You are on page 1of 9

Penerapan Penilaian Autentik

Opini

Penerapan Penilaian Autentik dalam


Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Hartati Muchtar*)

Abstrak
erbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

B nasional yang diperlukan dalam membangun bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Akan tetapi pengertian dan cara mengukur mutu pendidikan yang tepat dan dapat
dipercayai, masih menjadi bahan perbincangan yang belum berkesudahan. Mutu
pendidikan secara nasional pada hakikatnya merupakan cerminan dari hasil belajar masing-masing
peserta didik. Oleh karena itu berbagai teknik dan bentuk penilaian dibuat untuk memperoleh
hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan serta benar-benar dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik secara utuh. Tulisan ini membahas tentang pengertian
dan teknik mengukur mutu pendidikan. Dari teknik-teknik yang ada, penilaian autentik dianggap
dapat dipakai oleh guru dan lembaga-pendidikan dalam memberikan gambaran mutu pendidikan
yang diperoleh peserta didik dan mutu pendidikan secara nasional.

Kata-kata kunci: Mutu pendidikan, pembelajaran, penilaian, penilaian autentik

Abstract
The Indonesian Government has been implementing a number of programs to improve the national education
quality which is urgently needed in building the Indonesian people and nation. However the notion and the
technique of assessing the education quality are still under discussion. Various techniques and forms of
assessing the education quality are being developed to obtain the student’s learning achievement objectively.
This article discusses the notion of education quality critically and some assessment techniques appropriate to
show the student’s competence. It is believed that authentic assessment can present the student’s real competence
and the education quality.

Key words: Education quality, instruction, assessment, authentic assessment.

terhadap pelaksanaan pendidikan akan tetap


Pendahuluan melaksanakan ujian nasional. Pelaksanaan
ujian nasional ini selain merupakan salah satu
Tulisan ini bermaksud memberikan sumbangan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
pemikiran dalam upaya peningkatan mutu juga dimaksudkan sebagai upaya untuk
pendidikan. Ide dasar gagasan ini bertitik tolak mengetahui ketercapaian standar kelulusan dan
dari dilema yang terjadi di masyarakat terkait untuk melakukan pemetaan. Namun, di pihak
dengan pelaksanaan ujian nasional (UN) dan lain pelaksanaan ujian nasional tersebut
upaya peningkatan mutu pendidikan. Di satu mendapatkan reaksi keras dari berbagai elemen
pihak, pemerintah yang bertanggung jawab masyarakat, karena selain menimbulkan

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

keresahan pada diri siswa dan orang tuanya,


juga berdampak kurang positif terhadap Pembahasan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Dalam kondisi yang masih dipertentangkan Dengan melihat berbagai permasalahan dalam
ini, pelaksanaan ujian nasional tahun 2010, baik pelaksanaan penilaian yang dilakukan guru di
di tingkat SMA maupun SMP menunjukkan sekolah, maupun dalam pelaksanaan UN, maka
penurunan dibanding dengan tahun sebelum- perlu dilakukan pembenahan dan peningkatan
nya. Hasil kelulusan di tingkat SMP tahun 2009 dalam penyelenggaraan UN. Salah satu jalan
adalah 95,05% dan tahun 2010 turun menjadi untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional
90,27%, sedangkan tingkat kelulusan pada ke arah yang lebih baik diperlukan keberanian
jenjang SMA tahun 2009 adalah 93,74% dan untuk mengambil kebijakan membenahi sistem
tahun 2010 turun menjadi 89,88%. Jumlah ujian yang digunakan sebagai alat penilaian.
sekolah terutama SMP yang tingkat Sehubungan dengan hal tersebut, maka tulisan
ketidaklulusannya mencapai 100 % juga cukup ini bermaksud memaparkan suatu bentuk
banyak yaitu 561 sekolah negeri dan swasta, penilaian hasil belajar yang dimungkinkan
dengan rincian Jawa Tengah (105 sekolah), Jawa dapat menunjang peningkatan mutu
Timur (54 sekolah), DKI Jakarta (51 sekolah), pendidikan, khususnya penerapan penilaian
Gorontalo (47 sekolah), Kalimantan Barat (34 autentik. Dalam tulisan ini secara berturut-turut
sekolah), Banten (27 sekolah), Nusa Tenggara akan dibahas: mutu pendidikan, penilaian
Timur (26 sekolah), Maluku Utara (24 sekolah), dalam proses pembelajaran, dan penerapan
dan Papua (18 sekolah). Dengan hasil ujian penilaian autentik.
yang cukup memprihatinkan tersebut dan untuk
menghindari kekecewaan serta keresahan 1. Mutu Pendidikan
masyarakat, maka pemerintah mengadakan Mutu pendidikan merupakan masalah klasik
ujian ulangan. yang senantiasa diupayakan peningkatannya
Turunnya hasil ujian nasional tahun 2010 oleh Pemerintah. Meskipun berbagai upaya telah
ini telah mendapat komentar dari berbagai pihak ditempuh namun mutu pendidikan masih belum
yang menuduh menurunnya mutu pendidikan terwujud secara optimal. Sebenarnya upaya
di Indonesia. Dengan adanya komentar tersebut peningkatan mutu pendidikan ini telah
muncul dua pertanyaan. Pertama, benarkah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal
bahwa menurunnya tingkat kelulusan ujian ini terbukti dengan kesuksesan pelajar Indonesia
nasional merupakan indikator penurunan mutu dalam setiap mengikuti Olimpiade Fisika
pendidikan di Indonesia? Kedua, dapatkah Internasional (IPhO). Bukti yang ada
pelaksanaan ujian nasional dijadikan sebagai menunjukkan bahwa sejak pelajar Indonesia
barometer untuk mengetahui tingkat mutu mengikuti IPhO pada tahun 1993 selalu
pendidikan? mendapatkan juara (medali), bahkan pada tahun
Apabila dikaji, ujian nasional hanya 1999 dan 2006 berhasil meraih empat medali
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan emas. Di balik kesuksesan tersebut, kita merasa
penilaian hasil belajar yang dilaksanakan sangat prihatin dengan hasil beberapa survei
pemerintah sebagaimana digariskan dalam yang membandingkan kemajuan pendidikan di
Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang beberapa negara. Dalam laporan HDI (Human
standar penilaian pendidikan. Sehubungan Development Index) 2006 tentang pencapaian
dengan pelaksanaan penilaian tersebut muncul prestasi dan kualitas SDM yang menempatkan
beberapa pertanyaan lebih lanjut, yaitu: (1) Indonesia berada di bawah Vietnam, yaitu
apakah penilaian hasil belajar yang selama ini berada pada peringkat 102 dari 106 negara. Hasil
dilakukan sudah sesuai dengan tuntutan survei PERC di 12 negara juga menunjukkan
Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang bahwa Indonesia berada pada peringkat
Standar Penilaian, (2) apakah penilaian yang terbawah, satu peringkat di bawah Vietnam.
dilaksanakan oleh pemerintah sudah mengukur Demikian juga dalam survei matematika yang
seluruh potensi dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh TIMSS-R di 34 negara Asia,
dilakukan, dan (3) apakah penilaian yang Australia, dan Afrika telah menempatkan
dilakukan pemerintah dalam bentuk ujian Indonesia dalam peringkat ke 34.
nasional telah dapat memotivasi siswa untuk Apapun kondisinya, Pemerintah telah
belajar lebih lanjut? menunjukkan upaya yang serius dalam

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 69


Penerapan Penilaian Autentik

mewujudkan mutu pendidikan. Upaya-upaya dalam melakukan proses belajar, (5) memberikan
tersebut antara lain: memperbaharui undang- feedback atau umpan balik sangat diperlukan oleh
undang sistem pendidikan nasional (SISDIK- siswa untuk mengetahui keberhasilannya
NAS), pembaharuan kurikulum, peningkatan dalam proses pembelajaran, (6) memperhatikan
profesionalitas dan kesejahteraan guru, karakteristik siswa, karena setiap individu
melengkapi sarana prasarana pendidikan, bersifat unik, dengan beberapa faktor yang
menetapkan dan mengupayakan standarisasi membedakan misalnya: motivasi, kepribadian,
pendidikan nasional. Upaya tersebut telah kecerdasan, dan latar belakang budaya.
menunjukkan langkah yang komprehensif Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
dalam meningkatkan mutu pendidikan, namun Smith (1993). Menurut mereka indikator mutu
implementasinya yang belum optimal. pendidikan dapat dilihat dari tingkat
Terkait dengan berbagai upaya yang pencapaian kompetensi secara utuh yang
ditempuh Pemerintah tersebut, maka yang perlu meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
dipertanyakan adalah bagaimana wujud mutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Pendapat tersebut menujukkan bahwa mutu
Nomor 19Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan terletak pada ketercapaian tujuan
Pendidikan, pelaksanaan pendidikan dikatakan pembelajaran. Pendapat ini dipertegas oleh
bermutu apabila terselenggara sesuai dengan Soedijarto www.kompas.com/Kompas_cetak/
standar nasional pendidikan yang telah 0502/28 Didaktikan/1579467/htm). Disebut-
ditentukan. Dalam hal ini terdapat delapan kan bahwa suatu pendidikan dikatakan
standar pendidi- bermutu diukur
kan, yaitu: standar dari kedudu-
isi, standar proses, kannya untuk ikut
standar kompeten- Kecenderungan yang ada mencerdaskan
si lulusan, standar kehidupan
menunjukkan bahwa suatu
pendidik dan tena- bangsa dan me-
ga kependidikan, lembaga pendidikan dianggap majukan kebuda-
standar sarana bermutu bila tingkat kelulusannya yaan nasional,
dan prasarana, dalam ujian nasional mencapai yaitu pendidikan
standar pengelo- 100% dan nilai yang diperoleh yang berhasil
laan, standar pem- membentuk
siswa tinggi.
biayaan, dan stan- generasi muda
dar penilaian pen- yang cerdas, ber-
didikan. Kedela- karakter, bermoral
pan standar tersebut saling berkaitan untuk dan berkepribadian. Pendapat tersebut
menunjang terselenggaranya proses pembel- menunjukkan bahwa mutu pendidikan dapat
ajaran yang bermutu. Dengan demikian dapat dilihat dari ketercapaian tujuan pendidikan
dikatakan bahwa mutu suatu pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang
terletak pada mutu pembelajaran. Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Sejalan dengan hal tersebut, Heinich dan Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dengan
kawan–kawan (2005) menegaskan bahwa demikian mutu pendidikan dapat dilihat dari
proses pembelajaran dikatakan bermutu apabila ketercapaiannya tujuan pendidikan nasional,
memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) siswa ikut tujuan dari masing-masing satuan pendidikan,
aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna, dan tujuan masing-masing mata pelajaran, yang
dan berinteraksi dengan materi pelajaran, (2) berupa standar kompetensi dan kompetensi
memberi kesempatan pada siswa untuk dasar.
melakukan latihan, karena latihan yang Berbicara masalah keterkaitan tujuan
dilakukan dalam berbagai konteks akan pembelajaran dengan mutu pembelajaran, sering
memperbaiki tingkat retensi dan kemampuan timbul salah tafsir dalam kehidupan
untuk mengaplikasikan pengetahuan baru, (3) masyarakat, yaitu hanya dikaitkan dengan
siswa mempelajari materi pelajaran yang dapat nilai/angka hasil ujian dan kelulusan.
diterapkan dalam situasi nyata, (4) terdapat Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa
interaksi sosial yang sangat diperlukan oleh suatu lembaga pendidikan dianggap bermutu
siswa untuk memperoleh dukungan sosial bila tingkat kelulusannya dalam ujian nasional

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

mencapai 100% dan nilai yang diperoleh siswa didik, ketepatan metode pembelajaran yang
tinggi. Anggapan ini kurang relevan dengan digunakan, dan keberhasilan peserta didik
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
karena telah menggeser tujuan pembelajaran
menjadi “lulus ujian dan memperoleh nilai 2. Penilaian dalam Proses Pembelajaran
tinggi”. Hal tersebut dikatakan kurang relevan Penilaian merupakan bagian integral dari proses
karena tujuan yang ingin dicapai akan terkait pembelajaran. Penilaian sering dianggap
erat dengan kegiatan yang dilakukan untuk sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang
mencapai tujuan tersebut. Apabila tujuan sangat menentukan kegiatan pembelajaran.
pembelajaran hanya untuk dapat lulus dan Ketiga pilar tersebut adalah perencanaan,
memperoleh nilai tinggi, maka kegiatan pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar
pembelajaran hanya akan dipusatkan pada cara tersebut sinergis dan berkesinambungan, maka
mengerjakan soal-soal ujian, baik ujian yang akan sangat menentukan kualitas pembelajaran.
dilaksanakan guru, sekolah maupun ujian yang Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan
diselenggarakan pemerintah yang dikenal dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
dengan ujian nasional. Pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian
pembelajaran semacam ini akan berakibat tujuan harus dikembangkan sejalan dengan perkem-
pembelajaran yang bangan model
sebenarnya tidak dan strategi
akan pernah terca- pembelajaran.
pai dan akan ma- Sebagaimana
kin jauh dari mutu Semestinya tujuan pembelajaran diketahui model
pendidikan yang bukan hanya terkait dengan hasil dan strategi
diharapkan. yang berupa nilai dalam raport pembelajaran
Semestinya atau ijazah, akan tetapi juga telah mengalami
tujuan pembel- perkembangan
berhubungan erat dengan proses
ajaran bukan ha- yang cukup pe-
nya terkait dengan pembelajaran. sat, seperti model
hasil yang berupa pembelajaran
nilai dalam raport yang berbasis
atau ijazah, akan konstruktivis,
tetapi juga berhubungan erat dengan proses kontekstual, dan neuroscience. Namun kecen-
pembelajaran. Dalam hal ini, tujuan derungan yang ada menunjukkan bahwa sistem
pembelajaran dikatakan tercapai bila seluruh penilaian yang dilakukan baik oleh pendidik,
potensi yang dimiliki peserta didik berkembang sekolah dan bahkan oleh pemerintah tetap
secara optimal dan memiliki kompetensi menggunakan penilaian tradisional, yaitu
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam memberikan sejumlah soal dengan jawaban
tujuan pendidikan nasional dan Permendiknas pendek, isian atau pertanyaan pilihan ganda
nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk dan menilai sejumlah tugas terbatas yang
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi mungkin tidak sesuai dengan apa yang
tercapainya tujuan pembelajaran apabila para dikerjakan selama proses pembelajaran
peserta didik termotivasi untuk belajar dan aktif berlangsung. Penilaian ini juga cenderung
mengembangkan seluruh potensi dan kreati- hanya mengungkap aspek kognitif, bahkan
vitasnya secara optimal. kognitif tingkat rendah, yaitu aspek ingatan dan
Dengan mendasarkan pada paparan pemahaman. Dalam penilaian tradisional ini
tersebut, nampaknya kualitas pendidikan juga jarang menilai seluruh kemampuan dan
sangat ditentukan oleh kemampuan satuan hasil belajar siswa dengan memonitor
pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang
pembelajaran. Penilaian merupakan bagian memasukan soal-soal yang menilai respons
yang penting dalam pembelajaran. Dengan emosional terhadap pengajaran (Santrock,
melakukan penilaian pendidik sebagai 2007). Kecenderungan pelaksanaan penilaian
pengelola kegiatan pembelajaran dapat tradisional ini pada dasarnya terlalu menyer-
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta derhanakan kapasitas siswa selaku pembelajar

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 71


Penerapan Penilaian Autentik

karena potensi-potensi yang dikembangkan dan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang
hasil belajarnya tidak sepenuhnya diungkap, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
apalagi jika penilaian hanya terbatas pada Menengah, tetapi untuk lulus dalam UN, dan
pengungkapan kemampuan kognitif aspek bukan lagi untuk menerapkan pengetahuannya
ingatan dan pemahaman yang hanya mengan- dalam memecahkan berbagai permasalahan
dalkan memori semata. Dengan demikian sistem kehidupan sehari-hari, melainkan agar memiliki
penilaian ini kurang dapat mencerminkan hasil strategi dalam menjawab soal UN. Dengan
belajar dan tidak dapat digunakan untuk demikian mutu pendidikan dalam arti yang
mengukur tingkat mutu pembelajaran. sebenarnya tidak akan pernah terwujud.
Suatu keanehan yang terjadi di negeri Berdasarkan pada realitas dan pemikiran
tercinta ini dan patut disayangkan adalah tersebut, maka perlu dikembangkan sistem
“mengapa ujian nasional (UN) yang merupakan penilaian yang mampu mengukur kemampuan
bentuk ujian yang diselenggarakan pemerintah siswa secara holistik sebagai hasil belajar dan
sebagai sarana untuk mengukur tingkat mendorong siswa untuk belajar mengem-
penguasaan standar kompetensi dan mutu bangkan segala potensi dan kreativitasnya serta
pendidikan menggunakan penilaian standar menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan
yang merupakan bentuk penilaian tradisional?”. sehari-hari. Jenis penilaian tersebut adalah
Di Amerika Serikat pemakaian tes standar dalam penilaian autentik, yaitu suatu penilaian untuk
ujian nasional telah menuai protes keras, karena mengukur secara keseluruhan hasil dan proses
kegiatan belajar belajar dengan
siswa selama berbagai cara.
beberapa tahun
hanya ditentu- Penilaian autentik dikembangkan 3.Penerapan
kan kelulusan- karena penilaian tradisional yang Penilaian Autentik
nya dalam bebe- selama ini digunakan Penilaian autentik
rapa hari saat (authentic assesment)
ujian nasional
mengabaikan konteks dunia nyata. adalah suatu proses
(Burke, 2009). pengumpulan,
Kecenderungan pelaporan dan
penerapan penilaian tradisional yang hanya p e n g g u n a a n
mengukur prestasi akademik kemampuan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
koginitif siswa, seperti dalam penilaian menerapkan prinsip-prinsip penilaian,
tradisional berdampak luas terhadap seluruh pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik,
aktivitas pembelajaran. Hal ini telah mendorong akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas
pengelola sekolah untuk mengejar prestasi itu publik (Pusat Kurikulum, 2009). Hal ini sejalan
melalui berbagai cara. Sekolah cenderung dengan pendapat Johnson (2002), yang
memacu kemampuan kognitif siswa dengan mengatakan bahwa penilaian autentik
memberikan pelajaran tambahan dan memberikan kesempatan luas kepada siswa
menggunakan metode drill dalam setiap untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari
pembelajarannya agar siswanya memperoleh dan apa yang telah dikuasai selama proses
nilai tinggi pada mata pelajaran yang di-UN- pembelajaran. Lebih lanjut Johnson (2009)
kan. Kondisi ini tampaknya didukung oleh mengatakan bahwa penilaian autentik berfokus
orang tua siswa yang tidak menginginkan pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara
anaknya gagal dalam UN. Dampak yang paling langsung, membangun kerja sama, dan
tidak diinginkan dalam pelak-sanaan penilaian menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi.
tradisional ini adalah adanya berbagai Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa
kecurangan, baik yang dilakukan secara akan menunjukkan penguasaannya terhadap
perorangan maupun kolektif yang tersistem. tujuan dan kedalaman pemahamannya, serta
Upaya-upaya tersebut tampak telah pada saat yang bersamaan diharapkan akan
menyimpang dari hakikat dan tujuan pembel- dapat meningkatkan pemahaman dan
ajaran. Pembelajaran yang dilakukan bukan lagi perbaikan diri.
mendorong siswa untuk belajar melainkan Penilaian autentik dikembangkan karena
mengerjakan soal, bukan lagi untuk memiliki penilaian tradisional yang selama ini digunakan
kompetensi sebagaimana tertuang dalam mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock,

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

2007) dan kurang menggambarkan kemampuan sebagai hasil belajar, dan (7) pemberian skor
siswa secara holistik. Oleh karena itu menurut penilaian didasarkan pada esensi tugas.
Pokey dan Siders (dalam Santrock, 2007), Selain karakteristik tersebut, dalam
penilaian autentik diartikan sebagai upaya penilaian autentik tampak: (1) menekankan pada
mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa pemahaman konsep dan pemecahan masalah,
dalam konteks yang mendekati dunia riil atau (2) siswa mengalami proses pembelajaran secara
kehidupan nyata. Dalam penilaian ini siswa bermakna dan memahami mata pelajaran
ditantang untuk menerapkan informasi dan dengan penalaran, (3) siswa secara aktif
keterampilan baru dalam situasi nyata untuk membangun pengetahuan baru dari pengala-
tujuan tertentu. Dengan demikian penilaian ini man dan pengetahuan awal. Karakteristik
merupakan sarana bagi sekolah untuk merea- tersebut, menunjukkan bahwa dalam penilaian
lisir segala kemauan, kemampuan dan autentik sejalan dengan pembelajaran kontek-
kreativitas siswa (Sizer, 1992). Sejalan dengan stual dan pendekatan konstruktivis. Adapun
pendapat tersebut Gulikers, Bastiaens dan prinsip-prinsip umum penilaian autentik adalah
Kirschner (2004) menjelaskan bahwa penilaian sebagai berikut: (1) proses penilaian harus
autentik menuntut siswa untuk menggunakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kompetensi atau mengkombinasikan pengeta- proses pembelajaran, (2) penilaian harus
huan, kemampuan, dan sikap dalam kriteria mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
situasi kehidupan profesional. hanya masalah dunia sekolah, (3) penilaian
Penilaian autentik juga dikenal dengan harus menggunakan berbagai ukuran, metoda
berbagai istilah seperti performance assessment, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik
alternative assessment, direct assessment, dan realistic dan esensi pengalaman belajar, (4) penilaian
assessment. Penilaian autentik dinamakan harus bersifat holistik yang mencakup semua
penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif,
dan psikomotor).
karena dalam penilaian ini secara langsung
Penilaian autentik sebenarnya telah
mengukur performance (kinerja) aktual (nyata)
digariskan dalam standar penilaian sebagai-
siswa dalam hal-hal tertentu, siswa diminta
mana ditetapkan dalam Permendiknas Nomor
untuk melakukan tugas-tugas yang bermakna
20 tahun 2007 tentang standar penilaian
dengan menggunakan dunia nyata atau autentik
pendidikan. Dalam Permendiknas tersebut
tugas atau konteks. Penilaian autentik dikatakan
ditetapkan bahwa penilaian terdiri atas: tes
penilaian alternatif, karena dapat difungsikan
tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/
sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian
performance), observasi selama kegiatan
tradisional. Penilaian autentik dikatakan
pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta
penilaian karena memberikan lebih banyak
penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak
bukti langsung dari aplikasi bermakna
terstruktur).
pengetahuan dan keterampilan.dalam konteks Penilaian autentik sebagai bentuk penilaian
dunia nyata (www.dsea.org). Penilaian autentik yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya,
juga dikatakan sebagai realistis assessment atau dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk
berhubungan dengan penerapan dalam (Hargreaves, dkk., 2001), antara lain melalui
kehidupan nyata. penilaian proyek atau kegiatan siswa,
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi,
menurut Moon (2005) pelaksanaan penilaian laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi.
autentik memiliki karakteristik sebagai berikut: Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut
(1) fokus pada materi yang penting, ide-ide besar dapat dijelaskan sebagai berikut.
atau kecakapan-kecakapan khusus, (2)
merupakan penilaian yang mendalam, (3) a. Portofolio
mudah dilakukan di kelas atau di lingkungan Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan
sekolah, (4) menekankan pada kualitas produk siswa (tugas-tugas) dalam periode waktu
atau kinerja dari pada jawaban tunggal (5) dapat tertentu yang dapat memberikan informasi
mengembangkan kekuatan dan penguasaan penilaian. Fokus tugas-tugas kegiatan
materi pembelajaran pada siswa, (6) pembelajaran dalam portofolio adalah
menyediakan banyak cara yang memungkinkan pemecahan masalah, berpikir dan pemahaman,
siswa dapat menunjukkan kemampuannya menulis, komunikasi, dan pandangan siswa

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 73


Penerapan Penilaian Autentik

sendiri terhadap dirinya sebagai pemelajar. pembelajaran. Jurnal merupakan salah satu
Tugas yang diberikan kepada siswa dalam sarana yang baik untuk melatih dan
penilaian portofolio adalah tugas dalam konteks meningkatkan keterampilan siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk menulis, sehingga hasil-hasil jurnal dapat
mengerjakan tugas tersebut secara lebih kreatif, merupakan bagian dari penilaian portofolio.
sehingga siswa memperoleh kebebasan dalam
belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan c. Proyek
kesempatan yang lebih luas untuk berkembang Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian
serta memotivasi siswa. Sebagai contoh, siswa autentik yang berupa pemberian tugas kepada
diminta untuk melakukan survey mengenai siswa secara berkelompok. Kegiatan ini
potensi wisata di lingkungan daerah tempat merupakan cara untuk mencapai tujuan
tinggalnya. akademik sambil mengakomodasi berbagai
Portofolio bukan hanya merupakan tempat perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari
penyimpanan pekerjaan siswa, tetapi masing-masing siswa. Tugas proyek akademik
merupakan sumber informasi untuk guru dan yang diberikan adalah tugas yang terkait dengan
siswa, yang memuat perkembangan pengeta- konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas
huan dan kemampuan siswa selama melakukan ini dapat meningkatkan partisipasi siswa.
kegiatan pembelajaran. Portofolio juga dapat Sebagai contoh, siswa diminta membentuk
memberikan informasi untuk tindak lanjut dari kelompok proyek untuk menyelidiki keragaman
suatu pekerjaan yang telah dilakukan siswa budaya di lingkungan daerah tempat tinggal
sehingga guru dan siswa berkesempatan untuk mereka.
mengembangkan kemampuannya. Portofolio
juga dapat berfungsi untuk mengetahui: (1) d. Demonstrasi
perkembangan tanggung jawab siswa dalam Demonstrasi adalah bentuk penilaian autentik
belajar, (2) perluasan dimensi belajar, (3) dengan memberikan kesempatan siswa untuk
peningkatan proses pembelajaran, dan (4) mendemonstrasikan kemampuannya di depan
penekanan pandangan siswa dalam belajar kelas atau di depan khalayak umum/penonton.
(Surapranata, 2006) Siswa diminta menampilkan hasil penugasan
Tugas-tugas dalam penilaian portofolio ini mengenai kompetensi yang telah dikuasai. Para
dapat diberikan kepada siswa secara penonton dapat memberikan evaluasi terhadap
berkelompok atau individual. Sesuai dengan tampilan tersebut. Sebagai contoh, siswa secara
bentuk tugas yang diberikan, penilaian berkelompok diminta mendemonstrasikan
portofolio ini dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam membuat masakan
kinerja (performance) siswa dalam menyelesaikan tradisional.
tugas mata pelajaran selama satu tahun.
Portofolio harus mencerminkan rentangan e. Laporan Tertulis
tujuan pembelajaran dan tugas-tugas yang Laporan tertulis adalah bentuk penilaian
terkait dalam waktu tertentu. Sesuai dengan autentik, berupa surat, petunjuk pelatihan
bentuk tugasnya, maka penilaian portofolio ini teknis, brosur, laporan penelitian, essai singkat.
juga dapat dikategorikan dalam penilaian kinerja
(performance). f. Ceklis dan pedoman observasi
Ceklis dan pedoman observasi merupakan
b. Jurnal. bentuk penilaian autentik yang dilakukan
Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa dengan cara pengamatan langsung aktivitas
untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah siswa dalam kegiatan belajar, melaksanakan
dipelajari atau diperoleh dalam proses tugas-tugas kegiatan pembelajaran dan perilaku
pembelajaran. Jurnal dapat digunakan untuk siswa sehari-hari sebagai hasil belajar .
mencatat atau merangkum topik-topik pokok Penilaian autentik dalam proses penilaian
yang telah dipelajari, perasaan siswa dalam di sekolah dilakukan dengan rubrik. Semua jenis
belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan- dan bentuk penilaian autentik harus dinilai
kesulitan atau keberhasilan keberhasilannya dengan rubrik. Rubrik adalah salah satu format
dalam menyelesaikan masalah atau topik penilaian dengan menggunakan matriks atau
pelajaran, dan catatan atau komentar siswa tabel yang rinci tentang aspek-aspek yang
tentang harapan-harapannya dalam proses dinilai. Menurut Woolfolk (2004), rubrik berisi

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010


Penerapan Penilaian Autentik

aturan-aturan yang digunakan untuk menilai diterapkan dalam penilaian pemerintah yang
kinerja siswa. Konsep penilaian rubrik berupa ujian nasional (UN). Dengan penerapan
merupakan gabungan antara skala penilaian penilaian autentik secara bertahap ini
dengan daftar cek. Dalam format penilaian diharapkan dapat mengkondisikan siswa dan
rubrik setiap kolom mewakili aspek-aspek yang lebih lanjut tidak akan terjadi lagi ketegangan,
dinilai atau kinerja yang dievaluasi. Setiap garis ketakutan dan kekhawatiran dalam
menggambarkan karakteristik setiap elemen atau menghadapi UN. Dengan kata lain UN tetap
aspek yang dinilai disertai dengan skala nilai perlu dilaksanakan untuk mengetahui
tentang penguasaan kompetensi atau kinerja. ketercapaian standar kelulusan, dan pemetaan
Penggunaan rubrik untuk penilaian kinerja hasil pendidikan, guna melakukan perbaikan
dapat membantu menentukan kualitas secara nasional.
pekerjaan yang dicapai oleh siswa. Hal lain
yang sangat penting dalam penggunaan rubrik
sebagai instrumen penilaian adalah siswa atau Penutup
temannya dapat menilai sendiri hasil kerjanya
dengan berpedoman pada rubrik. Dengan
Betapapun pentingnya penilaian autentik bagi
demikian melalui rubrik, siswa akan terpacu
peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi tetap
untuk bekerja secara optimal, dan pelaksanaan
penilaian akan lebih objektif serta mencer- hanya merupakan konsep dan bahkan slogan,
minkan kemampuan dan kerja siswa. Menurut apabila tidak diterapkan secara konsisten dan
Linn dan Burton yang dikutip oleh Cruickshank berkelanjutan di sekolah. Dalam penerapan
(2005), skala penilaian, daftar cek dan rubrik penilaian autentik di sekolah ini dibutuhkan
merupakan sarana yang efektif untuk guru yang profesional yang menguasai metode
memperbaiki tingkat akurasi dalam menilai penilaian tersebut, menyadari pentingnya
kualitas kinerja, produk dan hasil karya siswa. penilaian autentik dan memiliki komitmen
Dengan demikian jelas penilaian autentik untuk memajukan pendidikan. Oleh karena itu
lebih dapat mengungkapkan hasil belajar siswa perlu peningkatan kesadaran, kemauan dan
secara holistik, sehingga benar-benar dapat kemampuan guru untuk melaksanakan
mencerminkan potensi, kemampuan, dan penilaian autentik dalam meningkatkan hasil
kreativitas siswa sebagai hasil proses belajar. belajar peserta didik.
Selain itu penerapan penilaian autentik akan
dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar Daftar Pustaka
dan menerapkan hasil belajarnya dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian penilaian
autentik dapat meningkatkan mutu pendidikan. Brown, Frederick G. (1983). Principles of ducational
Mengingat pentingnya penilaian autentik, and psychological testing, New York: Holt
baik dalam proses penilaian maupun Rinehart and Einston
peningkatan kualitas pembelajaran, maka Burke, Kay. (2009). How to assess authentic
metode penilaian seperti ini perlu diterapkan learning. California: Corwin A Sage
sebagai sarana untuk memperbaiki proses Company
pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan Gronlund, Norman E. (1997). How to make
mutu pendidikan. Adapun penerapan penilai- achievement test and assessments. London:
an autentik ini tentunya tidak langsung Allyn and Bacon
menggantikan posisi penilaian standar yang Gronlund, Norman E. Dan Robert C. Lim. (1995).
selama ini dilakukan, baik oleh guru, sekolah, Measurement and assessments in teaching.
maupun pemerintah, akan tetapi dilakukan New Jersy: Englewood Cliffs
secara komplementer dengan penilaian standar Gulikers, Judith. T.M,. Theo. J. Bastiaens, dan
sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Paul. A.Kirschner, (2004). A-five-
Secara operasional penerapannya dapat dimensional framwork to authentic
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap awal, assessment. Etr. Vol. 52. No. 3. 2004
penilaian autentik dapat dilakukan oleh seluruh
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual teaching and
pendidik dalam setiap kegiatan pembelajaran,
learning: What is and why it’s here to stay.
kemudian dilanjutkan penilaian sekolah yang
California: Corwin Press, Inc
berupa ujian sekolah, dan pada akhirnya

Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010 75


Penerapan Penilaian Autentik

Hargreaves, A, L. Earl, S. Moore, dan S. Manning, Grant Wiggins and Jay McTighe. Santrock,
learning to change-teaching beyond subjects John W. (2007). Psikologi Pendidikan
and standard. California: Jossey Bass Inc, (terjemahan) Jakarta: Kencana
2001 Prenada Media Group
Moon T.R. et al. Development of authentic Smaldino, Sharon E, James D. Russell. Robert
assessments for the middle school classroom, Heinich, dan Michael Molenda. (2005.).
The Journal of Secondary Gifted Instructional technology and media for
Education Vol XVI No.2/3 Winter/ learning. New Jersey: Pearson Merril
Spring, 2005 Prentice Hall inc
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun Smith, P. L. (1993). Instructional design. New
2005 Tentang Standar Nasional York: Mac milllan
Pendidikan Soedijarto, Benarkah ujian nasional dapat
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Standar mempengaruhi peningkatan mutu
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan pendidikan dan etos kerja?. http//
Menengah. www.kompas.com/Kompas_cetak/
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Standar 0502/28Didaktika/1579467/htm
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Stevens, Dannelle D. Dan Antonia Jlevi. (2005).
Pendidikan Dasar dan Menengah Introduction to rubrics. Virginia: Stylus
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Publishing
Standar Penilaian Pendidikan Wiggins, Grant dan Jay McTighe. Understanding
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, by design. 1998
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Woolffolk, Anita. (2004). Educational psychology.
2002 Boston: Pearson

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.14/Tahun ke-9/Juni 2010

You might also like