You are on page 1of 3

Hikmah Ibadah dan Muamalah

Oleh Adhimas Yudha Prawira

Judul : “Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama”

Sumber : Mubarak, Zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta:


Yayasan Ukhuwah Ihsaniyah.

Ulama yang secara khusus mengkaji hukum Islam mengklasifikasikan subyek


kajian mereka kepada dua bidang utama: ibadah dan muamalah. Hal ini menjadi
sangat penting untuk kita perhatikan karena dengan mengetahui manakah yang
termasuk ibadah dan manakah yang masuk muamalah, kita dapat menggunakan pola
pikir dan sikap yang benar terhadap suatu masalah dalam kehidupan kita.

Ibadah merupakan manifestasi dari keyakinan (aqidah) kita kepada kekuasaan


Allah SWT, sehingga ibadah ini dapat juga dikatakan sebagai suatu hubungan
vertikal antara manusia dengan Tuhannya, Allah SWT atau hablum minallah. Secara
harfiah, kata ibadah dapat berarti menyembah atau beramal baik. Secara istilah,
ibadah dapat diartikan sebagai beramal baik kepada Allah SWT dan kepada seluruh
makhluk-Nya agar memperoleh ridho dari Allah SWT. Seperti firman Allah yang
artinya sebagai berikut:

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku.”

Di sini dapat kita lihat bahwa semua makhluk ciptaan Allah sudah diwajibkan
untuk beribadah kepada-Nya dari pertama dia diciptakan. Entah itu malaikat, jin,
maupun manusia. Untuk manusia sendiri, Allah telah menetapkan berbagai macam
ibadah yang dapat kita lakukan untuk Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar manusia
tidak merasa jemu dalam menunaikan ibadah dan dalam pembagiannya terdapat
penyucian bagi sisi-sisi yang beraneka macam dan sudut-sudut yang berbeda dari
tabiat kemanusiaan dan sesuai dengan segala perangai dan tingkatan yang ada di
dalamnya.

Namun ibadah kepada Allah SWT tidak hanya kita lakukan dengan menaati
perinta-Nya dan menjauhi larangan-Nya saja. Kita juga harus berbuat baik terhadap
sesama manusia. Hal ini sering kita sebut muamalah. Istilah muamalah mengacu
kepada suatu ibadah dengan cara berbuat dan beramal baik sesama manusia lewat
berbagai macam cara. Istilah ini sangat berkaitan erat dengan hablum minannaas,
yaitu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya
manusia lain. Untuk itu, Allah juga telah mengatur bagaimana hubungan yang
seharusnya antara sesama manusia. Contoh muamalah sangat lekat dalam kehidupan
sehari-hari, bahkan pada saat kita menunaikan ibadah yang bersifat hablum minallah,
seperti shalat. Pada saat kita memulai ibadah shalat, melakukan takbiratul ihram, kita
melafadzkan takbir “Allahu Akbar”, Allah Maha Besar, suatu ucapan yang
mengagungkan dan membesarkan nama Allah SWT, sehingga hal ini termasuk
ibadah hablum minallah. Sedangkan ketika mengakhiri shalat kita mengucapkan
salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”, semoga kamu selamat,
rahmat, serta berkah Allah selalu menyertaimu. Ucapan ini dapat diklasifikasikan
sebagai ucapan ibadah kepada sesama manusia karena salam tersebut ditujukan
kepada sesama muslim.

Hukum muamalat Islam mempunyai prinsip yang dapat dirumuskan sebagai


berikut:
1. pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
lain oleh Al quran dan sunah Rasul
2. muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-unsur
paksaan
3. muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat
4. muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur penganiayaan unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan
Islam juga mengenal sistem ekonomi yang berlandaskan syariat Islam yang
mengharamkan riba’ sehingga tidak membebani orang-orang yang kurang mampu,
sistem ekonomi ini dikenal dengan sebutan sistem ekonomi syariah atau sistem
ekonomi muamalah. Salah satu yang berkaitan dengan sistem ekonomi muamalah
adalah jual beli. Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum
jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual
maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan
sepanjang suka sama suka. Seperti firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.”(QS An Nisa : 29)
Contoh-contoh tersebut memperlihatkan bahwa masalah muamalah sangatlah
penting. Teladan yang sempurna dalam mengamalkan nilai-nilai muamalah dalam
ajaran Islam dalam kehidupan sosial adalah rasulullah Muhammad SAW, yang
memang beliau diutus oleh Allah ke muka bumi sebagai uswatun hasanah, teladan
yang baik. Beliau memiliki kecerdasan emosi dan sosial yang tinggi dan sudah
sepatutnya menjadi contoh bagi umat muslim untuk berkehidupan di masyarakat.
Sikap jujur, tawaddu’, ramah, pemaaf, dan pemikirannya yang rasional sudah
sepatutnya menjadi tolak ukur kita dalam mengamalkan nilai-nilai muamalah ke
dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.

Seharusnya kita dapat megkategorikan mana yang masalah ibadah dan mana
yang masalah muamalah. Bukan justru mencampuradukkan kedua hal yang berbeda
ini yang akan menimbulkan suatu masalah. Kita harus bijak dalam pola pikir dan
mengambil tindakan agar masalah-masalah umat muslim dapat terselesaikan.

You might also like