Professional Documents
Culture Documents
Kata Pengantar
Daftar Pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1 Dasar Pemikiran MPK PKn
1.2 Landasan Yuridis MPK PKn
1.3 Visi dan misi MPK PKn
1.4 Kompetensi dasar MPK PKn
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan pola pikir pembahasan bahan ajar
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan general education untuk
membangun karakter bangsa guna memperkuat bela negara.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu menunjukkan sikap sebagai warga negara yang
beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti luhur serta mempertahankan
sikap toleransi, semangat pluralisme, serta rela berkorban demi bangsa
dan negara.
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan nilai dasar pancasila
sebagai kesatuan sistem fisafat dan ideologi bangsa sehingga
mahasiswa mampu menganalisis dan ikut serta menyelesaikan persoaan
bangsa dengan berlandaskan pada system nilai tersebut.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu mempertahankan pancasila sebagai falsafah bangsa
dan ideologi Negara serta mampu mempraktikkan sifat dan keadaan
yang berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan social dalam kehidupan pribadi dan sosial.
IV. IDENTITAS NASIONAL
Topik kajian Identitas Nasional mencakup materi bahasan tentang :
1) Pengertian Identitas Nasional
2) Lambang-lambang negara
3) Nilai-nilai budaya bangsa
4) Etika dan moral bangsa
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, ciri khas yang menjadi
identitas nasional bangsa Indonesia, serta kandungan nilai-nilainya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu menunjukkan kkesadaran mengenai Pancasila
sebagai identitas nasional bangsa Indonesia serta mempraktikkan
prinsip, konsep, dan nilai dasar Pancasila sebagai pribadi yang berjiwa,
berkarakter, dan berbudaya Indonesia.
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan makna Negara dan isi konstitusi dalam
mengisi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu mempertahankan system politik dan ketatanegaraan
berdasarkan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 serta memegang
teguh Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber hokum tertinggi
daalm penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbagsa, dan
bernegara.
VI. DEMOKRASI INDONESIA
Topik kajian Demokrasi Indonesia mencakup materi bahasan tentang :
1) Pengertian negara, teori terjadinya negara, sifat dan unsur-unsur negara
2) Pengertian dan Konsep demokrasi
3) Demokrasi dalam sistem NKRI
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan cara menerapkan konsep demokrasi
berdasarkan nilai dasar pacaila sehingga mahasiswa terbiasa
mempraktikkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
bernegara.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu menunjukkan sikap demokrasi yang berkeadaban
berdasarkan landasan idil pancasila dan mampu mempraktikkan konsep
demokrasi pancasila berdasarkan paham kekeluargaan dan gotong
royong untuk mewujudkan keadilan sosial
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan cara menerapkan konsep dan bentuk
geopolitik di Indonesia sebagai wawasan kebangsaan sehingga mantap
dalam sikap, pendirian, dan kesadarannya dalam mempersamakan
persepsi guna mewujudkan persatuan dan kesatuan sebagai bangsa
Indonesia.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu memegang teguh wawasan nusantara sebagai
landasan visional di dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan
nasional, dan mampu mendukung pelimpahan wewenang kepada
daerah didalam merealisasikan geopolitik wawasan nusantara untuk
menjamin tetap tegaknya NKRI.
X. GEOSTRATEGIS (KETAHANAN NASIONAL)
Topik kajian Ketahanan Nasional mencakup materi bahasan tentang :
1) Pengertian Pertahanan Nasional
2) Latar belakang pertahanan nasional
3) Hakikat dan perwujudan pertahaan nasional
4) Aspek ketahanan nasional
5) Bela negara serta Sistem pertahanan dan keamanan
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan cara menerapkan konsep dan bentuk
geostrategik Indonesia sebaggai ketahanan nasional sehingga
mahasiswa berperan dalam melaksanakan pembangunan untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu menunjukkan sikap ulet dan tangguh di dalam
membagun ketahanan nasional, dan mampu menunjukkan kemampuan
dan kekuatan didalam menghadapi dan menggagalkan ancaman,
gangguan, hambatan, daan tantangan yang akan melemahkan dan
memakan ketahanan nasional.
XI. POLSTRANAS
Topik kajian Politik dan Strategi Nasional mencakup bahasan tentang :
1) Pengertian Politik Strategi Nasional
2) Sistem politik Indonesia
3) Konsep strategi nasional dan implementasinya
4) Wujud Politik Startegi Nasional
a. Indikator Kompetensi :
Mahasiswa mampu
b. Indikator Sikap :
Mahasiswa mampu
2.4 Metodologi dan Tujuan Pembelajaran PKn
A. Metodologi Pembelajaran PKn
1) Proses Pembelajaran yang diselenggarakan, secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi untuk berpartisifasi aktif serta
memberikan kesempatan bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
dengan menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan mitra
dalam proses pembelajaran dan sebagai anggota keluarga, masyarakat,
dan warganegara.
2) Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang mendidik,
didalamnya terjadi pembahasan kritis analitis, induktif dan deduktif, dan
reflektif melalui dialog kreatif pertisifatory untuk nencapai pemahaman
tentang kebenaran substansi dasar kajian, berkarya nyata dan untuk
menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hidup.
3) Bentuk aktivitas pembelajaran, dengan cara kuliah tatap muka, ceramah,
diskusi interaktif, studi kasus, penugasan mandiri dalam bentuk
mengerjakan soal-soal latihan dan penugasan kelompok dalam bentuk
pembuatan makalah, tugas baca, seminar kecil, kegiatan kokurikuler,
dan lain-lain.
4) Motivasi menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan
kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk dapat eksis di dalam
masyarakat global.
B. Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama
lain secara terus menerus / kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah
kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua, yaitu (1)
orang yang tinggal di daerah tersebut; dan (2) orang yang secara hukum
berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai
surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi
memilih tinggal di daerah lain. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi
jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi.
Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan
geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan
erat dengan unit-unit ekonomi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.
C. Rakyat
Rakyat adalah penduduk Indonesia yang telah setuju dengan berdirinya
Negara Republik Indonesia dan memberikan mandat kepada sekelompok orang
Indonesia yang rela melepaskan haknya sebagai rakyat untuk bersedia
mengelola pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dimandatkan atas
kedaulatan rakyat dan hanya mengabdi kepada rakyat.
6.1 Pengertian negara, teori terjadi negara, sifat dan unsur-unsur negara
A. Pengertian Negara
Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata
asing, yakni state (bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan
etat (bahasa Perancis). Kata staat, state, etate itu diambil dari kata bahasa latin
status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu
yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Dalam konsepsi Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Sunnah,
tidak ditemukan rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya saja dalam al-
Quran dan al-Sunnah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Selain itu, konsep islam tentang negara juga berasal
dari 3 tahap paradigma, yaitu:
a) Paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah Rasulullah Saw,
terutama biasanya merujuk pada masa Khulafa al Rasyidun;
b) Paradigma yang bersumber pada teori imamah dalam paham islam Syi’ah;
c) Paradigma yang bersumber dari teori imamah atau pemerintahan.
B. Tujuan Negara
Tujuan negara adalah :
a) Memperluas kekuasaan
b) Menyelenggarakan ketertiban hukum
c) Mencapai kesejahteraan umum
Menurut Plato bahwa memajukan kesusilaan manusia, sebagai
perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial. Menurut Roger H. Soltau:
Memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya
sebebas mungkin (the freest possible development and creative self-expression
of its members).
Tujuan negara Republik Indonesia: “Memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
C. Unsur-Unsur Negara
Dalam rumusan Konveni Montevideo tahun1933 disebbutkan negara
harus memiiki tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. Sejalan
dengan itu, Mac Iver merumuskan bahwa suatu negara harus memenuhi 3
unsur pokok yaitu pemerintahan, rakyat dan wilayah tertentu. Ketiga unsur ini
oleh Mahfud MD disebut sebagai unsur konstitutif.
1) Rakyat
Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya.
Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara konkret
rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan baik.
2) Wilayah
Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena
tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritoral yang jelas.
Sebagai contoh, pada tahun 1860, Kursi Suci (Holy See, Papacy) adalah
sebuah negara, karena menguasai sebagian wilayah Italia dari pantai barat
sampai ke bagian timur jazirah Italia. Secara mendasar, wilayah dalam
sebuah negara biasanya mencangkup daratan (wilayah darat), perairan
(wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).
a. Daratan (wilayah darat)
Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan atau laut
(perairan) negara lain. Pembatasan wilayah suatu negara biasanya
ditentukan berdasarkan perjanjian.
b. Perairan (wilayah laut/perairan)
Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu
negara disebut perairan atau laut teritorial dari negara bersangkutan.
c. Udara (wilayah udara)
Udara yang berada di atas wilayah darat dan wilayah laut teritorial suatu
negar merupakan bagian dari wilayah udara sebuah negara.
3) Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin
organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya,
pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah negara.
D. Teori Terbentuknya Negara
1. Teori Kontrak Sosial (Social Contrac)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan
bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjajnjian masyarakat. Teori ini
adalah salah satu teori yang terpenting mengenai asal-usul negara.
1) Thomas Hobbes (1588-1679) : Hobbes mengemukakan bahwa kehidupan
manusia terpisah dalam 2 zaman, yakni keadaan selama belum ada negara.
2) John Locke (1632-1704) : Bagi Locke, keadaan alamiah ditafsirkan sebagai
suatu keadaan dimana manusia hidup bebas dan sederajat, menurut
kehendak hatinya sendiri.
3) Jean Jacques Rousseau (1712-1778) : Rousseau merupakan tokoh yang
pertama kali menggunakan istilah kontrak sosial (social contract).
2. Teori Ketuhanan
Negara dibentuk oleh tuhan dan pemimpin-pemimpin negara ditunjuk
oleh tuhan. Raja dan pemimpin-pemimpin negara hanya bertanggung jawab
pada tuhan dan tidak pada siapapun.
3. Teori Kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok yan kuat
terhadap kelompok yang lemah. Negara terbentuk dengan penakhlukan dan
pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari sekelompok etnis yang
lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah.
4. Teori Organis
Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia
atau binatang. Individu yang merupakan kompenen-kompenen negara
dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan korporal dari
negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang
sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai
daging makhluk hidup itu.
5. Teori Historis
Lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara
evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
6.2 Pengertian dan konsep demokrasi
Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu :
a. Pengertian Secara Etimologis
Dari sudut bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos
berarti rakyat dan cratos atau cratein berarti pemerintahan atau kekuasaan.
Konsep negara demokratis ini muncul dan dipraktekkan pada abad ke-4 sampai
ke-6 SM. Demokrasi yang dipraktekkan pada waktu itu adalah demokrasi
langsung atau direct democracy.
Demokrasi langsung artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-
keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga
negara. Hal ini dapat dilakukan karena pada saat itu Yunani masih berbentuk
negara kota atau polis yang penduduknya terbatas. Namun, seiring dengan
berjalannya waktu pada saat ini orang lebih mengenal pelaksanaan demokrasi
secara tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
b. Pengertian Secara Terminologis
Dari sudut iistilah, pengertian demokrasi dikemukakan oleh beberapa
ahli politik, sebagai berikut :
1) Abraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat atau
government of the people, by the people, and for the people.
2) Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintahan itu melekat pada diri rakyat.
3) Henry B. Mayo
Demokrasi adalah sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan umum.
4) International Commision for Jurrist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan, dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggararakan oleh warga negara melalui
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka
melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
6.3 Demokrasi dalam sistem NKRI
A. Demokrasi pada Periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
parlementer. Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah
kemerdekaan diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia. Undang-Undang
Dasar 1950 menetapkan berrlakunya sistem parlementer dimana bbadan
eksekutif terdiri dari Preiden sebagai kepala negara konstitusional
(constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung
jawab politik. Disamping itu trenyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik
yang tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis dalam konstelasi
politik, padahal merupakan kekuatan yang paling penting.
2. Demokrasi Pancasila
Demokrasi yang berkembang di Indonesia dan bersumber dari
ideologisnya adalah Demokrasi Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional
yakni seperangkat nilai yang dianggap baik, sesuai, dan menguntungkan
bangsa. Adapun nilai-nilai demokrasi yang terjabar dalam nilai-nilai luhur
Pancasila, sebagai berikut :
(1) Kedaulatan rakyat;
(2) Republik;
(3) Negara berdasar atas hukum;
(4) Pemerintahan yang konstitusional;
(5) Sistem perwakilan;
(6) Prinsip musyawarah; dan
(7) Prinsip ketuhanan.
BAB VII
HAK ASASI MANUSIA
Menurut definisi tersebut, perlu dipahami bahwa hak asasi manusia tidaklah
bersumber dari penguasa, negara, atau hukum, melainkan semata-mata
bersumber dari Tuhan. Dengan demikian, hak asasi manusia tidak dapat
dikurangi (non derogable right). Tindakan yang diperlukan dari negara dan
hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan perlindungan terhadap hak asasi
manusia tersebut. ebelum kita memahami apa arti Hak-hak Asasi Manusia
(HAM), baiklah kita pahami dulu arti HAM ditinjau dari asal katanya. Hak-hak
asasi manusia terdiri atas tiga kata, yang pertama adalah kata “hak”, kedua
kata “asasi”, dan ketiga adalah “manusia’.
Kata hak diartikan bermacam-macam, Winataputra (2003:6.3))
menyebutkan bahwa hak diartikan sebagai sesuatu yang benar, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu
atau untuk menuntut sesuatu. Sedangkan “asasi” berarti bersifat dasar atau
hak pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti hak hidup, hak berbicara, dan hak
mendapat perlindungan. Selanjutnya manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Kuasa yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk lain ciptaan-
Nya.
Mengingat sifatnya mendasar manusia, maka HAM dianggap sebagai
hak yang tidak dapat dicabut atau dihilangkan. Dengan kata lain, HAM perlu
mendapat jaminan oleh negara atau pemerintah, oleh karenanya siapa saja
yang melanggarnya harus mendapat sanksi yang tegas.
Pengertian HAM beraneka ragam antara lain dapat ditemukan dan
penglihatan dimensi visi, perkembangan. Deklarasi HAM Universal/ PBB
(Universal Declaration of Human Right/UDHR) dan menurut UU No. 39 Tahun
1999.
Konsep HAM dilihat dari dimensi visi mencakup visi filsafati, visi
yuridis-konstitusional dan visi politik (Saafroedin Bahar. 1944:82). Visi filsafati
sebagian besar berasal dari teologi agama-agama. Yang jati diri manusia pada
tempat yang tinggi sebagai makhluk Tuhan. Visi yuridis-konstitusional
mengaitkan pemahaman HAM itu dengan, tugas, hak, wewenang dan tanggung
jawab negara sebagai suatu nation-state. Sedangkan visi politik memahami
HAM dalam kenyataan hidup sehari-hari yang umumnya berwujud pelanggaran
HAM baik oleh sesama warga masyarakat yang lebih kuat maupun oleh oknum-
oknum pejabat pemerintah
Dilihat dari perkembangan HAM maka konsep, HAM mencakup generasi I,
generasi II, generasi II I dan pendekatan struktural (T.Mulya Lubis, 1987: 3-6).
Generasi I konsep HAM sarat dengan hak-hak yuridis, seperti tidak disiksa
dan di-tahan, hak akan equality before thelaw (persamaan di hadapan hukum),
hak akan fair trial (peradilan yang jujur), praduga tak bersalah dan sebagainya.
Generasi 1 ini merupakan reaksi terhadap kehidupan kenegaraan yang totaliter
dan fasistis yang mewarnai tahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Generasi II
konsep HAM merupakan perluasan secara horizontal generasi I, sehingga
konsep HAM mencakup juga bidang social, ekonomi, politik dan budaya.
Generasi II merupakan terutama sebagai reaksi bagi negara dunia ketiga yang
telah memperoleh kemerdekaan dalam rangka mengisi kemerdekaannva
setelah Perang Dunia II
Generasi III konsep HAM. merupakan ramuan dari hak hukum, sosial.
ekonomi, politik dan budaya menjadi apa yang disebut hak akan pembangunan
(the right to development). HAM diniia i sebagai totalitas yang tidak boleh
dipisah-pisahkan. Dengan derniikian, HAM sekaligus menjadi satu masalah
antar d isip lin yang harus didekati secara interdisipliner.
Pendekatan struktural (melihat akibat kebijakan pemerintah yang
diterapkan) dalam HAM seharusnya merupakan generasi IV dari konsep HAM.
Karena dalam real itas masalah-masalah pelanggaran HAM cenderung
merupakan akibat kebijakan yang tidak berpihak pada HAM. Misalnya,
berkembangnya sistem sosial yang memihak ke atas dan mernelaratkan
mereka yang dibawah, suatu pola hubungan yang "repressive". Sebab jika
konsep ini tidak dikembang-kan, maka yang kita lakukan hanya memperbaiki
gejala, bukan penyakit. Dan perjuangan HAM akan berhenti sebagai
pelampiasan emosi (emotional outlet).
Pengertian HAM menurut UDHR dapat ditemukan dalam Mukaddimah
yang pada prinsipnya dinyatakan bahwa HAM merupakan pengakuan akan
martabat yang terpadu dalam diri setiap orang akan hak-hak yang sama dan
takteralihkan dari semua anggota keluarga manusia ialah dasar dari
kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia (Maurice Cranston, 1972:127).
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM, mengartikan HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
UU No.39 Tahun 1999 juga mendefinisikan kewajiban dasar manusia adalah
seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan
terlaksana dan tegaknya HAM.
Pengertian HAM menurut UDHR sering dinilai masih pada tahap' Generasi 1
Konsep HAM. yaitu isinya sarat dengan hak-hak yuridik dan politik. Sedang kan jika
memperhatikan pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999. tampak
mengandung visi filsafati dan visi yuridis konstitusional. Kemudian pengertian HAM
menurut visi politik dapat diidentikan dengan pendekatan struktural. karena keduanya
lebih menonjolkan pengertian HAM dalam kehidupan sehari-hari yang cenderung
banyak pelanggaran.
Memperhatikan berbagai pengertian /konsep/definisi hak asasi tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan hak yang melekat (inheren)
pada setiap orang yang merupakan karunia Tuhan YME, bukan pemberian
negara pemerintah dan atau orang lain, kewajiban dan vvajib dijunjung tinggi
oleh negara. pemerintah dan atau orang lain, kewajiban dan tidak boleh
dihilangkan atau dihapus oleh siapapun Negara pemerintah dan atau orang lain,
masyarakat) dengan alasan apapun (pembangunan, perang. sengketa
bersenjata. dan atau keadaan darurat). Karena kebutuhan dasar manusia
dimanapun pada hakekatnya sama seperti hak atas hidup, bebas
mengeluarkan pikirannya, bebas dari rasa takut, tidak ingin dieksploitasi, hidup
bahagia dan lain - lain, maka HAM merupakan sesuatu yang bersifat universal.
Definisi memang penting untuk ditempatkan pada awal perbincangan
suatu hal. Karena melalui definisi yang tepat, kita akan sampai pada konsep
suatu hal. Untuk itu, Ibnu Sina pernah berkomentar: “tanpa definisi kita tidak
akan pernah sampai pada “ (http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi).
Secara harfiah, istilah hak (asasi) manusia merupakan terjemahan dari
human rights yang berarti hak manusia (tanpa asasi). Di Indonesia, istilah
tersebut ditambahi dengan kata (hak) asasi yang merupakan terjemahan dari
basic rights. Hal ini rupanya dimaksudkan untuk menegaskan dan
membedakan antara hak manusia yang asasi dan hak manusia yang tidak
asasi. Agar kita dapat memperoleh suatu konsep yang tepat mengenai hak
asasi manusia itu, di bawah ini disajikan beberapa definisi tentang hak asasi
manusia.
Menurut Notonagoro (dalam Chaidir Basrie, 2004:3) “Hak ialah kuasa
untuk menerima atau melakukan sesuatu atau yang semestinya diterima atau
dilakukan oleh pihak tertentu, dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.”
Minto Rahayu (2007:146) mendefinisikan human right sebagai
“perlindungan terhadap seseorang dari penindasan oleh siapupun, Negara,
atau bukan Negara”.
Menurut Tilaar (dalam A.T. Soegito, 2005:1), hak asasi manusia adalah
“hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak
dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di bawanya bersamaan dengan
kelahirannya, atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.”
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapatlah diambil suatu
pengertian sebagai berikut. Pertama, hak asasi manusia itu bersifat umum
(universal). Artinya, beberapa hak yang dimiliki manusia tanpa berbedaan atas
bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin. Kedua, hak asasi manusia itu bersifat
supralegal. Artinya, adanya tidak tergantung kepada adanya suatu Negara atau
undang-undang dasar maupun kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki
kewenangan lebih tinggi, karena hak asasi manusia itu dimiliki manusia bukan
karena kemurahan atau pemberian Negara, melainkan karena berasal dari
sumber yang lebih tinggi.
Hari HAM dirayakan tiap tahun oleh banyak negara di seluruh dunia setiap
tanggal 10 Desember. Ini dinyatakan oleh International Humanist and Ethical Union
(IHEU) sebagai hari resmi perayaan kaum Humanisme. Tanggal ini dipilih untuk
menghormati Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengadopsi dan
memproklamasikan Deklarasi Universal HAM, sebuah pernyataan global tentang HAM,
pada 10 Desember 1948. Peringatan dimulai sejak 1950 ketika Majelis Umum
mengundang semua negara dan organisasi yang peduli untuk merayakan.
Realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akhir-
akhir ini menunjukkan, betapa pentingnya setiap warga negara untuk ikut
terlibat dalam perikehidupan bersama yang lebih intensif. Sebagaimana kita
ketahui saat ini kita telah berada dalam perikehidupan global yang penuh
dengan tantangan dan persaingan. Tantangan dan persaingan yang terjadi
tidak lagi bersumber dari dalam negeri, tetapi juga berasal dari dunia
internasional di luar negeri. Berkaitan dengan permasalahan hak asasi
manusia, maka bangsa Indonesia tidak dapat hanya berpegang kepada nilai-nilai
luhur bangsa sendiri, tetapi juga harus merujuk nilai-nilai universal, yang
bersumber dari kesepakatan-kesepakatan (konvensi) internasional.
Pada era globalisasi dan pasar bebas dunia, dimana bangsa Indonesia
ikut terlibat di dalamnya, maka tidak ada pilihan lain bahwa warga negara
bersama pemerintah harus peka dan berkomitmen tinggi terhadap masalah-
masalah yang terkait dengan hak asasi manusia. Masalah hak asasi manusia
tersebut menyangkut seluruh aspek kehidupan bangsa, baik di bidang ekonomi,
sosial, budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan.
Selanjutnya baca dengan cermat deskripsi tentang teori Erich From
tentang “Syndrome of Decay” atau simdom pembusukan, yang disadari atau
tidak sedang melanda perikehidupan bangsa kita belakangan ini. Erich From
dalam teori Syndrome of Decay, menyatakan bahwa perikehidupan
bermasyarakat akan dihantui oleh munculnya gejala pembusukan. Sekurang-
kurangnya ada dua sindrom pembusukan yang dapat diidentifikasi. Pertama,
masyarakat mengalami kondisi mental-spiritual yang sangat rapuh, baik
ditingkat elit maupun rakyat bawah yang sering disebut sebagai masyarakat
akar rumput (grassroots). Perilaku amoral, asusila, dan gejala-gejala buruk
lainnya sudah menjadi hal yang dianggap biasa. Pada titik tertentu bahkan
telah dipersepsi sebagai budaya dan kebiasaan yang melekat pada
masyarakat. Misalnya, perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme telah dilakukan
secara terbuka oleh aparatur pemerintah dari pusat sampai tingkat paling
bawah. Akibatnya tidak ada lagi sikap percaya kepada pemimpin, dan lama-
kelamaan berkembang menjadi saling curiga diantara sesama warga dan
kelompok.
Kedua, hilangnya perasaan akan nilai-nilai kemanusiaan, seperti
memudarnya sikap ramah, toleran, rukun, dan suka menolong, dan tiba-tiba
berubah menjadi sikap beringas, ganas, dan barbarian (suka bertikai).
Misalnya, karena persoalan sepele, semisal perkelaian antarpemuda biasa
didramatisir sebagai pertikaian atarras, antaretnis, dan antaragama. Akibatnya,
masyarakat begitu mudah tersulut perilaku merusak, menghancurkan, bahkan
mengalirkan darah sesamanya.
Alternatif penyembuhan dari sindrom pembusukan tersebut tidak ada
lain, kecuali melalui pembalikan dari itu semua, yakni sindrom pertumbuhan
(syndrome of growth). Fromm mendefinisikan sindrom pertumbuhan sebagai
cinta kehidupan, cinta antarsesama, dan cinta akan kemerdekaan.
Gejala-gejala seperti yang dideskripsikan di atas merupakan fakta
kehidupan yang sarat dengan isu-isu hak asasi manusia. Gejala-gejala tersebut
tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan dapat terjadi di mana saja di seluruh
masyarakat manusia di dunia ini. Pengalaman kehidupan menunjukkan hal itu
dengan berbagai tonggak sejarah perjuangan dan pengakuan hak asasi
manusia.
Adapun tonggak-tonggak sejarah hak asasi manusia dimaksud adalah:
1. Di Inggris
a. Magna Charta di Inggris (15 Juni 1215).
Pemikiran HAM di Inggris lebih banyak dipengaruhi oleh ajaran
empirisme. Ajaran empirisme mengikuti jejak Francis Bacon pada abad 17 yang
memulai menggunakan pendekatan induktif melalui pengamatan dan
eksperimentasi di dalam memperoleh pengetahuan. Menurut empirisme,
pengetahuan itu hanya dapat dibentuk melalui pengalaman sebagai
sumbernya. Oleh karena itu pemikiran HAM di Inggris dipengaruhi oleh: (a) adat
dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, (b) menghormati kekuasaan
kerajaan (raja).
Thomas Hobbes (1588-1679) mengajarkan bahwa semua manusia itu
memiliki sifat yang sama. Dalam keadaan alamiah, tiap manusia ingin
mempertahankan kebebasannya dan kebebasan orang lain. Manusia
dipandang sebagai homo homini lupus yaitu naluri manusia itu bagaikan
serigala untuk selalu ingin mempertahankan dirinya sendiri, bersaing, dan
saling menerkam sesamanya. Konflik dan pertikaian akan muncul manakala
manusia mengikuti nalurinya itu. Menurut pengalaman, supaya tidak terjadi
pertengkaran dan peperangan, manusia harus mengikuti akal sehat yaitu
melepaskan hak untuk bebas berbuat sekehendak sendiri dengan bersatu
melalui perjanjian sosial (du contract social). Perjanjian itu bukan dibuat antara
penguasa dan warga negara tetapi dibuat sendiri oleh warga negara tersebut.
Mereka bersepakat untuk membuat perjanjian membentuk penguasa atau
pemerintah. Setelah pemerintahan terbentuk maka hak-hak warga negara
menjadi hilang dan warga negara tidak dapat memberontak. Orang banyak
yang dipersatukan dalam perjanjian sosial itu disebut commonwealth. Di dalam
commonwealth yang diutamakan adalah perdamaian dan keamanan seluruh
warga negara. Kewajiban pemerintah adalah mengusahakan perdamaian dan
perlindungan warga negara sehingga merasa aman. Menurut Hobbes,
kekuasaan pemerintahan itu ada pada raja dan gereja. Warga negara tinggal
menaati kekuasaan raja dan berbakti pada Tuhan. Hak asasi manusia dipahami
dalam hubungan antara warga negara dan pemerintah yang diatur dalam
hukum perjanjian dan hukum Tuhan (agama).
Tokoh lain dari empirisme Inggris adalah John Locke (1632-1704).
Ajarannya tidak jauh berbeda dengan Thomas Hobbes. Menurutnya,
pengalaman menjadi sumber pengetahuan. Suatu perbuatan dikatakan etis
apabila: (a) menaati perintah Tuhan, (b) menaati undang-undang supaya
dikatakan tidak salah, (c) sesuai dengan pendapat umum tentang kebajikan.
Bagi Locke, negara tidak boleh mencampuri agama. Negara tidak boleh
meniadakan agama. Warga negara bebas menganut kebebasan beragama.
Hak negara hanya menghancurkan teori-teori atau ajaran yang membahayakan
keberadaan negara. Supaya negara tidak sewenang-wenang, maka
kekuasaannya dipisahkan menjadi: (a) legislatif yaitu kekuasaan membuat
undang-undang, (b) eksekutif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan
pemerintahan negara, (c) federatif yaitu kekuasaan untuk menentukan perang
dan damai. Ketiga kekuasaan tersebut tidak boleh mencampuri satu dengan
lainnya. Hak asasi manusia diatur sesuai dengan ketiga jenis kekuasaan
tersebut.
Pemikiran Locke kemudian dilanjutkan oleh J.J. Rousseau yang
memandang manusia itu sebagai makhluk alamiah. Hukum alam berlaku dalam
kehidupan masyarakat. Dalam keadaan alamiah itu manusia memiliki
kebebasan, hak hidup, dan hak milik. Hidup seseorang tergantung pada
perlindungan undang-undang sebagai kehendak umum. Undang-undang
mengatur bahwa masyarakat mempunyai kehendak umum melalui suara
terbanyak. Ketentuan suara terbanyak itu diatur di dalam perjanjian masyarakat
(contract social). Di dalam perjanjian itu orang menyerahkan hak-haknya
kepada masyarakat. Mereka tunduk pada pemerintahan yang adil. Kekuasaan
untuk menetapkan undang-undang di dalam negara dibentuk melalui perjanjian
antara penguasa dan rakyat. Perjanjian masyarakat sebagai kehendak umum
itu melindungi agar hak-hak individu tidak dilanggar individu lainnya.
Pemikiran beberapa tokoh tersebut di atas, memberikan inspirasi untuk
memperjuangkan HAM di Inggris. Menurut Magna Charta (Al Hakim, 2002)
kekuasaan Raja (John Lackland) harus dibatasi. Hak asasi manusia lebih
penting daripada kekuasaan Raja. Tidak seorang pun warga negara Inggris
yang merdeka dapat ditahan, dirampas harta kekayaannya, diperkosa,
diasingkan, disiksa, atau dengan cara apapun diperkosa hak-haknya kecuali
dengan pertimbangan hukum. HAM dan hukum yang membatasi kekuasaan
Raja agar tidak melakukan kesewenang-wenangan.
Pada tahun 1629 masyarakat mengajukan Petition of Right (petisi hak
asasi manusia) yang berisi tentang pajak yang dipungut kerajaan harus
mendapat persetujuan parlemen Inggris. Selain itu, tidak seorang pun dapat
ditangkap tanpa tuduhan dan bukti-bukti yang sah.
2. Amerika
a. Declaration of Independence (1776)
Bangsa Amerika berasal dari kaum imigran berbagai negara Eropa, Asia,
Afrika, dan Australia. Kaum imigran tersebut semula berpikir secara sempit
untuk kepentingannya sendiri. Mereka mempunyai kebiasaan dan pengalaman
sendiri yang dibawa dari negaranya. Sebelum merdeka, masyarakat kolonial
Inggris dari berbagai belahan bumi dibawa ke Amerika untuk bekerja dan
mengabdi kepada pemerintah kerajaan Inggris Raya. Keanekaragaman bangsa
Amerika tersebut sebagai potensi negara harus diterima dan diberdayakan
demi kejayaan Amerika. Ketika Amerika masih di bawah pemerintahan kolonial
Inggris, masyarakat diperlakukan secara tidak adil.
Pada tahun 1776 bangsa Amerika menyatakan kemerdekaan dari
pemerintahan kerajaan Inggris melalui Declaration of Independence. Rakyat
Amerika yang bersifat heterogen harus dapat hidup berdampingan secara
damai. Hak-hak asasi masyarakat harus dijamin dan dilindungi tanpa
pengecualian. Untuk itu disusun suatu UUD yang menerima aspirasi seluruh
rakyat. Di dalam deklarasi kemerdekaan tersebut
Declaration of Independence merupakan Piagam Hak-hak Asasi Manusia
karena memuat pernyataan: “bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama
sederajat oleh Maha Penciptannya. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh
Penciptanya hak hidup, kemerdekaan dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan”.
Pasal 2.
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang
termaktub di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal
nasional atau sosial, hak milik, kelahiran atau status lainnya. Selain itu, tidak
ada perbedaan harus dilakukan atas dasar politik, berhubung dgn hukum atau
status internasional negara atau wilayah yang dimiliki oleh seseorang, baik
bersifat independen, trust, non-self-pemimpin yang lain atau di bawah batasan
kedaulatan.
Pasal 3.
Setiap orang berhak untuk hidup, kebebasan dan keselamatan individu.
Pasal 4.
Tidak seorang pun akan diselenggarakan di perbudakan atau diperhambakan,
perbudakan dan perdagangan budak harus dilarang dalam segala bentuk.
Pasal 5.
Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, ganas atau
perlakuan atau hukuman menghinakan.
Pasal 6.
Setiap orang berhak atas pengakuan di mana-mana sebagai orang di depan
hukum.
Pasal 7.
Semua orang sama di depan hukum dan berhak tanpa diskriminasi sama untuk
perlindungan hukum. Semua berhak atas itu.
Pasal 8.
Setiap orang perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang
melanggar Deklarasi ini dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada
diskriminasi semacam berhak atas bantuan yang efektif dari pengadilan
nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-hak dasar yang
diberikan kepadanya oleh konstitusi atau oleh hukum.
Pasal 9.
Tidak seorang pun boleh sewenang-wenang penangkapan, penahanan atau
pembuangan.
Pasal 10.
Setiap orang berhak penuh untuk kesetaraan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan yang independen dan imparsial hakim, dalam menetapkan hak dan
kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan
kepadanya.
Pasal 11.
(1) Setiap orang yang dituntut dengan hukuman pelanggaran berhak untuk
disangka bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam
suatu pengadilan di mana dia memiliki semua jaminan yang diperlukan
untuk pembelaannya.
(2) Tidak seorang pun akan diselenggarakan bersalah atas pelanggaran
hukuman pada setiap perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu
pelanggaran hukuman, di bawah undang-undang nasional atau
internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak yang akan
dikenakan hukuman berat dari salah satu yang telah berlaku pada saat
hukuman pelanggaran tersebut dilakukan.
Pasal 12.
Tidak seorang pun boleh sewenang-wenang gangguan dengan pribadinya,
keluarganya, rumah atau korespondensi, atau serangan ke atas
kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang berhak mendapat
perlindungan hukum terhadap gangguan atau serangan seperti itu.
Pasal 13.
(1) Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-
batas setiap negara.
(2) Setiap orang berhak meninggalkan sesuatu negeri, termasuk negerinya
sendiri, dan berhak kembali ke negerinya.
Pasal 14.
(1) Setiap orang berhak mencari dan menikmati suaka di negara-negara lain
dari pengejaran.
(2) Ha ini tidak berlaku untuk kasus penuntutan yang benar-benar timbul
karena kejahatan non-politik atau perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 15.
(1) Setiap orang berhak atas kewarganegaraan.
(2) Tidak seorang pun boleh sewenang-wenang deprived of his negaraannya
atau ditolak hak untuk mengubah kewarganegaraan itu.
Pasal 16.
(1) Pria dan wanita yang sudah dewasa, dengan tidak dibatasi kebangsaan,
kewarga-negaraan atau agama, berhak untuk nikah dan untuk membentuk
keluarga. Mereka berhak memperoleh hak yang sama seperti perkawinan,
selama perkawinan dan pada saat perceraian.
(2) Pernikahan akan memasuki hanya dengan bebas dan persetujuan penuh
oleh kedua mempelai.
(3) Keluarga adalah kesatuan alamiah dan fundamental dari masyarakat dan
berhak mendapat perlindungan dari masyarakat dan Negara.
Pasal 17.
(1) Setiap orang berhak memiliki harta, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain.
(2) Tidak seorang pun boleh sewenang-wenang deprived of his property.
Pasal 18.
Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; hak ini
termasuk kebebasan untuk mengubah agamanya atau kepercayaan, dan
kebebasan, baik sendiri maupun dengan orang lain dan masyarakat umum atau
swasta, untuk nyata nya agama atau kepercayaan dalam pengajaran, praktek ,
ibadah dan ketaatan.
Pasal 19.
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat;
hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk
mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan ide melalui media
apapun dan berapapun frontiers.
Pasal 20.
(1) Setiap orang berhak atas kebebasan berkumpul dan berserikat secara
damai.
(2) Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki sesuatu perkumpulan.
Pasal 21.
(1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya, secara
langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas.
(2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam
jabatan pemerintahan negerinya.
(3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; ini harus
dinyatakan dalam pemilihan berkala dan asli yang harus oleh universal dan
kesetaraan hak dan harus dilaksanakan oleh rahasia suara atau setara
gratis voting prosedur.
Pasal 22.
Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan
berhak melaksanakan dengan perantaraan usaha-usaha nasional dan
kerjasama internasional dan sesuai dengan organisasi serta sumber-sumber
kekayaan dari setiap Negara, dari ekonomi, sosial dan budaya sangat
diperlukan untuk hak martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya.
Pasal 23.
(1) Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih
pekerjaan, dan hanya untuk kondisi baik, dan berhak atas perlindungan dari
pengangguran.
(2) Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama
untuk pekerjaan yang sama.
(3) Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil
dan baik yang menjamin kehidupannya dan keluarganya, suatu kehidupan
yang pantas untuk manusia yang bermartabat, dan jika perlu, dengan cara
lain dengan perlindungan sosial.
(4) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja
untuk melindungi kepentingannya.
Pasal 24.
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk jam kerja dan hari libur
berkala, dengan menerima upah.
Pasal 25.
(1) Setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan hak untuk keamanan dalam hal pengangguran, sakit, cacat,
menjadi janda, mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata
pencarian yang lain keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
(2) ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan. Semua anak,
baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat
perlindungan sosial yang sama.
Pasal 26.
(1) Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus gratis,
setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar.
Pendidikan rendah harus diwajibkan. Teknis dan profesional pendidikan
harus dibuat tersedia secara umum dan pendidikan tinggi harus secara adil
dapat diakses oleh semua orang, berdasarkan kepantasan.
(2) Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan penuh manusia dengan
kepribadian dan memperkuat hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi
dan persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras maupun agama,
serta harus memajukan kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
memelihara perdamaian.
(3) Orang tua mempunyai hak utama untuk memilih jenis pendidikan yang akan
diberikan kepada anak-anak mereka.
Pasal 27.
(1) Setiap orang berhak untuk berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan
kebudayaan masyarakat, untuk mengecap kenikmatan kesenian dan
berbagi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan manfaatnya.
(2) Setiap orang berhak mendapat perlindungan atas kepentingan-kepentingan
moril dan material yang diperoleh sebagai hasil dari ilmiah, kesusasteraan
atau artistik produksi yang dia adalah penulis.
Pasal 28.
Setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan internasional di mana hak-
hak dan kebebasan-kebebasan yang termaktub di dalam Pernyataan ini dapat
dilaksanakan sepenuhnya.
Pasal 29.
(1) Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat di mana saja
yang kosong dan penuh pengembangan pribadinya adalah mungkin.
(2) Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang
harus tunduk hanya seperti itu karena keterbatasan yang ditentukan oleh
undang-undang semata-mata untuk tujuan pengamanan karena pengakuan
dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain dan tentu
saja memenuhi persyaratan moralitas , ketertiban umum dan kesejahteraan
umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.
(3) Hak-hak dan kebebasan Mei sama sekali tidak dapat dilaksanakan
bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 30.
Tidak satu pun di dalam Pernyataan ini boleh ditafsirkan memberikan sesuatu
Negara, kelompok ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa
pun atau melakukan perbuatan yang bertujuan untuk pemusnahan atas hak
dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di sini.
Pembagian hak asasi manusia sang agak mirip dengan kedua pendapat
tersebut di atas adalah yang mengikuti pembedaan sebagai berikut :
a. Hak asasi pribadi (personal rights) meliputi hak kemerdekaan memeluk
agama, beribadah menurut agama masing-masing, mengemukaan
pendapat, dan kebebasan berorganisasi atau berpartai.
b. Hak asasi ekonomi (property rights) meliputi hak memiliki sesuatu, hak
membeli dan menjual sesuatu, hak mengadakan suatu perjanjian atau
kontrak, dan hak memilih pekerjaan
c. Hak asasi mendapatkan pengayoman dan perlakukan yang sama dalam
keadilan dan pemerintahan, atau dapat disebut sebagai hak persamaan
hukum (rights of lega lequality).
d. Hak asasi politik (political rihts) meliputi hak untuk diakui sebagai warga
negara yang sederajat, oleh karena itu setiap warga negara wajar mendapat hak
itu serta dalam mengolah dan menata serta menentukan warna politik dan
kemajuan negara
e. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights) meliputi hak
kebebasan mendapatkan pengajaran atau hak pendidikan serta hak
pengembangan kebudayaan.
f. Hak asasi perlakuan yang sama dalam tata peradilan dan perlindungan
hukum (procedural rights) meliputi hak perlakukan yang wajar dan adil
dalam penggeledahan (rasia, penangkapan, peradilan dan pembelaan
hukum).
Semua manusia tanpa terkecuali mempunyai hak-hak tersebut di atas,
oleh sebab itu di mana pun dan kapan pun pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia harus ada.
Pendapat lain tentang macam - macam hak asasi manusia dikemukakan
Franz Magnis Suseno (1987: 125 - 130) yang mengelompokanya menjadi
empat kelompok yaitu hak asasi negatif atau liberal, hak asasi aktif atau
demokratis, hak asasi positif dan hak asasi sosial. Uraian masing - masing
sebagai berikut:
1. Hak Asasi Negatif atau Liberal.
Kelompok hak asasi pertama ini diperjuangkan oleh liberalisme dan
pada hakekatnya mau melindungi kehidupan pribadi manusia terhadap campur
tangan negara dan kekuatan-kekuatan sosial lain. Hak asasi ini didasarkan pada
kebebasan dan hak individu untuk mengurus diri sendiri dan oleh karena itu juga
disebut hak - hak kebebasan (liberal). Sedangkan dikatakan negatif, karena
prinsip yang dianutnya bahwa kehidupan saya (pribadi) tidak boleh dicampuri
pihak luar. Kehidupan pribadi merupakan otonomi setiap orang yang harus
dihormati. Otonomi ini merupakan kedaulatan atasinya sendiri merupakan dasar
segala usaha lain, maka hak asasi negatif ini tetap merupakan inti hak asasi
manusia. .Macam -macam hak asasi manusia negatif antara lain :
hak atas hidup.
hak keutuhan jasmani.
kebebasan bergerak.
kebebasan untuk memilih jodoh.
perlindungan terhadap hak milik.
hak untuk mengurus kerumahtanggaan sendiri.
hak untuk memilih pekerjaan dan tempat tinggal.
kebebasan beragama.
kebebasan untuk mengikuti suara hati sejauh tidak mengurangi
kebebasan serupa orang lain,
kebebasan berpikir.
kebebasan untuk berkumpul dan berserikat.
hak untuk tidak ditahan secara sewenang - wenang.
Dasar hak ini adalah keyakinan akan kedaulatan rakyat yang menuntut
agar rakyat memerintah dirinya sendiri dan setiap pemerintah di bawah
kekuasaan rakyat.
Hak ini disebut aktif karena merupakan hak atas suatu aktivitas manusia
untuk ikut menentukan arah perkembangan masyarakat/ negaranya. Yang
termasuk hak asasi aktif. antara lain :
a. hak untuk memilih wakil dalarn badan pembuat undang-undang;
b. hak untuk mengangkat dan mengontrol pemerintah:
c. hak untuk menyatakan pendapat;
d. hak atas kebebasan pers;
e. hak untuk membentuk perkumpulan politik.
c. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM sebagai peradilan khusus di lingkungan peradilan
umum. Contoh Pengadilan HAM di daerah kabupaten atau daerah kota yang
daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yang
bersangkutan. Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000.
Peradilan HAM memiliki wewenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat, termasuk yang dilakukan di luar tentorial
wilayah negara Rl oleh warga negara Indonesia.
e. Pembelajaran
Pembelajaran tentang HAM, terutama bagaimana upaya untuk
memberikan pemahaman yang benar tentang pengertian HAM dan upaya-
upaya penegakannya. Dua masalali ini tampak mienjadi persoaian paling
mendasar yang dihadapi sekarang ini. Oleh karena itu, pembelajaran tentang
HAM disamping menuntut materi yang luas, mendalam dan jelas juga hams
dikaitkan dengan kenyataan dafam kehidupan sehari-hari. Untuk itu
pembelajarannya menghendaki metoda pembelajaran yang lebih
mengedepankan observasi, discovery, pemecahan masaiah, dan inkuiri.
Sedangkan media pembelajaran tidak sekedar visual, tetapi audio-visual
seperti rekaman video berbagai peristiwa pelanggaran HAM di Indonesia
maupun dunia internasional.
Dalam pembelajaran tentang HAM misalnya dapat diberikan sebagai
contoh-nya, ketika mengajarkan topik tentang "Pelanggaran HAM". Dalam
pembelajaran topik tersebut Guru bisa berangkat dari cerita tentang
pelanggaran HAM atau memperlihatkan ''gambar tentang pelanggaran hak
asasi manusia", juga bias bertitik tolak dari "Rekaman video tentang
pelanggaran HAM". juga bisa bermula dari "Apa yang dilihat/ kesan siswa
tentang pelanggaran HAM". Kemudian siswa secara individual atau kelompok
diminia untuk membuat konsep tentang pelanggaran HAM. akibat-akibat apa
yang timbul ketika terjadi pelanggaran HAM. Kemudian diminta memberikan
alasan mengapa pelanggaran HAM perlu dicegah. Dengan cara pembelajaran
yang demikian siswa tidak saja aktif. tetapi juga merangsang kreativitas dan
kemampuan dalam mengatasi berbagai persoalan sosial khususnya yang
terkait dengan HAM.
Disamping itu, negara kita telah meratifikasi beberapa konvensi PBB tentang
HAM kurang lebih 17 konvensi, diantaranya yaitu:
a. International Convention on The Elimation of All Form Racial Discrimination
(1965). konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Rasial
b. International Convention on The Suppression and Punishment of The Crime
of Aprtheid (1973). Konvensi tentang apartheid
c. ILO Convention Concering Equal Renumeration for Men and Women
Workers for work of Equal Value (1951). Konvensi tentang persamaan upah
pekerja perempuan dan laki-laki.
d. Convention on The Political Right of Women (1952). Konvensi mengenai
Hak Politik perempuan
d. Model Desentralisasi
1) Dekonsentralisasi
Merupakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif
antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan tanpa adanya
penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan
untuk membuat keputusan.
2) Delegasi
Pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manajerial untuk
melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara
langsung berada dibawah pengawasan pemerintah pusat.
3) Devolusi
Transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan dan
manajemen kepada unit otonomi pemerintah daerah.
4) Privatisasi
Tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan
sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat.
Penabur Ilmu. 2007. UUD Republik Indonesia 1945 dan Perubahannya, Edisi
Baru. Jakarta : Penabur Ilmu.
Wiyono, Hadi dan Iswooro. 2007. Kewarganegaraan untuk SMP Kelas IX.
Jakarta : Ganexa Exact.