You are on page 1of 30

c 

 
 
à  


    

      

     

! " #     

à    $ 

%  % &   

  '( 

)**    $ 

%  + , "   

 '   

- * à" #    $ 

 -. %  .  $ 

/0 
00 1 

  c   
     
KASUS 2
Seorang klien bernama Ny. I dan Tn. O datang ke poli infertil untuk berobat dengan keluhan
belum memiliki anak. Ny. I tinggal berdua dengan suaminya Tn. O. Tn. O, 37 tahun bekerja
di PT, Ny. I, 36 tahun ibu rumah tangga. Tn. O dan Ny. I berpendidikan sarjana. Ny. I sering
membaca buku-buku yang berhubungan dengan infertilitas. Ny. I taat menjalankan shalat 5
waktu, Tn. O shalatnya sering tidak lengkap karena sibuk dengan pekerjaannya sebagai
karyawan PT, bahkan sering lupa makan. Tn. O memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus per
hari. Tn. O dan Ny. I berasal dari Jawa. Pada awal menikah tidak ada masalah, keluarga
menganggap keadaan infertilitas yang dialami sebagai cobaan dari Allah. Namun, sejak 3
bulan yang lalu, suaminya selingkuh dengan gadis lain yang diketahui sebagai mantan
kekasihnya di SMA dulu. Hal ini membuat Ny. I tegang, sedih, dan kecewa karena suaminya
tega menyakitinya dengan berselingkuh. Padahal ia merasa bahwa kebutuhan lahir dan batin
suaminya telah ia layani, termasuk hubungan suami istri yang biasa ia dan suami lakukan 4-5
kali/ minggu. Kesedihan lain yang sudah cukup lama dirasakan oleh Ny. I adalah keadaan
rumah tangganya yang sudah 6 tahun menikah tapi belum punya anak. Ny. I sering berpikir
bahwa suaminya mejadi berselingkuh karena dirinya belum bisa memberi keturunan sehingga
ia merasa dirinya sebagai perempuan yang tidak bisa membahagiakan. Saat ini, Ny. I belum
mempunyai rencana menggunakan uang tabungannya untuk berobat. Dari riwayat keluarga,
baik keluarga Tn. O dan Ny. I tidak mempunyai penyakit keturunan dan merupakan keluarga
yang mudah memperoleh keturunan.
Hasil dari wawancara tidak ditemukan riwayat penyakit yang berhubungan dengan sistem
genitourinaria.
Riwayat obsetri : menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus teratur tiap bulan, tidak ada
dismenorea, tidak pernah mencatat tanggal haid. Ny. I tidak merasakan keadaan infertilitas
yang dialaminya mengganggu interaksi dengan suami maupun dengan tetangga sekelilingnya.

STEP 1
1. Riwayat obsetri (Wawan)
2. Genitourinaria (Tiara r)
3. Infertilitas (nina)

1. Infertilitas : tidak bisa hamil dalam 1 tahun (Tiara T), ketidaksuburan (Nura)
2. Genitourinaria :saluran genito dan urinaria (Okky)
3. LO

STEP 2
1. Konsep infertilitas (Dina)
  Hubungan riwayat merokok dan infertil (Yenny)
  Tanda gejala infertilitas (t¶Ulfa)
  Perbandingan fertil dan infertil / perbadaan (Nura)
  Hubungan testoteron dan infertil (Okky)
  ara menghitung masa subur (Nina)
  Waktu dan proses terjadi fertilisasi (wawan)
  Prevalensi kasus( Jojo)
  Infertilitas bisa diobati/ tidak (Nesthi)
  Infertilitas bisa dideteksi dini tidak (Dina)
  Hubungan psikologis dan pembuahan ( Yenny)
  Yang mengalami infertil pada kauss (Wawan)
  Hubungan dismenorea dan infertilitas ( Jojo)
  Hubungan karyawan dan lupa makan dan infertil (Okky)
  pase koitus dan hubungannya dengan infertil (Siska)
  prekuensi berhubungan dengan terjadinya fertilisasi (Wawan)
  Infertil dan mandul sama atau tidak (Tiara T)
2. Apa yang harus dikaji dalam kasus ini (Tiara R)
  Penanganannya dan penkes (Okky)
  Psikis, sosial, budaya
  Dampak psikologis Ny. I (Jojo)
  Pengaruh kultur pada masalah ini ( Tiara R )
  Adopsi anak dapat memancing anak, benar tidak ( Jojo)
  Data penunjang infertilitas (Tiara T)
3. Diagnosa keperawatn yang muncul (Nina)
4. Peran perawat pada kasus infertilitas (Siska)

STEP 3
1. Infertilitas : tidak punya anak, fertil : mempunyai anak
Etiologi :
Rokok mempengaruhi kualitas sperma (Tiara R)
Kualitas sperma akibat sperma belum matur (Dina), sperma yang sehat 3 hari sekali
(Jojo)
sperma tidak mencapai ovum/ tidak dihasilkan sperma (Tiara T)
Makanan yang dimakan berpengaruh pada kualitas sperma (Nina)
Gangguan pelepasan ovum, kista ovarium (Yenny)
paktor kelelahan (Wawan) dan psikologis (Nura), usia lebih dari 30 tahun (Dina)
Tidak ada lendir di vagina dan uterus (Siska)
Tidak mencapai orgasme pada saat berhubungan (Tiara R)
Manifestasi klinik :
Siklus menstruasi tidak teratur, amenorea (Dina)
Tidak bisa ereksi (Wawan)
Kualitas sperma menurun (all)
2. Pengkajian :
Gaya hidupnya (Wawan )
Riwayat menstruasi, konsepsi, kehidupan seks pasca menikah, status nutrisi (Yenny)
Riwayat keturunan (Siska)
Riwayat kesehatan organ (Dina)
Pem.diagnostik : laparoskopi (Yenny), cara pemeriksaan sperma (Nina), ukur suhu
tiap hari, pemeriksaan lendir (Dina)
Penanganan :
Kontrol ke dokter, periksa sperma dan ovum, cari solusi dari masalh (Okky), periksa
alat genital, inseminasi (Nura) dilakukan bila rahim ibunya siap ( Anis)
Peran kultur budaya pada kasus infertil :
Kebanyakan menyalahkan perempuan dalam tipa daerah (Dina)

3. masalah keperawatan yang terjadi :


komunikasi tidak efektif (Okky)
koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan ( Tiara R)
Ansietas (Nura)
HDR ( Tiara T)

4. peran perawat :
konselor, edukator, komunikator, fasilitator (Nina)
care provider (Jojo)
STEP 4


  
  &2 0
   . 

 



 
  à0   
  3
    0 *  
à  * | ||   & .  
0  *
  & 0   
    


 
  


  &* 4 
       
STEP 5   2 
LO : Mind map dan step 2
PEMBAHASAN KASUS (REPORTING)

KONSEP FERTILITAS
Definisi
pertilitas merupakan kadar kesuburan wanita, kemampuan seorang istri untuk menjadi
hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya, atau hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita.
pertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di
tuba falopi. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani
yang berisi sel±sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika sanggama terjadi dalam
sekitar masa ovulasi (disebut masa subur wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam
saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada
saat ovulasi.

Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :


1. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba
falopi umumnya di daerah ampula / infundibulum.
Proses Fertilisasi
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba falopi.
Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi miometrium dan dinding tuba
yang juga terjadi saat sanggama.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada
ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopi. Ovum yang dikelilingi oleh
perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5±10 ȝm, yang disebut zona pelusida.
Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning,
membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60 - 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi,
beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai
rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopi yang sempit dan
beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba
fallopi. Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma
dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat ±
zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas
dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang
dapat melarutkan korona radiata, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan
dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum.
Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma
tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa
menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat.
Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah
terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali
terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi:
1. Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
2. Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit
definitif yang kemudian menjadi pronukleus wanita
3. Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.
4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
5. Pronukleus pria dan wanita. Masing ± masing haploid bersatu dan membentuk zygot yang
memiliki jumlah DNA genap / diploid.

Gambar Pembuahan Ovum

Keterangan :
A, B,  dan D : Ovum dengan korona radiata
E : Ovum dimasuki spermatozoa
p dan G : Pembentukan benda kutub kedua dan akan bersatunya kedua
pronukleus yang haploid untuk menjadi zigot

Hasil utama pembuahan :


1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari
ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.
2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y
yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.
3. Permulaan pembelahan dan stadium ± stadium pembentukan dan perkembangan
embrio (embriogenesis).

Pada pria masa fertilitas tertinggi terjadi antara 24 dan 35 tahun dimana pada saat itu
merupakan tingkat kesehatan fisik dan mental tertinggi. Pria ini tidak memiliki abnormalitas
organ-organ reproduktif dan memiliki jumlah sperma 90-300 juta per militer, dengan paling
tidak 75% bentuk sperma normal dan sperma motilitas aktif. Pda wanita fertilitas tertinggi
pada usia 20-30 tahun dimana kesehatan fisik dan mental dalam keadaan tinggi. Wanita ini
tidak memiliki kelainan organ-organ reproduktif atau siklus menstruasi serta menghasilkan
ovum secara teratur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas


Secara umum, fungsi fertilitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. paktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas
b. paktor yang mempengaruhi hubungan kelamin adalah umur/usia
c. Lamanya berstatus menikah
d. prekuensi senggama
e. paktor mortalitas karena sebab-sebab tidak disengaja dan yang disengaja

paktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan ada
kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi. paktor-faktor yang langsung memiliki kaitan
dengan ketiga tahap tersebut ³ *ariabel antaraM. Variabel antara tersebur terdiri atas :
a) paktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin adalah umur memulai
hubungan kelamin, selibat permanen (proporsi wanita yang tak pernah mengadakan
hubungan kelamin), lamanya berstatus kawin, abstinensi sukarela, abstinensi
terpaksa ( misal sakit, berpisah sementara) dan frekuensi senggama.
b) paktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi antar lain
fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja,
pemakaian kontrasepsi, dan strerilisasi atau fekunditas dan infekunditas yang
disengaja.
c) paktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan yautu mortalitas karena sebeb-sebab
tidak sengaja dan yang disengaja.
Selain itu, faktor frekuensi senggama dan gizi juga berpengaruh [ada kemampuan
seseorang dalam fertilitas :
Frekuensi hubungan seks
Menurut oyub, frekuensi seks setiap pasangan suami istri tidak sama, tergantung usia :
a. Untuk pria dan wanita usia 25-30 tahun, dalam sehari melakukan hubungan seks
hingga 3-5 kali, termasuk kategori normal
b. Untuk pria dan wanita usia 30-35 tahun, melakukan hubungan seks sebanyak 1-2 kali
dalam sehari, masih normal
c. Untuk pria dan wanita usia 35-40 tahun, melakukan hubungan seks sebanyak satu kali
sehari, masih dalam kategori normal
d. Untuk pria dan wanita usia 40-55 tahun, melakukan hubungan seks 3 hari sekali,
masih dalam kategori normal
e. Untuk pria dan wanita usia 55 tahun keatas, apalagi yang telah mencapai usia 60
tahun keatas, melakukan hubungan seks seminggu sekali, sebulan sekali, masih dalam
kategori normal
Tetapi itu semua tergantung pada keadaan psikis individu masing-masing.
Faktor asupan gizi :
wat gizi yang mempengaruhi fertilitas :
- Vitamin A,  dan E
Õ sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menangkal serangan radikal bebas
terhadap sperma dan ovum.
Misalnya: wortel, seledri,jeruk.
- Vitamin B
Õ Bersama niasin, vitamin E dan zinc sebagai bahan dasar hormon reproduksi
wanita.
ontoh Bahan Makanan: Daging unggas, telur, ikan, kacang tanah, kedelai.
- Vitamin E
Õ Mencegah degenerasi system reproduksi (memudahkan organ reproduksi
mendapatkan pasokan oksigen segar).
ontoh Bahan Makanan: Telur, daging, makanan laut, kacang-kacangan yang
sudah berkecambah.
- Arginin
Õ Memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan.
ontoh Bahan Makanan: Kemangi, daging sapi, ikan, kacang-kacangan, ayam.
- Histamin
Õ Mempengaruhi system ejakulasi pada pria.
ontoh Bahan Makanan: Daging, ayam, tempe.
- Likopen
Õ Meningkatkan jumlah, memperbaiki struktur dan kegesitan sperma.
ontoh Bahan Makanan : Jambu biji merah dan semangka.
- winc
Õ Melincahkan sperma.
ontoh Bahan Makanan: Daging, hati, telur dan seafood.
- Kalium
Õ Mempengaruhi pengeluaran hormone reproduksi.
ontoh Bahan Makanan: Susu, mentega, ikan teri.

Sebagai µaturan umum¶ sederhana, pentingnya fertilitas untuk mendapatkan bantuan


medis bergantung pada 3 faktor:
Studi Perbedaan Fertilitas di Indonesia
a) Tempat tinggal wanita saat pencacahan. Perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal,
menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi daripada di
pedesaan. Hal ini diakibatkan karena tingkat fertilitas di kota disebabkan oleh
tingginya tingkat ³memory lapseM wanita pedesaaan yang tinggal di daerah kota.
Mengingat perbedaan hanya sedikit, ini juda dimungkinkan oleh konsep urban atau
rural yang dipakai. Konsep tersebut lebih menekankan pada fasilitas fisik di suatu
daerah daripada cara hidup penduduk yang tinggal di daerah tersebut
b) Tingkat Pendidikan, pada dasarya makin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
wanita, makin rendah fertilitasnya. Pada intinya hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya.
c) Umur Perkawinan Pertama, bahwa makkin muda seorang melakukan perkawinan
makin panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin muda seseorang
melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi
hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas negatif .
d) Pengalaman Bekerja, ukuran yang dipakai untuk factor pengalaman bekerja berbeda-
beda, missal jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, kegiatan yang
biasanya dilakukan.. Beradsaran penelitian, wanita yag mengurus rumah tangga saja
cenderung untuk memiliki anak yang lebih banyak daripada wanita yang bekerja.
B. KONSEP INFERTILITAS
DEFINISI
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh keturunan pada
pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan melakukan senggama secara teratur
(Depkes RI,2008)
Infertilitas adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan
kehamilan dan kelahiran bayi hidup (Hermawanto, 2008).
Infertilitas adalah kegagalan sepasang suami istri untuk hamil selama 12 bulan atau lebih
dengan koitus yang teratur dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Wiknjosastro, 2005).
Infertilitas adalah tidak terjadi konsepsi setelah satu tahun (Scott, 2004).
KLASIpIKASI INpERTILITAS :
1. Infertilitas primer, yaitu keadaan infertilitas yang dialami
pasangan suami istri sejak awal mereka menikah.
2. Infertilitas sekunder, yaitu keadaan infertilitas yang dialami pasangan suami istri
yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah.

Secara umum, infertilitas berhubungan dengan kondisi fisik, proses dan


waktu.
1. Kondisi pisik
Kesuburan sangat ditentukan oleh kondisi fisik suami dan istri. Hal ini berhubungan
dengan proses pembentukan serta kualitas sperma atau sel
telur. Testis dapat menghasilkan 100-200 juta sel per hari atau 1 triliun
sel selama hidup. Pematangan sperma terjadi kurang lebih 70 hari. Dalam
saluran kelamin perempuan, sel sperma dapat hidup dan membuahi sel telur
antara 3-5 hari. Ovarium dapat menghasilkan1 sel telur setiap bulan. Bila tidak
dibuahi, maka sel telur itu akan mati dan turun pada saat haid.

Kualitas sperma dan sel telur dipengaruhi banyak faktor, diantaranya :


a. Secara alamiah perempuan mengalami fase menopause yang biasanya terjadi antara
usia 40-50 tahun. Pada fase ini, lemungkinan untuk memperoleh keturunan lebih
kecil. Berbeda dengan laki-laki, proses andropause yakni penurunan masa produktif
biasanya terjadi saat usia yang sangat lanjut.
b. Beberapa kelainan genetika dapat berpengaruh pada kesuburan
terutama yang berhubungan dengan anatomi kelamin dan sistem hormonal pada
suami maupun istri.
c. Penyakit tertentu, misalnya infeksi pada saluran kelamin, varicocel pada pria, kista
ovarium, mioma uteri pada wanita, dapat menghambat kehamilan.
d. Kebiasaan merokok dan minum alcohol terbukti mengurangi
kualitas kesuburan.
e. Menurut penelitian, kegemukan dapat mempengaruhi kesuburan.
Pada wanita yang kegemukan terdapat kelainan pada sekresi hormon
gonadotropin oleh kelenjar hipofisis. Kelainan ini pada akhirnya mempengaruhi
produksi hormon estrogen dan progesteron.
f. Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia dan polusi tinggi juga dapat
mengurangi kualitas kesuburan.
g. Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres dapat mengganggu
kualitas dan proses kesuburan.

2. Proses
Terjadinya pembuahan dan kehamilan dimulai dengan masuknya sperma dalam
saluran kelamin wanita dan bertemu dengan ovum atau sel telur di dalam saluran
ovarium (tuba falopii). Hasil pembuahan (embrio) itu digerakkan
menuju rahim untuk berkembang di dalamnya. Proses berhasil tidaknya
proses kehamilan sangat dipengaruhi beberapa hal :
a. Metode kontrasepsi: Penggunaan kondom pada pria atau diafragma
pada wanita tidak memungkinkan terjadinya proses pembuahan.
b. Beberapa kelainan anatomis, seperti kelainan pada rahim atau
saluran kelamin lainnya dapat mengganggu proses kehamilan.
c. Penyakit seperti myoma uteri, bukan saja menghalangi masuknya
sperma, tetapi juga mengakibatkan proses perlengketan embrio pada rahim
terganggu. Perlengketan atau tertutupnya tuba falopii dapat terjadi karena infeksi dan
peradangan, atau tumbuhnya jaringan ikat.

3. Waktu
Sel telur hanya dihasilkan satu kali setiap bulannya dan umurnya pun
pendek. Sehingga pengetahuan mengenai masa subur menjadi hal yang sangat
penting.

MANISFESTASI KLINIS
WANITA :
  Kelainan hormon endokrin
  Hypomenore / amenore
  Perkembangan seks sekunder tidak adekuat (karena ada masalah di
ovarium,hipofisis,hipotalamus)
  Wanita dengan sindrom turner (pendek,payudara tidak berkembang, gonad abnormal)
PRIA :
  Status gizi dan nutrisi kurang terutama protein
  Riwayat inflamasi genitourinaria
  Hipertiroidisme / hipotiroidisme
  Tumor hipofisis
  Disfungsi ereksi berat
  Ejakilasi retrograde
  Hipospadia / epispadia
  Mikropenis

PEMERIKSAAN INFERTILITAS
Pemeriksaan pisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( seperti distribusi lemak tubuh dan
rambut yang tidak sesuai ).
Pemeriksaan System Reproduksi
1. Wanita
· Deteksi Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi digunakan untuk mengetahui ovulasi (pelepasan sel telur)
a. atat suhu basal dalam suatu kurve: jika siklus suhu ovulator, maka suhu basal
bersifat bifasis. Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan
pengaruh progesteron
b. Dengan pemeriksaan vagina smear; pembentukan progesteron menimbulkan
perubahan-perubahan sitologis pada sel-sel superfisial.
c. Pemeriksaan lendir serviks: adanya progesteron menimbulkan perubahan sifat
lendir serviks ialah lendir tersebut menjadi lebih kental, juga gambaran fern
(daun pakis) yang terlihat pada lendir yang telah dikeringkan hilang.
d. Pemeriksaan endometrium: kurtase pada hari pertama haid atau pada fase
premenstruil menghasilkan endometrium dalam atadium sekresi dengan
gambaran histologis yang khas.
e. Pemeriksaan hormon seperti estrogen, ISH dan pregnandiol.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. pengkajian BBT (basal body temperature )
Setiap pagi, sebelum beranjak daru tempat tidur, dilakukan pengukuran suhu
tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-1°, berarti sedang terjadi
ovulasi.
ara mengukur sendiri suhu basal tubuh :
1. Guncang thermometer hingga dibawah 36  dan siapkan termometer
didekat tempat tidur. Setelah bagun tidur letakkan thermometer dimulut
selama 10 menit penting bagi anda jangan banyak bergerak, tetap berbaring
dan istirahat dengan mata tertutup sampai selesai. Setelah 10 menit baca dan
catat suhu pada grafik saat tanggal pemeriksaan itu.
2. Dengan memeriksa lendir rahim dibawah mikroskop, pada saat subur
akan tampak bentuk seperti daun pakis yang sempurna.
3. Pemeriksaan USG melalui vagina, dengan ini dapat dilihat dengan
jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur.
(Kurniawan, 2008).

2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi


dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya
keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
Syarat :
 Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama
 Waktu sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat
seperti daun pakis
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
Keadaan dan sifat lendir serviks sangan mempengaruhi keadaan spermatozoa
a. Kentalnya lendir serviks
Lendir serviks yang cair lebih mudah dilalui spermatozoa. Pada stadium
proliferasi lendir serviks agak cair karena pengaruh estrogen, sebaliknya pada
stadium sekresi lendir serviks lebih kental karena pengaruh progesteron.
b. pH lendir serviks
lendir serviks bersifat alkalis dengan pH 9. Pada pH yang alkalis
spermatozoa dapat hidup lebih lama. Suasana menjadi asama pada servicitis.
c. Enzym proteolitik
Selain estrogen, enzim proteolitik seperti tripsin dan chemotripsin juga
mempengaruhi viscositas lendir serviks.
d. Dalam lendir serviks juga dapat ditemukan immunoglobulin yang dapat
menimbulkan agglutinasi dari spermatozoa.
e. Berbagai kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Biasanya pemeriksaan lendir serviks dilakukan dengan cara:
1) Sims Hunher Test
Pemeriksaan lendir serviks dilakukan post coitum sekitar waktu
ovulasi. Sims hunher test dianggap baik jika terdapat 5 spermatozoa
motil per 2ig2 powerfield. ara melakukan uji Sims Hunher:
 Hubungan seks normal 2-3 hari menjelang ovulasi
 Datang memeriksakan diri sekitar 3-7 jam
 Lendir serviks diusap dan dibaca di bawah mikroskop, hasil
yang baik terdapat spermatozoa 5-20, tidak terdapat reaksi
imunologis, kehamilan terjadi. Diulang dua kali dengan nterval
dua bulan. Sims hunher tes baik menandakan teknis citus baik,
lendir serviks normal, estrogen ovarial cukup, sperma cukup
baik.
2) Kurzoxk Miller Test
Dilakukan pada pertengahan siklus jika hasi Sims Hunher test kurang
baik. Satu tetes lendir serviks diletakkan berdampingan dengan tetes
sperma pada objek gelas. Dilihat apakah ada spermatozoa atau tidak.
Jika tidak ada invasi spermatozoa, lendir serviks kurang baik.
· Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium ± hipofisis ± hipotalamus. Dengan
pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.
Hormonal: pSH, LH, E2, PROGESTERON, PROLAKTIN
 pSH serum : 10 - 60 mIU/ml
 LH serum : 15 - 60 mIU/ml
 Estradiol : 200 - 600 pg/ml
 Progesteron : 5 - 20 mg/ml
 Prolaktin : 2 - 20 mg/ml

· Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
· Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
Tes ini dilakukan pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol
mencapai kadar tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal,
lendir servikal adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa
terputus. Bila dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
· Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
Biopsi endometrium terjadiwal. Dilakukan dengan dua metode:
a) Diimplementasi 3-4 hari setelah menstruasi berikutnya. Dengan wanita
ditutupi selimut dan dalam posisi litotomi, spekulum vagina diinsersi ke dalam
vagina. Dengan menggunakan aspirator vabra berlumen kecil, sebuah sampel
endometrium diambil
b) Metode kedua dilakukan sebagai berikut:
 Pasangan dianjurkan tidak mmelakukan hubungan seksual selama
periode ³fertilM yang pertama supaya embrio tidak keluar setelah
prosedur.
 Serviks didilatasi menggunakan laminaria 4-24 jam sebelum prosedur
yang tidak membutuhkan analgesia dilakukan. Laminaria merupakan
insersi rumput laut kemasan berbentuk tipis dan berukuran kecil atau
dilator osmotik sintesis yang jika diinsersi ke dalam serviks, menyerap
kelembaban, mengembang, dan denga demikian membuat serviks
berdilatasi.
 Wanita berbaring dalam posisi litotomi dan diselimuti kemudian
spekulum diinsersi.
 Laminaria diangkat
 Apabila sebelumnya tidak didilatasi dengan laminaria, serviks
didilatasi pada saat ini dengan dilator rod logam. Analgesia atau
anastesia seringkali dibutuhkan.
 Sebuah spesimen kecil endometrium diambil dari dinding samping di
dalam fundus supaya embrio tidak terlepas jika konsepsi telah terjadi.
(jika implantasi terjadi, biasanya implantasi terjadi di bagian atas
fundus, baik di bagian posterior maupun anterior)
· Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
· Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
· Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
  Pertubasi : pemeriksaan potensi tuba dengan cara memasukan O2 ke mulut rahim,
lalu melalui tuba, lalu diukur menggunakan alat ukur. Aalat ukur itulah yang dapat
memeperkirakan keberadaaan salur tuba dan keadaan tersumbatnya segaian ataupun
total
  Hidrotubasi : pemeriksaan tuba dengan cara memasukan cairan kombinasi antibiotika
dan aqua steril dalam jumlah 15-20 cc melalui mulut rahim menuju rahim lalu
masuk ke tuba dan bila cairan tersebut kembali lagi ke vagina maka dapat di
simpulkan terjadi gangguan atau sumbatan di tuba fallopi.
2. Pria
· Analisa Semen
Parameter :
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 ± 7,8
Volume 2 ± 5 ml
Viskositas 1,6 ± 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel ± sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
· Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika
kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna
untuk menilai kadar hormon tesrosteron, pSH, dan LH.
· USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula
seminalis, atau seluran ejakulatori.
· Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai
metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
· Uji penetrasi sperma
· Uji hemizona

PENATALAKSANAAN INFERTILITAS
A. Wanita
· Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
· Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
· GIpT ( gemete intrafallopian transfer )
· Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
· Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
· Pengangkatan tumor atau fibroid
· Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
· Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
· Agen antimikroba
· Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
· HG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
· pSH dan HG untuk menyelesaikan spermatogenesis
· Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
· Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
· Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
· Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
· Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
- Terapi oklusi: suami mengguanakan kondom selama 6-9 bulan bila istri mempunyai
faktor imunologis sebagai penyebab fertilitasnya. Tujuannya untuk mengurangi titer
antibodi antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik.

Penanganan beberapa masalah infertilitas disesuaikan dengan hasil pemeriksaan yang


dilakukan Tn. O dan Ny. I. Beberapa kemajuan cara pengobatan infertilitas, yaitu :
1. Superovulation dan intrauterine insemination
ara ini menggunakan hormon untuk menstimulasi proses ovulasi sel telur dan sperma di
dalam uterus.
2. In Vitro pertilisasi.
Menggunakan hormon untuk menstimulasi proses ovulasi sel telur dan memperoleh sel
telur. pertilisasi dilakukan di laboratorium dan kemudian mentransfer hasil embrio ke
dalam uterus.
3. Gamet Intra fallopian transfer
Menggunakan peralatan yang disebut laparoskopi sebagai tempat fertilisasi sel telur dan
sperma ke dalam tuba fallopi dengan cara membuat lubang kecil pada perut.
4. wygote Intrafallopian transfer.
Proses infertilisasi yang dilakukan di laboratorium dan kemudian menggunakan
laparoskopi untuk mentransfer zigot ke dalam tuba fallopi.

Terapi dengan pola kebiasaan hidup


1. Berusaha dan berdoa
2. Melakukan pemeriksaan ke dokter
3. Sabar, optimis, dan komunikasi yang baik antar suami-istri untuk memutuskan terapi
yang tepat untuk mereka
4. Berperilaku hidup sehat, meliputi :
a. Diet (pola makan) yang sehat
b. Latihan jasmani : olahraga teratur ĺ BB ideal

PENCEGAHAN INFERTILITAS
  Jauhi rokok karena dalam penelitian lebih dari 1 bks/ hari menurunkan kesempatan
hamil >20%
  Kurangi etrpapar lingkungan yang tercemar polusi karena dapat menurunkan kualitas
sperma
  Jangan konsumsi narkoba karena narkoba mengganggu sekresi hormone GnRH
  jauhi alcohol karena pada wanita alcohol dapat menurunkan sekresi estrogen dan
progesterone, sedangkan pada pria dapat menurunkan ukuran testis dan motilitas
sperma jadi tidak bagus. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan
rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan
sperma. Mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan
sperma, sehingga penghentian penggunaan mariyuana dan alkohol merupakan usaha
preventif untuk infertilitas.
 
  Mengobati infeksi di organ reproduksi. Ada berbagai jenis infeksi diketahui
menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar, maupun saluran
sperma.
  Menghindari rokok. Rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan,
jumlah dan kualitas sperma.
  Menghindari Alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan
dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu
pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab
gangguan pertumbuhan sperma.
  Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi, dll
Para ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan bahwa
sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji
pernikahan. Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata salah
seorang atau keduanya menderita gangguan tertentu.
Jenis pemeriksaannya antara lain :
 Pemeriksaan darah
Dilakukan untuk memastikan si calon ibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada
darah dan sebagainya.
Dalam pengalaman medis, kadang kala ditemukan gejala anti phospholipid syndrome
(APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga
kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya
para dokter akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah , sehingga pada saat
pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
 Pemeriksaan terhadap TORH (toksoplasma, rubella, cytomegalo, dan herpes)
Dilakukan untuk memeriksa apakah calon ibu terjangkin virus toksoplasma ataupun
virus yang lainnya karena virus ini bisa mengakibatkan kecacatan pada bayi.
 Pemeriksaan sperma
Dilakukan dalam 3 kategori, yakni :
1. Jumlah sperma : harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya.
2. Bentuk sperma : harus memiliki bentuk normal lebih dari 30% dan sedikitnya
14% sperma harus sudah terbentuk dengan normal saat menuju sel telur.
3. Gerakan sperma : harus lebih dari 50% sperma terlihat pergerakannya.
 Pemeriksaan Rhesus
Pemeriksaan resus untuk pasangan campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda
sangatlah penting. Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan Indonesia memiliki resus
darah positif. Sedangkan bangsa Eropa dan Kaukasia biasanya memiliki resus negatif.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif, maka biasanya
disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini karena tidak
mungkin janin akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun
pasangan ingin tetap mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga.
O Pemeriksaan darah Anticardiolipin Antibodi (AA)
Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam
rahimnya.
 Pemberian suntikan tetanus
Suntikan Tetanus Toxoid sebenarnya dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina mempelai wanita yang diakibatkan
hubungan seksual pertama. Suntikan TT biasanya juga diperlukan dan dianjurkan oleh
para medis bagi para ibu hamil di usia kehamilan 5-6 bulan untuk mencegah
terjadinya tetanus pada luka ibu ataupun bayi saat proses kelahiran.
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Pada pria
Nama : Tn. O
Umur : 37 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan PT
Agama : Islam
Suku : Jawa
b. Pada wanita
Nama : Ny. I
Umur : 36 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Infertilitas
2. Keluhan utama : Belum mempunyai anak
3. Riwayat kesehatan sekarang : Belum mempunyai anak
4. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak ditemukan riwayat penyakit yang berhubungan
dengan system genitourinaria
5. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga Tn. O dan Ny. I tidak mempunyai penyakit
keturunan dan merupakan keluarga yang mudah memperoleh keturunan
6. Riwayat obstetric : Menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus teratur tiap bulan,
tidak ada dismenore, tidak pernah mencatat tanggal haid
7. Aspek psiko ± sosio ± spiritual ± budaya :
 Psikologis : Ny. I tegang, sedih, kecewa karena suaminya tega menyakitinya
dengan berselingkuh sejak 3 bulan yang lalu dengan gadis lain yang diketahui
mantan kekasihnya di SMA dulu, kesedihan cukup lama yaitu keadaan rumah
tangga sudah 6 tahun menikah belum mempunyai anak, merasa dirinya sebagai
perempuan yang tidak bisa membahagiakan suami
 Social : Tidak merasakan keadaan infertilitas yang dialaminya mengganggu
interaksi dengan suami maupun dengan tetangga sekelilingnya
 Spiritual : Tn. O solatnya sering tidak lengkap karena sibuk dengan pekerjaannya,
Ny. I taat menjalankan solat 5 waktu
 Budaya : Kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku pada suku jawa jika pasangan
suami istri belum mempunyai keturuann maka menjadi aib keluarga dan pusat
pembicaraan dan perhatian tetangga sekelilingnya dan yang menjadi pihak yang
dipermasalahkan biasanya pada wanita meskipun pria juga berpeluang menjadi
penyebab infertilitas, biasanya juga dianjurkan untuk mengadopsi anak dengan
tujuan memancing agar diberikan keturunan.
8. Pola kebiasaan : Ny. I sering membaca buku ± buku yang berhubungan infertilitas,
Tn. O mempunyai kebiasaan merokok 2 bungkus/hari dan sering lupa makan karena
sibuk dengan pekerjaannya
9. Riwayat hubungan seksual : Tn. O dan Ny. I melakukan hubungan suami istri 4 ±
5x/minggu
10. Respon keluarga : Keluarga menganggap keadaan infertilitas yang dialami sebagai
cobaan dari Allah
11. Riwayat dengan tenaga kesehatan : Ny. I belum mempunyai rencana menggunakan
uang tabungan untuk berobat
Analisa data :
1. DO : Ny. I sering berpikir suaminya selingkuh karena ia belum bisa memberikan
keturunan, sehingga ia sering merasa dirinya sebagai perempuan yang tidak bisa
membahagiakan
Etiologi : InfertilitasÕkekecewaan Tn. OÕTn. O selingkuhÕkekecewaan Ny.IÕmerasa
dirinya tidak berhargaÕGangguan harga diri
Diagnosa : Gangguan Konsep Diri,Harga Diri Rendah b.d. perasaan gagal sekunder
infertilitas
2. DO : Ny. I belum mempunyai rencana untuk menggunakan uang tabungannya untuk
berobat
Etiologi : InfertilitasÕtidak mengetahui jalan keluarÕmasalah semakin berlarut-
larutÕKoping keluarga tidak efektif
Diagnosa : Koping Indivdu/Keluarga Tidak Efektif b.d. ketidaktahuan mengenai masalah
yang terjadi
3. DO : Ny. I sudah membaca buku tetapi belum punya rencana
Diagnosa : Potensial Peningkatan Pemeliharaan Kesehatan
Rencana Asuhan Keperawatan Infertilitas

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Harga diri Tujuan:  Tanyakan dengan  Menunjukan
rendah Memfasilitasi nama apa pasien kesopan santunan /
berhubungan integritas diri ingin dipanggil penghargaan dan
dengan konsep pribadi dan  Identifikasi orang pengakuan
perasaan gagal perubahan terdekat dari personal
sekunder gambaran siapa pasien  Memungkinkan
terhadap diri memperoleh privasi untuk
infertilitas kenyaman hubungan personal
 Dengarkan khusus.
dengan aktif  Menyampaikan
masalah dan perhatian dan dapat
ketakutan pasien dengan lebih
 Dorong efektif
mengungkapkan mengidentifikasi
perasaan, kebutuhan dan
menerima apa masalah serta
yang strategi koping
dikatakannya pasien dan
 Diskusikan seberapa efektif
pandangan pasien  Membantu pasien /
terhadap citra diri orang terdekat
dan efek yang untuk memulai
ditimbulkan dari menerima
infertilitas yang perubahan dan
dialami mengurangi
ansietas mengenai
perubahan fungsi /
gaya hidup
 Persepsi pasien
mengenai
perubahan pada
citra diri mungkin
terjadi secara tiba-
tiba atau kemudian

2. Koping Tujuan :  Kaji keefektifan  Kemampuan


keluarga tidak Mendorong strategi koping menyatakan
efektif kemampuan koping dengan perasaan dan
berhubungan yang efektif dari mengobservasi perhatian,
dengan keluarga prilaku keinginan
ketidakaktifan Kriteria Hasil:  Kembangkan berpartisipasi
tentang 1.Mengidentifikasi mekanisme dalam rencana
masalah yang tingkah laku koping adaptif pengobatan
terjadi yang tidak efektif  Bantu klien untuk  mengubah pola
dan konsekuensi mengidentifikasi hidup seseorang,
2.Menunjukan stresor spesifik mengatasi
kewaspadaan dari dan kemungkinan hipertensi kronik,
koping keluarga / strategi untuk dan
kemampuan mengatasinya mengintegrasikan
memecahkan  Libatkan pasien terapi yang
masalah dalam diharuskan
3.Memenuhi perencanaan kedalam kehidupan
kebutuhan perawatan dan sehari ± hari
psikologis yang beri dorongan  Pengenalan
ditunjukan dengan partisipasi terhadap stressor
mengekspresikan maksimal dalam adalah langkah
perasaan yang rencana pertama dalam
sesuai, identifikasi pengobatan mengubah respons
pilihan dan  Dorong pasien seseorang terhadap
pengguanaan untuk stressor
sumber ± sumber mengevaluasi  Keterlibatan
4. Membuat prioritas / tujuan memberikan pasien
keputusan dan hidup perasaan kontrol
menunjukan  Dorong pasien diri yang
kepuasaan dengan untuk berkelanjutan,
pilihan yang mengevaluasi memperbaiki
diambil prioritas / tujuan keterampilan
hidup koping dan dapat
 Beritahu kepada meningkatkan
klien tentang kerjasama dalam
bahaya yang regimen terapeutik
timbul akibat  pokus perhatian
merokok pasien pada realitas
situasi yang ada
 Perubahan yang
perlu harus
diprioritaskan
secara realisti untuk
menghindari rasa
tidak menentu dan
tidak berdaya
 Klien mengetahui
resiko yang muncul
akibat kebiasaan
merokok
3. Potensial klien mampu  Diskusikan 
peningkatan meningkatkan status tentang
pemeliharan kesehatannya pengetahuan
kesehatan pada klien saat ini
Ny. I  Jelaskan
mengenai infertil,
tanda, penyebab,
dampak,
pengobatan, dan
pengobatan klien
 Bantu klien
merencanakan
koping efektif
dan klarifikasi
keyakinan
tenatang
kesehatan
 Jelaskan
mengenai tahapan
pengobatan dan
kemungkinan
berhasil
 Jelaskan
mengenai
pentingnya
pemeriksaan di
RS dan
penurunan
konsumsi rokok
pada pengobatan
infertilitas
 Berikan
dukungan pada
klien untuk
menjalani proses
pengobatan dan
melakukan
perubahan
menjadi lebih
baik dalam
kebiasaan dan
kesehatan.

You might also like