You are on page 1of 69

1

LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS BERBASIS TIK:


Penelitian dan Pengembangan Model Integrasi Teknologi dalam
English for Specific Purpose

Drs. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA.

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
2010
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
………………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….
ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………
……. 1
B. Permasalahan……..
……………………………………………… 2
C. Tujuan Penelitian ….
……………………………………………... 3
D. Kegunaan Hasil Penelitian ....
………………………………….... 3

BAB II KAJIAN TEORI


A. Konsep Pengembangan
………………………………………….. 5
B. Konsep Belajar dan Pembelajaran…
……………………………. 7
C. Konsep Bahan Ajar
……………………………………………… 10
D. Konsep Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dalam Pembelajaran …….
……………………………………… 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian
…………………………………………………13
B. Prosedur Penelitian ..
…………………………………………….. 13
C. Teknik Pengumpulan Data ….
………………………………….. 14
D. Validasi Data
……………………………………………………. 15
E. Teknik Analisis Data ………
…………………………………… 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4

A. Hasil Pengembangan
Model.......................................................... 24
B. Hasil Validasi dan
Perbaikan……………………………………. 52
C. Hasil Uji Coba
Efektivitas………………………………………. 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………..
58
LAMPIRAN………………………………………………………………………
…………. 63
5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Uraian
Halaman
1 DAFTAR PERTANYAAN
64
2 A CONCEPTION OF ISLAMIC EDUCATION

65
3 THE ISLAMIC CONCEPT OF KNOWLEDGE
67
4 AL-FARABI’S PERSPECTIVES ON THE GOALS OF ISLAMIC
EDUCATION
69
5 EDUCATION SYSTEM IN MOSLEM SOCIETIES 71
6 PEDAGOGICAL PRINCIPLES OF ISLAMIC EDUCATION 73

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Efektivitas suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana
perencanaan yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Perencanaan pembelajaran
tidak hanya sekedar untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan kurikulum,
tetapi harus didesain dengan melibatkan komponen-komponen desain
instruksional yang meliputi tujuan instruksional yang diawali dengan analisis
instruksional, analisis peserta didik dan kontek, merumuskan sasaran kinerja,
pengembangan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran,
6

mengembangkan dan memilih materi, dan mengembangkan dan melakukan


evaluasi formatif dan sumatif.1
Namun, pengembangan bahan ajar yang dilakukan selama ini baru dalam
batas pengadaan bahan cetak berupa hand out, ringkasan materi, dan materi
penyajian dalam bentuk Powerpoint. Bahan cetak lain seperti buku dan modul
masih sangat terbatas dihasilkan apalagi kalau bahan ajar berupa audio, visual,
dan multi media yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Pengembangan modul hanya sekedar mengumpulkan materi yang langsung
diajarkan kepada peserta didik tanpa melakukan analisis kebutuhan dan berbagai
proses yang sistemik dan sistematis. Proses penyusunan seperti ini tidak dapat
menjangkau kebutuhan peserta didik yang sesungguhnya sehinga materi
pembelajaran yang disampaikan cenderung tidak dapat menarik minat peserta
didik. Begitu pula, pembelajaran yang hanya mengandalkan handout dan
ringkasan materi memang dapat memberikan ringkasan pelajaran yang bisa
disampaikan dalam waktu singkat dan dapat dipahami lebih cepat. Tetapi,
akibatnya peserta didik hanya dapat memahami secara sederhana aplikasi
pembelajaran yang bersifat dangkal. Sedangkan, secara konseptual, teori-teori,
postulat, dan rumus-rumus yang membangun pemahaman secara mendalam tidak
dapat dijabarkan dengan sistematis dan berkelanjutan.
Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan teori desain instruksional
memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif.
Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa bahan ajar itu memiliki posisi sentral,
yakni (1) sebagai representasi sajian tenaga pengajar, (2) sebagai sarana
pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) sebagai pengoptimalan pelayanan
terhadap peserta didik.2 Pertama, bahan ajar sebagai representasi dari penjelasan
tenaga pengajar di depan kelas. Keterangan-keterangan, uraian-uraian yang harus
disampaikan, dan informasi yang harus disajikan tenaga pengajar dihimpun di
1
Dick and carey, The Systemstic Design of Instruction, Sixth Edition (New York:Pearson, 2005)
hal. 1—361.
2
Zulkarnaini, Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru, hal. 5, 2009
(http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-dengan-bahan-ajar-buatan-
guru/).
7

dalam bahan ajar. Dengan demikian, tenaga pengajar akan dapat mengurangi
aktivitas untuk menjelaskan sehingga memiliki banyak waktu untuk membimbing
pemelajar dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kedua, bahan ajar
berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan
pendidikan terhadap peserta didik. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang
terdokumentasi dan berhubungan dengan informasi yang konsisten sehingga bagi
peserta didik yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya
dengan mempelajari bahan ajar tersebut. Sebaliknya, bagi peserta didik yang
lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajar secara berulang-ulang. Dengan
demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat
terselenggara dengan baik melalui penggunaan bahan ajar.

B. Rumusan Masalah
Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik yang
berlangsung secara face to face di dalam ruang kelas maupun untuk kebutuhan
pembelajaran mandiri, maka perlu didukung dengan rancangan dan
pengembangan bahan ajar yang dapat mengintegrasikan kemampuan kognisi,
afeksi, dan psikomototik. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar berbasis media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Inggris di UIN Alauddin?
2. Bagaimana mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis
teknologi informasi dan komunikasi?
3. Bagaimana efektivitas model bahan ajar bahasa Inggris yang
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi?

C. Tujuan Penelitian
8

Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang secara umum


bertujuan untuk menghasilkan produk teknologi berupa bahan ajar bahasa Inggris
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat dipergunakan
oleh peserta didik baik untuk belajar dalam pertemuan face to face di dalam ruang
kelas maupun dapat dipelajari secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Secara
khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan dalam
pembelajaran di UIN selama ini.
2. Mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris yang mengintegrasikan
TIK.
3. Mengkaji efektivitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan
ajar bahasa Inggris berbasis TIK yang dikembangkan.

D. Kegunaan Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik untuk
kepentingan teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis, temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dalam pengembangan teori integrasi teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran baik dalam lingkungan birokrasi maupun
dalam institusi pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah umum dan
kejuruan, dan pendidikan tinggi.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi model pengembangan
bahan ajar yang dapat diterapkan oleh para pengembang pembelajaran dan
tenaga pengajar. Secara rinci manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Lembaga penjaminan mutu dan bagian akademik, penerapan model
pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK ini dimungkinkan
akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di UIN Alauddin, sehinga
mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
9

b. Bagi mahasiswa, penerapan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK
akan memberikan suasana kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan
diri baik dalam lingkup ruang kelas maupun secara asynchronous.
c. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini akan dapat memberikan
kontribusi besar untuk menfasilitasi penggunaan TIK dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi para Pejabat akademik di lingkungan UIN Alauddin, hasil penelitian
ini diharapkan menjadi masukan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan akan memacu untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian yang sejenis maupun
menggunakan model pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis
TIK ini untuk diteliti dalam penelitian action research.
10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Pengembangan
Pengembangan adalah salah satu domain teknologi pembelajaran yang
berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.3
Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan
dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni (1)
teknologi cetak yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain, (2)
teknologi audio visual, (3) teknologi yang berasaskan komputer, dan (4) teknologi
terpadu. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks
antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi
pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui;
(1) pesan yang memberikan informasi, (2) strategi pembelajaran, dan (3)
manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan
pembelajaran.
Dalam melakukan kegiatan pengembangan, beberapa pertimbangan
penting yang perlu dipahami mencakup (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran
(standar kompetensi), (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) menganalisis
peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan instruksional khusus (kompetensi
dasar), (5) mengembangkan instrument asesmen, (6) mengembangkan strategi
pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran, (8)
mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10)

3
Barbara Seels, dan Rita Richey, The Defination And Domain Of The Field. (Association For
Educational Communication And Technonology. Washington DC, 1994), hal. 35.
11

mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.4 Kesepuluh komponen tersebut dapat


dijabarkan lebih jauh sebagai berikut.
Pertama, langkah pertama dalam model pendekatan sistem adalah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis
aktivitas apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka
menyelesaikan pembelajaran. Kedua, setelah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran, secara bertahap menunjukkan apa yang sedang dilakukan orang
ketika mereka melaksanakan tujuan itu. Langkah terakhir dalam proses analisis
pembelajaran adalah untuk menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap
apa yang diketahui sebagai entry behavior, pengetahuan awal, yang diperoleh
peserta didik untuk dapat memulai pembelajaran. Pada tahap analisis
pembelajaran, yang dilakukan adalah menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang disusun secara sistematis.
Ketiga, menganalisis peserta didik dan konteks. Sebagai tambahan di
dalam menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap
pebelajar, konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks
yang mana yang mereka akan digunakan. Keterampilan yang dimiliki pebelajar,
kesukaan, dan sikap ditunjukkan bersama dengan karakteristik terhadap penentuan
pembelajaran dan penentuan di mana keterampilan itu pada akhirnya digunakan.
Keempat, merumuskan sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di
dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan
dicapai oleh peserta didik pada akhir proses instruksional. Kelima,
mengembangkan instrumen penilaian misalnya dengan menyusun butir tes yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang
telah dicantumkan dalam rumusan tujuan.
Keenam, mengembangkan strategi pembelajaran, yang merupakan
prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dalam hal ini
tujuan pembelajaran khusus. Ketujuh, mengembangkan dan memilih materi
4
Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, op.cit., p. 6—8.
12

pembelajaran. Pengembangan bahan ajar mengacu pada tujuan khusus


pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Strategi yang dimaksud adalah
pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik baik dengan bantuan guru
maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan ajar dapat digunakan oleh peserta
didik secara mandiri. Kedelapan yakni merancang dan melakukan evaluasi
formatif. Tujuan dari melakukan evaluasi formatif adalah untuk mengukur tingkat
keefektifan dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi pembelajaran.
Kesembilan, melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai
usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam
bahan ajar. Kesepuluh, melakukan evaluasi sumatif yang dilaksanakan untuk
mengetahui apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak
digunakan oleh peserta di lingkungan UIN Alauddin. Untuk mengetahui
kelayakan tersebut perlu kiranya dibandingkan dengan bahan ajar lain yang
digunakan oleh peserta didik di tempat lain dengan standar yang sama.

B. Konsep Belajar dan Pembelajaran


Banyak sekali teori-teori belajar yang sudah dikembangkan tetapi yang
paling umum adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan
konstruksitivisme. Pada bagian ini hanya menjelaskan ketiga teori ini dengan
maksud untuk menjadi acuan dasar dalam mengembangkan bahan ajar yang yang
menjadi fokus penelitian ini. Teori- teori yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Teori-teori Behavioristik tentang Belajar. Belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. 5
Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang
dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi
stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan. Beberapa
teori belajar yang dikembangkan dari teori behavioris adalah teori classical
5
Margaret Bell Gredler, Learning and Instruction Theory Into Practice., (New York: McMillan
Publishing Company: 1986), p. 42.
13

conditioning dari Ivan Pavlov, Connectionism dari Thorndike, dan teori operant
conditioning dari Skinner. Pertama, teori classical conditioning didasarkan atas
reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang
dikontrol oleh sistem syaraf otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulus
dari luar.6
Kedua, teori connectionism, menekankan pada jaringan asosiasi atau
hubungan antara stimulus dan respon yang kemudian disebut S-R bond theory.
Dalam hubungan antara stimulus dan respon ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sehingga Thorndike merumuskan tiga hukum belajar, yakni; (1) law of readiness,
yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu, (2 law of
excercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar
akan diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intensitas dan durasi dari
pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan, (3) law of efect, yaitu bahwa
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat bila sebuah respon
menghasilkan efek yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila respon kurang
menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah.7
Ketiga, teori operant conditioning, mengatakan bahwa perilaku dalam
proses belajar terbentuk oleh sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan. Jika
konsekuensinya menyenangkan, maka akan terjadi positive reinforcement berupa
atau reward akan membuat perilaku yang sama terulang lagi, sebaliknya apabila
konsekuensinya tidak menyenangkan yaitu negative reinforcement atau
punishment akan membuat perilaku dihindari.8
Teori-teori Kognitif tentang Belajar. Teori belajar kognitif justru
memberikan tanggapan langsung bahwa belajar bukan hanya dapat diamati
melalui perubahan perilaku, melainkan juga perubahan struktur mental internal
seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan, keyakinan,
keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam otak peserta didik. Teori-

6
Anita Woolfolk, Educational Psychology. (Boston: Pearson Education Inc, 2004), pp. 20-203
7
Paul Eggen dan D. Kauchak, Educational Psychology Windows on Classrooms (USA: Prentice
Hall Inc, 1997), pp. 198-199.
8
Ibid, pp. 204-205
14

teori belajar kognitivisme terdiri atas teori cognitive field, teori schema, dan
information-processing theory. Pertama, teori belajar cognitive field menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah termasuk mental sehingga yang
paling berperan adalah motivasi baik berupa ekternal dan motivasi internal.
Kedua, teori schema, beranggapan bahwa schema yang telah menjadi
bagian yang sudah terbentuk dalam diri anak akan berguna dalam mengingat
pengalaman yang diperoleh melalui beberapa proses seperti menyeleksi,
mengambil intisari, dan menginterpretasi yang kemudian dapat dimodifikasi
melalui aktivitas yang merujuk pada penambahan, penyesuaian, dan
restrukturisasi. Ketiga, information-processing theory menjelaskan bahwa belajar
adalah suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi
melalui short term memory (memory jangka pendek) dan long term memory
(memori jangka panjang).9
Teori-teori Konstruktivis tentang Belajar. Teori konstruktivis
dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual cognitive constructivist theory
dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory.
Piaget telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan
kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara
berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya bahwa
semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan seperti umur 0 -
2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan
sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur
7 – 11 tahun adalah tahap concrete operation. Setiap tahap mempunyai tugas
kognitif yang harus diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak
hanya dapat menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap
simbol terjadi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan
pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan, hubungan,
angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh. Tahap terakhir adalah
tahap penguasaan pikiran.
Pertumbuhan intektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi,
9
James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts (Boston:
Allyn and Bacon, 1996), pp. 24-25
15

akomodasi, dan aquilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan


pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya
untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi
dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema.10
Equilibration adalah keseimbangan antara pribadi seseorang dengan
lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget, equilibrasi
adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi
logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya.
Vygostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal
Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai
dimensi psikologis.11 ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual
dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud
terdiri atas empat tahap; Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan
di mana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-
teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah
muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan
kognisi anak secara konstruktif. Kedua, less dependence external assistence
stage, di mana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari
pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu
dirinya sendiri. Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja
anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Keempat, De-automatization
stage, di mana kinerjan anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa,
dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion.12

C. Konsep Bahan Ajar

10
Jean Piaget. Approach to Learning and the Development of the Intelect dalam Robert M.W.
Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition (New York : Macmillan Publishing Co., Inc.
1977), p 147-154
11
Vigotsky. Thought and Language. Combridge. (The Mitt Press. London, 1977) p 23
12
Conny Semiawan, “Perkembangan Anak Usia Dini”, Makalah dalam Seminar Pendidikan
Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11
Oktober. 2004), p. 8
16

Bahan ajar memiliki istilah yang berbeda-beda diberikan oleh para ahli.
Istilah yang banyak digunakan dalam kajian desain instruksional adalah
instructional materials (bahan pembelajaran) yang mencakup seluruh bentuk-
bentuk pembelajaran seperti petunjuk bagi instruktur, modul peserta didik,
Overhead Transparancies (OHP), videotapes, format multimedia berbasis
computer, dan web pages untuk pendidikan jarak jauh.13 Dalam hubungannya
dengan integrasi teknologi ke dalam pembelajaran, bahan ajar juga disebut
materials yang biasa dibedakan dengan tools (peralatan), dan devices (perangkat,
alat). Peralatan adalah hardware dan software yang digunakan bersama untuk
menciptakan video training yang disimpan atau diekspor melalui materi. Materi
adalah webstrem (digital), video cassette (analog), dan DVD (digital) yang
digunakan untuk menyimpan video training yang dinonton melalui perangkat.
Sedangkan, perangkat adalah computer dengan web browser dan quicktime player
(digital), VCR (analog), DVD player (digital), dan computer DVD Rom (digital)
yang digunakan untuk mengakses materi.14
Bahan ajar juga disebut learning materials (materi ajar) yang mencakup
alat bantu visual seperti handout, slides/overheads, yang terdiri atas teks, diagram,
gambar dan foto, plus media lain seperti audio, video, dan animasi. 15 Selain itu,
bahan ajar juga dikenal dengan istilah teaching materials (bahan ajar) yang
dipandang sebagai materi yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran yang
mencakup buku teks, video dan audio tapes, software computer, dan alat bantu
visual.16 Jadi, yang dimaksud dengan bahan ajar di sini adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran baik bersifat bahan
cetak (printed material) maupun yang berwujud audio, visual, video, multimedia,
dan materi yang berbasis web.

13
Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, Opcit. Hal. 7.
14
Antony Karl Betrus dalam Alan Januszewski dan Michael Molenda, Educational technology: A
Definition with Commentary (New York: Lawrence Erlbaum Associates, 2008), p. 225.
15
Christopher Butcher, Clara Davies, dan Melissa Highton, From Module Outline to Effective
Teaching (New York: Routledge, 2006) p.130.
16
Doshisha Kenji Kitao and Doshisha S. Kathleen Kitao, Selecting and Developing Teaching/
Learning Materials, 2009, p. 4, (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html).
17

D. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran


Teknologi Informasi dan Komunikasi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang desain, pengembangan, implementasi, manajemen sistem
informasi yang berbasiskan komputer, khususnya aplikasi software dan
hardware.17 Teknologi Informasi menurut definisi ini berhubungan dengan
penggunaan komputer secara elektronik dan software komputer untuk mengubah,
menyimpan, memproteksi, memproses, mentransmisi, dan memanggil kembali
segala informasi secara aman.
Teknologi dipandang sebagai aplikasi sistematis ilmu pengetahuan ilmiah
untuk mempraktekan tugas-tugas yang akan dilakukan. Sedangkan belajar atau
pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, dan sikap
serta prilaku seorang individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
informasi.18 Dengan demikian, yang dimaksud dengan TIK dalam penelitian ini
adalah pemanfaatan manajemen sistem informasi yang merupakan aplikasi
software dan hardware dalam menunjang proses belajar mengajar.
Terdapat beberapa jenis teknologi informasi yang biasa digunakan dalam
pembelajaran, seperti; Surat Elektronik (E-mail), HP, Kamera digital, MP3
Players, Web Sites, Wikipedia, YouTube.com, Blogging, and Podcasting.19 Ketiga
teknologi terakhir ini telah banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi
manusia seluruh dunia dengan begitu cepat. YouTube.com adalah website untuk
mensharing video di mana pengguna dapat mengupload melihat, dan membagi
video klip (Wikipedia, 2007). YouTube dibuat pada pertengahan bulan Januari
2005 oleh tiga pegawai paypal. Lebih jauh dikatakan bahwa terdapat 100 juta
video yang diputar setiap hari, 65,000 video baru yang dimuat, lebih dari 13 juta
pengunjung setiap bulan, 58% of video di Internet dinonton melalui YouTube,
Pengguna kebanyakan berumur 18 sampai 35 tahun, dan terjual sebanyak 1,6 juta
dolar (US) pada tahun 2006.

17
Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1
(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).
18
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (Instructional media and
technologies for learning. Seventh edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson
Education), 2002. Hal. 5.
19
Leigh Zeitz, Technology Integration Plan, unpublished paper UIN: USA, 2005. Hal. 16.
18

Blog atau webblog adalah suatu bentuk website yang menggunakan


software tertentu yang latar belakang nya sudah didesain (Hill, 2006).20 Blog
adalah website yang digunakan untuk menerbitkan hasil karia pribadi. Terdapat 12
juta orang Amerika menulis blogs, 54 juta orang Amerika membaca blogs,
membolehkan penulis menulis untuk audiens, mudah didapat oleh setiap orang.
Dikatakan bahwa pada pertengahan tahun 2005 terdapat 70 juta webblog telah
dibuat, 6% dari penduduk Amerika telah menulis Blog, 16% dan telah membaca
blog-blog yang ada.21
Podcasting adalah website yang dapat digunakan untuk menyimpan dan
merancang radio sendiri. File audionya disimpan berdasarkan subskrepsi yang
dapat dijadikan sebagai tempat teater penulis dan dapat merekam proses belajar
mengajar dalam ruangan kelas. Selain podcasting terdapat juga Google Earth yang
merupakan peta browser geografi – suatu alat yang sangat bagus untuk melihat
menciptakan, dan mensharing file-file interaktif yang berisi informasi lokasi
khusus secara visual.

E. Hakikat Bahasa Inggris Tujuan Khusus (English for Specific Purpose

(ESP)

Secara tekstual dan structural ESP terdiri dari tiga huruf masing-masing

‘E’ yaitu English, ‘S’ yaitu Spesific, dan ‘P’ yaitu Purpose.22 Dalam Bahasa

Indonesia akronim ESP diterjemahkan masing-masing Bahasa Inggris, Khusus,

dan Tujuan. Kemudian frase tersebut dalam Bahasa Indonesia diartikan menjadi

Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus. Berdasarkan definisi tekstual tersebut, ESP

adalah Bahasa Inggris untuk tujuan khusus.

1. Pengertian

20
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Blog) 2007, hal 1.
21
Opcit. 32
22
Ian Martin, An Invitation to ESP (Singapore: SEAMEO, 1992), p.16.
19

English For Specific Purposes (ESP) atau Bahasa Inggris untuk tujuan

khusus adalah suatu pendekatan baru dalam pengajaran dan penggunaan Bahasa

Inggris untuk bidang dan kajian khusus yang sesuai dengan kebutuhan bidang

ilmu dan profesi pengguna Bahasa Inggris tersebut. Bidang ilmu dan profesi

tersebut misalnya Bahasa Inggris untuk ilmu hukum, kedokteran, teknik mesin,

ekonomi, atau maritim dan lain sebagainnya. Robinson selanjutnya mengatakan

“It (here ESP) is generally used to refer to the teaching and learning of a foreign

language for a clearly itilitarian purpose of which there is no doubt.”23

Dengan demikian, pengajaran Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus

(English For Specific Purposes-ESP) mempunyai pendekatan dan asumsi yang

berbeda dengan General English (GE) misalnya. Tujuan ESP adalah agar

mahasiswa mampu menguasai Bahasa Inggris pada bidang yang mereka pelajari.

Misalnya mahasiswa kimia, maka mereka harus memahami Bahasa Inggris untuk

kimia, atau jika mereka mahasiswa teknik, mereka harus mengetahui Bahasa

Inggris untuk teknik, atau jika mereka bekerja di perhotelan, maka mereka harus

menguasai Bahasa Inggris perhotelan, jika mereka mahasiswa maritim, maka

mereka harus menguasai Bahasa Inggris maritim.

ESP umumnya digunakan pada pengajaran bahasa asing untuk kegunaan

tertentu pada bidang ilmu dan profesi tertentu. Tujuan ini umumnya dipahami

sebagai manfaat dalam peran Bahasa Inggirs itu sebaga alat komuniksi baik lisan

maupun tulisan. Maka dari itu, ESP sebaiknya dilihat sebagai pendekatan, konsep

dan metode yang memang berbeda dengan Bahasa Inggris umum (General
23
Paulina Robinson, English For Specific Purposes (Oxford: Pergamon Press, Ltd, 1990),
p.5.
20

English). ESP adalah suatu pendekatan pengjaran Bahasa Inggris yang

mempunyai pendekatan, persepsi, desain, materi, evaluasi dan tujuan yang

berbeda. Materi ESP mengacu pada kebutuhan mahasiswa (students’ needs) dan

pengguna lulusan itu sendiri. Hal senada juga dikatakan oleh Mc Donough

tentang definisi dan konsep ESP. Dia berpepndapat “ESP courses are those

where the syllabus and materials are determined in all essentials by prior

analysis of the communication needs of the learners.”24

Pendapat Donough mengindikasikan bahwa materi dan silabus serta tujuan

ESP harus dirancang dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan

pengguna lulusan karena mahasiswa baik ketika mereka kuliah maupun ketika

mereka akan bekerja materi ajar atau bahan ajar harus sesuai dengan

kebutuhannya. Jadi pendekatan ESP adalah pendekatan dari bawah ke atas (button

up approach ).

Dengan uraian di atas, hal ini dapat disimpulkan bahwa ESP adalah bukan

suatu produk baru, tetapi sebuah pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris

yang berbeda dengan Bahasa Inggris umum. ESP merujuk pada pembelajaran

Bahasa Inggris yang berorientasi kebutuhan khusus pembelajar sesuai dengan

bidang ilmu dan pekerjaan. Materi ESP berbasis dan dikembangkan berdasarkan

analisis kebutuhan.

2. Karakteristik English for Specific Purpose (ESP)

Sebagai suatu pendekatan baru dalam pembelajaran Bahasa Inggris, ESP

memiliki ciri dan karaketeristik yang berbeda dengan pembelajaran Bahasa


24
Jo.Mc. Donough. ESP in Perspective A Practical Guide. (London: Collin ELT,
1984), p.3.
.
21

Inggris umum (General English). Karakeristik ini tentu juga berbeda secara jelas

dan signifikan dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang lain seperti seperti

English as Second Language (ESL) atau English as a Foreign Language (EFL).

Beberapa ahli ESP memberikan karakteristik dan ciri-ciri utama ESP

dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang beragam dan bervariasi. (Strevens,1988)

dalam Kristen Gatehouse, Key Issues in English for Specific Purposes (ESP)

Curriculum Development mengatakan bahwa ada empat karakteristik utama ESP

sebagai pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris yaitu a) ESP dirancang

untuk memenuhi kebutuhan pembelajar, b) substansi dan isi ESP dikaitkan dengan

tema dan topik pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu,

c) berpusat pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang ilmu

atau pekerjaan seperti sintaksis, leksikal, wacana, semantik, dan sebagainya, dan

d) ESP berbeda dengan General English.25

Robinson selanjutnya mengatakan bahwa ada tiga ciri utama ESP yang

membedakannya dengan General English atau English a Foreign Language

(EFL) atau English as a Mother Tongue (EMT). Ketiga karakteristik tersebut

adalah 1) ESP adalah pembelajaran yang berorientasi tujuan (goal oriented).

Dalam konteks ini, pembelajar belajar Bahasa Inggris bukan karena alasan ingin

tahu bahasa itu sebagai bahasa dan budaya yang terkandung di dalamnya, tetapi

pembelajar belajar ESP karena memiliki tujuan khusus, tertentu dan spesifik

dalam bdang akademik dan profesi yang satu dengan yang lainnya. 2) Substansi

ESP dirancang dan dikembangkan berdasarkan konsep analisis kebutuhan (need


25
(Strevens,1988) Kristen Gatehouse. Key Issues in English for Specific Purposes (ESP)
Curriculum Development oleh dalam Kristen Gatehouse dalam Kristen
Gatehouse/http//www.khe-service.com/7/26/2009) p.1.
22

analysis). Konsep analisis kebutuhan bertujuan untuk mengkhususkan dan

mengkaitkan serta mendekatkan apa yang dibutuhakan pembelajar baik dalam

bidang akademik maupun profesi. 3) ESP lebih ditujukan pada pembelajar dewasa

dari pada anak atau remaja. Hal ini logis karena ESP umumnya diajarkan pada

tingkatan akademik menengah dan tinggi dan profesional atau tempat kerja.26

Agak berbeda dengan (Strevens,1988) dan Robinson, Evens dan Maggie

mengajukan karakteristik ESP dengan menggunakan dua istilah utama yaitu a)

karakteristik yang absolut dan b) karakteristik variabelistik. 27

Karakteritik absolut merupakan karakteristik yang hakiki dan merupakan

tipikal dari ESP. Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa krakteristik absolut dari

ESP adalah:

ESP is designed to meet needs of the learners; ESP makes use of the
underlying methodology and activities of the disciplines it serves; ESP is
centered on the language (grammar, lexis, register), skills, discourse, and
genre appropriate to these activities.

Dari kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga hal yang

berkaitan dengan ESP. Pertama, ESP harus disain dan dirancang untuk memenuhi

kebutuhan pembelajar. Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pembelajar,

mereka menambahkan bahwa hakikat ESP memenuhi kebutuhan pembelajar

berarti fokus pada kebutuhan pembelajar, berlangsung efektif, sesuai dengan

kebutuhan pembelajar, dan memungkinkan pembelajar belajar dengan sukses

sesuai dengan rentang waktu yang dirancang. Berkaitan dengan analisis

kebutuhan agar substansi ESP benar-benar sesuai dan memenuhi kebutuhan

26
Paulina.C. Robinson, ESP Today: A Practioner’s Guide. (New York: Prentice Hall.
1991). p. 2-3
27
Evens-Dudley Tony dan Maggie Jo st.John . Developments in ESP: A multi-
disciplinary approach. (Cambridge: Cambridge University Press. 1998), p.4-5.
23

pembelajar, (Hoadley-Maidment,1980) dalam McDonough (1984)

mengemukakan ada tiga sumber informasi utama dalam melakukan analisis

kebutuhan yaitu a) pengajar, b) pembelajar, dan c) stakeholder ).28

Kedua, ESP merealisasikan metodologi dan aktivitas sesuai dengan bidang

ilmu yang ditargetkan atau dipelajari dan diajarkan. Ini artinya bahwa metode dan

aktivitas yang dilakasanakan dalam pembelajaran di kelas harus sesuai dengan

bidang ilmu, pekerjaan, dan profesi yang mencerminkan variasi dan beragamnya

esensi dari ESP itu sendiri.

Ketiga, sebagai suatu pendekatan baru, fokus ESP adalah penggunaan

kebahasaan yang tipikal (grammar, lexis, register), keterampilan, wacana, genre

yang sesuai dengan aktivitas. Dalam hal ini cakupan kebahasaan dalam ESP baik

dalam tataran, grammar, leksikal dan register dalam hal tertentu berbeda dengan

Bahasa Inggris Umum (General English).

Di samping itu, ciri fundamental lain dari ESP masih menurut Evens dan

Maggie adalah keterampilan berbahasa, wacana dan genre. Dalam pembelajaran

ESP, konsideran mengenai keterampilan berbahasa yang diajarkan menjadi isu

penting yang harus dipertimbangkan. Dalam konteks akademik dan profesi atau

pekerjaan, fokus keterampilan cenderung berbeda antara bidang akademik dan

profesi yang satu dengan yang lain. Ada bidang akademik atau profesi yang

memfokuskan dan mengutamakan keterampilan berbicara di satu sisi, tetapi ada

juga bidang akademik atau profesi yang dominan dengan keterampilan menulis.

28
Hoadley- Maidment, 1980 dalam McDonough. ESP in Perspectives: A Practical
Guide. (London: Collin Educational Publishing,1984).p.38.
24

Kemudian ciri fundamental tersebut, ESP juga memiliki variabel yang

juga menunjukkan esensi lain dari ESP bila dibandingkan dengan GE atau ESL

dan EFL.. Variabel-variabel tersebut misalnya a) ESP sebaiknya menggunakan

situasi pembelajaran khusus dan metode mengajar yang berbeda dengan Bahasa

Inggris umum , b) ESP kelihatannya lebih sesuai dan cocok bagi pembelajar

dewasa baik pada akademik tinggkat tinggi maupun profesi atau tempat kerja

profesional, namun ESP mungkin juga dapat digunakan bagi pembelajar tingkat

menengah, c) biasanya ESP dirancang dan didesain untuk mahasiswa dengan level

tingkat menengah dan tinggi, namun demikian sebagian pembelajaran ESP juga

memungkinkan untuk pembelajar tingkat pemula.

Dari uraian di atas, ada dua hal penting yang dapat ditarik sebagai

kesimpulan. Pertama, karakteristik yang absolut dan fundamental. Absolut dan

fundamental artinya ciri tersebut merupakan wajib dan harus ada dan digunakan

dalam pengembangan pembelajaran ESP dan bersifat final dan tetap. Kedua,

karakteristik yang bersifat optional atau lebih tepatnya dapat dikategorikan dengan

menggunakan kata ’seharusnya’ atau kata atau frase ”lebih baik atau lebih

sesuai.” Artinya karakteristik tersebut masih dapat dirubah, dikembangkan dan

atau disesuaikan sebagaian atau seluruhnya dalam pembelajaran ESP. Perubahan

dan penyesuaian tersebut tergantung pada konteks ESP itu sendiri.


25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(research and development) yang dapat didefinisi sebagai “a process used to
develop and validate educational products atau suatu proses untuk
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan”.29 Penelitian ini dikatakan
penelitian dan pengembangan (research and development) karena meliputi
kegiatan penelitian dan pengembangan model bahan ajar berbasis TIK.
Pelaksanaan penelitian mencakup kajian konseptual tentang bahan ajar
bahasa Inggris, studi lapangan mengenai bahan ajar berbasis TIK, dan studi
tentang kebijakan universitas mengenai pentingnya integrasi teknologi ke dalam
pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut masuk dalam penelitian pendahuluan yang
menjadi pijakan dalam pengembangan model bahan ajar berbasis TIK. Hasil yang
diperoleh melalui penelitian awal kemudian dianalisis dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK. Sesuai
dengan jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian dan pengembangan
(research and development), maka metode yang digunakan juga merupakan
perpaduan antara metode penelitian dan metode pengembangan. Penggabungan
kedua istilah ini lebih sering dikenal dengan sebutan metode penelitian dan
pengembangan.

B. Prosedur Penelitian
Proses penelitian dan pengembangan meliputi sepuluh langkah, yaitu: (1)
mengumpulkan riset dan hasil penelitian; (2) perencanaan; (3) mengembangkan
bentuk produk awal; (4) pengujian lapangan pendahuluan; (5) revisi produk

29
W.R. Borg . & Gall, M.D.. Educationnal Research. (London: Longman, 1983), hal. 772
26

utama; (6) uji lapangan utama; (7) revisi produk operasional; (8) uji lapangan
operasional; (9) revisi produk akhir; (10) penyebaran dan implementasi.30
Namun, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, kesepuluh
langkah tersebut disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu: (1) penelitian
pendahuluan, (2) penyusunan model, dan (3) validasi model31. Pertama, penelitian
Pendahuluan dilakukan dalam bentuk studi kepustakaan dan survei pendahuluan.
Langkah ini sering dikenal dengan sebutan analisis kebutuhan (need assessment).
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengkaji kondisi riil bahan ajar bahasa
Inggris yang digunakan. Kedua, dengan mendasarkan pada hasil penelitian
pendahuluan, maka dirumuskan dan diadaptasikan model bahan ajar berbasis TIK
yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hasil
pengembangan model ini dalam bentuk bahan ajar bahasa Inggris berupa modul
berbasis weblog, youtube, dan podcasting. Ketiga, validasi model yang dilakukan
dalam research and development (R &D) ini adalah validasi ahli. Validasi ini
dilakukan dengan meminta beberapa praktisi dan pakar TIK dan Ahli Bahasa
Inggris untuk memberikan pertimbangan, penilaian dan masukan pada model
pembelajaran bahasa Inggris yang telah dikembangkan.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
observasi; (2) wawancara; (3) studi dokumen; (4) angket; dan (5) portofolio.
Pertama, observasi dilakukan melalui dua tahap, yakni observasi tahap pertama
untuk mengetahui kondisi riil bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan.
Observasi tahap kedua untuk mengamati efektivitas model pembelajaran yang
dikembangkan. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi berperan pasif. 32
Kedua, wawancara digunakan untuk mendapatkan data mengenai penggunaan
bahan ajar berbasis TIK dan efektivitas model yang dikembangkan. Wawancara
yang dilakukan adalah jenis wawancara mendalam (in-depth interviewing).
30
W.R. Borg . & Gall, M.D, op.cit.hal. 784-785
31
Sukmadinata, N.A., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 14.
32
J.P. Spradley, Partisipan Observation (New York : Holt, Rinehart, and Winston,1980), pp. 58-
62.
27

Ketiga, studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan


dengan perangkat persiapan pembelajaran dan berbagai kebijakan UIN Alauddin
yang menjadi pedoman dalam integrasi TIK ke dalam pembelajaran. Keempat,
angket dalam penelitian ini digunakan untuk validitas model, yaitu validasi pakar
dan praktisi. Dalam validasi ini, para pakar dan dosen bahasa Inggris diberi angket
untuk memberi tanggapan dan penilaian terhadap model bahan ajar yang
dikembangkan. Angket ini berupa angket terbuka, dalam arti informan diberi
kebebasan untuk memberikan masukan dan penilaian. Kelima, portofolio adalah
hasil pekerjaan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam uji coba
efektivitas model bahan ajar yang dikembangkan.

D. Keabsahan Data
Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
kualitatif, maka uji validitas data yang dilakukan lebih banyak ditekankan pada uji
validitas data kualitatif. Adapun langkah yang ditempuh dalam mengembangkan
validitas (kesahihan) data penelitian adalah: (1) trianggulasi; (2) reviu informan;
(3) Penyusunan data base; dan (3) kehadiran peneliti ke tengah lokasi penelitian.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan
trianggulasi metode.33 Reviu informan merupakan upaya pengembangan validitas
data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan yang telah
disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok
(key informan).34 Data base merupakan kumpulan formal bukti data yang
diperoleh dari berbagai sumber data yang dapat berupa catatan, dokumen,
rekaman, bahan tabulasi dan narasi.35 Sedangkan, dalam pelaksanaan penelitian
ini, peneliti secara langsung hadir ke lokasi penelitian untuk melakukan
pengumpulan data.

E. Teknik Analisis Data


33
M.Q. Patton, Qualitative Evaluation Methods (London : Sage Publications, 1983), pp. 108-109.
34
H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif : Metodologi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan
Budaya (Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988)., p. 74.
35
Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods (Baverly Hills, London New Delhi :
Sage Publications, 1987), pp. 92-96.
28

Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu


pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena
penelitaian ini berusaha mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK, di mana
data yang terkumpul dan diolah adalah data kualitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan dalam uji efektivitas, yaitu untuk membandingkan tingkat efektivitas
antara bahan ajar berbasis TIK dengan bahan ajar konvensional. Dengan demikian
dalam pelaksanaan analisis data penelitian ini berusaha memadukan dua
pendekatan yang berbeda, sehingga penelitian ini dapat dikatakan menggunakan
perpaduan dua metode atau mixed method.36
Analisis kualitatif digunakan dalam kajian konseptual bahan ajar bahasa
Inggris, studi lapangan bahan ajar berbasis TIK, studi kebijakan universitas,
pengembangan model bahan ajar berbasis TIK dan pada saat uji coba di lapangan.
Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen utama
yang saling berkaitan, yakni (1) reduksi data; (2) sajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan/verifikasi.37 Reduksi data dan sajian data merupakan dua komponen
analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data. Sajian data merupakan
rangkaian kalimat atau infomasi-informasi yang disusun secara logis dan
sistematis, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan penarikan
kesimpulan atau melakukan tindakan lain berdasarkan pemahamannya.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji efektivitas model
pembelajaran yang dikembangkan. Dalam hal ini model pembelajaran ini diuji
cobakan pada program PIKIH UIN Alauddin dan mengambil satu kelas
pembanding pada kelas yang menggunakan bahan ajar yang lain. Pembelajaran di
dua kelompok tersebut dengan standar kompetensi yang sama akan tetapi dengan
menggunakan bahan ajar yang berbeda. Uji coba ini dilaksanakan dua kali dengan
standar kompetensi yang berbeda. Hasil belajar dari kedua kelompok ini,
khususnya yang berupa portofolio dinilai dengan menggunakan penilaian rubrik.

36
Julia Branner, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research (USA: Ashgate
Publishing Company, 1995), p.11
37
M.B.Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods
(London New Delhi : Sage Publications, 1984), pp. 21-23.
29

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Model

Model pengembangan materi pembelajaran bahasa Inggris yang

dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan analisis kebutuhan. Oleh karena

itu dalam pembahasan hasil pengembangan model ini terlebih dahulu akan

dipaparkan hasil analisis kebutuhan dalam pembelajaran bahasa Inggris pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dalam mata kuliah English for

Specific Purposes.

1. Analisis Kebutuhan

Dalam pengembangan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, analisis kebutuhan

dilaksanakan dengan mengadakan penelitian pendahuluan, yang meliputi kajian

konseptual tentang pengembangan bahan ajar berbasis TIK dan observasi

terhadap pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan pada Jurusan Pendidikan

bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar.

a. Analisis Kondisi Bahan Ajar English for Specific Purposes

Bahan ajar English for Specific Purpose pada Jurusan Bahasa Inggris

Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

dilaksanakan berdasarkan pedoman yang telah ditentukan, yaitu berdasarkan

kurikulum bidang ilmu bahasa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


30

Tahun 2008. Mata kuliah ini dirancang dalam rangka membekali dan

mengembangkan pengetahuan mahasiswa mengenai konsep pendidikan Islam. Di

samping itu, mata kuliah English for Specific Purposes diarahkan untuk

memperbaiki keterampilan komunikasi mahasiswa dalam pengertian yang luas

yang mencakup aspek reading, writing, listening, and speaking, begitu pula

pemahamannya kepada Islam dan pendidikan Islam. Untuk memahami lebih jauh

tentang aspek-aspek ruang lingkup dan kawasan mata kuliah ini, berikut diuraikan

standard kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, dan topik-topik inti

yang yang menjadi pokok kajian sebagai mana dalam Silabus Mata Kuliah

English for Specific Purposes (ESP).

SILABUS MATA KULIAH ENGLISH FOR SPECIFIC PURPOSES

Course Name : English for Specific Purposes

Subject Code : TBI3006059

Semester : VI

Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris

Program : Undergraduate (S1)

Credit Points : 2 SKS

Course Description:

The English for Specific Purposes is designed for students to upgrade and update

their knowledge in Islamic Teaching. It is also intended to improve students’

communication skills in English for a broader range of purposes. This program

assists the students in reading, writing, listening, and speaking skills, as well as

giving them a deeper understanding about Islami and Islamic teaching.


31

Competence Standard:

1. Students understand the excellence of knowledge

2. Students understand the article of faith

3. Students understand the pillars of Islam

4. Students understand and appreciate ethics in Islam

5. Students understand responsibility of human beings as the creaturers

Based Competence:

1. Students figure out the excellence of knowledge

2. Students understand the articles of faith completely

3. Students understands prerequises of a true Moslem

4. Students understand ethics of eating

5. Students understand ethics of marriage

6. Students understand ethics of earning livelihood

7. Students understand the ethics of companionship

8. Students understands the ethics of travel

9. Students understand the rules of reading the qur’an

10. Students understand lawful and unlawful things

11. Students understand the evils of the tongue.

Indicators

1. Students figure out the excellence and value of knowledge

2. Students mention and describe the articles of faith

3. Students can explain the prerequises of a true Moslem

4. Students can write down ethics of eating


32

5. Students can explain the ethics of marriage

6. Students can describe ethics of earning livelihood

7. Students can explain the ethics of companionship

8. Students can tell the ethics of travel

9. Students can write down the rules of reading the qur’an

10. Students can explain the lawful and unlawful things

11. Students can tell the evils of the tongue.

Core Topics

1. The book of knowledge

2. The article of faith

3. The mysterious of purity

4. The mysterious of prayer

5. The mysterious of almsgiving

6. The mysterious of Fasting

7. The mysterious pilgrimage

8. The rules of reading the qur’an

9. The ethics of eating

10. The ethics of marriage

11. The ethics of learning livelihood

12. The book of lawful and unlawful

13. The ethics of companionship

14. The ethics of travel

15. Enjoining good forbidding evil


33

16. The evils of the tongue

Reference

Al-Ghazali’s Ihya’ Ulum Aldin, Revitalization of the Sciences of Religion,


Abridged by Abd El-Salam Haroun, Revised and Translaed by Dr. Ahmad Zidan
Islamic Inc Publishing and Distribution, Cairo Egypt 1997.

Ditinjau dari karakteristik ESP sebagai mana dijelaskan oleh Strevens

dalam pembahasan sebelumnya, yakni (a) ESP dirancang untuk memenuhi

kebutuhan pembelajar. (b) substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik

pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu, (c) berpusat pada

bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang ilmu atau pekerjaan

seperti sintaksis, leksikal, wacana, semantik, dan sebagainya, dan d) ESP berbeda

dengan General English, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang tersedia

sebagai mana ditunjukkan dalam silabus tersebut baru memenuhi sebagian dari

seluruh karakteritik yang ada.

Tidak dapat dipungkiri bahwa materi yang tersedia saat ini seperti yang

ditunjukkan dalam silabus tersebut telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan

mahasiswa dalam pengertian bahwa mahasiswa tersebut memiliki materi yang

hendak dipelajari. Namun, jika dianalisis lebih lanjut tentang kebutuhan

mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah Semester VI

tentu harus didekati dari berbagai aspek yang melingkupinya. Artinya,

pengembangan bahan ajar ESP harus diarahkn pada disiplin dan bidang

keilmuan. Oleh karena itu, substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik

pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu. Di sini, ESP

harus diarahkan pada bidang keilmuan ketarbiayaan dan keguruan yang dipayungi
34

oleh kontks keUINnan. Dengan kata lain, ESP yang dikembangkan pada jurusan

Pendidikan bahasa Inggris seharusnya diarahkan pada bidang keilmuan

Pendidikan dan keguruan yang dilingkupi bidang kajian keislaman.

ESP juga harus berpusat pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan

aktivitas dan bidang keilmuan atau pekerjaan. Secara linguistik, bentuk bahasa

yang paling terkecil dapat dianalisis secara komprehensif melalui fonetik dan

fonologi yang bidang kajiannya menggarap hal-hal yang berhubungan dengan

bunyi dan fonem. Pada level kosa kata dengan segala kategori dan struktur

pembentukannya dianalisis dalam bidang kajian morphology, kemudian pada

level kalimat yang mencakup frasa dan klausa dikaji secara mendalam melalui

bidang keilmuan sintaksis. Di samping itu, receptive skills seperti listening dan

reading serta productive skills seperti speaking dan writing merupakan bagian

yang terpisahkan dengan ESP.

Terakhir, ESP berbeda dengan General English. Perbedaan ini dapat

dilihat dari cakupan materinya dan fokus keterampilan yang hendak dicapai.

Bahasa Inggris umum boleh mengambil materi yang tidak sesuai dengan bidang

kajian yang penting dapat mengembangkan keempat keterampilan bahasa seperti

disebutkan di atas. Dengan demikian, materi sebagaimana dijelaskan dalam

silabus ESP yang telah disajikan sebeumnya lebih berorientasi pada bahasa

Inggris umum dari pada masuk dalam kategori ESP. Artinya materi bahasa ESP

saat ini belum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris

Semster VI.
35

b. Analisis Kompetensi dan Indikator yang Dibutuhkan

Pemahaman mendalam tentang domain pembelajaran bukan saja memberi

solusi pada kemampuan untuk merumuskan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam

pembelajaran melainkan juga dapat memberikan petunjuk untuk merumuskan

tujuan dan membuat indikator seperti yang terdapat pada Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mengkaji

kompetensi dan indikator yang hendak dicapai, perlu mempertimbangkan

keterampilan berpikir peserta didik menurut tingkat atau level pengetahuan mulai

dari yang terrendah sampai yang tertinggi sebagai mana dideskrepsikan di bawah

ini.

evaluasi
Keterampilan Berpikir Tingkat sintesis
Tinggi

Keterampilan Berpikir Tingkat


rendah

analisis
aplikasi
pemahaman
Pengetahuan

Perancang pembelajaran harus mempertimbangkan keterampilan berpikir


peserta didik dalam menyusun tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, gambaran
jelas tentang masing-masing tingkat keterampilan berpikir tersebut perlu
dideskrepsi secara detail untuk menghindari kekeliruan. Berikut ini perlu
dideskripsikan gambaran umum masing-masing tingkatan pengetahuan sebagai
berikut:
36

BLOOM TAKSONOMI
Pengetahuan Peserta didik yang bekerja pada tingkat ini hanya berkisar pada
mengingat atau menghafal informasi dari yang konkrit ke
informasi yang abstrak.
Pemahaman Pada tingkat ini, peserta didik mampu mengerti dan membuat
rangkaian dari sesuatu yang dikomunikasikan. Artinya, peserta
didik mampu menerjemahkan, menginterpretasi, dan
meramalkan kemungkinan dalam berkomunikasi.
Aplikasi Peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai dan
abstraksi dari suatu masalah atau situasi sekalipun tidak
diminta untuk melakukannya.
Analisis Peserta didik dapat memilah dan membagi materi ke dalam
beberapa bagian dan mampu mendefinisikan hubungan antara
bagian-bagian tersebut
Sintesis Peserta didik menciptakan produk, menggabungkan bagian-
bagian dari pengalaman sebelumnya dengan bagian yang baru
untuk menciptakan keseluruhan bagian.
Evaluasi Peserta didik memberikan keputusan terhadap nilai dari suatu
materi pembelajaran, argumen, atau pandangan yang
berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,
dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan.

Kemudian dilakukan revisi khususnya dalam domain kognisi dengan


mengubah penamaan yang semula menggunakan kategori kata benda menjadi kata
kerja dan memasukan aspek creating, menciptakan, sebagai tingkat tertinggi
dalam sistem berpikir yang harus terintegrasi dalam tujuan pembelajaran.
Taksonomi yang baru ini merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif
dan akurat dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya. Adapun perubahan yang
dimaksud dapat dilihat sebagai berikut.38

38
Nwlink, Bloom's Taxonomy of Learning Domains, 2010, hal, 2-4
(http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html)
37

Perubahan Tujuan pembelajaran

saui nsi
nathapalkhim aa hampussaaai nn menciptakan

mengevaluasi

m ee nm
m n geaear sappeinen atnaeglaeil eushrti
evnm

Taksonomi Bloom Revisi Anderson


asauinsni i
vnatathaaplaulkkhim
Berdasarkan standar kompetensi khususnya dalam hubungannya dengan
mm eennm ncgdeai eapr
keterampilan berpikir ilmiah seperti dijelaskan dalam Bloom dan Anderson di

atas, maka standar kompetensi dan kompetensi dasar yang didesain dalam silabus

di untuk mata kuliah English for Specific Purpose masih berada pada tingkat

perpikir rendah atau berada pada tinkat kedua dalam desain Anderson. Hal ini

penting untuk dipahami karena pembelajaran bahasa Inggris dilakukan pada

tingkat pendidikan tinggi dan perlu diarahkan pada kompetensi yang lebih tinggi

seperti pada tingkat menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan

atau pada level penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi menurut taksonomi

Bloom.

c. Analisis Media Pembelajaran yang Digunakan

Bretz mengidentifikasi karakteristik media menjadi tiga unsur pokok;

suara (audio), visual, dan gambar bergerak. Visual sendiri dapat dibedakan

menjadi tiga bagian yaitu gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu
38

kontinu dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Disamping

itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam

(recording) sehingga terdapat delapan klasifikasi media yaitu (1) media audio

visual gerak, (2) media audio visual tak bergerak, (3) media audio semi gerak, (4)

media visual gerak, (5) media visual tak bergerak, (6) media semi gerak, (7)

media audio, (8) media cetak.

Taksonomi ini lebih mengarah kepada karakteristik menurut stimulus atau

rangsangan yang dapat ditimbulkan dari pada medianya sendiri, yaitu: kesesuaian

rangsangan dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan

transmisinya. Menurut Briggs terdapat 13 macam media dalam pembelajaran

yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio media cetak, pembelajaran

terprogram, papan tulis, media transparansi, filem rankai, filem, filem bingkai,

telivisi dan gambar.

Gagne membuat tujuh macam pengelompokkan media, yaitu: benda untuk

didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar tak bergerak, gambar

bergerak, filem bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini

kemudian dikaitkannya dengan kemampuan untuk memenuhi fungsi menurut

tingkatan hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu:

 stimulus belajar

 minat belajar

 perilaku belajar

 kondisi eksternal

 cara berfikir
39

 alih ilmu

 prestasi, dan

 umpan balik

Selanjutnya, Heinin, Molenda, Russell, dan Smaldino membagi media dan

teknologi pembelajaran ke dalam enam komponen, yaitu: visual, audio, video,

komputer, multimedia, Internet & Intranet. Mereka juga menambahkan salah satu

bagian terpenting yang dapat dipertimbangkan dalam media pembelajaran adalah

”perjalanan lapangan”, field trip, semacam piknik atau perjalanan wisata. Field

trip merupakan berdarwa wisata di luar ruangan kelas untuk mengkaji proses

kenyataan, orang, dan barang atau sesuatu objek yang dapat diintegrasikan dengan

kurikulum atau proses pembelajaran. Dilihat dari segi harga, field trip merupakan

”media” pembelajaran yang paling murah dan dapat membawa dampak yang

sangat bagus dalam rangka meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik peserta didik.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, media pembelajaran yang

digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran pada mata kuliah ESP adalah

media visual lebih khusus pada media cetak karena hanya mengandalkan buku

paket dan pembelajaran face to face yang hanya berlangsung dengan setting ruang

kelas secara tradisional.

2. Deskripsi Pengembangan Bahan Ajar English for Specific Purpose

Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa bahan ajar bahasa Inggris

dalam mata kuliah English for Specific Purpose (ESP) pada Jurusan Pendidikan

Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar


40

Semester VI masih mengandalkan buku teks dan cenderung cocok dengan level

pendidikan menengah sehingga berfungsi sekedar menyampaikan materi

pembelajaran kepada mahasiswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan

bahkan menjadikan ESP sebagai mata kuliah yang diremehkan dan tidak

memberikan kontribusi signifikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu

diupayakan pembenahan dengan mengembangkan bahan ajar berbasis ICT

khususnya pemanfaatan media Web Blog sebagai media interaksi di samping

pertemuan face to face.

Mengingat kelemahan bahan ajar yang meliputi seluruh komponen ditinjau

dari karakteristik ESP sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka dalam

pengembangan bahan ajar dengan mengintegrasikan Web Blog dalam

pembelajaran dilakukan secara sistemik, yaitu meliputi seluruh komponen yang

terkait dengan proses pengembangan bahan ajar, yaitu aspek analysis, tujuan, dan

evaluasi. Hal ini sesuai dengan model desain yang dikembangkan oleh Dick &

Carey yang menjadi rujukan dalam mengembangkan bahan ajar ESP berbasis

Web Blog.

Pengembangan tersebut mencakup beberapa tahap, yakni tahap (1)

merancang tujuan Instruksional, (2) analisis instruksional (3) analisis pengetahuan

prasyarat dan karakteristik peserta didik (4) menyusun kompetensi atau kinerja

yang diinginkan, (5) mengembangkan instrumen (6) menyusun strategi

instruksional, (7) menyusun bahan ajar yang sesuai (8) melakukan evaluasi

formatif, dan ( 9) melakukan evaluasi sumatif.

a. Merancang Tujuan Instrukional


41

Tujuan Introuksional Umum 1

Peserta didik (mahasiswa) akan mampu memahami konsep pendidikan


Pelatihan ini didesain untuk 18 orang dosen jurusan bahasa Inggris
Islam, institusi, dan organisasi serta menerapkan dalam interaksi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada Universitas Islam Begeri (UIN) Alauddin
asingkronous melalui web blog.

Tujuan Intruksional Khusus/Sasaran yang ingin dicapai

1. Mahasiswa akan mampu menjelaskan dan memberikan contoh tentang


konsep-konsep pendidikan menurut beberapa ilmuan Islam
2. Mahasiswa akan mampu mengonstruksi ide-ide kritis dalam menyajikan
pandangan baik secara lisan pada pertemuan face to face maupun secara
tertulis melalui online.
3. Mahasiswa akan mampu menghubungkan pandangan-pandangan ilmuan
islam dengan pandangan ilmuan Barat tentang pendidikan.
4. Mahasiswa akan mampu mendiskusikan secara online dan face to face
tentang pendidikan institusi, dan organisasi-orgnisasi keislaman.

Tujuan Intruksional Umum 2

Mahasiswa akan mampu menganalisis isi bacaan tentang konsep pendidikan


islam, konsep pengetahuan, sistem pendidikan, insititusi, lembaga-lembaga
pendidikan Islam dan mengevaluasi berbagai kontribusi yang dihasilkan.
1. Mahasiswa akan mampu membandingkan konsep pendidikan Islam dan
barat, kontribusinya dalam pengembangan sain dan teknologi termasuk
mutu pendidikan yang dihasilkan
Tujuan Intruksional
2. Mahasiswa Khusus/Sasaran
mampu mengkaji isiyang ingin
bacaan dicapai
dan (Kompetensi
mengritisi Dasar)
dalam bentuk
tertulis melalui Web-blog dan lisan secara face to face
3. Mahasiswa akan mampu membuat rangkuman tentang konsep pendidikan
islam menurut ilmuan islam, sistem, aspek-aspek pedagogik, institusi
pendidikan Islam, dan orgnisasinya dengan memanfaatkan media Web
log
4. Mahasiswa mampu mengembangkan ide-ide mereka untuk
menyelesaikan solusi terhadap permasalahan pendidikan Islam seperti
yang tertera dalam isi bacaan.
42

Tujuan Akhir English for Specific Purpose

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah UIN


Alauddin Makassar Semester VI mampu memahami konsep pendidikan Islam,
konsep ilmu pengetahuan, pandangan berbagai ilmuan islam tentang tujuan
pendidikan Islam, sistem pendidikan, aspek-aspek pedagogik, etika dalam ilmu
pengetahuan, metode, hasil kreativitas, institusi, dan organisasi dalam Islam.
Mahasiswa juga mampu menjelaskan disertai contoh, mengonstruksi ide-ide
kritis dalam menyajikan pandangan baik secara lisan tertuis, menghubungkan
pandangan-pandangan ilmuan islam dengan pandangan ilmuan Barat tentang
pendidikan, mendiskusikan, membandingkan konsep pendidikan Islam dan barat,
mengkaji isi bacaan dan mengritisi dalam bentuk tertulis, membuat rangkuman
tertulis, mengembangkan ide-ide mereka untuk menyelesaikan solusi terhadap
permasalahan pendidikan Islam seperti yang tertera dalam isi bacaan dengan
memanfaatkan media web blog sebagai media dalam pembelajaran.

b. Analisis Instruksional

TIU TIK Domain


Peserta didik (mahasiswa) 1. Mahasiswa akan mampu
akan mampu memahami menjelaskan dan Pengetahuan
konsep pendidikan Islam, memberikan contoh tentang
43

institusi, dan organisasi serta konsep-konsep pendidikan


menerapkan dalam interaksi menurut beberapa ilmuan
asingkronous melalui web Islam
blog. 2. Mahasiswa akan mampu
mengonstruksi ide-ide Aplikasi
kritis dalam menyajikan
pandangan baik secara lisan
pada pertemuan face to
face maupun secara tertulis
melalui online.
3. Mahasiswa akan mampu
Sintesis & evaluasi
menghubungkan
pandangan-pandangan
ilmuan islam dengan
pandangan ilmuan Barat
tentang pendidikan.
4. Mahasiswa akan mampu
Sintesis & evluasi
mendiskusikan secara
online dan face to face
tentang pendidikan
institusi, dan organisasi-
orgnisasi keislaman.

Mahasiswa akan mampu 1. Mahasiswa akan mampu Analisis


menganalisis isi bacaan membandingkan konsep
tentang konsep pendidikan pendidikan Islam dan barat,
islam, konsep pengetahuan, kontribusinya dalam
sistem pendidikan, insititusi, pengembangan sain dan
lembaga-lembaga pendidikan teknologi termasuk mutu
Islam dan mengevaluasi pendidikan yang dihasilkan
berbagai kontribusi yang 2. Mahasiswa mampu
44

dihasilkan mengkaji isi bacaan dan Analisis & Sinesis


mengritisi dalam bentuk
tertulis melalui Web-blog
dan lisan secara face to face
3. Mahasiswa akan mampu
membuat rangkuman
tentang konsep pendidikan Evaluasi
islam menurut ilmuan
islam, sistem, aspek-aspek
pedagogik, institusi
pendidikan Islam, dan
orgnisasinya dengan
memanfaatkan media Web
log
4. Mahasiswa mampu
Menciptakan
mengembangkan ide-ide
(Kreativitas)
mereka untuk
menyelesaikan solusi
terhadap permasalahan
pendidikan Islam seperti
yang tertera dalam isi
bacaan.

c. Analisis Hirarki dan Keterampilan Prasarat (Entry Behavior)

asiswa) akan mampu memahami konsep pendidikan Islam, institusi, dan organisasi serta menerapkan dalam interaksi asin

menjelaskan dan memberikanmengonstruksi


contoh (1) ide-ide
menghubungkan
kritis (2) beberapa pandangan
Mendiskusikan
(3) hasil bacaan (4)

Menformulasi
mengemukakan konsep, sistem, ide ke dalam
dan aspek pendidikan paragraph
Islam (1.3) dan
membandingkan
memposting (2.3)
sistem
Merekonstruksi
pendidikan ide menjadi pandangan baru (4.3)
memberikan contoh tentang
Menspesifikasi
organisasiide-ide
dan insititusi
dan memposting
(1.2)mengaitkan
ke dalam
antara
Webpendidikan
blogMerespon
(2.2)baratpandangan
dan Timur (3.1)
kolega terhadap hasil kajian (4.2)
45

mendeskrepsikan konsepmenyimpukan
ilmu pengetahuan
hasil bacaan
(1.1) dan memberi respon (2.1) Memposting hasil kajian secara online
(4.1)

Garis Pembatas Keterampilan Prasyarat

Mampu mengoperasikan Komputer


Menguasai bahasa
A Inggris lisan dan
Mengetahui
tulisan operasi
B Internet
46

d. Menyusun Kompetensi atau Kinerja

KESESUAIAN TIK DAN UNJUK


LANGKAH-LANGKAH
KERJA
A. Tujuan Istruksional 1 Note :
KN = Kondisi yang disoroti
PR = Perilaku diidentifikasi
KR = Kriteria yang ditunjukkan
1. Mahasiswa akan mampu menjelaskan Diposting konsep pendidikan Islam
menurut Ibnu khaldun, Al-Farabi, Al-
dan memberikan contoh tentang
Ghazali, dan Ibnu Sina, kemudian
konsep-konsep pendidikan menurut memberi contoh dengan menggunakan
gramatikal bahasa Inggris yang benar,
beberapa ilmuan Islam
(KN), mahasiswa membaca dan
menganalisis wacana yang dikirim
melalui web blog (PR), mahasiswa
menjelaskan isi bacaan (KR).

Diberikan pertanyaan kritis setelah


2. Mahasiswa akan mampu mengonstruksi
mengkaji bahan bacaan (KN),
ide-ide kritis dalam menyajikan mahasiswa mengonstruksi ide-ide
seputar pertanyaan (PR), dan
pandangan baik secara lisan pada
memposting tulisan melalui media web-
pertemuan face to face maupun secara blog dan merespon tulisan kawannya
yang telah memposting respon (KR).
tertulis melalui online.

Diberikan pertanyaan yang berkaitan


3. Mahasiswa akan mampu
dengan pendidikan Islam dan
menghubungkan pandangan-pandangan pendidikan Barat (KN), mahasiswa
memberikan respon tentang perbedaan
ilmuan islam dengan pandangan ilmuan
dan hubungan antara pandangan Barat
Barat tentang pendidikan. dengan ilmuan Islam (PR)
mengonstruksi ide secara tertulis
melalui web blog dan secara lisan face
to face alam ruang kelas (KR).
4. Mahasiswa akan mampu mendiskusikan Diberikan bahan bacaan mengenai
secara online dan face to face tentang institusi pendidikan dan organisasi
pendidikan islam (KN), mahasiswa
pendidikan institusi, dan organisasi- mebaca dan menganalisis kemudian
orgnisasi keislaman. menyusunnya dalam bentuk tulisan
(PR), terbaca tulisan dan dapat
ditanggapi oleh mahasiswa lain.
47

B. Tujuan Instruksinal 2
Diberikan bacaan dan pertanyaan yang
1. Mahasiswa akan mampu
yang berhubungan dengan kontribusi
membandingkan konsep pendidikan
pendidikan Islam dan Barat dalam
Islam dan barat, kontribusinya dalam
membangun peradaban manusia (KN),
pengembangan sain dan teknologi
mahasiswa menyimak dan menganalisis
termasuk mutu pendidikan yang
bahan bacaan (PR), klasifikasi dan
dihasilkan
kategorisasi (KR).

2. Mahasiswa mampu mengkaji isi bacaan


Memberikan bahan bacaan mengenai
dan mengritisi dalam bentuk tertulis
institusi pendidikan Islam, publikasi,
melalui Web-blog dan lisan secara face
dan kondisi sain teknologi dalam
to face
masyarakat Islam (KN), membuat
tulisan kritik dengan beberapa catatan
yang rasional (PR), erlihat dalam
komentar posting dalam web blog (KR).

3. Mahasiswa akan mampu membuat


Diberikan tugas untuk membuat
rangkuman tentang konsep pendidikan
rangkuman terhadap beberapa bahan
islam menurut ilmuan islam, sistem,
bacaan yang sudah diseleksi terlebih
aspek-aspek pedagogik, institusi
dahulu (KN),mahasiswa mengumpulkan
pendidikan Islam, dan orgnisasinya
materi bacaan yang sudah terseleksi dan
dengan memanfaatkan media Web log.
meramunya secra singkat dan jelas (PR),
Rangkuman materi terposting dalam
web blog yang kemudian diprint out
untuk dikaji lebih mendalam dalam
pertemuan face to face (KR).
48

4. Mahasiswa mampu mengembangkan Diberikan tugas untuk memilih topic


ide-ide mereka untuk menyelesaikan berdasarkan minat atau pemahaman
solusi terhadap permasalahan komprehensif (KN), mahasiswa
pendidikan Islam seperti yang tertera mengembangkan topic itu dengan
dalam isi bacaan. mencari referensi yang sesuai dengan
topic yang dibahas dan dikembangkan
dalam bentuk paper (PR), paper yang
berisi sejumlah kritikan terhadap
persoalan yang dihadapi lembaga
pendidikan islam atau organisasi Islam
saat ini dan memberikan solusi terhadap
masalah yang dihadapi.

e. Mengembangkan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam bahan ajar English for Specific Purpose
ini terdiri atas dua komponen, yakni instumen online dan face to face. Instrumen
online digunakan untuk mengukur kemampuan penguasan bacaan dan writing,
sedangkan instrument face to face hanya untuk mengukur kemampuan listening
and speaking. Semua pertanyaan yang diajukan untuk menguji penguasan materi
bacaan didesain dalam bentuk essay yang diangkat dari bahan bacaan. Artinya
jika mahasiswa tidak membaca bahan yang diberikan, maka proses mengonstruksi
ide tidak akan sejalan dengan isi bacaan. Berikut ini diberikan contoh pertanyaan
dari beberapa topic.

Topik Bahan Bacaan Pertanyaan Item tes

Some people said that


A CONCEPTION OF conception of education does
ISLAMIC not have any roots in Islam. If Essay
EDUCATION there is a term, it is limited
only for implying that Islamic
49

education omits secular


knowledge. The other might
assume that it is shorthand for
hatred teaching of western
civilization. How do you think
this opinion? Write at least
three reasons to support your
argument. You may agree or
disagree with those.

Essay
Islam and the West have
different point of view about
THE ISLAMIC knowledge. The term
CONCEPT OF knowledge in Islam is called
KNOWLEDGE 'ilm that refers to all-embracing
term covering theory, action
and education. Knowledge in
the Western world means
information about something,
divine or corporeal. Muslims
claim that no other religion or
ideology has so much
emphasized the importance of
'ilm. The West, however, has
successfully used the
knowledge to establish
civilization. What do you think
about the application of
knowledge in the Moslem
world and the West right now?
Include data as well as
scientific reason to support
your argument.

Essay
Report to UNESCO of the
International Commission on
AL-FARABI’S Education for the Twenty-first
PERSPECTIVES ON Century that education
THE GOALS OF throughout life is based upon
ISLAMIC four pillars: learning to know,
EDUCATION learning to do, learning to live
together, and learning to be.
Explain your point of view,
how UNESCO’s four pillars of
50

education can reach perfect


human being (al-insan al-
kamil). Are those pillars
enough or is there anything
missing?

One of the western scientists,


EDUCATION Jean Piaget, said that children’s
SYSTEM IN Essay
development depends on stages
MOSLEM SOCIETIES
of cognitive development.
They are sensory-motor (birth-
2 yrs), where the children are
able to  differentiates self from
objects , pre-operational (2-7
years), learn to use language
and to represent objects by
images and words, concrete
operational (7-11 years), can
think logically about objects
and events, formal operational
(11 years and up)  can think
logically about abstract
propositions and test
hypotheses systematically.  On
the other hand, Prophet
Muhammad said: ‘Learn
science from the cradle to the
grave.'  Is the development
dependent on the age or
learning process? Include at
least three reasons to support
your argument.
51

Deterioration of morals, ethics,


and decrease of nation
PEDAGOGICAL achievement is a strong
PRINCIPLES indication that this nation is
facing various dilemmas. If it
Essay
does not have any solution that
can be found we will face more
complex problem. Character
and culture education is
considered as one solution to
minimize shallow
understanding against the
noble values of the Indonesian
nation. How do you think Ibnu
khaldun’s pedagogical
principles can be implemented
in Indonesian Schools to
produce good quality as perfect
human beings (insan kamil)?

f. Mengembangkan Instruksional Strategies


Secara makro strategi instruksional merujuk pada aktivitas pembelajaran

yang mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dalam

bahasa Indonesia sering disebut dengan langkah-langkah pembelajaran. Di

alamnya sudah termasuk media, materi, metode, dan asesmen. Namun secara

mikro srategi pembelajaran mrujuk paa metode yang menyangkut cara atau

strategi untuk digunakan dalam mencapai tujun yng diinginkan. Pada bagian ini

dijelaskan minimal satu tujuan instruksional khusus.

Pendahuluan
Deskripsi Singkat
52

Pengembangan bahan ajar English for Specific Purpose ini mencakup


integrasi ICT khususnya web blog dalam memediasi proses pembelajaran.
Materinya mencakup a conception of Islamic education, the Islamic concept of
knowledge, Al-Farabi’s perspectives on the goals of Islamic education, educationl
system in moslem society, pedagogical principles on Ibnu khaldun perspectives,
Ibnu Sina’s view of knowledge and ethics, the cncept of methods and knowledge
of teaching, muslim printing before Gutenberg, knowledge, learning institutions
and libraries in Islam: Book Publishing and Paper Making, Islam, Science and
Learning, General Organization of Education and Teaching Methods in Islamic
Civilization, and Learning Institutions in Islam.

Relevansi : Jika mahasiswa sudah mengetahui cara mengoperasikan computer,


penguasaan bahasa Inggris secara lisan dan tertulis serta memahami Internet cukup
memadai, maka proses aksessing dan penggunaan web bog dalam pelaksaan
pembelajaran dapat dilakukan dengan efektif.

5. TIK: Mahasiswa mampu mengkaji isi bacaan dan mengritisi dalam bentuk
tertulis melalui Web-blog dan lisan secara face to face

Penyajian

Uraian :
Memberikan bahan bacaan mengenai institusi pendidikan Islam, publikasi, dan
kondisi sain teknologi dalam masyarakat Islam, mahsiswa membaca dan mengkaji
bacaan tersebut kemudian menjawab pertanyaan dengan menulis respon pada
kolom komentar. Bagi mahasiswa lain membaca posting tersebut dan memberikan
tanggapan terhadap posting tersebut. Masing-masig mahasiswa memiliki satu kali
posting utama dan satu kali posting komentar untuk menanggapi komentar dari
mahasiswa lainnya.

Contoh :
53

Pertanyaan

Some people said that conception of education does not have any roots in
Islam. If there is a term, it is limited only for implying that Islamic
education omits secular knowledge. The other might assume that it is
shorthand for hatred teaching of western civilization. How do you think
this opinion? Write at least three reasons to support your argument. You
may agree or disagree with those.   

Response:

Judul: tugas ESP DARI ANDI HAMSINAR,PBI 4


SEMESTER 7.
email:Inar_uin@yahoo.com

Yeah .. Sometimes We find Some different opinions in Islam, the people


may agree That Islamic education omits secular knowledge or the other
Might Also assume That it is Shorthand for teaching hatred of western
civilization. But We have to know first what Secularism is? According to
Muhammad Qutb, Secularism is Iqomatu al-biological 'ala al-mina ghoyri
asasina early (to build the structure of life on the foundation of the system
other than Islam). And An-Nabhani interprets, "Separation of religion from
life, this idea became aqeedah (principle), as well as Qiyadah fikriyah
(ideological leadership) as well as fikriyah Qaeda (base thinking)" (see:
Nizhamul Islam Al-Quds, 1953) on the basis of this thinking They argue
that humans alone are entitled to make rules to their life, and in accordance
with the passions and minds are very limited.

So for me Islam is a system to regulate the life of this universe. Education


in Islam also teaches that Islam and science can not be separated. For
science without faith will be crippled or weak. Islam never teaches hatred
in western countries, because Islam is for all humans in this world. And the
message is clear and definite that Islam makes the goal of education to
create "Islamic Personality" and equip with knowledge relating to life, so
the lesson delivery methods designed to support the achievement of
objectives and any methodology that is not oriented to that goal. Thus,
Islamic education is not only "Transfer of Knowledge", without regard to
science is given it, whether it can grow the way of Islamic thinking and
behavior or no . Therefore, it must always be tied to the idea of life and
values of Islamic life that is always spinning in circles increase in Faith.
The point is that there is no separation of religion and science with the
science of life and not known to clergy or bureaucrats, science belongs to
Allah and we all must practice in accordance with Islamic Shari'a.
54

So I disagree if Islamic education omits secular knowledge or the other


Might Also assume That it is Shorthand for teaching hatred of western
civilization, because Islam is for all humans in this world.

10 November 2010 04.22


 

JUDUL : TUGAS ESP DR ETTY RUKMANA


SEMESTER 7
EMAIL: ethorukmana@yahoo.com
yeah......if we see right now, all education system is come from western for
example USA. even all people around in the world come to abroad. Enland
and USA expecially as the expecially destination to find education.
but have you seen the past when the moeslem become the king of the
world? so I disagree if we say that islam noht have root with educational
system becouse long time a go all scientist from islamic era was found
knowledge in health, sciense, astronomy and ect.
for example, ibnu sina the founder of knowledge in health, Al-Sufi (903-
986 M)as the astrologycal scientist and from sciense there are a lot of name
such as, Abu al-Aswad ad-Du’ali, Abu at-Tayyib al-Mutanabbi and ect.
so, i disagree if there is a statement wich said islam not have root with
educational system becouse long time a go al the scientist was found the a
lot of knowledge.
thank you and sorry if has more less.....

10 November 2010 21.48


55

Penutup
1. Tes Formatif
a. Pra-tes: Tes ini akan diberikan sebelum diberikan bahan bacaan guna untuk
mengukur pengetahuan dasar yang dimiliki mahasiswa Tes ini akan
memasukkan seluruh materi yang akan disajikan dalam pembelajaran.
b. Pos-tes, yakni tes yang diberikan sesudah mahasiswa mengikuti seluruh
rangkaian pembelajaran. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
tingkat penguasaan materi yang sudah diberikan.
c. Tes profisiensi dengan mengumpulkan portofolio yang dilakukan oleh
mahasiswa. Tes ini dimaksudkan untuk melihat langsung tulisan yang
dihasilakan oleh mahasiswa.

2. Umpan Balik
Setiap tuisan atau posting mahasiswa akan terihat lengakp dengan tanggal
posting mereka dan diberikan umpan balik baik secara online maupun dalam
pertemuan face to face.

3. Tindak Lanjut
Alat bantu ingatan : web Blog http://englishforspesificpurpose.blogspot.com/
Situs ini harus dibaca setiap saat karena terdapat eberapa petunjuk dan informasi
tentang tugas dan kegiatan pembelajaran.
56

g. Mengembangakan Materi Instruksional dan format draft

Jika Media menjadi Versi Draft Kasarnya menjadi


Ilustrasi teks Word-processing
Overhead projector Tulis tangan
Kegiatan dan pusat belajar Pensil, fulpen, naskah berita di kertas tipis,
penggaris, penghapus, kerja, penajam pensil,
stapel, gunting, folder,pelubang kertas, tip
eks, dan lem.
Papan kecil, gambar, buku catatan, and Clip
Grafik arts
Videocassettes, computer multimedia

Video http://englishforspesificpurpose.blogspot.com

Internet
Tape, kaset
Audio

h. Evaluasi

Evaluasi terdiri atas evauasi formatif dan evauasi summative. Evaluasi

formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang

kondisi model yang dikembangkan dengan maksud untuk perbaikan. Sedangkan

evaluasi sumatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk member judgement apakah

model ini dapat digunakan untuk pembelajaran English for Specific Purpose atau

tidak. Namun evaluasi sumatif tidak termasuk dalam pengembangan ini. Untuk

lebih jelasnya akan dibahas melalui hasil validasi dan perbaikan sebagai berikut.
57

B. Hasil Validasi dan Perbaikan

Dalam upaya menyempurnakan hasil pengembangan bahan ajar English

for Specific Purpose, dilakukan validasi dalam bentuk: (a) diskusi/seminar dengan

praktisi dan (b) validasi pakar (expert judgement).

1. Diskusi/Seminar dengan Praktisi

Kegiatan diskusi dengan para praktisi dimaksudkan untuk mendapat

masukan terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Diskusi dilaksanakan dengan

para dosen pada Jurusan Pendidikan bahasa Inggris dalam berbagai kesempatan.

Diskusi ini dilaksanakan dengan dosen pendidikan Bahasa Inggris baik yang

berada di Makassar maupun yang sedang melanjutkan S3 pada Universitas negeri

Jakarta. Masukan yang didapat dari kegiatan diskusi dengan para dosen dapat

dirangkumkan sebagai berikut.

a. Mereka merasa senang dengan adanya pengembangkan bahan ajar

berbasis ICT khususnya melalui Web-blog sehingga mereka dapat

menyimpan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada

mahasiswa. namun Web blognya tidak perlu terlalu ramai dengan

warna-warni.

b. Para dosen kurang sepaham dengan upaya hanya pembelajaran online

dan tidak perlu adanya pertemuan face to face mengingat kemampuan

keuangan mahasiswa belum memungkinkan untuk selalu pergi ke

Warnet.
58

c. Tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan tidak perlu mencakup

seluruh aspek dalam tingkatan berpikir yang penting dapat

mengembangkan setahap demi setahap.

d. Perlu adanya petunjuk teknik tentang cara memposting, memberikan

komentar agar mahasiswa mudah melakukannya.

e. Dalam pelaksanaan penilaian harus dapat mengukur keempat

keterampilan bahasa dan bukan hanya reading dan writing saja.

Berbagai masukan tersebut telah dijadikan dasar bagi peneliti dalam

memperbaiki bentuk Web-blog yang telah didesain dan dikembangkan.

Menyangkut warni blog sudah direvisi sedemikian rupa sehingga menjadi

tampilan seperti sekarang ini. Begitu pula dengan tugas yang diberikan baik

posting utama maupun posting komentar sudah disesuaikan dengan kondisi

kemampuan mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan mahasiswa bahwa

mereka dapat mengakses melalui facebook dan dapat menggunakan HP mereka di

mana pun mereka berada.

Begitu pula tujuan pembelajaran telah dilakukan revisi sesuai dengan

kondisi riil mahasiswa. Sedangkan dalam penilaian, penilaian untuk keterampilan

membaca dan menulis dapat dilakukan melalui online dengan hanya menilai dari

segi tulisan mahasiswa. Artinya ketika maasiswa menulis posting utama dan

komentar dengan sendirinya mereka telah melaksanakan kegiatan membaca.

Tetapi yang berkaitan dengan speaking dan listening, penilaiannya dilakukan

dalam kelas secara face to face.


59

2. Validasi Pakar

Evaluasi pakar dilaksanakan dengan dua pakar, Kedua pakar tersebut

adalah:

a) Dr. Hadi Sutopo, M.Sc. Seorang Pakar Information Teknologi (IT)

sekaligus sebagai pakar dalam teknologi pembelajaran

b) Dr. Alek Abdullah sebagai pakar dalam bidang English for Spesific

Purpose.

Masukan dan penilaian dari kedua pakar dapat dirangkum dalam uraian

berikut.

a) Secara umum, bahan ajar ini dinilai baik dan merupakan terobosan baru

dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Inggris di Perguruan

tinggi Islam. Oleh karena itu disarankan agar pengembangan bahan ajar ini

tidak hanya dilakukan pada mata kuliah ESP mainkan untuk mata kuiah-

mata kuliah lainnya.

b) Upaya mengintegrasikan ICT ke dalam pembelajaran bahasa Inggris

khususnya dan pembelajaran lain umumnya harus dikembangkan dan perlu

memberikan pelatihan kepada Dosen-dosen sehingga mereka melakukan

hal yang sama dalam mata kuliah yang mereka ampuh.

c) Pemanfaatan sumber dan bahan pembelajaran hendaknya disesuaikan

dengan kondisi dan kemampuan perguruan tinggi. Secara konseptual,

perguruan tinggi Islam seharusnya sudah melakukan integrasi teknologi ke

dalam pembelajaran, tapi kenyataannya kemampuan dosen dan sarana


60

Internet di lingkungan kampus masih sangat terbatas sehingga mengalami

kesulitan untuk diterapkan seara serentak.

d) Penilaian yang dikembangkan hendaknya bukan diarahkan pada penguasaai

materi yang disampaikan melainkan menilai pencapaian tujuan

pembelajaran, yaitu standar kompetensi yang ada.

e) Peneliti harus lebih berani dalam melakukan kritik terhadap kurikulum

bahasa Inggris yang ada di lingkungan UIN Alauddin Makassar saat ini.

Masukan dari pakar tersebut cukup baik dan sangat bermanfaat untuk

meperbaikan dan menyempurnakan bahan ajar English for Specific Purpose..

Masukan lain, selain masukan tersebut berupa koreksi yang bersiifat redaksional,

sehingga tidak begitu mengubah substansi bahan ajar yang dikembangkan.

C. Hasil Uji Coba Efektivitas

Uji coba efektivitas bahan ajar ESP berbasis ICT ini dilakukan pada

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tariyah dan Keguruan UIN Alauddin

Makassar. Dalam pengembangan bahan ajar ESP ini dilakukan Uji coba pada

kelompok 3, dan 4. Sebagai kelompok treatment dan kelompok 5 dan 6 sebagai

kelompok pembanding. Artinya, kelompok 3 dan 4 diberi materi dengan

menggunakan bahan ajar berbasis ICT sedangkan pada kelompok 5 dan 6 diberi

materi yang sama tapi tidak menggunakan ICT.

Pelaksanaan uji coba menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelompok

eksperimen yang menggunakan bahan ajar berbasis ICT tampak lebih aktif

antusias dalam proses pembelajarannya. Mahasiswa merasa tertarik dan tertantang

untuk selalu mencoba dan mengulang posting sehingga dapat mengakses


61

pembelajaran melalui HP walaupun mereka berada di mana saja. Keaktifan

mahasiswa lebih tampak dalam diskusi, baik diskusi kelompok maupun diskusi

kelas, yaitu berusaha mempertahankan pendapat sesuai dengan persepsi masing-

masing. Keaktifan mahasiswa dalam berdebat ini menunjukkan suatu wujud

penghayatan mahasiswa terhadap permasalahan yang dikaji. Adapun kondisi

pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional

mahasiswa tampak pasif dan tidak bersemangat dalam menerima pelajaran.

Selain dari segi aktivitas yang menunjukkan perbedaan yang menyolok

juga tampak pada hasil atau dampak dari proses pembelajaran tersebut.

Mahasiswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis ICT yang

terdorong semangatnya untuk belajar, lebih berminat pada mata kuliah ESP dan

timbul rasa ingin tahu untuk mempelajari atau mengakaji berbagai peristiwa

secara online.

Perbedaan efektivitas pembelajaran ini akan lebih tampak dalam

portofolio yang dibuat mahasiswa. Portofolio dari kedua kelas tersebut dinilai

dengan menggunakan penilaian rubrik, yaitu penilaian ditinjau dari beberapa

komponen dan masing-masing komponen diberi bobot.

Hasil uji coba juga menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelompok

eksperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis ICT tampak aktif dalam

mengerjakan tugas dan mengikuti proses pembelajaran. mahasiswa tampak aktif

dan senang mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan, wawancara,

mengumpulkan berbagai sumber untuk membahas permasalahan yang diberikan.

Keaktifan dan keantusiasan mahasiswa semakin tampak ketika dilaksanakan


62

diskusi, baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas, yaitu berusaha

mempertahankan pendapat sesuai dengan persepsi dan pemikirannya.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan penelitian ini berusaha mengembangkan bahan ajar English for Specific

Purpose berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran English for Specific Purpose yang menggunakan kelas

konvensional dengan bahan ajar visual dalam bentuk materi cetak kurang efektif, dan

bahkan dapat dikatakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini bukan hanya

membuat mahasiswa pasif karena terlalu berorientasi lecturer-center, melainkan juga

tidak mendesain bahan ajar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

2. Penggunaan bahan ajar English for Specific Purpose dengan berbasis teknologi informasi

dan komunikasi dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis

sesuai dengan konsep low order and high order thinking karena mengakomodasi

berkembangnya daya pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi,

dan daya kreativits mahasiswa.

3. Penggunaan bahan ajar English for Specific Purpose dengan berbasis teknologi informasi

dan komunikasi lebih efektif dibanding dengan penggunaan metode konvensional, baik

dilihat dari proses maupun hasil pembelajaran. Hasil unjuk kerja melalui portofolio

menunjukkan tingkat yang berbeda secara signifikan antara kelompok eksperiment dan

kelompok control.

4. Dalam pembelajaran yang menggunakan bahan ajar berbasis TIK tampak lebih aktif,

kreatif dan merasa senang dalam proses pembelajarannya serta dapat meningkatkan

minat, gairah belajar, rasa ingin tahu, dan memungkinkan mahasiswa untuk menemukan
63

sendiri berbagai sumber belajar secara online. Kondisi semacam ini tidak didapatkan

dalam pembelajaran dengan menggunakan media dan metode konvensional.

B. Saran

Dengan mendasarkan hasil penelitian tentang pengembangan bahan ajar English for

Specific Purpose berbasis teknologi informasi dan komunikasi dapat diajukan beberap saran.

1. Para pengambil kebijakan di lingkungan UIN Alauddin seharusnya

mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Integrasi tersebut harus dibarengi

dengan penyediaan segala sarana dan prasarana, atau fasiitas khususnya jaringan

Internet dan listrik yang memadai. Pengadaan facilitas jug harus dibrengi

dengan peningkatan kinerja dosen dan mahasiswa dalam mengkases dan

menggunakan TIK dalam pembelajaran

2. Pengembangan kurikulum, silabus, atau perencanaan pembelajaran seharusnya

memperhatikan aspek kebutuhan dengan terlebih dahulu melakukan analisis

kebutuhan sehingga hasil yang dicapai betul-betul sesuai dengan yang

diharapkan

3. Dosen dalam lingkungan Jurusan Pendidikan bahasa Inggris maupun dosen

dalam bidang ilmu lainnya seharusnya dapat memanfaatkan berbagai sumber

belajar secara online sehingga terjadi peningkatan dalam mengembangkan

kreativitas mahasiswa

4. Dosen dalam lingkungan Jurusan Pendidikan bahasa Inggris maupun dosen

dalam bidang ilmu lainnya juga diharapkan dapat mengmbangkan web blog

sendiri atau menggunakan web blog yang sudah dikembangkan sebagai media

pembelajaran yang dapat menghubungkan mahasiswa secara singkronous atau

asingkronous. Dengan demikian, pelaksanaan perkuliahan tidak hanya

berlangsung di dalam ruang kelas yang hanya terbatas menurut ukuran waktu

tetapi juga dapat diakses di mana saja dan kapan saja.


64

DAFTAR PUSTAKA

Alan, Januszewski & Molenda, Michael. 2008. Educational Technology: A


Definition with Commentary . Taylor & Prancis Group. New York.

Branner, Julia. 1995. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research.


Ashgate Publishing Company. USA

Byrnes, James P. 1996. Cognitive Development and Learning in Instructional


ContextsAllyn and Bacon. Boston.

Davies, Christopher Butcher Clara, dan Melissa Highton. 2006. From Module
Outline to Effective Teaching . Routledge. New York.

Dick, W And Carey, L.2005. The Sistematic Desain Of Instruktional. Allyn And Bacon, Boston.

Eggen, Paul dan D. Kauchak. 1977. Educational Psychology Windows on Classrooms Prentice
Hall Inc. USA.

Gredler, Margaret Bell. 1986. Learning and Instruction Theory Into Practice.,
McMillan Publishing Company. New York.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional media and
technologies for learning. Seventh edition. Pearson Education.Upper Saddle River, New
Jersey.

Kitao, Doshisha Kenji and Doshisha S. Kathleen Kitao. 2009. Selecting and Developing Teaching/
Learning Materials. (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html).

Miles dan A.M. Huberman, M.B. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of


New Methods London New Delhi : Sage Publications, 1984.

Patton, M.Q. Qualitative Evaluation Methods, London : Sage Publications, 1983.


65

Piaget, Jean. 1977. Approach to Learning and the Development of the Intelect, dalam Robert
M.W. Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition . Macmillan Publishing Co.,
Inc.New York.

Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods, Baverly Hills,
London New Delhi: Sage Publications, 1987.

Sells,B.B. dan Richey,R.C. 1994. The Defination And Domain Of The Field.
Association For Educational Communication And Technonology.
Washington DC.

Semiawan, Conny Semiawan. 2004. “Perkembangan Anak Usia Dini”, Makalah


dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan
Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8

Spradley, J.P. Partisipan Observation, New York : Holt, Rinehart, and


Winston,1980.

Sukmadinata, N.A. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek PT


Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian untuk Ilmu-


ilmu Sosial dan Budaya Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988.

Vigotsky,L. 1987. Thought and Language. Combridge. The Mitt Press. London.

Woolfolk, Anita. Educational Psychology. Boston: Pearson Education Inc, 2004.


W.R. Borg . & Gall, M.D.1983. Educationnal Research. (London: Longman.

Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1


(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).

Zeitz, Leigh. 2005. Technology Integration Plan, unpublished paper UIN. USA.

Zulkarnaini . 2009. Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru.


(http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-dengan-
bahan-ajar-buatan-guru/).
66
67
68

Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan kondisi riil yang terjadi dalam pelaksanaan
pembelajaran
1. a. Apakah Bapak/ Ibu menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
pelaksanaan pembelajaran?
b.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………

2. a. Jika ya, jenis TIK yang mana yang sering digunakan?


Jika tidak, jenis mediaapa yang digunakan?
b.
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………...

3. a. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan


mengintegrasikan TIK, misalnya WEB-BLOG?
b.
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………….

4. a. Dapatkah Bapak/Ibu deskrepsikan kemungkinan hasil yang dicapai jika pembelajaran


berbasis TIK danNon-TIK?
b.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………

5. a. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran?
b.
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
69

You might also like