Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Alhamdullilah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk menambah nilai mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidkan
semester ganjil (satu) di Perguruan Tinggi UIN sunan kalijaga Yogyakarta.
Makalah ini telah disusun dengan usaha yang maksimal. Namun, apabila menurut
pembaca masih ada kekurangan dan kesalahan. Saya harapkan saran perbaikan yang sifatnya
membangun. Demi kesempurnaan karya tulis selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN MASALAH
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Didalam sistem pendidikan di indonesia, salah satu aspek penting yang perlu mendapat
perhatian adalah pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seharusnya pendidikan selalu
berorientasi pada murid sekolah yang berusia relatif muda karena kenyataan dilapangan, tidak
sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan, baik melalui pendidikan informal
maupun non formal.
Orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti
anak didik pada umumnya sehingga memerlukan pendidikan khusus, konsep, metode, dan
strategi yang didasarkan pada asumsi atau pemehaman orang dewasa sebagai siswa.
B. TUJUAN MASALAH
Sesuai tugas yang diberikan dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan semester satu,
bahwa tujuan penulisan karya Ilmiyah ini untuk memenuhi tugas Kuliah Pengantar Ilmu
pendidikan serta untuk menambah nilai Pengantar Ilmu Pendidkan. Serta memberikan masukan
kepada para mahasiswa/mahasiswi Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang pengertian
pendidikan Orang dewasa itu seperti apa.
1
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan
dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk
hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang
dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Kemampuan dasar untuk belajar sebenarnya tidak pernah berubah selama hidup. Sementara
penyebab bahwa orang dewasa terkesan tidak bisa belajar adalah :
Kurang yakin pada kemampuan diri sendiri
Perubahan fisiologis
Tidak begitu peduli terhadap faktor eksternal
3
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengenali diri sendiri
Membantu mereka mengukur kesenjangan yang ada antara kemampuan yang mereka
miliki saat ini dan kemampuan-kemampuan yang dituntut oleh model profesinya dengan
harapan akan timbul ketidak puasan pada diri mereka sendiri
3. Proses perencanaan
Dalam proses perencanaan peserta didik ikut serta menentukan apa yang ingin mereka
pelajari, sedang guru membantu memberikan arah dan sebagai sumber dari isi pelajaran
(content resource). Bentuk partisipasi peserta bisa berupa perwakilan, panitia, dan atau
satuan tugas.
Perencanaan yang dimaksud meliputi:
Diagnosis kebutuhan belajar.
Menentukan tujuan pendidikan khusus.
Arah pengembangan dan pentahapan.
Perencanaan pengalaman-pengalaman belajar yang akan disajikan.
Menentukan kriteria keberhasilan sesuai dengan tujuan.
4. Penyelenggaraan pengalaman belajar
Transaksi belajar mengajar sebagai tanggung jawab bersama antara guru dan peserta didik.
Peran guru dirumuskan sebagai teknisi prosedural, manusia sumber, dan mitra (partner)
dalam mempelajari sesuatu.
Guru lebih bersifat katalisator yang mempercepat proses belajar dari pada sebagai
instruktur. Guru lebih bersifat pemandu.
Guru hanya mampu membantu orang lain belajar.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik utnuk ikur bertanggung jawab dalam
kegiatan belajar.
5. Evaluasi hasil belajar
Proses penilaian hasil belajar pada pendidikan orang dewasa adalah proses menilai diri
sendiri, dengan membantu peserta memperoleh bukti-bukti bagi mereka sendiri. Bukti
evaluasi hasil belajar digunakan bukan menilai baik atau buruk, tetapi untuk mendiagnosa
ulang kebutuhan belajarnya.
4
Orang dewasa akan belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang dipelajari
bermanfaat dan dapat diterapkan.
Dorongan semangat dan pengulangan terus-menerus akan membantu orang dewasa
untuk belajar lebih baik.
Orang dewasa akan belajar sebaik mungkin apabila dia mempunyai kesempatan yang
memadai untuk mengembangkan pengetahuannya, sikapnya dan keterampilannya.
Proses belajar orang dewasa dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang lalu dan
daya pikirnya.
Saling pengertian yang lebih baik akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Orang dewasa akan lebih banyak belajar dari situasi kehidupan nyata.
Orang dewasa tidak dapat memusatkan perhatian untuk waktu yang lama kalau hanya
mendengar saja.
Orang dewasa mencapai retensi tertinggi melalui kombinasi kata-kata dan visual.
Orang dewasa akan cenderung mengulang kembali perilaku yang dipuji.
Pertumbuan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja (adolescence) sampai dewasa, di
mana setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah menggerakkan diri
sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain memandang dirinya sebagai prihadi
yang mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan begitu orang dewasa tidak menginginkan
orang memandangnya apalagi memperlakukan dirinya seperti anak-anak. Dia mengharapkan
pengakuan orang lain akan otonomi dirinya, dan dijamin kelentramannya untuk menjaga
identitas dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan akan usaha orang lain untuk menekan,
memaksa, dan manipulasi tingkah laku yang ditujukan terhadap dirinya. Tidak seperti anak-anak
yang beberapa tingkatan masih menjadi objek pengawasan, pengendalian orang lain yaitu
pengawasan dan pengendalian orang dewasa yang berada di sekeliling, terhadap dirinya.
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan
pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan
faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar
peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan
besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode
hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya
paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu
ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja.
Penetapan pemilihan metode seharusnya guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin
dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis besar program pengajaran yang dibagi dalam dua
jenis:
1. Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi
pengalaman baru dengan memmedomani masa lampau yang pernah dialami, misalnya
dengan latihan keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan
kepekaan, dan lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada masing-masing
individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya.
5
2. Proses pembelajaran yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transfer pengetahuan
baru, pengalaman baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu
orang dewasa dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya,
apa yang menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajar
menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja.
Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan
berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau
dapat juga mengerjakan. Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk
metode diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara
demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis
peserta dapat mendengar, berbicara, melihal dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat
diperkirakan akan menjadi paling efektif.
Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah
dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa yaitu: konsep diri,
akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan
dalam proses perencanaan kegiatan pendidikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam
ini seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang
direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru atau
fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat
penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara guru dan siswa. Suatu
iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik
yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau
meja secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke belakang. Guru lebih bersifat
membantu bukan menghakimi.
Diagnosa sendiri kebutuhan belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua
pihak, dan hasilnya adalah kebutuhan bersama.
Formulasi tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu
hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
Mengembangkan model umum. ini merupakan aspek seni dan perencanaan program,
dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-
kelompok belajar baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
Perencanaan evaluasi. Seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus
sejalan dengan prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat
mengarahkan diri sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau evaluasi
bersama.
6
Aplikasi yang diuaraikan di atas sebenamya lebih bersifat prinsip-prinsip atau rambu-rambu
sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu, keberhasilannya akan
lebih benyak bergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga tergantung kondisi yang
dihadapi. Tapi, implikasi pengembangan teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan
terhadap penyusunan kurikulum atau cara mengajar terhadap mahasiswa. Namun, karena
keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau
kurikulum dengan menggunakan andragogi akan banyak lebih dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan andragogi ini.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Orang dewasa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti
anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. OIeh sebab itu, harus
dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep
diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah
kemandirian atau pengarahan diri, Dan orang dewasa mempunyai prinsip belajar yang dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien.
Ilmu pendidikan orang dewasa atau berbeda dengan ilmu pendidikan pada umumnya,
andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi atau ilmu pendidkan berkaitan
dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi
sekarang.
orang dewasa itu belajar, karna belajar juga adalah Suatu proses internal yang dikendalikan
oleh peserta didik sendiri dengan rasa melibatkan diri secara keseluruhan, yaitu : secara
intelektual, emosional, dan fungsi fisologis. Jadi rekomendasi untuk membelajarkan orang
dewasa adalah : rangsang agar terlibat dalam proses belajar dengan cara buatlah belajar menjadi
kebutuhannya.
B. SARAN
Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming)
bukan proses untuk dibentuk (proces of beings Imped) nunurut kehendak orang lain, maka
kegiatan belajar harus melihatkan individu atau client dalam proses pemikiran apa yang mereka
inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu, menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja yang perlu
dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu. Dapat dikatakan disini tugas pendidik pada
umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur
urusan kehidupan mereka sendiri dan mempertimbangkan pandangan dan interest orang lain.
Dengan singkat menolong orang lain untuk berkembang dan matang. Dalam andragogi,
keterlibatan orang dewasa dalam proses belajar jauh lehih besar, sebab sejak awal harus
diadakan suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar serta
mengimplementasikannya secara bersama-sama. orang dewasa itu belajar, karna belajar juga
adalah Suatu proses internal yang dikendalikan oleh peserta didik sendiri dengan rasa
melibatkan diri secara keseluruhan, yaitu : secara intelektual, emosional, dan fungsi fisologis.
Jadi rekomendasi untuk membelajarkan orang dewasa adalah : rangsang agar terlibat dalam
proses belajar dengan cara buatlah belajar menjadi kebutuhannya. Pusat dinamika belajar pada
orang dewasa terletak pada mereka yang merasakan belajar sebagai sebuah pengalaman.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmuddiputra, Enuh, & Atmaja, Bisar, Suyatna. (1986). Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta: Karunika.
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Tamat, Tisnowati. (1 984) Dari Pedagogik ke Andragogik, Jakarta: Pustaka Dian.