehamilan 5-6 bulan untuk mencegah
terjadinya tetanus pada luka ibu ataupun bayi saat proses kelahiran.
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Pada pria
Nama : Tn. O
Umur : 37 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan PT
Agama : Islam
Suku : Jawa
b. Pada wanita
Nama : Ny. I
Umur : 36 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Infertilitas
2. Keluhan utama : Belum mempunyai anak
3. Riwayat kesehatan sekarang : Belum mempunyai anak
4. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak ditemukan riwayat penyakit yang berhubungan
dengan system genitourinaria
5. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga Tn. O dan Ny. I tidak mempunyai penyakit
keturunan dan merupakan keluarga yang mudah memperoleh keturunan
6. Riwayat obstetric : Menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus teratur tiap bulan,
tidak ada dismenore, tidak pernah mencatat tanggal haid
7. Aspek psiko ± sosio ± spiritual ± budaya :
Psikologis : Ny. I tegang, sedih, kecewa karena suaminya tega menyakitinya
dengan berselingkuh sejak 3 bulan yang lalu dengan gadis lain yang diketahui
mantan kekasihnya di SMA dulu, kesedihan cukup lama yaitu keadaan rumah
tangga sudah 6 tahun menikah belum mempunyai anak, merasa dirinya sebagai
perempuan yang tidak bisa membahagiakan suami
Social : Tidak merasakan keadaan infertilitas yang dialaminya mengganggu
interaksi dengan suami maupun dengan tetangga sekelilingnya
Spiritual : Tn. O solatnya sering tidak lengkap karena sibuk dengan pekerjaannya,
Ny. I taat menjalankan solat 5 waktu
Budaya : Kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku pada suku jawa jika pasangan
suami istri belum mempunyai keturuann maka menjadi aib keluarga dan pusat
pembicaraan dan perhatian tetangga sekelilingnya dan yang menjadi pihak yang
dipermasalahkan biasanya pada wanita meskipun pria juga berpeluang menjadi
penyebab infertilitas, biasanya juga dianjurkan untuk mengadopsi anak dengan
tujuan memancing agar diberikan keturunan.
8. Pola kebiasaan : Ny. I sering membaca buku ± buku yang berhubungan infertilitas,
Tn. O mempunyai kebiasaan merokok 2 bungkus/hari dan sering lupa makan karena
sibuk dengan pekerjaannya
9. Riwayat hubungan seksual : Tn. O dan Ny. I melakukan hubungan suami istri 4 ±
5x/minggu
10.Respon keluarga : Keluarga menganggap keadaan infertilitas yang dialami sebagai
cobaan dari Allah
11.Riwayat dengan tenaga kesehatan : Ny. I belum mempunyai rencana menggunakan
uang tabungan untuk berobat
Analisa data :
1. DO : Ny. I sering berpikir suaminya selingkuh karena ia belum bisa memberikan
keturunan, sehingga ia sering merasa dirinya sebagai perempuan yang tidak bisa
membahagiakan
Etiologi : InfertilitasÕkekecewaan Tn. OÕTn. O selingkuhÕkekecewaan Ny.IÕmerasa
dirinya tidak berhargaÕGangguan harga diri
Diagnosa : Gangguan Konsep Diri,Harga Diri Rendah b.d. perasaan gagal sekunder
infertilitas
2. DO : Ny. I belum mempunyai rencana untuk menggunakan uang tabungannya untuk
berobat
Etiologi : InfertilitasÕtidak mengetahui jalan keluarÕmasalah semakin berlarut-
larutÕKoping keluarga tidak efektif
Diagnosa : Koping Indivdu/Keluarga Tidak Efektif b.d. ketidaktahuan mengenai masalah
yang terjadi
3. DO : Ny. I sudah membaca buku tetapi belum punya rencana
Diagnosa : Potensial Peningkatan Pemeliharaan Kesehatan
Rencana Asuhan Keperawatan Infertilitas