You are on page 1of 2

c

KISAH WIRAUSAHA SUKSES


KISAH AMRY GUNAWAN BERBISNIS JIBLAB
KERUDUNG atau jilbab dengan berbagai kreasi modern belakangan kian marak. Jika dulu kain penutup kepala ini hanya berbentuk persegi empat, sekarang bentuknya lebih beragam.
Ada jilbab kaus langsung pakai, jilbab slayer, jilbab lilit, dan lainnya. Salah satu penggagas jilbab kreasi yang cukup digandrungi masyarakat Indonesia adalah Amry Gunawan. Dialah
pencipta merek kerudung Rabbani. Meski kini Rabbani menjadi salah satu merek kerudung terbesar di Indonesia, tapi perjalanan bisnis Amry dalam membangun usahanya tidak
mudah. Bahkan ia tak punya pengalaman apa pun dalam menjalani bisnis kerudung. Sejarah hidupnya penuh liku dan cobaan.
Bermula pada tahun 1986, pria kelahiran Aceh ini merantau ke Bandung untuk menuntut ilmu. Waktu itu, dia diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Di universitas
tersebut, Amry memutuskan untuk aktif di kegiatan kerohanian. ³Saya menjadi aktivis. Hingga akhirnya saya mengalami kegamangan dalam ideologi,´ kenangnya.
Akibat kegamangan itu, seluruh buku bertema ekonomi ia bakar. Ia bahkan memutuskan untuk keluar dari Fakultas Ekonomi dan mendaftar ke Jurusan Sastra Arab di universitas yang
sama setahun setelahnya. Hingga, dia memutuskan untuk menikah. ³Umur saya waktu itu baru 22 tahun,´ katanya. Untuk itu, Amry sampai meminjam uang sebesar Rp 60.000 kepada
guru mengajinya buat dibelikan mas kawin.
Setelah menikah, Amry berupaya mencari jalan untuk menafkahi keluarganya. Pekerjaan apa pun ia lakoni. ³Selama itu halal, pasti saya kerjakan,´ jelasnya. Salah satunya menjual
buku-buku Islam di mesjid universitas. Sebagai modal, Amry menggadaikan mahar yang dia pinjam dari istrinya. ³Kebetulan mertua saya berbaik hati dan meminjamkan uang Rp
100.000 untuk modal,´ katanya.
Selain untuk membayar buku, sebagian uang ia gunakan untuk membuat brosur. Rupanya, langkah yang dia ambil cukup tepat. Pemasok buku islami dari Jakarta ke Bandung masih
minim. Dalam kurun waktu tiga bulan, Amry bisa mengembalikan uang yang dipinjamnya dari mertua. Sejak saat itu, bisnisnya berjalan lancar.
Namun, tak selamanya bisnis berjalan mulus. Tahun 1994, margin yang diterima Amry dari berbisnis buku kian minim akibat banyaknya kompetitor.
Setelah mempertimbangkan dengan istrinya, Nia Kurnia, Amry banting setir ke bisnis kerudung dengan nama Rabbani. Pada waktu itu, Amry melihat besarnya peluang di bisnis ini.
³Apalagi ada larangan berjilbab. Biasanya, semakin dilarang, pasti jilbab semakin laku,´ ceritanya, sambil tersenyum.
  baak ide ker d  ia

Meski baru memulai usaha, Amry mendapat cobaan baru. Sekitar 30 orang karyawannya mengundurkan diri. Mereka mengaku tidak siap dengan adanya peralihan bisnis yang
dilakukan Amry. Untungnya, ³Saya punya manajer yang andal. Pada saat ke-30 orang tersebut keluar, saya langsung bisa mendapatkan gantinya pada hari yang sama,´ kata Amry.
Rupanya, prediksi Amry jitu. Permintaan kerudung terus meningkat. Pada tahun 2000, Amry mulai berpikir untuk menciptakan kerudung instan. Salah satunya yakni kerudung dari
bahan kaus.
Hingga suatu ketika, tahun 2003, Amry dan istri berkunjung ke Tanah Suci. Di sana, sang istri melihat ada perempuan muslim China yang mengenakan kerudung kreasi. Ide-ide
produk baru pun bermunculan.
Dia lalu mematangkan konsep bisnisnya dan fokus untuk bermain di industri kerudung. ³Sekitar 90% bisnis inti kami adalah kerudung. Sisanya baru produk yang lain,´ jelasnya.
Selain itu, Amry juga terus mengadakan riset untuk membuat kerudung yang nyaman digunakan konsumen. ³Kerudung kaus itu berbeda. Harus pas di wajah. Tipe wajah juga
berpengaruh,´ cetusnya.
Kini, bisnis Amry kian berkembang pesat dengan jaringan distribusi mencapai 82 outlet di seluruh Indonesia. Karyawannya mencapai 2.000 orang.
Dia menargetkan, jumlah gerainya kelak bisa mencapai 245 unit. ³Target kami, pada 2010 nanti setengah dari target bisa terpenuhi,´ jelas Amry, yang emoh bicara detail soal omzet
usaha yang mencapai miliaran rupiah per bulan ini. Yang jelas, saat ini, dalam setiap dua detik, perusahaannya mampu memproduksi sebuah kerudung.
Kini, kerudung Rabbani sudah menjadi tren di masyarakat. Tak jarang, desain yang dikeluarkan Rabbani diduplikasi oleh para pesaingnya. Kendati demikian, Amry mengaku tak
khawatir. Sebab, dia sudah memiliki strategi khusus dalam menjajakan hasil produknya.
Misalnya, dengan mengambil nama merek mobil untuk produk yang dirilisnya. Sebut saja Innova, X-trail, Vitara, Starlet, dan masih banyak lagi. ³Ini kami lakukan untuk memperbaiki
citra kerudung yang kerap diasumsikan jelek,´ tegasnya.
Selain itu, Amry yakin, bisnis ini akan terus berkembang pesat karena potensi pasar kerudung di Indonesia sangat besar, mencapai Rp 15 triliun.
edk iem waraaba Iami
Keinginan Amry Gunawan untuk terus mengembangkan bisnisnya sangat menggebu-gebu. Di dalam negeri, dia sudah memiliki 82 outlet. Kini dia menyasar pasar luar negeri.
Ini keinginan wajar. Sebab, peminat kerudung produksinya banyak datang dari sejumlah negara. Dia bahkan sudah memiliki perwakilan di sejumlah negara, seperti Singapura,
Malaysia, Hong Kong, Belanda, hingga Afrika. ³Saya menargetkan untuk menjadikan perwakilan tersebut menjadi branch atau cabang Rabbani,´ katanya.
Selain itu, yang menarik, Amry juga tengah menggodok sistem waralaba atau franchise islami. Dia menamakannya wala rabba. Wala artinya loyalitas, sedangkan rabba berarti Tuhan.
³Ini konsep yang saya kembangkan sendiri dan merupakan perpaduan antara franchise dengan multi level marketing (MLM),´ urainya.
Dengan sistem tersebut, ada empat tingkat MLM yang dia perkenalkan. Yakni, member, unit dealer, subdealer, dan re-share. ³Kesemuanya ada persyaratan yang harus dipenuhi,´
imbuhnya.
Amry juga bilang, ada perbedaan mencolok antara waralaba biasa dengan wala rabba yang dia kembangkan. ³Perbedaannya terletak pada keuntungan. Kami menerapkan sistem bagi
hasil. Dan, sistem ini sangat negotiable,´ jelasnya.
Dari eria ii aa medapa eb ah peajara :
Menjadi wiarusaha sukses tidak dipandang dari pendidikannya, akan tetapi bagaimana orang itu bisa mencari peluang untuk membuka suatu usaha. Tentu untuk mencapai sebuah
tujuan seperti yang kita inginkan tidaklah mudah, untuk itu kita harus selalu sabar dalam menghadapi permasalahan yang kita hadapi dalam usaha kita.
selalu belajar dari kegagalan berusaha menjadi lebih baik
harus keatif ,inovatif,berusaha membuat sebuah sistem dalam usaha yang kita jalaini.

Sektor UKM, merupakan komponen penting bagi upaya pemberdayaan tataran meta, tataran makro, tataran meso dan tataran mikro. Pada tataran
ekonomi rakyat. Ini terbukti bahwa sektor UKM secara potensial meta, kemauan politik para pendiri Republik Indonesia telah memberikan
mempunyai modal sosial untuk berkembang wajar dan bertahan pada semua dukungan berdasarkan perundangundangan
kondisi, relatif mandiri yang jelas dan tegas kepada koperasi, sebagaimana tercantum dalam pasal
karena tidak tidak tergantung pada dinamika sektor moneter secara nasional. 33 UUD 1945 dan penjelasannya. MPR RI juga secara tegas selalu
Bahkan mempunyai potensi yang besar menyerap tenaga kerja, penyumbang mencantumkan perlunya pemberdayaan UMKM pada setiap GBHN yang
devisa,14 ditetapkan dan selanjutnya
penghasil pelbagai barang murah dan terjangkau oleh kekuatan ekonomi diperkuat dengan adanya UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan
rakyat dan distribusinya menyebar luas (Basri, 1996). UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Kenyataan menunjukkan bahwa UMKM masih belum dapat mewujudkan Kebijakan pada tataran makro akan menentukan kondusif atau tidaknya
kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal sistem dan kondisi perekonomian dengan pembangunan UMKM. Kebijakan
ini disebabkan UMKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, pada tataran makro akan menentukkan struktur dan tingkat persaingan pasar
baik yang berisfat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan yang dihadapi oleh pelaku usaha termasuk UMKM. Tugas Pemerintah (pusat
pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi, dan daerah) untuk menumbuhkan iklim yang kondusif bagi UMKM, dalam
serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangnya (Akyuwen, arti UMKM memiliki kesempatan berusaha yang sama dan menanggung
2005). Lebih lanjut dikatakan Akyuwen (2005), secara spesifik setidaknya beban yang sama dibandingkan pelaku usaha lainnya secara proporsional.
terdapat 3 (tiga) permasalahan internal yang dihadapi UMKM yaitu: (1) 22 Kebijakan makro bisa ditransfer ke dalam tataran mikro (skala usaha
terbatasnya penguasaan dan pemilikan asset produksi terutama permodalan; UMKM) umumnya melalui mekanisme dukungan perkuatan pada tataran
(2) rendahnya kemampuan SDM dan(3) kelembagaan usaha belum meso.
berkembang secara optimal dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan Pada tataran meso, kebijakan perkuatan ini dapat dibedakan menjadi
ekonomi rakyat. Sedangkan permasalahan eksternal terdapat 7 (tujuh) dukungan
permasalahan yaitu: (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan finansial dan dukungan non finansial. Proses transmisi dukungan perkuatan
UMKM; (2) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih sangat timpang, pada tataran meso ke tataran mikro memerlukan alat berupa proses innovasi
baik antar golongan, antar wilayah dan antar desa-kota; (3)sebagian besar dan pemberdayaan, agar sasaran pelaku yaitu UMKM dapat diantisipatif dan
produk industri kecil memiliki ciri sebagai produk u dan kerajinan responsive terhadap kebijakan pada tataran meta, makro dan meso. Dengan
dengan u 
yang pendek; (4) rendahnya nilai komoditi yang dihasilkan; demikian efektifitas
(5) terbatasnya akses pasar; (6) terdapatnya pungutan-pungutan siluman pemberdayaan UMKM ditentukan oleh keselarasan dan sinergi kebijakan
yang tidak proporsional; (7) munculnya krisis ekonomi dengan berbagai ditataran
implikasinya. Guritno (1999) menyebutkan pengembangan UMKM di meta, makro, mikro dan meso.
Indonesia dapat dititik dari empat tataran kebijakan pengembangan, yaitu:
c

Pada analisis SWOT terjadi penilaian atau pembobotan terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan. Faktor eksternal yang menjadi peluang dalam pabrik tahu Sukun adalah jumlah tenaga kerja banya, banyaknya
teknologi atau peralatan modern di toko-toko, dan jumlah penduduk makin tinggi. Selain itu, faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah
banyaknya persaingn usaha, banyaknya bahan makanan substitusi, perubahan selera konsumen, dan situasi perekonomian negara yang
memburuk. Faktor internal yang menjadi kekuatan dalam pabrik tahu Sukun adalah rasa, tekstur, ukuran, kemasan, permodalan kuat, lokasi
usaha strategis, dan pengadaan bahan baku lancar. Dan faktor

internal yang menjadi faktor kelemahan adalah penetapan harga jual tinggi, sifat tahu yang mudah rusak, promosi kurang, biaya input dan
proses produksi tinggi.Dimana pada sel V ini pabrik tahu sukun baik dalam penjualan, aset, keuntungan, atau kombinasi dari ketiganya
harus melakukan kebijakan harga produk dengan cara menurunkan harga, mempertahankan kualitas produk, atau meningkatkan akses ke
pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

You might also like