You are on page 1of 22

Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi
selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap
kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Teori Perdagangan Internasional

Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di


dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks.
Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik
dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan
adanya bea, tarif, atau quota barang impor.

Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya,


bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

Model Ricardian

Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin


merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional.
Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam
memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model
lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan

1
menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam
barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan
faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.

Model Heckscher-Ohlin

Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan


dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh
lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat.
Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak
memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga
neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan


oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau
negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif
dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan
menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris
dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji
empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat
lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding
memiliki kecukupan modal.

Faktor Spesifik

Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain
sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu
masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor
spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara
mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada
peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi
spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai

2
tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh
dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi
untuk pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua
pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk
sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri
tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi
tidak untuk menentukan pola pedagangan.

Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris
dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model
gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak
antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini
meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan
ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara
empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan,
hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam
versi lebih besar dari model ini.

Perdagangan Internasional Pada Era Merkantilisme

• Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap


bahwa penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi
uang emas ataupun perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan
nasional. Pada saat merkantilisme lahir, sistem masyarakat pada saat itu
berdasarkan feodalisme. Sistem feodal pada dasarnya menanggapi
kebutuhan penduduk akan perlindungan terhadap gangguan perampok.
Jaminan keselamatan tersebut diberikan oleh para raja terhadap para
bangsawan, kerabat, dan bawahannya. Sistem inilah yang melahirkan tuan
tanah, bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja kecil yang

3
diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Ketika
merkantilisme mulai berkembang, sistem feodalisme yang usang sedikit
demi sedikit mulai terkikis, hak-hak istimewa yang dimiliki oleh para tuan
tanah dan para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial yang
melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara produksi dan distribusi
gaya feodalpun mulai ditinggalkan. Mengapa merkantilisme
menitikberatkan pada penimbunan uang atau logam mulia? Pada saat itu
Eropa tumbuh sebagai basis kekuatan industri dan perdagangan baru di
dunia, di mana peran para pedagang sangatlah besar. Hal ini juga didorong
karena ketika itu negara-negara seperti Spanyol, Portugal, Inggris, Prancis,
dan Belanda sedang giat-giatnya melakukan pelayaran internasional guna
mencari daerah-daerah baru yang dapat dijadikan sebagai koloni-koloni
mereka. Karena uang adalah bentuk kekayaan yang paling luwes
penggunaannya dan dapat dipercaya, dengan uang pula seseorang dapat
membeli apa saja, uang dapat diterima di seluruh dunia, maka penimbunan
uang dalam bentuk logam mulia dirasakan merupakan usaha paling tepat
pada saat itu dalam rangka menumpuk kekayaan suatu negara.
Penumpukkan kekayaan dalam bentuk logam mulia juga jauh lebih efisien
karena tidak makan tempat dan juga yang pasti tahan lama, bandingkan
jika penumpukkan kekayaan pada saat itu hanya dalam bentuk gandum
atau hasil pertanian lainnya.

Salah satu tokoh besar yang lahir pada zaman merkantilisme


adalah Thomas Mun. Mun adalah seorang cendekiawan Inggris dan putera
seorang pedagang di London. Mun berhasil menelurkan hasil
pemikirannya dalam bukunya yang berjudul England’s Treasure by
Foreign Trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap
teori perdagangan internasional. Mun berpendapat bahwa untuk
meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat
perdagangan dan karena itu pedoman yang harus dipegang teguh oleh
suatu negara adalah mengusahakan agar nilai ekspor ke luar negeri harus

4
lebih besar dibandingkan dengan yang diimpor oleh negara itu.
Keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui selisih dari hasil
penjualan yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan
demikian jumlah uang emas dan perak yang akan diterima akan semakin
besar tiap tahunnya. Mun juga berpendapat jika suatu negara lewat
perdagangan memperoleh banyak uang, jangan sampai modal itu hilang
justru karena uang itu tidak dipergunakan untuk berdagang lagi. Dari
argumen Mun dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahkan dalam
suatu tata ekonomi perdagangan, uang baru merupakan kekayaan yang
berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai alat tukar menukar, dan
uang akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya disimpan saja.
Sumbangan Mun yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu
kerangka dasar neraca pembayaran suatu negara pada tahun tertentu.
Walaupun neraca pembayaran pada saat itu angka-angka itu memang tidak
disusun teliti, namun yang penting Mun telah menunjukkan kerangka
dasar neraca pembayaran dengan baik sekali.

Julukan merkantilisme pada dasarnya diberikan kepada aliran atau


paham ini oleh para kritikus ekonomi khususnya Adam Smith. Sebutan
merkantilisme mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara
dengan kebijakan seorang pedagang, yang berusaha mendapatkan hasil
yang lebih besar pada waktu menjual dibandingkan dengan apa yang
dikeluarkannya ketika membeli dan dengan demikian meningkatkan
kekayaan perusahaannya. Seperti layaknya seorang pedagang, bangsa
yang merkantilis memandang bangsa dan negara lain sebagai saingannya
dan mencoba untuk merebut pasaran saingannya dengan cara merebut
suatu monopoli atau dengan cara lain-lainnya. Biasanya seorang pedagang
berusaha untuk menekan harga barang yang akan dibelinya, dan
membayar upah serendah mungkin dengan tujuan untuk menekan biaya
pada titik yang paling minimal. Demikian juga negara yang menganut
paham merkantilisme berusaha untuk menumpuk kekayaan dengan jalan

5
memeras dan menguras sumber-sumber daya yang murah di negara
jajahan dan mengupah buruh dengan upah yang sangat minim
dinegerinyasendiri.

Karena situasi dan kondisi tersebutlah maka mengapa peranan


negara harus begitu kuat demi nasionalisme ekonominya. Kekuasaan
negara yang semakin kuat berhasil menciptakan keadaan yang aman
dengan mengatasi konflik-konflik antarwilayah yang sering berkecamuk di
antara para bangsawan. Terciptanya keamanan dan kestabilan dalam
negeri ini merupakan prasayarat untuk memperluas pasar dalam negeri dan
perkembangan produksi. Di samping itu juga negara memberikan
kemudahan-kemudahan kepada para pedagang untuk melakukan
perdagangan internasional, dengan demikian maka keuntungan yang diraih
oleh para pedagang dapat memberikan masukan pendapatan bagi
negaranya.

Merkantilisme memang tidak semata mendatangkan keuntungan


belaka bagi negara-negara yang melakukan perdagangan internasional,
namun juga kerugian bahkan penderitaan bagi para buruh, petani, dan
rakyat yang tinggal di daerah koloni sebagai daerah jajahan. Para buruh
dipaksa bekerja dengan sekeras-kerasnya dengan upah yang serendah-
rendahnya guna mendorong ekspor sebanyak-banyaknya, bahkan
konsumsi untuk dalam negeripun sampai dilupakan. Jam kerja pada
kenyataannya sangat tidak terbatas. Kondisi buruh sangat memprihatinkan,
anak-anak dan para wanita dengan pakaian yang compang-camping
dipaksa untuk bekerja di tambang batu bara di Inggris. Pemogokan para
pekerja dianggap sebagai suatu kejahatan dan langsung ditindak tegas.
Nasib para petani tidak lebih baik dibandingkan dengan kaum buruh, pada
saat itu fungsi pertanian hanya dipandang sebagai penyedia bahan pangan
yang semurah mungkin dengan demikian juga upah buruh dapat ditekan
rendah, dan sebagai sumber bahan mentah untuk industri yang semurah-
murahnya. Karena itu mengapa penghasilan para tuan tanah terutama para

6
petani yang bekerja padanya begitu rendah. Belum lagi jika lahan
pertanian dipaksa untuk diubah menjadi lahan industri oleh pemerintah,
maka dapatlah dipastikan berapa banyak para petani yang bakal
menganggur. Lebih mengenaskan lagi nasib daerah jajahan pada saat itu.
Karena didorong motivasi untuk memperoleh daerah koloni baru guna
menopang industri-industri yang baru tumbuh, maka perbudakan menjadi
salah satu cara guna memperoleh sumber daya manusia yang murah bagi
industri di negara merkantilis. Pengurasan sumber-sumber daya alam
besar-besaran dilakukan di setiap daerah jajahan dengan tujuan untuk
memperoleh sumber daya alam dengan semurah-murahnya seperti
kentang, tembakau, kopi, tebu, teh, cengkeh, dan lain-lain untuk dijual lagi
dengan harga yang setinggi-tingginya.

Perdagangan Internasional Pada Era Klasik

Ekonomi klasik resmi berdiri ketika Adam Smith mengeluarkan


bukunya yang berjudul An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth
of Nations, yang biasa disingkat dengan Wealth of Nations. Dalam
bukunya, Adam Smith mau menjelaskan apa yang sejak itu merupakan
pokok masalah ekonomi modern yakni bagaimana meningkatkan
kekayaan/kemakmuran suatu negara dan bagaimana kekayaan tersebut
didistribusikan. Menurut Adam Smith, kekayaan suatu negara akan
bertambah searah dengan peningkatan ketrampilan dan efisiensi para
tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam
proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap individu tergantung pada
perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk. Smith juga
menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan penggunaan mesin-mesin
sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Ia juga
memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang
melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan
yang tidak kelihatan” sehingga ia dengan mengejar kepentingannya sendiri

7
ia kerap justru lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat daripada
kalau ia sungguh bermaksud untuk memajukan kepentingan masyarakat
itu. Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal
dengan teori keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara
menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di
dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan
antar bangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua
negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia
mempunyai keunggulan yang absolut dan mengimpor saja komoditi-
komoditi lainnya. Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolut?
Maksudnya begini, jika negara A dapat memproduksi kentang untuk 8 unit
per tenaga kerja sedangkan negara B untuk komoditi yang sama hanya
dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain
misalnya gandum, negara A hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga
kerja sedangkan untuk negara B dapat memproduksi 12 unit per tenaga
kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A mempunyai keunggulan
absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan negara B,
sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut
dalam produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan
internasional yang saling menguntungkan antara kedua negara tersebut
jika negara A mengekspor kentang dan mengimpor gandum dari negara B,
dan sebaliknya negara B mengekspor gandum dan mengimpor kentang
dari negara A.
Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David
Ricardo. Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif.
Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan
keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu
negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak
mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara
berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik

8
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai
keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.
Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling
menguntungkan jika salah satu negara tidak usah memiliki keunggulan
absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith,
namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu
komoditi di negara yang satu dengan yang lainnya relatif
berbeda. Walaupun ada beberapa perbedaan pandangan mengenai
perdagangan internasional, namun pada dasarnya keberadaan pandangan
ekonomi klasik ini merupakan oposisi terhadap teori-teori yang beraliran
merkantilistik abad ke-17 dan 18. Kaum merkantilis pada pokoknya
mengutamakan perdagangan luar negeri, di mana mereka berpikir tipikal
kapitalis yang keuntungannya datang dari membeli murah dan menjual
mahal. Sedangkan tema pokok dalamekonomi klasik adalah pembahasan
tentang laba dan sewa dalam dalam pengertian surplus yang datang dari
produksi. Surplus itu sendiri nantinya akan masuk ke tangan para kapitalis
atau pemilik tanah sebagai tambahan untuk akumulasi modalnya.

Perdagangan internasional pada saat itu kondisinya tidak jauh


berbeda dengan perdagangan internasional pada era merkantilisme,
negara-negara jajahan tetap saja menjadi tumbal dalam perdagangan
internasional. Negara-negara yang pada saat itu menjadi negara-negara
maju yakni negara-negara yang mengandalkan sektor industri mengambil
keuntungan dari perdagangan internasional dibandingkan dengan negara-
negara yang hanya mengandalkan sektor agraris saja. Apa sebab? Karena
pertama, barang-barang industri dapat dihasilkan kapan saja tidak terikat
pada musim, berbeda dengan barang-barang hasil pertanian yang terikat
pada musim sehingga barang-barang industri dapat segera ready stock
dibandingkan dengan barang-barang hasil agraris yang harus menunggu
dulu pada saat panen. Kedua, barang-barang industri memiliki
heterogenitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan barang-barang

9
hasil pertanian yang cenderung lebih homogen. Gandum yang dihasilkan
di negara A mungkin tidak jauh berbeda bahkan mungkin sama jika
dibandingkan dengan gandum yang dihasilkan di negara B. Tetapi jika kita
melihat pada hasil industri, misalnya mesin maka mesin yang dihasilkan di
negara A tidak mungkin sama bahkan sangat berbeda dengan mesin yang
dihasilkan di negara B walaupun kedua mesin tersebut mungkin memiliki
fungsi yang sama. Sehingga karena barang hasil industri dapat lebih
terdiferensiasi dibandingkan dengan barang hasil pertanian, maka harga
barang industri dapat lebih mahal di pasar karena keunikan yang dimiliki
oleh masing-masing barang industri yang diproduksi. Ketiga negara-
negara industri dapat menjual barang industri dengan harga yang lebih
mahal dibandingkan dengan negara-negara agraris yang hanya menjual
produk pertanian. Nilai barang industri menjadi lebih mahal karena ia
mendapat proses yang lebih lanjut di dalam pabrik-pabrik sehingga produk
tersebut lebih berdaya guna. Jika misalnya negara A menjual kapas kepada
negara B, lalu kemudian negara B memproses kapas tersebut menjadi
benang kemudian kain maka nilai kain tersebut lebih mahal dibandingkan
dengan nilai kapas tadi. Oleh negara B, kain tersebut dijual kepada negara
A, negara A dalam hal ini akan mengeluarkan uang yang lebih banyak
untuk membeli kain tersebut dibandingkan dengan pemasukannya dari
penjualan kapas ke negara B. Karena alasan inilah mengapa negara-negara
industrialis akan lebih diuntungkan dalam perdagangan internasional
daripada negara-negara agraris.

Pada era ini, nasib buruh tidak lebih baik dibandingkan pada waktu
era merkantilisme. Buruh demikian tertekan karena kebijakan “upah besi”,
dengan tujuan agar perusahaan dapat menekan biaya mereka untuk terus
berada pada titik terendah, sehingga si kapitalis dapat mengambil nilai
lebih atau surplus dari produksi tersebut sebagai tambahan untuk kapital
atau modalnya.

10
Perdagangan Internasional Pada Era Sekarang

Setelah Perang Dunia II, secara garis besar di dunia terbagi dua
Jenis negara yang sangat berbeda dari segi karakteristik perekonomian.
Yang pertama adalah negara maju. Negara-negara maju pada umumnya
adalah bekas negara-negara penjajah pada zaman imperialisme dan
kolonialisme dulu. Yang kedua adalah negara sedang berkembang atau
sering disebut sebagai negara yang terbelakang dari segi kemampuan
perekonomiannya. Negara-negara ini pada umumya adalah bekas negara-
negara jajahan di masa lampau, walaupun sebagian dari mereka sekarang
sudah dapat menjadi negara-negara maju namun jumlahnya masih sangat
sedikit. Ciri-ciri dari negara sedang berkembang adalah:
1. Kemiskinan secara umum
2. Konsentrasi pada pertanian
3. Ekonomi dualistik
4. Sumber daya alam kurang terolah
5. Memiliki ciri demografis yakni dominasi penduduk usia muda
6. Banyak pengangguran termasuk pengangguran terselubung
7. Keterbelakangan ekonomi
8. Ketiadaan inisiatif dalam usaha atau etos kerja yang sangat rendah
dari penduduknya
9. Keberadaan modal sangat langka, inilah sebabnya mengapa negara
berkembang sangat mengandalkan investasi asing
10. Ketertinggalan dalam teknologi

1. Orientasi perdagangan luar negeri

Karena kondisi-kondisi di ataslah menjadi alasan mengapa adalah


sangat sulit bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk
mengembangkan perekonomiannya, juga seringkali dalam perdagangan

11
internasionalnya negara-negara sedang berkembang tidak dapat
memperoleh keuntungan yang benar-benar maksimal jika dibandingkan
dengan negara-negara industri atau negara-negara maju. Atau secara
singkat, dalam perdagangan internasional negara-negara maju memiliki
posisi yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-
negara yang sedang berkembang. Apa sebabnya? Di sini saya akan
mencoba menyajikan dua macam teori sebagai kritik terhadap
perdagangan internasional yang dinilai tidak adil bagi negara-negara
sedang berkembang. Walaupun kritik ini tidak sempurna, namun tidak ada
salahnya untuk kita kaji dan cermati. Yang pertama adalah backwash
effects theory, teori yang dikembangkan oleh Gunnar Myrdal. Teori ini
mengkritik pandangan dari ekonomi klasik yang menganggap bahwa
pembangunan ekonomi suatu wilayah dunia akan menyebar ke wilayah
lainnya karena adanya perdagangan internasional. Pada kenyataannya,
menurut Myrdal di pasar internasional negara-negara sedang berkembang
kalah dalam bersaing karena adanya disparitas teknologi yang sangat
mencolok. Hal ini disebut sebagai backwash effects dari perdagangan
internasional bagi negara sedang berkembang. Kedua, ekspor dari negara
sedang berkembang mengandalkan produk primer dan unskilled labor
sehingga hasil produknya menghadapi elastisitas permintaan yang rendah.
Arus modal internasional juga tidak dapat diandalkan, karena pada
kenyataannya modal lebih banyak yang beralih dari negara sedang
berkembang ke negara-negara maju. Mengapa bisa demikian? Karena
pertama, faktor keamanan dan kestabilan dalam politik di negara-negara
maju memancing para kapitalis di negara-negara sedang berkembang
untuk mengalihkan modalnya ke negara-negara maju karena alasan
keamanan. Kedua, karena negara-negara maju memiliki instrumen pasar
uang dan pasar modal yang lebih banyak variasinya dan lebih mapan
dibandingkan dengan pasar uang dan pasar modal yang ada di negara
sedang berkembang. Kelemahan dari teori ini seperti yang kita lihat
sekarang adalah bahwa secara empiris negara-negara yang termasuk Asian

12
New Industrial Countries seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan
justru berhasil menciptakan kemajuan dari perdagangan internasional.
Yang kedua adalah teori dependensia. Teori ini berpendapat bahwa
pada dasarnya di dunia ada dua jenis negara, yang pertama adalah negara
pusat (core) yakni negara-negara maju, yang kedua adalah negara-negara
pinggiran (periphery) yakni negara-negara sedang berkembang. Negara-
negara pinggiran sangat bergantung kepada negara pusat. Negara pusat
melakukan penghisapan kepada negara-negara pinggiran (surplusnya
dihisap) yang mengakibatkan adanya pertukaran yang tidak adil. Foreign
investment membuat pertumbuhan ekonomi negara sedang berkembang
semakin tergantung pada negara maju demi kepentingan pasar dan modal.
Hal ini terjadi karena adanya inequal exchange antara negara sedang
berkembang dan negara maju. Teori ini mengajukan solusi bahwa
sebaiknya negara-negara pinggiran harus melepaskan pengaruhnya sama
sekali dari negara pusat dan melakukan pakta perdagangan dengan negara-
negara pinggiran lainnya. Namun pada kenyataanya hal ini sangat sulit
dilakukan karena jika hanya dilakukan pakta perdagangan antara dua
negara yang sama-sama pinggiran, maka pertukaran mungkin tidak terjadi
sama sekali karena barang yang ditawarkan dari masing-masing negara
pinggiran adalah sama yakni barang-barang hasil pertanian, sedangkan
syarat terjadinya pertukaran atau perdagangan internasional adalah karena
adanya perbedaan hasil produksi antara satu negara dengan negara lain.
Sekali lagi teori ini mempunyai kelemahan, karena secara empiris negara-
negara yang termasuk New Industrial Countries justru berhasil
memenangkan persaingan dagang bahkan dengan negara-negara maju
sekalipun. Menutup diri dari pedagangan internasional ataupun menutup
diri dari pengaruh negara-negara barat bukan salah satu jalan keluar.
Terbukti bahwa negara-negara yang menutup diri dari pengaruh negara
barat akan mengalami kesulitan dalam pembangunan perekonomiannya,
kenyataan pahit inilah yang dialami oleh negara-negara yang mengisolasi
dari negara barat seperti Korea Utara, Cuba, dan Afganistan.

13
Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan
internasional

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan


internasional, di antaranya sebagai berikut :

• Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri


• Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
• Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
• Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
• Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
• Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
• Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
• Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.

Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara


dua negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam
Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak
pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama
di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang
terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran diantaranegara barat
untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke

14
kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II,
perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan
usaha untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional.
Kesepakatan perdagangan tersebut terkadang berujung pada protes dan
ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak
menguntungkan secara mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar


negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka terkadang melakukan
proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti
proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan
Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana
mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris,
Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun,
banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung
perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena
tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif,
termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi
perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan
perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan


bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah
berubah pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi
agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan
penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian
internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur
dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.

Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan arif


dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia

15
selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang
dipercaya memperdalam depresi tersebut.

Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade


Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional
seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat,
Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan
Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of
America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara
Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on
Invesment) juga gagal pada tahun-tahun belakangan ini.

Dampak positif perdagangan internasional

• Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di


setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim,
tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan
internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak
diproduksi sendiri.

• Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh


keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang
diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

16
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.

• Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari


teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.

Dampak Negatif Perdagangan Internasional

1. Karena perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang


menjadi lebih bebas, sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor
industri.
2. Dapat memperburuk neraca pembayaran.
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil.
4. Memperburuk proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Masalah yang di bahas dalam Perdagangan


international

Beberapa permasalahan yang sedang dihadapi dalam ekonomi


internasional saat ini adalah : meningkatnya proteksi perdagangan negara-
negara dengan membentuk blok perdagangan seperti Uni Eropa, Blok
Perdagangan Amerika Utara (NAFTA), Blok Perdagangan Amerika
Serikat dengan Australia dan Selandia Baru (ANZUS) serta blok
perdagangan Asia Timur yang dipelopori oleh Jepang.
permasalahan kemiskinan di Negara Dunia Ketiga yang timpang dengan
kesejahteraan di negara-negara maju Kesiapan dan ketidaksiapan negara-

17
negara yang menghadapi pasar bebas di kawasan. Fluktuasi nilai tukar
mata uang negara-negara dalam sistem moneter yang mengambang yang
dapat mengguncang perekonomian domestik suatu negara seperti yang
terjadi pada kawasan Asia Tenggara pada tahun 1997-1998 Persaingan
Dolar Vs Euro sebagai mata uang dunia.

2. Kebijakan-kebijakan Perdagangan
Internasional
Tindakan-tindakan ini meliputi:
1. Tarif
Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang
diimpor. Tarif spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap
atas unit barang yang diimpor. Misalnya $6 untuk setiap barel minyak).
Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs) adalah pajak yang dikenakan
berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor
(Misalnya, tariff 25 persen atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus
dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman barang ke suatu negara.

2. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan
atau perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tariff,
subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau
Od Valorem (presentase dari nilai yang diekspor). Jika pemerintah
memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor, pengirim akan
mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestic dan harga
luar negeri sama dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor adalah
meningkatkan harga dinegara pengekspor sedangkan di negara pengimpor
harganya turun.

3. Pembatasan Impor

18
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas
jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan
dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau
perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya
perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju,
masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu
setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan.
Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang
diimpor tahun-tahun sebelumnya.

4. Pengekangan Ekspor Sukarela


Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela
(Voluntary Export Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan
pengendalian sukarela (Voluntary Restraint Agreement = ERA). VER
adalah suatu pembatasan (Kuota0 atas perdagangan yang dikenakan oleh
pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor). Contoh yang paling
dikenal adalah pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang
dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981. VER pada umumnya dilaksanakan
atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor
untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER
mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya
menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam
beberapa tahun belakangan. Namun dari sudut pandang ekonomi,
pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor dimana
lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal
bagi negara pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor
dibandingan dengan tariff yang membatasi impor dengan jumlah yang
sama. Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam tariff
menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER
nyata-nyata mengakibatkan kerugian.

19
5. Persyaratan Kandungan Lokal.
Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan
pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit
fisik, seperti kuota impor minyak AS ditahun 1960-an. Dalam kasus lain,
persyaratan ditetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan pangsa minimum
tertentu dalam harga barang berawal dari nilali tambah domestic.
Ketentuan kandungan local telah digunakan secara luas oleh negara
berkembang yang beriktiar mengalihkan basis manufakturanya dari
perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods). Di
amerika serikat rancangan undang-undang kandungan local untuk
kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini berlum
diberlakukan.

6. Subsidi Kredit Ekspor.


Subsidi kredit ekspor ini semacam subsidi ekspor, hanya saja wujudnya
dalam pinjaman yang di subsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti
juga kebanyakan negara, memilki suatu lembaga pemerintah, export-
import bank (bank Ekspor-impor) yang diarahkan untuk paling tidak
memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi untuk membantu ekspor.

7. Pengendalian Pemerintah (National Procurement)


Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang
diatur secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang
diimpor. Contoh yang klasik adalah industry telekomunikasi Eropa.
Negara-negara mensyaratkan eropa pada dasarnya bebas berdagang satu
sama lain. Namun pembeli-pembeli utama dari peralatan telekonumikasi
adalah perusahaan-perusahaan telepon dan di Eropa perusahaan-
perusahaan ini hingga kini dimiliki pemerintah, pemasok domestic
meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan harga yang lebih tinggi

20
dibandingkan dengan pemasok-pemasok lain. Akibatnya adalah hanya
sedikit perdagangan peralatan komunikasi di Eropa.

8. Hambatan-Hambatan Birokrasi (Red Tape Barriers)


Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara
formal. Untungnya atau sayangnya, begitu mudah untuk membelitkan
standar kesehatan, keamanan, dan prosedur pabean sedemikian rupa
sehingga merupakan perintang dalam perdagangan. Contoh klasiknya
adalah Surat Keputusan Pemerintah Perancis 1982 yang mengharuskan
seluruh alat perekam kaset video melalui jawatan pabean yang kecil di
Poltiers yang secara efektif membatasi realiasi sampai jumlah yang
relative amat sedikit. Globalisasi ekonomi adalah kehidupan ekonomi
global yang bersifat terbuka dan tidak mengenal batas-batas territorial,
atau kewilayahan antara daerah yang satu dengan daerah yanglain. Disini
dunia dianggap sebagai suatu kesatuan yang semua daerah dapat
terjangkau dengan cepat dan mudah. Sisi perdagangan dan investaris
menuju kea rah liberalisasi kapitalisme sehingga semua orang bebas untuk
berusaha dimana saja dan kapan saja didunia ini. Globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi suatu
kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas
territorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal barang dan jasa.

Ruang Lingkup Perdagangan Internasional

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dalam ekonomi


internasional, hal pertama yang berkaitan adalah perdagangan
internasional. Perdagangan internasional itu sendiri berkaitan dengan
beberapa kegiatan yaitu : perdagangan internasional melalui perpindahan
barang, jasa dasi suatu negara kenegara yang lainnya yang biasa disebut

21
transfer of goods and services perdagangan internasional melalui
perpindahan modal melalui investasi asing dari luar negeri kedalam negeri
atau yang disebut dengan transfer of capital perdagangan internasional
melalui perpindahan tenaga kerja yang berpengaruh terhadap perndapatan
negara melalui devisa dan juga perlunya pengawasan mekanisme
perpindahan tenaga kerja yang disebut dengan transfer of labour.
perdagangan internasional yang dilakukan melalui perpindahan teknologi
yaitu dengan cara mendirikan pabrik-pabrik dinegara lain atau yang biasa
kita sebut transfer of technology. Perdagangan internasional yang
dilakukan dengan penyampaian informasi tentang kepastian adanya bahan
baku dan pangsa pasar atau yang disebut dengan transfer of data ekonomi
internasional menyangkut beberapa hal yang berkaitan dengan negara
seperti : mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang
relatif lebih sukar (imobilitas faktor produksi) sistem keuangan,
perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang berbeda faktor-faktor
poduksi yang dimiliki (faktor endowment) berbeda sehingga dapat
menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.

Oleh karena itu pada dasarnya ekonomi internasional membahas


tentang ketergantungan ekonomi antar negara yang pada dasarnya
dipengaruhi dan mempengaruhi hubungan politik, sosial, budaya dan
militer antar negara. Ekonomi internasional berkaitan dengan perdagangan
antar negara akan membahas tentang pola perdagngan internasional, teori
perdagangan internasional, Foreign Direct Investment, Neraca
Perdagangan, kerjasama tarif, blok perdagangan, kebijakan ekonomi
internasional, sistem moneter internasional dan multinational corporation
(MNC)

22

You might also like