You are on page 1of 20

TINJAUAN MATA KULIAH

Mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Indonesia mengajak Anda
untuk mengkaji hal-hal yang melandasi pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Materi
mata kuliah ini mencakup hakikat kurikulum dan pembelajaran; landasan dan prinsip
pengembangan kurikulum; pendekatan dalam pengembangan kurikulum; kerangka dasar
pengembangan kurikulum 2004; tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad ke-21; model-
model pengembangan rencana pembelajaran; perencanaan pembelajaran; telaah kurikulum mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia; indikator pembelajaran dalam kurikulum mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia; dan analisis desain pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kajian tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran akan sangat bermanfaat bagi Anda
sebagai guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Diharapkan setelah mempelajari mata kuliah ini dengan tuntas, Anda akan dapat menjelaskan
secara komprehensif tentang bagaimana mengembangkan kurikulum di sekolah dan mampu
membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan kebutuhan peserta
didik.
Dengan pengetahuan ini nantinya Anda diharapkan dapat berperan serta dalam pengembangan
kurikulum di tingkat sekolah atau regional maupun nasional. Dengan demikian kemampuan
profesional Anda sebagai perancang pembelajaran dan pelaksana pembelajaran di sekolah akan
meningkat.
Secara lebih khusus, setelah mempelajari mata kuliah ini Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan pengertian, fungsi, dan komponen kurikulum;
2. menjelaskan hubungan kurikulum dan pembelajaran;
3. menjelaskan pentingnya pengembangan kurikulum;
4. menjelaskan landasan, prinsip, dan pendekatan dalam pengembangan kurikulum;
5. menjelaskan kerangka dasar kurikulum 2004;
6. menjelaskan hakikat pendidikan kecakapan hidup;
7. menjelaskan hakikat keterampilan melek informasi;
8. menjelaskan model pengembangan rencana pembelajaran;
9. menjelaskan perencanaan kegiatan ekstrakurikuler;
10. menjelaskan konsep dasar perencanaan pembelajaran;
11. menganalisis komponen kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia;
12. menganalisis kompetensi kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia;
13. menganalisis desain pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Untuk mempermudah Anda mempelajari mata kuliah ini, materi pengembangan kurikulum dan
pembelajaran disajikan dalam enam modul sebagai berikut.
Modul 1 : Hakikat Kurikulum dan Pembelajaran.
Modul 2 : Landasan, Prinsip, dan Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum.
Modul 3 : Kerangka Dasar Kurikulum 2004.
Modul 4 : Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21.
Modul 5 : Model Pengembangan Rencana Pembelajaran dan Perencanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler.
Modul 6 : Perencanaan Pembelajaran.
Modul 7 : Telaah Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Modul 8 : Indikator Pembelajaran dalam Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Modul 9 : Analisis Desain Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dengan mempelajari setiap modul dengan cermat sesuai dengan petunjuk yang ada pada setiap
modul, serta dengan mengerjakan secara sungguh-sungguh semua latihan dan tes formatif yang
disediakan di setiap akhir modul, maka Anda akan mudah untuk menguasai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

Modul 1: HAKIKAT KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


Kegiatan Belajar 1:

Pengertian, Fungsi, dan Komponen Kurikulum


Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran.
Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan
evaluasi. Ke-4 bagian/komponen penting kurikulum ini saling berkaitan dan berinteraksi untuk
mencapai perilaku yang diinginkan/dicita-citakan oleh tujuan pendidikan nasional.
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula dalam memilih isi/materi yang harus
dikuasai, strategi yang akan digunakan serta bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur
ketercapaian kurikulum.
Hierarki perumusan tujuan kurikulum dimulai dari tujuan umum pendidikan, kemudian tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Materi/isi kurikulum menurut Saylor dan Alexander adalah fakta-fakta, observasi, data, persepsi,
penginderaan, pemecahan masalah yang berasal dari pikiran manusia dan pengalamannya yang
diatur dan diorganisasikan dalam bentuk konsep, generalisasi, prinsip, dan pemecahan masalah.
Strategi pembelajaran berkaitan dengan bagaimana menyampaikan isi/materi kurikulum agar
tujuan tercapai dan komponen evaluasi kurikulum adalah untuk menilai apakah tujuan kurikulum
telah tercapai. Hasil dari evaluasi kurikulum adalah berupa umpan balik apakah kurikulum ini
akan direvisi atau tidak.

Kegiatan Belajar 2:

Pengembangan Kurikulum
Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan sedangkan pembelajaran adalah bagaimana
menyampaikan apa yang diajarkan. Menurut McDonald & Leeper kegiatan kurikulum adalah
memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan rencana
tersebut. Kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem
yang lebih besar, yaitu sistem persekolahan. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem
yang saling terkait satu sama lain secara terus-menerus dalam suatu siklus.
Menurut Gagne dan Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi
proses belajar dalam diri siswa. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa
pada dasarnya terjadi dalam satu lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi
alami, ini artinya agar proses belajar siswa berlangsung optimal guru perlu menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Proses menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ini
disebut pembelajaran.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kegiatan pembelajaran adalah:
1. harus berpusat pada siswa yang belajar
2. belajar dengan melakukan,
3. mengembangkan kemampuan sosial,
4. mengembangkan keingintahuan,
5. imajinasi dan fitrah anak
6. mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
7. mengembangkan kreativitas siswa,
8. mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
9. menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, dan
10. belajar sepanjang hayat.

Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum, yaitu sebagai
alat untuk membantu guru melakukan tugasnya menyampaikan pembelajaran yang menarik
minat siswa. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan
mengantisipasi keadaan berikut, yaitu merespons perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan
sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa dan merespons kemajuan-kemajuan
dalam pendidikan.
Masalah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum biasanya berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana memilih materi yang diajarkan, apa yang harus
dilakukan bila ada pandangan yang bertolak belakang dengan pengembang dan bagaimana
menerapkan kurikulum secara meyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Harold B. (1965). Reorganizing the High School Curriculum. New York: The
Macmillan Company.

Doll, Ronald C. (1974). Curriculum Improvement: Decision Making and Process, (Third
Edition). Boston-London-Sidney: Allyn and Bacon.

Hamalik, O. (1990). Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung:


Mandar Maju.

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Joyce, Bruce and Marsha Weil. (1980). Models of Teaching. New York: Prentice-Hall Inc.

Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Mager, R.F. and K.M. Beach Jr. (1967). Developing Vocational Instruction. Belmont California:
David. S. Lake Publisher.
Nasution, S. (1987). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Alumni.

Saylor, J. Galen; Alexander, William M.; dan Lewis, Arthur J. (1974). Curriculum Planning for
Better Teaching and Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.

Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, N.S. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt Brace
and World, Inc.

Tyler, Ralph W. (1975). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago and London:
The University of Chicago Press.

Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum, Principles and Foundations. New York: Harper and Row
Publisher.

Modul 2: LANDASAN, PRINSIP, DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN


KURIKULUM
Kegiatan Belajar 1:

Landasan Pengembangan Kurikulum


Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum lembaga pendidikan, baik di
lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang
mendasari pengembangan kurikulum tersebut, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, dan
landasan sosiologis.
Landasan filosofis berkaitan dengan pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan
kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Filsafat ini menjadi landasan utama bagi landasan
lainnya. Perumusan tujuan dan isi kurikulum pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-
pertimbangan filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi dan mendorong
aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda pula. Berdasarkan landasan filosofis ini
ditentukan tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan bidang studi, dan tujuan
instruksional.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/theory of
learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan
dengan penentuan strategi kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut.
Landasan sosiologis dijadikan sebagai salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum karena pendidikan selalu mengandung nilai atau norma yang berlaku
dalam masyarakat. Di samping itu, keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan
kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya yang menjadi dasar
dan acuan bagi pendidikan/kurikulum. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai produk
kebudayaan diperlukan dalam pengembangan kurikulum sebagai upaya menyelaraskan isi
kurikulum dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia iptek.

Kegiatan Belajar 2:

Prinsip, Pendekatan, dan Langkah-langkah dalam


Pengembangan Kurikulum
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus
menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati.
Secara umum prinsip-prinsip pengembangan kurikulum meliputi prinsip relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, serta efisiensi dan efektivitas.
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan
evaluasi. Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam
mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa
sesuai dengan minat dan bakatnya. Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan
materi pelajaran antarberbagai jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Prinsip
efisiensi dan efektivitas berkenaan dengan pendayagunaan semua sumber secara optimal untuk
mencapai hasil yang optimal.
Sementara itu, prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum
berbasis kompetensi, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan
integrasi nasional, keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh
kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup,
berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Apabila dianalisis secara mendalam beberapa prinsip khusus yang diterapkan dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, pada dasarnya merupakan penjabaran dari empat
prinsip umum pengembangan kurikulum.
Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum, yaitu pendekatan administratif dan akar
rumput. Pendekatan administratif adalah suatu pendekatan dalam pengembangan kurikulum di
mana ide atau inisiatif pengembangan muncul dari para pejabat atau pengembang kebijakan
seperti Menteri Pendidikan, Kepala Dinas dan lain-lain. Sedangkan pendekatan akar rumput, ide
pengembangan muncul dari keresahan para guru-guru yang mengimplementasikan kurikulum di
sekolah di mana mereka menginginkan perubahan atau penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan
di sekolah.
Ada beberapa langkah dalam pengembangan kurikulum, yaitu analisis dan diagnosis kebutuhan,
perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
Analisis dan diagnosis kebutuhan dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu: kebutuhan
siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah. Adapun caranya
dapat dilakukan melalui survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas.
Langkah pengembangan kurikulum selanjutnya setelah seperangkat kebutuhan tersusun adalah
perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar, serta pengembangan alat evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Doll, R.C. (1974). Curriculum Improvement: Decision Making and Process, (Third Edition),
Boston-London-Sidney: Allyn and Bacon, Inc.

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution S. (1982). Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Ornstein, A. C. and Hunkins, F.P., (1988). Curriculum: Foundations, Principles, and Issues.
Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, N. (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, N.S. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Tyler, R. W. (1975). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago and London: The
University of Chicago Press.

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zais, R.S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper and Row.

Modul 3: KERANGKA DASAR KURIKULUM 2004


Kegiatan Belajar 1:

Landasan, Prinsip Pengembangan dan Pelaksanaan Sistem


Persekolahan, dan Standar Kompetensi
Adanya perkembangan dan perubahan yang terus-menerus dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara yang dipengaruhi oleh perubahan global, perkembangan pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya menuntut perlunya perubahan sistem pendidikan nasional
termasuk penyempurnaan kurikulum.
Perbaikan sistem pendidikan ini dimaksudkan untuk memperoleh masyarakat yang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut secara khusus untuk mengembangkan aspek-aspek
moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, dan keterampilan dari peserta didik agar nantinya
memiliki kompetensi untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan kemajuan yang ada.
Penyempurnaan kurikulum dilandasi oleh kebijakan yang ada dalam peraturan UU, yaitu UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
Prinsip pengembangan kurikulum meliputi peningkatan keimanan dan budi pekerti,
keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, penguatan integritas nasional,
perkembangan pengetahuan dan IT, kecakapan hidup 4 pilar pendidikan dan belajar sepanjang
hayat.
Prinsip pelaksanaan kurikulum didasarkan pada kesamaan memperoleh kesempatan, berpusat
pada anak, pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Jenjang pendidikan terdiri dari Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
dan Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan pada jalur formal dan nonformal.
Standar nasional pendidikan meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan,
sarana dan prasarana pengelolaan dan penilaian.
Mata pelajaran memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per kelas dan
satuan pendidikan. Tolok ukur kompetensi di tentukan dalam indikator.
Standar kompetensi lulusan dijabarkan dalam standar isi yang memuat bahan kegiatan, mata
pelajaran, dan kegiatan belajar pembiasaan.
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi kecakapan hidup dan belajar sepanjang
hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara
berkesinambungan

Kegiatan Belajar 2:

Struktur dan Pelaksanaan Kurikulum 2004


1. Struktur kurikulum berisi tiga hal, yaitu sejumlah mata pelajaran, kegiatan belajar pembiasaan,
dan alokasi waktu.
2. Kegiatan belajar pembiasaan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pendidikan
taman kanak-kanak, pendidikan dasar, dan menengah.
3. Taman kanak-kanak dan raudhatul athfal merupakan bentuk pendidikan usia dini pada jalur
pendidikan formal. Struktur kurikulum TK memuat dua bidang pengembangan, yaitu
pengembangan kegiatan belajar pembiasaan dan bentuk-bentuk kemampuan dasar.
4. Penjelasan kegiatan pembiasaan di TK, SD dilakukan dengan pendekatan tematik yang
diorganisasikan sekolah.
5. Kurikulum SMA dan MA ada dua jenis, yaitu kurikulum program studi dan struktur
kurikulum program pilihan. Struktur program studi terdiri atas ilmu alam, ilmu sosial, dan
bahasa.
6. Kurikulum program pilihan di SMA dan MA bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta
didik.
7. Pelaksanaan kurikulum 2004 menerapkan prinsip “Kesatuan dalam kebijakan dan
keberagaman dalam pelaksanaan”.
8. Standar nasional ditentukan pusat dan cara pelaksanaannya disesuaikan masing-masing
daerah/sekolah. Pelaksanaan kurikulum sekolah ini harus memperhatikan:
a. perencanaan dan pelaksanaan sesuai standar yang telah ditetapkan,
b. perluasan kesempatan berimprovisasi dan berkreasi dalam meningkatkan mutu,
c. menugaskan tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat, pemerintah
daerah dan pemerintah pusat dalam meningkatkan mutu pendidikan,
d. peningkatan pertanggungjawaban kinerja penyelenggaraan pendidikan,
e. mewujudkan ketentuan dan kepercayaan dalam pengelolaan pendidikan sesuai otoritasnya,
f. penyelesaian masalah pendidikan sesuai karakteristik wilayah.
9. Kurikulum dapat didiversifikasi untuk melayani keberagaman penyelenggaraan kebutuhan dan
kemampuan sekolah dan melayani minat peserta didik.
10. Kegiatan kurikuler dikelompokkan menjadi kegiatan intrakurikuler, yaitu kegiatan
pembelajaran untuk menguasai kompetensi dan ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran
yang diselenggarakan secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan untuk
memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata pelajaran, pembentukan karakter, peningkatan
kecakapan hidup sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah.
11. Kegiatan belajar pembiasaan diselenggarakan secara berkesinambungan mulai dari TK, SD,
SMA, mengutamakan kegiatan pembentukan dan pengendalian perilaku yang diwujudkan dalam
kegiatan rutin, spontan, dan mengenal unsur-unsur penting kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (PGSD4407),
Modul 7. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004, Kerangka Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Pelayanan Profesional Kurikulum. Jakarta: Cipta Jaya.

E. Mulyana. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.


Bandung: Rosdakarya.

J. Quicke. (1999). Curriculum for Life, Schools for a Democratic Learning Society. Open.

Modul 4: TANTANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI ABAD 21


Kegiatan Belajar 1:

Life Skills (Pendidikan Kecakapan Hidup)


Life skills atau pendidikan kecakapan hidup (PKH) adalah interaksi berbagai pengetahuan dan
kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dapat membantu siswa belajar bagaimana memelihara
tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerja sama secara baik dengan orang lain, membuat
keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan dalam hidupnya.
PKH perlu dikenalkan pada siswa karena dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan belajar (learning how to learn), karena kecakapan ini diperlukan oleh semua orang.
Makna kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk bekerja karena diharapkan dengan
kecakapan ini, seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dengan baik.
PKH terdiri dari:
1. kecakapan personal  GLS (kecakapan hidup general),
2. kecakapan sosial  GLS,
3. kecakapan akademik  SLS (kecakapan hidup spesifik),
4. kecakapan vokasional  SLS.

Keempat pilar pendidikan dari UNESCO adalah perwujudan dari siswa yang memiliki
kecakapan hidup sesuai standar UNESCO. Keempat pilar ini kemudian diwujudkan dalam
berbagai kompetensi yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pelaksanaan PKH di sekolah perlu kerja sama semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan di sekolah, misalnya persetujuan dan bantuan kepala sekolah, guru dan siswanya,
guru-guru di kelas lain atau guru mata pelajaran lain, guru perpustakaan, orang tua siswa, staf
administrasi sekolah dan lainnya. PKH perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Melek Informasi (Information literacy)
Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan keterampilan melek informasi
adalah serangkaian kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan kapan informasi
dibutuhkan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang dibutuhkan, memanfaatkan
informasi secara kritis dan etis, kemudian mengkomunikasikannya secara efektif dan efisien.
Keterampilan melek informasi juga berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan. Siswa
yang mempunyai keterampilan melek informasi adalah siswa yang independent dan competent,
yang dapat beradaptasi dengan perubahan apapun secara mandiri dan fleksibel.
Manfaat keterampilan melek informasi adalah dapat membiasakan siswa untuk selalu belajar
untuk meneliti sesuatu dengan menggunakan strategi ilmiah, mengajak mereka untuk rajin
membaca dan menulis untuk menambah pengetahuan, wawasan, maupun kecerdasan siswa
sebagai bekal menuju manusia berkualitas.
Pelaksanaan keterampilan melek informasi di kelas dapat menggunakan metode ilmiah.
Penilaian keterampilan ini juga perlu penilaian menyeluruh yang dapat menilai kemampuan dan
hasil kerja siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Andi Haris Prabawa & Siti Zuhriah Ariatmi. (Ed.) (2002). Paradigma Pengembangan Kurukulum
Pendidikan Tinggi Tahun 2000. Surakarta: Penerbit Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta.

Carol Koechlin & Sandi Zwaan. (2004). Build Your Own Information Literate School.
California: Hi Willow Research & Publishing, San Jose, California.
David V. Loertscher & Blanche Woolls. (2002). Information Literacy: A Review of the
Research: A Guide for Practitioners and Researchers, 2nd ed. California: Hi Willow Research &
Publishing, San Jose, California.

Dhama Gustiar Baskoro, S.IP. (2005). Big 6 Dan Implementasinya dalam Information Literacy
Program Bagi Guru Pustakawan Di Perpustakaan Sekolah K-12. Makalah yang ditulis untuk
Pertemuan Informal Pustakawan Sekolah 1 pada Agustus 2005, di Jakarta.

Diao Ai Lien & Titi Chandrawati. (2005), Current State Of Information Literacy Awareness And
Practices In Indonesian Primary And Secondary Public Schools: Jakarta: Laporan hasil
penelitian, Jakarta.

Hernowo. (2004). Bu Slim & Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan: Ihwal Life
Skills, Porto folio, Konstruktivisme, dan Kompetensi. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Hernowo. (2004). Bu Slim & Pak Bil Menggagas Kembali Pendidikan Berbasiskan Buku.
Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Ihad Hatimah & Sadri. (2006). Buku Materi Pokok: Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan,
Modul 7: Muatan Life Skills dalam Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.

Kompas, 8 Maret 2006. Bangun Karakter Lewat Penciptaan Kultur Sekolah, Pendidikan Watak
Harus Terintegrasi, halaman 12. Jakarta: Gramedia.

Kompas, 4 April 2006. Belajar Menyenangkan Lewat Agenda Penelitian, halaman 12. Jakarta:
Gramedia.

Kompas, 8 April 2006. Pembelajaran Kreatif, Siswa Didorong Belajar Mandiri Lewat Penelitian
Sederhana, halaman 12. Jakarta: Gramedia.

Republika, 5 Maret 2006. Hari Buku Sedunia: Menumbuhkan Budaya Literacy, Hal. 20.

Victoria Pennell (1997). Information Literacy: An Advocacy Kit for Teacher-Librarians, the
Association for Teacher-Librarian in Canada (ATLC). Canada.

_________ . (2003). On Your Own: Guided Steps. Canada: Thomas Valley District School
Board.

Tim Broad Based Education Depdiknas. (2003). Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup.
Penerbit SIC bekerja sama dengan LPPM Universitas Negeri Surabaya & Swa Bina Qualita
Indonesia, Jatim

Yenny Novita, MA., SIP dan Ratna Setyowati Putri, S.Pd. Ing. (2006). Peran Pustakawan
Sekolah Dalam Menunjang Pendidikan di Sekolah—Sharing good Practices from Sekolah Pelita
harapan Karawaci and Cikarang. Makalah yang ditulis untuk Pertemuan Informal Pustakawan
Sekolah 2 pada tanggal 25 Februari 2006, di Jakarta.

Modul 5: MODEL PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN DAN


PERENCANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Kegiatan Belajar 1

Model Pengembangan Rencana Pembelajaran


Ada banyak model pengembangan rencana pembelajaran di antaranya model Gagne, model
Kemp, model Gerlach & Ely, model Dick dan Carey, model Banathy, dan model PPSI. Masing-
masing model memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaan dari model tersebut adalah
mengandung 3 kegiatan pokok, yaitu: mengidentifikasikan masalah; mengembangkan
pemecahannya; dan menilai pemecahan, dan mengandung unsur dasar yang sama yaitu siswa,
tujuan, metode dan kegiatan belajar-mengajar.
Ada 5 kriteria untuk memilih model, yaitu harus sederhana, lengkap, dapat diterapkan, luas, dan
teruji.
Langkah-langkah pengembangan model Banathy adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar secara spesifik dan objektif,
2. Menyusun tes untuk mengukur ketercapaian tujuan,
3. Menentukan tugas-tugas yang akan diberikan agar tujuan dicapai, dan
4. Menganalisis sistem yang meliputi analisis fungsi tentang apa yang akan dilakukan dan
bagaimana, siapa yang akan melakukannya, membagi fungsi pada tiap komponen, dan
menentukan jadwal kapan pelaksanaannya dan di mana tempatnya.

Adapun langkah pengembangan model Dick & Carey meliputi:


1. Merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Menentukan macam kegiatan belajar/keterampilan yang memungkinkan tujuan pembelajaran
tercapai.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa untuk menentukan pola strategi
pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan khusus.
5. Menyusun butir-butir tes berdasarkan acuan patokan.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran, berupa pengalaman belajar yang akan dialami siswa.
7. Mengembangkan dan memilih materi/bahan pembelajaran.
8. Mengadakan evaluasi formatif.
9. Mengadakan revisi sistem hasil evaluasi formatif.
10. Mengadakan evaluasi sumatif.

Adapun langkah-langkah mengembangkan model Gerlach & Ely adalah:


Pertama: menentukan materi yang akan diajarkan serta merumuskan tujuan pembelajaran.
Kedua: menilai perilaku siswa yang belajar.
Ketiga: melakukan lima hal secara simultan, yaitu: menentukan strategi; mengatur
pengelompokan siswa; mengalokasikan waktu; menentukan tempat atau ruangan mengajar, dan
memilih sumber belajar yang akan digunakan.
Kegiatan Belajar 2:

Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler


1. Dari beberapa sumber, terdapat beberapa kesamaan pengertian ekstrakurikuler, yaitu pertama,
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diprogramkan di luar jam pelajaran sekolah;
kedua, kegiatan ekstrakurikuler diarahkan untuk membantu ketercapaian program kurikuler.
2. Perbedaan antara kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan kurikuler dapat ditinjau dari sifat
kegiatan, waktu pelaksanaan, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, teknis pelaksanaan, serta
kriteria evaluasi keberhasilan.
3. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh kegiatan ekstrakurikuler di antaranya adalah
memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan/kompetensi yang relevan dengan
program intrakurikuler, memberikan pemahaman terhadap hubungan antarmata pelajaran,
menyalurkan minat dan bakat siswa, mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat/lingkungan, serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya.
4. Dalam upaya mencapai tujuan kegiatan ekstrakurikuler, ada sejumlah kegiatan yang dapat
diprogramkan di antaranya adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara, pembinaan
kedisiplinan dan hidup teratur, pembinaan kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan,
pembinaan keterampilan, hidup mandiri dan kewiraswastaan, pembinaan hidup sehat dan
kesegaran jasmani, serta pembinaan apresiasi dan kreasi seni. Kegiatan-kegiatan tersebut
ditujukan untuk membantu secara langsung program kurikuler sekolah.
5. Keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya,
sumber daya manusia yang tersedia seperti kepala sekolah, guru-guru; dana, sarana dan
prasarana; serta perhatian orang tua siswa.
6. Perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler perlu disusun oleh kepala sekolah bersama
guru agar memperoleh hasil yang maksimal. Terdapat sejumlah komponen yang harus
dirumuskan dalam perencanaan kegiatan ekstrakurikuler di antaranya bidang atau materi
kegiatan, jenis kegiatan, tujuan atau hasil yang diharapkan, sarana penunjang, kendala atau
hambatan yang mungkin muncul, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab. Sedangkan untuk
pelaksanaan kegiatan, perlu diperhatikan beberapa prinsip di antaranya berorientasi pada tujuan,
prinsip sosial dan kerja sama, prinsip motivasi, prinsip pengkoordinasian dan tanggung jawab,
serta prinsip relevansi.

DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, D.P. & Robinson, F.G. (1969). School Learning: an Introduction to Educational
Psychology. New York: Holt Rinehart and Winston, Inc.

Bruner, J. (1960). The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press.

Cohen, L. dan Manon, L. (1984). A Guide to Teaching Practice (Second Edition). New York:
Methuen & Co.

Depdikbud. (1998). Kurikulum Pendidikan Dasar 1998.


Galby, M., Greewald and Ruth, W. (Edited) (1983). Curriculum Design. Providen House: Croom
Helm.

Jackson, P. W. (Ed) (1992). Handbook of Research on Curriculum. New York: MacMillan.

Joyce, B. & Weil, M. (1980). Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

Kirbi, N. (1984). Personal Values in Primary Education. London: Harper & Row.

Klein, M. F. (1989). Curriculum Reform in the Elementary School: Creating your own agenda.
Teacher College, Columbia University.

Marsh,C. & Stafford, K. (1988). Curriculum Practices. Sydney: Mc Graw-Hill Book.

Miller, J.P. & Seller,W. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. New York & London:
Longman.

Oliva, P. F. (1992). Developing the Curriculum (Third Edition). New York: Harper Collins.
Sukmadinata, N. Sy. (1987). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Modul 6: PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Kegiatan Belajar 1:

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran berarti penyusunan langkah-langkah pelaksanaan suatu kegiatan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari
kemampuan mendeskripsikan kompetensi pembelajaran, memilih dan menentukan materi,
mengorganisasi materi, menentukan metode/strategi pembelajaran, menentukan perangkat
penilaian, menentukan teknik penilaian, dan mengalokasikan waktu. Komponen-komponen itu
merujuk pada apa yang akan dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan, sebelum kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya dilaksanakan.
Manfaat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan.
3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun siswanya.
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat dapat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerjanya.
5. sebagai bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. perencanaan pembelajaran dibuat untuk menghemat waktu, tenaga, alat, dan biaya.

Kegiatan Belajar 2:
Pengembangan Silabus dan Rencana atau Satuan Pelajaran
Silabus adalah garis besar ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok materi pelajaran. Silabus adalah
rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada kelas dan
jenjang tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi
kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.
KBK atau Kurikulum 2004 menyebutkan silabus sebagai:
1. Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan
penilaian hasil belajar.
2. Komponen silabus menjawab 1) kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa? 2)
bagaimana cara mengembang-kannya? 3) bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah
dicapai siswa?
3. Tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam
menjabarkan kompetensi dasar menjadi perencanaan pembelajaran.
4. Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata pelajaran di sekolah,
kelompok kerja guru, dan dinas pendidikan.

Isi silabus minimal harus mencakup unsur:


1. tujuan mata pelajaran,
2. sasaran mata pelajaran,
3. keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik,
4. uraian topik-topik yang akan diajarkan,
5. aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung keberhasilan pembelajaran,
6. berbagai teknik evaluasi yang akan digunakan.

Komponen silabus terdiri dari: 1) bidang studi yang akan diajarkan, 2) tingkat sekolah dan
semester, 3) pengelompokan standar kompetensi, kompetensi dasar, 4) indikator, 5) materi
pokok, 6) strategi pembelajaran, 7) alokasi waktu, dan 8) bahan/alat/media. Komponen pokok
silabus terdiri dari: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran.
Manfaat silabus adalah sebagai pedoman dalam pengembangan seluruh kegiatan pembelajaran.
Prinsip pengembangan silabus adalah: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan
siswa, sistematis, dan relevan.
Proses pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri atas tujuh langkah utama, yaitu: 1)
penulisan identitas mata pelajaran, 2) perumusan standar kompetensi, 3) penentuan kompetensi
dasar, 4) penentuan materi pokok dan uraiannya, 5) penentuan pengalaman belajar, 6) penentuan
alokasi waktu, dan 7) penentuan sumber bahan.
Rencana mengajar merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan
dalam penentuan pengalaman belajar. Guru dapat mengembangkan rencana pembelajaran dalam
berbagai bentuk.
Perencanaan pembelajaran dapat dibagi menjadi rencana mingguan dan harian. Rencana harian
adalah rencana pembelajaran yang disusun untuk setiap hari mengajar.
Dalam menyusun rencana pembelajaran harian ini guru perlu selalu berpusat pada siswa, dan
semua kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar baik secara
fisik maupun mentalnya.
Prinsip-prinsip persiapan mengajar adalah harus sederhana, dan fleksibel, kegiatan yang
dikembangkan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan, persiapan pembelajaran harus
utuh dan menyeluruh serta jelas indikatornya, kemudian, harus ada koordinasi antarkomponen
pelaksana program sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Atwi Suparman. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI, UT.

Syaiful Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Modul 7: TELAAH KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA  
Kegiatan Belajar 1:

Analisis Komponen Kurikulum


Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, sosial, dan budaya memberikan
dampak bagi dunia pendidikan. Kurikulum sebagai pedoman pendidikan harus merespons segala
perkembangan tersebut. Kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat, dan globalisasi menuntut adanya
perubahan kurikulum pendidikan di negara kita.
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2004 atau disebut juga kurikulum berbasis
kompetensi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dikatakan bahwa mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan program
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia.
Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu: 1. sarana pembinaan kesatuan dan
persatuan bangsa; 2. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; 3. sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; 4. sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah; 5. sarana pengembangan penalaran, dan; 6.
sarana pemahaman beraneka ragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia.
Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yaitu; 1. siswa menghargai dan membanggakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara; 2. siswa memahami bahasa Indonesia dari
segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam
keperluan dan keadaan; 3. siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual , kematangan emosional dan sosial; 4. Siswa memiliki
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); 5. siswa mampu menikmati,
menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
6. siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku. Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan atau
ditampilkan untuk suatu pelajaran. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus
dicapai siswa. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran.
Indikator merupakan rincian hasil belajar dan yang menjawab pertanyaan” Bagaimana kita dapat
mengetahui bahwa peserta didik sudah dapat mencapai hasil pembelajarannya.”

Kegiatan Belajar 2:

Analisis Kompetensi dan Hasil Belajar  


Prinsip pembelajaran bahasa Indonesia tidak bertujuan untuk menguasai pengetahuan tentang
bahasa, tetapi siswa memiliki kemampuan berbahasa untuk pelbagai keperluan komunikasi.
Kemampuan berbahasa yang dimaksud adalah kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Di dalam kurikulum 2004 baik di SMP ataupun di SMU, kemampuan tersebut
dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Kemampuan tersebut di dalam
pembelajaran dilaksanakan secara terpadu dan saling menunjang satu dengan yang lainnya. Dari
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan di setiap jenjangnya dapat dilihat
hasil belajar yang diharapkan setelah proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dirinci kembali
menjadi indikator-indikator pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
(2003). Kurikulum 2004 S M A Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta:
Depdiknas.

Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum
2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pedoman Khusus Pengembangan
Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Tarigan, Guntur Henry. (1993). Berbicara. Bandung: Angkasa.

________. (1993). Menyimak. Bandung: Angkasa.

Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung:
Pakar Raya.

Modul 8: INDIKATOR PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM MATA PELAJARAN


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Kegiatan Belajar 1:
Analisis Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia  
Aspek pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas 1) kemampuan berbahasa Indonesia
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, 2) bersastra baik sastra lisan maupun
sastra tulis. Kedua aspek ini (berbahasa dan bersastra) tidak memiliki perbedaan di dalam
pelaksanaan. Materi yang berupa sastra lisan dipelajari dengan cara mengapresiasinya secara
lisan yaitu didengarkan dan dibicarakan atau dibahas secara lisan dan tertulis. Materi yang
berupa sastra tulis diapresiasi dengan cara dibaca dan dibahas secara tertulis atau secara lisan.
Dengan demikian pada hakikatnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi,
mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, pengalaman, dan pendapat secara lisan dan tertulis.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) berisi muatan yang mengacu pada perolehan kemampuan
siswa di akhir pelajaran. Jabaran dari kompetensi berbentuk indikator-indikator. Perbedaan
antara indikator dan kompetensi dasar terletak pada luasnya cakupan isi atau muatan. Cakupan
muatan indikator lebih sempit dibandingkan dengan kompetensi dasar. Sebab, indikator
merupakan rincian dari kompetensi dasar.
Untuk mengukur seberapa jauh siswa dapat mencapai indikator materi pembelajaran tertentu
digunakan alat evaluasi. Alat evaluasi dapat berupa tes, pemberian tugas, atau ulangan harian.
Tes atau tugas dapat berupa tes teori atau pun praktek. Dengan adanya pemberuan dalam bidang
pendidikan, evaluasi proses sangat baik untuk dilaksanakan. Untuk melakukan evaluasi
pembelajaran bahasa secara baik, lihat modul-modul akhir mata kuliah Evaluasi pembelajaran
bahasa Indonesia (PBIN4302) dan Pembaharuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
(PBIN4405).
Indikator memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Perbuatan atau responsi yang dapat dilakukan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
2. Rincian hasil belajar yang lebih spesifik.
3. Dikembangkan berdasarkan materi pembelajaran dan kompetensi dasar.  
4. Dirumuskan dengan kata kerja operasional.
5. Petunjuk pencapaian kompetensi dasar.
 
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa
indikator adalah dengan terlebih dulu mempelajari kompetensi. Penjabaran indikator harus
berfokus pada kompetensi apa yang akan dimiliki siswa setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Setelah itu lakukan kegiatan berikut ini.
1. Tentukan berapa lama kompetensi tersebut akan dicapai serta seberapa jauh tingkat
kemampuan yang ingin dicapai.
2. Keselarasan antara kompetensi dasar dan indikator perlu diutamakan dalam penjabaran ini.
3. Penyusunan indikator diawali dari indikator yang sederhana ke indikator yang lebih sulit.
4. Perbuatan atau tindakan yang dijabarkan pada indikator harus jelas terukur. Pernyataan
indikator harus konkret.

Kegiatan Belajar 2:

Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia


Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kemampuan telah tersedia di dalam
kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berbasis kompetensi baik SMP maupun
SMA. Namun, seyogianya para guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengetahui
bahkan mampu mengembangkan indikator-indikator kompetensi mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia sendiri. Kemampuan para guru ini menjadi modal untuk menyusun model
pembelajaran atau mengembangkan desain pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan
baik.
Hal yang penting di dalam model pembelajaran adalah pengalaman belajar yaitu kegiatan-
kegiatan belajar yang dilakukan siswa di dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencapai
kompetensi atau indikator-indikator kemampuan siswa. Pengalaman belajar dikem-bangkan
berdasarkan indikator-indikator tersebut.
Berikut ini adalah tahapan yang dilalui dalam mengembangkan indikator menjadi pengalaman
belajar.
1. Langkah awal apa yang harus dilakukan untuk mencapai kompetensi indikator 1?
2. Apakah ada kegiatan pendukung lain yang dapat digunakan untuk mencapai indikator 1?
3. Jika ada, lakukan!
4. Jika tidak ada lagi kegiatan pendukung untuk mencapai kemampuan yang ada pada indikator
maka lakukanlah kegiatan (sebagai pengalaman belajar) sesuai kata kerja operasional yang ada
dalam indikator.
5. Demikian pula dengan indikator-indikator berikutnya.
 
Melalui indikator dan pengalaman belajar yang akan dilakukan siswa itulah model pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia dikembangkan. Jika guru ingin memiliki persiapan mengajar yang
lebih rinci, guru dapat menyusun desain pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan
mengacu pada model pembelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Modul 9: ANALISIS DESAIN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA  


Kegiatan Belajar 1:

Analisis Komponen-komponen Pembelajaran Bahasa dan


Sastra Indonesia
Kegiatan analisis terhadap desain pembelajaran perlu kita lakukan untuk mengetahui kelemahan
yang terdapat di dalam desain yang telah kita susun. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah
desain pembelajaran tersebut kita laksanakan. Terlebih lagi jika kita mendapatkan kekurangan
atau hasil pembelajaran yang kurang memuaskan. Setelah beberapa kelemahan kita temukan
sebagai hasil analisis, kegiatan berikutnya adalah memperbaiki desain pembelajaran tersebut
agar proses dan hasil pembelajaran yang harapkan mencapai tingkat maksimal dapat dicapai.
Pemahaman terhadap desain pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menggunakan pengertian
terhadap istilah yang memiliki arti sempit. Apapun nama atau bagaimanapun bentuknya, sebuah
rancangan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti silabus, satuan pelajaran,
atau rencana pembelajaran dapat disebut sebagai desain pembelajaran.
Kegiatan analisis desain pembelajaran ini dilakukan dengan mengkaji penerapan 4 komponen
penting yaitu, 1) tujuan atau kompetensi pembelajaran dalam hal ini adalah kompetensi
pembelajaran Bahasa Indonesia; 2) aspek-aspek pembelajaran Bahasa Indonesia; 3) komponen-
komponen pembelajaran Bahasa Indonesia; dan 4) prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa
Indonesia. Kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia dikutip langsung dari kurikulum yang
kemudian dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Demikian pula halnya dengan aspek-aspek
pembelajaran Bahasa Indonesia, dikutip langsung dari kurikulum. Dalam pelaksanaannya aspek-
aspek pembelajaran ini disajikan secara terpadu. Komponen-komponen pembelajaran Bahasa
Indonesia memiliki ciri khas pada penggunaan pendekatan, metode/ teknik pembelajaran.
Demikian pula halnya dengan evaluasi atau pelaksanaan penilaian yang lebih menekankan pada
keterampilan berbahasa dibandingkan dengan pengetahuan tentang bahasa. Prinsip-prinsip
pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki banyak persamaan dengan prinsip-prinsip
pembelajaran pada umumnya, hanya perhatian kepada siswa memiliki nilai lebih terutama pada
saat latihan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi atau berbahasa

Kegiatan Belajar 2:

Analisis Kegiatan Pembelajaran  


Analisis terhadap kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan yang disusun di dalam desain
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kegiatan tersebut adalah kegiatan awal atau kegiatan membuka
pembelajaran, kegiatan inti atau kegiatan melaksanakan pembelajaran, dan kegiatan akhir atau
kegiatan menutup pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut memiliki jalinan yang erat yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Artinya antara kegiatan melaksanakan pembelajaran
merupakan lanjutan dari kegiatan membuka pembelajaran sehingga hubungan keduanya tidak
boleh terputus, demikian juga dengan kegiatan menutup pembelajaran tidak boleh lepas dari
kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal
ini mempersyaratkan adanya kaitan atau relevansi antara kompetensi, proses pembelajaran, dan
evaluasi. Dengan demikian dalam kegiatan analisis hal utama yang harus diperhatikan adalah
relevansi antarkomponen tersebut (kompetensi, kegiatan pembelajaran dan evaluasi).
Pembaruan pembelajaran bahasa Indonesia menuntut digunakannya pendekatan komunikatif,
integratif, dan CBSA. Komponen ini juga harus menjadi perhatian di dalam melakukan analisis
desain pembelajaran. Salah satunya adalah dalam susunan kegiatan inti pembelajaran. Siswa
adalah subjek di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, sebaiknya pengalaman
belajar benar-benar menjadi miliki siswa, sehingga kalimat-kalimat yang disusun di dalam
kegiatan tersebut memberi penekanan pada siswa, bukan pada guru.
Evaluasi merupakan bagian integral di dalam desain pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk
melihat ada tidaknya integrasi tersebut, sebaiknya alat atau instrumen evaluasi disertakan di
dalam desain pembelajaran, yaitu pada kegiatan menutup pembelajaran. setelah evaluasi
dilaksanakan dan diperoleh hasil atau diketahui pencapaian kompetensi yang diperoleh siswa,
guru memberikan umpan balik agar siswa mengetahui kekurangannya sehingga dapat
memperbaiki kekurangan tersebut. Setelah umpan balik diberikan, guru juga perlu melakukan
pengukuhan atas pengetahuan yang disampaikannya agar siswa tidak melupakan apa-apa yang
telah diperolehnya.
Penguatan atau pujian sangat diperlukan oleh setiap orang untuk meningkatkan prestasinya. Oleh
sebab, kegiatan ini perlu dilakukan guru agar para siswa selalu bersemangat di dalam menjalani
pengalaman belajar bahasa Indonesia setiap saat.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Masitoh. (2004). Perencanaan Pembelajaran dalam Strategi Pembelajaran TK (Modul). Jakarta:


Universitas Terbuka.

Solchan, T. W., A. Rofiuddin., Budiasih. (1997/1998). Keterampilan Dasar Mengajar Bahasa


Indonesia dalam Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Modul). Jakarta: Universitas
Terbuka.

Wardani, I. G. A. K.. (2002). Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia (Modul). Jakarta: Universitas Terbuka.

You might also like