Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
FITRIANA DWI FIDIAWATI
NIM 08 330 018
Proposal karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan pada Progam Diploma III Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang
Oleh:
FITRIANA DWI FIDIAWATI
NIM 08 330 018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman TBC ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut juga sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat dorman, tertidur lama selama bebrapa tahun. (Depkes RI, 2002 : 9)
penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
1
4
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan
jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi
menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang.
Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India,
Cina, Afrika Selatan, Nigeria, dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control :
2010).
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia, Total
seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah
kasus TBC baru BTA positif, 108616 adalah kasus TBC BTA negatif, 11215
adalah kasus TBC Extra Paru, 3709 adalah kasus TBC Kambuh, dan 1978 adalah
tahun 2000. Strategi DOTS telah dibuktikan dengan uji coba di lapangan dapat
dasar yaitu:
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran
kuman tuberculosis. Kuman tuberculosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan
sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan
penghuni rumah.
merokok, perokok pasif, dan polusi udara dari kayu bakar dan batu bara terhadap
risiko infektif penyakit dan menderita TB sebanyak 33 orang, perokok pasif dan
merokok dengan aktif tidaknya penyakit tuberculosis, serta faktor risiko terjadinya
7 unit. Jumlah Dokter Praktek Swasta di Kota Metro yaitu 65 orang tersebar di
tahun 2010 yaitu estimasi tersangka TB sebesar 2.215 dari 13.8457 penduduk,
untuk estimasi TB BTA positif sebesar 222 dari 1.088 tersangka TB yang
diperiksa. Hal ini terlihat peningkatan 2 pendetita TB positif dari tahun 2009
pada tahun 2010 yaitu 91,75% berarti terjadi peningkatan sebesar 10,1% jika
dibandingkan tahun 2009 (81,65%). Success rate pada tahun 2010 yaitu 92,98%
tahun 2010, penemuan kasus baru penderita TB Paru BTA positif terdapat 65
penderita selama satu tahun dilihat dari Unit Pelayanan Kesehatan yang ada di
kota Metro. Dari beberapa Puskesmas yang ada di kota Metro, Puskesmas Iring
Mulyo mempunyai kasus baru TB paru tertinggi atau jumlah penderita kasus baru
7
penderita TB Paru dari tahun ketahun. Dimana jumlah penderita TB Paru pada
tahun 2008 sejumlah 71 penderita, pada tahun 2009 sejumlah 45 penderita, dan
penanggulangan penyakit TB Paru. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yakni
kasus baru penderita TB Paru BTA Positif Puskesmas Iring Mulyo memiliki
persentase tertinggi di antara Puskesmas yang terdapat di Kota Metro pada tahun
2010.
sebesar 68,40%. Dimana jumlah rumah yang ada sebanyak 2.500 rumah dan yang
memenuhi syarat kesehatan dan 467 rumah tidak memenuhi syarat kesehatan.
Dinas Kesehatan Kota Metro yakni sebesar 95% penduduk tinggal di rumah sehat.
Kemudian sesuai dengan laporan progam lain dari Puskesmas Iring Mulyo
PHBS yakni kegiatan masyarakat tidak merokok sebesar 47,38% (597) dan
persentase masyarakat yang merokok sebesar 52,62% (663) . Hal ini menunjukan
8
bahwa penduduk yang berada di kelurahan Iring Mulyo masih banyak melakukan
kegiatan merokok.
B. Rumusan Masalah
memberikan obat gratis kepada penderita TB paru. Tetapi progam tersebut belum
dapat terlaksana secara optimal dengan adanya insiden baru setiap tahunnya. Di
wilayah kerja Puskemas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tuberculosis (TBC).
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota
Metro.
9
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
bertujuan untuk:
tahuan 2010.
D. Manfaat Penelitian
TB paru.
Kota Metro.
E. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberculosis
1. Definisi Tuberculosis
Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui
sistem peredaran darah, system saluran limfe, melalui saluran nafas (broncus) atau
2. Etiologi
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Bakteri
Tuberkulosis pertama kali ditemukan oleh Robert Kock pada tanggal 24 Maret
1887, sehingga untuk mengenang jasanya bekteri tersebut diberi nama baksil
Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP).
adalah M. tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, dan
12
Menurut Heinz (1993) dikutip dari Ikue dkk (2007) penyebab terjadinya
penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih
peptidoglikan dan arabinomana. Lipid inilah yang membuat kuman tahan asam
(asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Slamet Suyono, 2001
: 821).
disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob.
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
13
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru-
paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat
ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita, persebaran
dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang lain. Jika
kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, mereka
mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi; ini adalah cara
bagaimana infeksi tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain. Orang yang
serumah dengan penderita tuberculosis pada BTA positif adalah orang yang besar
dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan negative (tidak terlihat
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Selain itu, kontak
Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan
yang dikeluarkan, virulensi dari basil TB, terpajannya basil TB dengan sinar ultra
violet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat
bernyanyi, tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi
Menurut Nur Nasri (1997) dalam Woro (1997), penularan TB dapat juga
melalui makanan/minuman. Dimana penularan dalam hal ini dapat melalui susu
(milk bone disease) karena susu merupakan media yang paling baik untuk
Menurut dr. Yoanes tahun 2008 untuk penyakit TBC paru, gejala-gejala
a) Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas
Sedangkan menurut Ratna tahun 2010 gejala awal TBC paru yakni
penderita merasakan tidak sehat atau batuk. Pada pagi hari, batuk disertai sedikit
dahak berwarna hijau atau kuning. Jumlah dahak biasanya akan bertambah
adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura.
Pada infeksi tuberculosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru
ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika system
pertahanan tubuh alami bias mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan
Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung
sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini
5. Macam-Macam Tuberculosis
a) Tuberculosis Primer
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari
udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal
makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh
makrofag yang lemah maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh
makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini,
hipersensitivitas seluler terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu
dan akan terlihat pada ter tuberculin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai
subpleura terletak di atas atau di bawah fisura interlobaris, atau di bagian basal
dari lobus inferior. Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau
aliran darah dan akan tersangkut pada bagian organ. TB primer merupakan
b) Tuberkulosis sekunder
organ lainnya jarang terkena, lebih terbatas dan terolakasi. Reaksi imunologis
lesi kaseosa yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan
dari TB sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai
hipersensitivitas seluler.
sumber eksogen, terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda pernah
terinfeksi TB. Biasanya, hal ini terjadi pada daerah apical atau segmen
6. Pemeriksaan Tuberkulosis
a) Pemeriksaaan Fisis
ditentukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu
kelainan pun terutama pada kasus-ksus dini atau yang sudah terinfeksi secara
asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit
yang lebih dari 4 cm ke dalam paru-paru sulit dinilai secara patesi, perkusi, dan
apekspar. Bila dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan
perkusi yang redup dan auskultasi sduara napas bronchial. Akan didapkan juga
19
suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila
infiltrate ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular
melemah,. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofil dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi
menciut dan menarik isi mediatrium atau paru lainnya. Bilsa jsringan fibrotik
amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru, akan terjadi
gagal jantung kanan. Disina akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan
gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardial, sianosis, right ventricular lift,
b) Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologist dada merupakan cara yang praktis
lobus atas atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah ( bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru )missal
batasa yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai
tuberkuloma.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian
umumnya tersebar pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiology lain yang
emfisema.
kavitas sering sering diartikanm sebagai abses paru. Di samping itu perlu
diingat juga factor kesalahan dalam membaca foto. Factor kesalahan dapat
mencapai 25%. Oleh sebab itu untuk diagnostic radiology sering dilakukan
juga foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi dan foto dengan proyeksi
densitas keras.
Pemeriksaan radiologist dada yang lebih canggih dan saat ini sudah
Resonance Imaging). Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat
c) Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
kadang meragukan, hasilnya tidak sensitive dan juga tidak spesifik. Pada
saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang
masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit
mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih
tinggi. Laju endap darah mulai turun kea rah normal lagi.
dapat menunjukan proses tuberculosis masih aktif atau tidak. Criteria positif
yang dipakai di Indonesia adalah titer 1/128. pemeriksaan ini juga kurang
masih besar.
2) Sputum
tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk
atau batuk yang non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
diambil dengan brusing atau bronchial washing atau BAL (bronco alveolar
lavage). BTA dari sputum bias juga didapat dengan cara bilasan lambung.
Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena merka sulit mengeluarkan
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
(pewarnaan khusus).
3) Tes Tuberkulin
Mantoux yang positif (99,8). Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu
1. Faktor Umur.
umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil
25
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
tahun.
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan
jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 %
0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
3. Tingkat Pendidikan
seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.
pekerjaannya.
26
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara
kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga
sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah
dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki
5. Kebiasaan Merokok
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di
Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430
hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,
sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Jarak antara tempat tidur minimal 90 cm
membersihkan lantai. Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang 5 tahun
sebanyak 4 ½ m3, dan yang berumur lebih dari 5 tahun adalah 9 m 3, artinya dalam
7. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang
leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena
28
karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.
lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.
Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi
apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam
waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman
TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk
dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni
8. Ventilasi
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran
udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
29
Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi
sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas
lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara
segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
9. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.
Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22° – 30°C
(Sukini dkk, 1989). Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab.
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan
orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan
30
terhadap penyakit.
Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
13. Perilaku
penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan
C. Kelembaban
syarat adalah minimal 60 % (Depkes RI, 1998). Sedangkan menurut Lubis (1985)
antara 20-60%. Hal ini berbeda dengan pendapat Sukini (1989) bahwa
31
temperature kamar untuk perumahan sehat 22oC-30oC sudah cukup segar dan
ventilasi ruangan yang kurang memenuhi syarat kesehatan <10% dari luas lantai
dan jendela <15% dari lantai. Tidak tersedianya ventilasi yang baik dapat
bakteri (misalnya ada penderita TBC Paru). Kenaikan kelembaban di dalam ruang
dapat berasal dari penguapan dari uap-uap air melalui system respirasi dan
1) Kelembaban yang naik dari tanah (rising dump), yaitu proses kerja kapiler
air naik dari bahan dinding yang kontak dari bahan dinding yang kontak
dengan tanah yang lembab yang mana bisa naik ke dalam dinding sampai
mencapai tinggi 3-4 meter. Oleh sebab itu, sebaiknya memplester lapisan
lantai dengan semen agar kedap air sehingga dapat menahan keadaan
lembab.
infaltrasi hujan yang masuk ke dalam dinding. Oleh sebab itu sebaiknya
membuat plaster dinding dari adukan semen yang kedap air. Bocor
melalui atap (roof leaks), yaitu dimana air disaat hujan akan merembes
retak direkat dengan bahan tahan air seperti asphalt. (Lubis 1985:31).
anak.
hubungan yang signifikan dengan penularan TBC Paru dimana nilai p value
<0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 2,7 artinya potensi penularan TBC paru 2,7
hubungan yang signifikan dengan penularan TBC Paru dimana nilai p value
<0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 2,5 artinya potensi penularan TBC paru 2,5
kali lebih besar pada yang berpengetahuan kurang. Sikap mempunyai hubungan
yang signifikan dengan penularan TBC Paru dimana nilai p value <0,05(0,000)
dan nilai OR sebesar 3,1 artinya potensi penularan TBC paru 3,1 kali lebih besar
TBC paru yaitu kepadatan hunian, ventilasi, dan pencahayaan. Kepadatan hunian
mempunyai hubungan yang signifikan dengan penularan TBC Paru dimana nilai p
value <0,05(0,000) dan nilai OR sebesar 3,3 artinya potensi penularan TBC paru
3,3 kali lebih besar pada kepadatan hunian yang kurang. Sedangkan untuk
33
ventilasi mempunyai milai p value <0,05 (0,000) dan nilai OR sebesar 2,4 artinya
potensi penularan TBC paru 2,4 kali lebih besar pada ventilasi yang kurang.
potensi penularan TBC paru dimana nilai p value <0,05 (0,000) dan nilai OR
sebesar 5,9 artinya potensi penularan TBC paru 5,9 kali lebih besar pada
bahwa sebagian besar responden rumahnya tidak sehat yaitu 66 rumah (75%).
Pada kelompok kasus sebanyak 40 rumah (91%) dan pada kelompok pembanding
26 rumah (59%). Dari analisa tabulasi silang diperoleh odds ratio sebesar 6,92
risiko untuk menderita TBC Paru 6 -7 kali lebih tinggi pada penduduk yang
kamar tidur, kondisi rumah kurang dan kondisi rumah sedang merupakan faktor
Selain itu, menurut penelitian Siti Fatimah pada tahun 2008 tentang
0,024; OR = 2,571, 95%CI = 1,194 < OR < 5,540. Dengan demikian seseorang
risiko 2,571 kali lebih besar untuk menderita TB paru dibandingkan dengan orang
D. Merokok
1. Definisi
(tembakau). Bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui secara
luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya bahaya
2. Komposisi
Jika kita sadar, satu batang rokok yang hanya seukuran pensil sepuluh
sentimeter itu, ternyata ibarat sebuah pabrik berjalan yang menghasilkan bahan
kimia berbahaya. Satu rokok yang dibakar mengeluarkan empat ribu bahan kimia.
Terdapat beberapa bahan kimia yang ada dalam rokok. Diantaranya, acrolein,
merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti alhehyde. Zat ini sedikit
banyaknya mengandung kadar alcohol. Artinya, acrolein ini adalah alcohol yang
monoxide adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsure ini dihasilkan oleh
pembakaran yang tidak sempurna dari unsure zat arang atau karbon. Zat ini sangat
beracun. Jika zat ini terbawa dalam hemoglobin akan menganggu kondisi oksigen
dalam darah. Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat
membuat rasa perih yang sangat. Nikotin ini menghalangi kontraksi rasa lapar.
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu
kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga kalau disuntikkan sedikitpun
sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat bmembuat lepuh.
Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini menimbulakn rasa seperti
digigit semut.
Hydrogen cyanide adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah
Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat
mengakibatkan kematian.
Nitrous oxide adalah sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap
jenis zat pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan
Formaldehyde adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembius hama. Gas ini juga sangat
beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini
beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke protein dan menghalangi
aktivitas enzim.
Aceton adalah hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna
yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol/ hydrogen sulfide
sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini
menghalangi oxidasi enzyme (zat besi yang berisi pigmen). Pyridine, sejeni cairan
tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat
hydrogen dan karbon merupakan usnsurnya yang terutama. Zat ini adalah
merupakan compound organis yang dapat beracun. Methanol sejenis cairan ringan
yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol
dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian. Dan tar, sejenis cairan
kental berwarna cokelat tua atau hitam. Tar dapat terdapat dalam rokok yang
terdiri dari ratusan bahan kimia yang menyebabkan kanker pada hewan. Bilaman
(Aditama, 1997)
37
sebenarnya dapat dicegah. Saat ini, diperkirakaan terdapat 1,1 milyar penduduk
dunia yang berusia 15 tahun atau lebih merupakan perokok, dan kematian akibat
dari penggunaan tembakau terdapat 4,9 juta orang per tahun. Jika pola perokok ini
tetap berlanjut, jumlah kematian akan meningkat menjadi sepuluh juta orang per
tahun pada tahun 2020, tujuh juta (70%) di antaranya akan terjadi di Negara
Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang
rokok dibakar maka ia akan mengeluarkan sekitar empat ribu bahan kimia nikotin,
ortocresol, perylene, dan lain lain (Aditama, 1997) (dikutip dari Muhammad,
2009). Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu komponen gas dan komponen padat atau artikel, sedangkan komponen padat
atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar. Tar adalah kumpulan dari ratusan
atau bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok setelah
dikurangi nikotin dan air. Tar ini mengandung bahan-bahan karsinogen (dapat
menyebabkan kanker). Tembakau banyak dikunyah atau diisap melalui mulut atau
huding, atau seperti kebiasaan menyusur di Negara kita. Sementara itu, nikotin
adalah suatu bahan adiktif, bahan yang dapat orang menjadi ketagihan atau
persen nikotin. Setiap isapan asap rokok mengandung 1014 radikal bebas dan 1016
oksidan, yang semuanya tentu akan masuk terisap ke dalam paru-paru. Jadi bila
Bila rokok dibakar, maka asap juga akan berterbangan di sekitar perokok.
Asap yang berterbangan itu juga mengandung bahan yang berbahaya, dan bila
asap itu diisap oleh orang yang ada disekitar perokok maka orang itu juga akan
tidak merokok. Asap rokok yang diisap perokok disebut dengan asap utama
(mainstream smoke) dan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar yang
diisap oleh orang sekitar perokok disebit asap sampingan (Sidestream smoke).
paru misalnya, dihubungkan dengan kadar tar dalam rokok, penyakit jantung
dihubungkan dengan gas karbon monoksida, nikotin, dan lain-lain. Makin tinggi
kadar bahan berbahaya dalam satu batang rokok, maka semakin besar
banyak Negara dibuat aturan agar pengusaha mencantumkan kadar tar, nikotin,
dan bahan berbahaya lainnya pada setiap bungkus rokok yang dijual dipasaran.
Yang juga jadi masalah bagi kita adalah kenyataan bahwa rokok Indonesia
mempunyai kadar tar dan nikotin lebih tinggi daripada rokok-rokok produksi luar
negri. Karena itu perlu dilakukan upaya terus-menerus untuk menghasilkan rokok
sakit. Makin lama ia punya kebiasaan merokok maka makin besar kemungkinan
mendapat penyakit. Tentu saja ada pengaruh buruk yang segera timul dari asap
rokok, misalnya keluhan perih di mata bila kita berada di ruangan tertentu yang
penuh asap rokok. Penderita asma juga seringkali mengeluh sesak napas dan
batuk-batuk bila di sebelahnya ada orang yang menghembus juga akibat paparan
asap rokok dalam waktu lama. Ada juga penelitian yang menunjukan bahwa asap
rokok merupakan faktor resiko penting untuk timbul kasus baru asma. Para
bahan ini ternyata bahkan dapat sampai empat sampai lima kali lebih tinggi pada
pula peningkatan hitung jenis set basofil dan eosinofil pada perokok. Jumlah sel
Goblet yang ada di saluran napas juga terpengaruh akibat asap rokok dan
menjadi sel goblet akibat paparan asap rokok dan polutan lainnya (Aditama,1997)
disebut muccociliary clearance. Bulu-bulu getar dan bahan lain di paru tidak
40
mudah membuang infeksi yang sudah masuk karena bulu getar dan alat lain di
paru rusak akibat asap rokok. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan
paru-paru, juga akan merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat
lainnya cukup luas dan ada kecenderungan bertambah dari waktu ke waktu,
sementara di negara maju kebiasaan merokok ini justru mulai ditinggalkan oleh
masyaraka luas yang telah sadar akan bahaya rokok pada kesehatan (Aditama,
1997).
sehingga kalau ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan.
Secara biokimia asap rokok juga meningkatkan sistense elastase dan menurunkan
warganya di usia produktif pada tahun 2010. Penelitian ini juga menunjukan,
dan angka kematian akibat TB akan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok. Di Indonesia, sejauh ini memang belum ada penelitian
2009).
antara kebiasaan merokok dengan kejadian TB paru dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok serta jenis rokok
Kerangka Teori
Transmisi
SEMBUH
10%
Depkes RI:2008)
43
Kerangka Konsep
Kelembaban
TB Paru
Kebiasaan Merokk
Devinisi operasional
a. Variable : independent
udara.
suhu 22 oC -30 oC
suhu 22oC-30oC.
2. Kebiasaan Merokok
a. Variable : Independent
rumah responden
44
2. merokok
3. Kejadian TB paru
a. Variable : dependent
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
penelitian yang digunakan adalah penelitian case control yaitu survei analitik yang
penyakit TB paru yang telah ditetapkan oleh tenaga medis di wilayah kerja
akan dicari yakni tentang kelembapan rumah dan kebiasaan merokok responden.
Populasi
+
FR
Kasus
-
+
Kontrol
FR
Keterangan:
FR : Faktor resiko
Kelurahan Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur dan dilaksanakan pada bulan
Juni-Agustus 2010.
47
1. Populasi
yang diteliti. Dimana yang menjadi populasi kasus penelitian ini ialah penderita
TB paru yang berada di wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo kecamatan metro
timur pada tahun 2010 sebanyak 34 penderita. Sedangkan populasi control adalah
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
sampel control diambil dari populasi control yakni tetangga penderita TB paru
D. Pengumpulan data
a. Data primer
hygrometer.
48
b. Data sekunder
Metro Timur tahun 2010 dan data Dinas Kesehatan kota Metro tahun 2010.
1. Pengolahan data
a) Editing
b) Koding
berbentuk angka/bilangan.
c) Proccessing
d) Cleaning
2. Analisa data
variable yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
proporsi
( O−E )2
X2=
E
df = (k-1)(b-1)
Keterangan:
k :jumlah kolom
b : jumlah baris
F. Variable penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
Variable penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni sebagai
berikut:
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Yogyakarta:Kanisius
http://zulfadlianisyam.blogspot.com/2007/12/artikel-rokok-dan-tuberkulosis.html
http://www.ppti.info/index.php/component/content/article/46-arsip-ppti/144-
rokokdantbc
jakarta:salemba medika