You are on page 1of 9

I.

SEJARAH TIMOR LESTE1

Pada awalnya, pedagang Portugis dan Belanda melakukan kontak perdagangan dunia
Barat dengan Timor pada permulaan abad ke-16. Mereka memulai kontak dengan Timor dengan
perdagangan rempah-rempah dan cendana serta misi para misionaris hubungan sporadis dengan
pulau ini sampai pada tahun 1642, ketika Portugis mulai menguasai pulau tersebut. Portugis dan
Belanda berbasis di ujung barat pulau kupang dan sering kali terjadi perseteruan antara keduanya
mengenai kepemilikan Timor Leste, akhirnya dibuatlah perjanjian pada 1859 di mana Portugis
memberikan bagian barat pulau tersebut. Pada akhirnya Jepang mengambil alih pulau kecil
tersebut dari tahun 1942 sampai 1945, kemudian kembali di ambil alih kembali oleh Portugis
semenjak tahun 1945 karena kekalahan jepang dalam Perang Dunia II.

Karena kudeta Lisbon yang terjadi paada April 1974,2 Portugis mulai proses dekolonisasi
yang cepat dan terorganisir di wilayah luar negeri mereka, termasuk di Timor Leste dengan
diperbolehkannya mereka untuk menentukan nasib sendiri (Self-Determination). Ketegangan
politik diperparah dengan campur tangannya Indonesia, pada 11 Agustus 1975, Partai Uni
Demokratik Timor (UDT) melancarkan kudeta ke Dili. Pemberontakan itu diikuti oleh perang
saudara yang singkat dimana Fretilin memukul mundur pasukan UDT ke Timor Barat Indonesia.
Pada tanggal 16 Oktober lima wartawan Australia, Inggris dan Selandia Baru dibunuh oleh
tentara regular Indonesia di kota Balibo, Timor Leste.

Pada saat itu Fretilin menurunkan bendera Portugis dan mendeklarasikan Timor Leste
sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975.3 Akan tetapi
Indonesia tidak tinggal diam. Seperti yang dikatakan Presiden Soeharto saat menemui Presiden

1
Sebagian ada yang menamakan Timor Timur (East Timor) dan Timor Portugis.
2
Pada 25 April 1974 terjadi kudeta oleh Angkatan Bersenjata Portugis yang mengambil kekuasaan pemerintah
pusat di Lisbon.

3
Fretilin merupakan kependekan dari Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente yang dalam bahasa
Portugis adalah sebuah gerakan pertahanan yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur, pertama dari
Portugal dan kemudian dari Indonesia, antara tahun 1974 dan tahun 1998. Pada awalnya, Fretilin bernama
Associação Social Democrática Timorense (ASDT). Setelah Timor Timur mendapatkan kemerdekaan dari
Indonesia, Fretilin menjadi salah satu partai politik yang berusaha mendapatkan kuasa dalam sistem multi-partai.
Pemimpin penting Fretilin adalah José Ramos Horta, yang pada Desember 1996 berbagi Penghargaan Perdamaian
Nobel dengan kawan senegaranya, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo.

1|Page
Amerika Serikat Gerald Ford di Camp David pada 5 Juli 1975, Soeharto memberi tahu Ford
bahwa Indonesia menghaargai proses dekolonisasi dan penentuan nasib sendiri Timor Leste dan
bahwa negaranya tidak akan melakukan agresi terhadap wilayah lain. Akan tetapi pada saat yang
sama ia berpendapat bahwa pihak-pihak di wilayah koloni Portugis yang menginginkan
kemerdekaan “dipengaruhi Komunis”.4 Akan tetapi tidak lama setelah Fretilin mendeklarasikan
kemerdekaan Timor Leste, Indonesia memulai serangan militer dan invasi besar-besaran pada
tanggal 7 Desember. Tidak lama setelah itu PBB bereaksi, pada tanggal 22 Desember 1975 PBB
menyerukan Indonesia untuk menarik pasukan militernya dari Timor Leste.5

Pendudukan Indonesia di Timor Leste dimulai dengan program penindasan militer yang
sangat kejam. Pada akhir 1980-an pendudukan mulai ditandai dengan penggunaan bantuan
ekonomi, penciptaan lapaangan kerja sementara dan lainnya untuk menenangkan hati dan pikiran
Masyarakat Timor Leste, meskipun pelanggaran HAM seperti tragedi Santa Cruz tahun 1991
masih berlanjut.6

Dikatakan bahwa Jakarta tidak ingin menoleransi adanya sebuah negara yang merdeka,
dan cenderung kiri, di dalam kepulauannya sendiri.7 Hal inilah yang akhirnya mendasari aneksasi
Timor Leste oleh Indonesia. Indonesia tidak menginginkan adanya ketidakstabilan politik terjadi
di Timor Leste yang diatkutkan akan mempengaruhi juga keadaan sosial-politik yang terjadi di
Indonesia bahkan Asia Tenggara. Indonesia juga sangat tidak menginginkan adanya sebuah
negara dalam kepulauanya yang cenderung kiri, atau komunis karena pemerintahan Indonesia
4
Hal. 66
5
Disarikan dari http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35878.htm. diakses pada tanggal 12 April 2011.

6
Pada tanggal 12 Desember 1991, pasukan Indonesia menembaki sebuah prosesi peringatan damai ke sebuah
kuburan di Dili, Timor Timur yang telah berubah menjadi demonstrasi pro-kemerdekaan Timor. Lebih dari 271
orang Timor tewas hari itu di pemakaman Santa Cruz atau di rumah sakit. Sebuah jumlah yang sama yang
menghilang dan diyakini tewas. pembantaian ini, tidak seperti banyak orang lain yang terjadi selama ini yang
didukung AS pendudukan Indonesia, direkam dan difoto oleh wartawan internasional. Amy Goodman and Allan
Nairn, two US reporters, Amy Goodman dan Allan Nairn, dua wartawan AS, yang dipukuli selama pembantaian.

Santa Cruz memicu gerakan solidaritas internasional untuk Timor Lorosa'e, termasuk pendiri East Timor Action
Network, dan merupakan katalisator untuk tindakan kongres untuk membendung aliran senjata AS dan bantuan
militer lain bagi pasukan keamanan Indonesia. Ali Alatas, mantan menteri luar negeri Indonesia menyebut
pembantaian ini sebagai "titik balik," yang menggerakkan peristiwa-peristiwa yang mengarah ke kemerdekaan
Timor Timur datang. Diakses dari http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm pada tanggal 12 April 2011.

7
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi, 2005. hal 590

2|Page
pun melarangan paham komunis berkembang di Indonesia karena terjadinya kudeta oleh Partai
Komunis Indonesia pada September 1965.

II. RUMUSAN MASALAH

Dalam membahas baagaimana Amerika Serikat mengambil kebijakannya terhadap


pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Leste sebelum mereka meng-embargo
bantuan militer dan persenjataan Indonesia pada tahun 1999. Untuk itu penulis akan membatasi
masalah yang akan di bahas pada makalah ini:

1. Apa kebijakan Amerika Serikat dengan pelanggaran HAM yang dilakukan militer
Indonesia (TNI) dalam kasus Timor Leste sebelum mereka meng-embargo
bantuan militer dan persenjataan Indonesia pada tahun 1999?
2. Apa latar belakang Amerika dalam merumuskan kebijakan dalam masalah Timor
Leste?
3. Bagaimana pandangan negara-negara lain dalam menanggapi kebijakan yang
dibuat oleh Amerika Serikat?

III. KERANGKA TEORI

Dalam menganalisa kebijakan Amerika Serikat terhadap Indonesia dalam kasus


pelanggaran HAM di Timor Leste penulis akan mencoba menggunakan pendekatan-pendekatan
dari teori Realisme. Bagi Realisme satu-satunya aktor yang berpengaruh dalam hubungan
internasional adalah negara. Negara merupakan aktor yang rasional, oleh karena itu Negara akan
selalu mencari keuntungan untuk dirinya sendiri (Relative Gain). Kaum realis berpendapat
bahwa ada hukum-hukum yang tidak berubah yang mengatur tingkah laku individu dan negara;
negara, menurut realis, layaknya laki-laki, fitrahnya itu egois dan agresif serta akan mengejar
kepentingan-kepentingan mereka sehingga merugikan orang lain serta tidak memandang
batasan-batasan hukum atau moralitas apapun. Kaum realis menyatakan bahwa masalah utama
dalam hubungan internasional salah satunya adalah ‘anarki’.8 Oleh karena itu negara yang
dianggap oleh kaum realis sebagai satu-satunya aktor dalam hubungan internasional akan
8
Steans Jill, Llyod Pettiford, HubunganInternasional: Perspektif & Tema. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009. hal 46

3|Page
melakukan apapun untuk mencapai kepentingannya dan akan mengabaikan segala nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dalam dunia internasional. Hal ini diperburuk dengan sistem
internasional yang anarki dimana berarti tidak ada kekuasaan atau otoritas yang lebih tinggi dari
negara.

Realisme memiliki pandangan pesimis atas sifat dasar manusia, realisme memiliki
keyakinan bahwa hubungan internasional pada dasarnya konfliktual dan dalam penyelesaiannya
melalui perang, menjunjung timggi nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara,
mereka memiliki skeptisme terhadap kemajuan politik internasional. 9Dalam bab selanjutnya
penulis akan mencoba menjelaskan bagaimana Amerika Serikat melihat kasus yang terjadi di
Timor Leste dengan kebijakan yang dikeluarkannya, apakah itu selaras dengan semua norma-
norma internasional ataukah dalam mengambil kebijakannya Amerika harus mengorbankan
salah satu guna mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan demikian bangsa Amerika
memandang bahwa kepentingan nasional adalah terutama ditujukan untuk memberikan rasa
aman bagi warganegaranya. Oleh karena itulah keamanan nasional merupakan bagian utama dari
kepentingan nasionalnya. Keamanan nasional tersebut benar-benar dijaga. Salah satu upaya
untuk menjaga keamanan nasional adalah dengan cara ekspansi atau membuka hubungan
kerjasama dengan negara-negara lain dalam mengupayakan terciptanya dunia yang aman, damai,
dan sejahtera.

IV. KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT DALAM MASALAH TIMOR LESTE

Menarik untuk dicermati, hubungan Amerika dan Indonesia dalam permasalahan


aneksasi Indonesia terhadap Timor Leste. adanya persamaan kepentingan antara Amerika dengan
Indonesia membuat Amerika memberikan bantuan kepada Indonesia dalam bentuk security
assistance yang merupakan dukungan politis sekaligus dukungan perlengkapan persenjataan
militer dari Amerika Serikat. U.S. Security Assistance yang diberikan kepada Negara-negara
berkembang pada dasarnya diberikan dalam rangka penerapan kebijakan pembendungan (policy
of containtment). Kebijakan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari doktrin pembendungan

9
Jacson Robert dan George Sorensen, Pengantar Hubungan Internasional. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Hal
88-89

4|Page
(containtment doctrine)10 dan modifikasi program bantuan Marshal Plan.11Dalam mekanismenya
U.S. Security Assistance dilakukan melalui prosedur dalam mana bantuan dimaksud diusulkaan
oleh pemerintah yang dalam hal ini oleh U.S. Department of Defense kepada komisi hubungan
luar negeri kongres Amerika Serikat. Salah satu persyaratan pokok yang ditetapkaan oleh
kongres adalah bahwa bantuan keamanan tersebut benar-benar digunakan dalam rangka
membantu negara berkembang yang berjuang melawan komunisme. Persyaratan pokok lainnya
adalah U.S. Security Assistance tidak akan diberikan kepada negara-negara yang diindikasikan
terlibat pelanggaran HAM. Adapun Security Assistance yang diberikan meliputi program-
program International Military Education Training (IMET), Foreign Military Sales (FMS), dan
Military Assistance Program (MAP).12

Dari situasi ini dapat dilihat jelas bahwa Amerika pasti membantu Negara-negara yang
berkembang dalam memerangi teroris, mengingat pada saat itu dunia masih dalam keadaan
perang dingin dimana terdapa Dwipolaritas kekuatan besar dunia yaitu bok Barat, Amerika
dengan ideologi kapitalisnya dan mengusung paham demokrasi dan lawannya adalah Uni Soviet
dari blok kiri yang mengusung ideologi komunis.

Tentu saja Amerika sangat mendukung penganeksasian Indonesia terhadap Timor Leste
yang merupakan dekolonisasi dari Portugis yang beraliran komunis, ditambah lagi pada saat itu
muncul sebuah gerakan dari kelompok Fretilin dan Uni Demokratik Timor (UDT) yang sama-
sama mengusung ideologi komunis.

Seperti yang disarankan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat kepada Presiden
Gerald Ford pada Desember 1975, Amerika Serikat “tidak punya kepentingan di Timor Portugis”
dan harus “mengikuti Indonesia dalam masalah ini”. Dengan pemikiran itu, Washington dan
sekutu-sekutunya sepenuhnya ingin membiarkan keinginan Indonesia terhadap bekas koloni

10
Containment Doctrin merupakan bagian dari kebijakan luar negeri AS yang diterapkan pada era Perang Dingin,
dimana AS berupaya membendung pengaruh komunis yang disebarkan oleh Soviet. Penyebaran komunis bagi AS
merupakan musuh demokrasi yang harus diperangi. Doktrin ini lahir (1947) pada saat pemerintahan Presiden Harry
Truman, dimana doktrin ini disarankan oleh George Kenan – seorang diplomat yang pernah bertugas di Soviet,
yang kemudian menjadi pejabat Deplu bidang perencanaan kebijakan.

11
Marshall Plan merupakan program bantuan ekonomi yang awalnya dirancang bagi negaranegara Eropa
Barat yang ditujukan untuk pembenahan sektor industri yang hancur akibat terjadinya PD II.
12
S.P. Martinus, “Kepentingan Nasional: sebuah Teori Universal dan Penerapannya Oleh Amerika Serikat Di
Indonesia” Ditkersin Ditjen Strahan Dephan. Hal 8-9

5|Page
Portugis itu. Sulit untuk membuktikan pendapat ini sepenuhnya karena rahasianya perumusan
politik luar negeri dan kecendrungan para pembuat kebijakan untuk tidak mengungkapkan motif
di balik perilaku mereka. Mungkin yang paling “membuktikan” pendapat ini adalah diamnya
mereka pada kengerian yang terjadi di daerah pendudukan Indonesia pada waktu itu,
berlanjutnya dan tumbuhnya hubungan dagang, intelejen dan militer antara Jakarta dan Barat
dalam tahun-tahun setelah invasi.

Alasan dasar Amerika membantu Indonesia sebenarnya sangat sederhana: Indonesia


adalah negara berpenduduk besar dengan potensi pasar yang sangat besar dan sumber daya alam
yang sangat kaya dan menempati lokasi yang strategis. Karena sebab-sebab itulah Richard
Nixon, tidak lama sebelum dipilih menjadi Presiden Amerika Serikat, menyebut Indonesia
sebagai “anugerah terbesar sampai sekarang di kawasan Asia Tenggara”. Dua tahun sebelumnya,
dalam pidato 1966 di Asia, Nixon menyampaikan pendapat mendukung pemboman Vietnam
Utara untuk melindungi “potensi mineral yang sangat besar” Indonesia.13

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan Amerika kepada


Indonesia yang terus dating dan mengalir bukan hanyaa karena adanya kebijakan
pembendungan, akan tetapi bantuan-bantuan Amerika juga dimaksudkan untuk menjaga
hubungan baik Amerika dengan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah
dan juga potensi pasar yang sangat besar bagi Amerika Serikat. Selain itu posisi Indonesia yang
sangat strategis bagi Amerika dan Negara pengusung demokrasi paling maju di kawasan Asia
Tenggara.

Bagi banyak pihak, pusat kekayaan Asia Tenggara adalah Indonesia, yang oleh surat
kabar US News & World Report, dalam menafsirkan pemikiran presiden waktu itu Dwight
Eisenhower, digolongkan pada 1954 sebagai “wilayah terkayaa di seluruh Asia Tenggara”.14

Dalam bulan-bulan sebelum melakukan invasi pemerintah Ford telah mengingatkan


Indonesia agar tidak menggunakan senjata buatan Amerika dalam agresi yang akan
dilancarkannya. (menurut Departemen Luar Negeri, sekitar Sembilan puluh persen peralatan
militer Indonesia pada waktu itu adalah buatan Amerika Serikat). 15 Kebijakan ini tidak berubah
13
Nevins Joseph, Pembantian Timor Timur Horor Masyarakat Internasional. Yogyakarta: GALANGPRESS, 2008. hal
104-105
14
Ibid hal 64
15
Ibid hsl 69

6|Page
dalam masa pemerintah Jimmy Carter (1977-1980), meskipun dia telah berpidato di depaan
organisasi Negara-negara Amerika dengan menyebut perjuangan terhadap HAM sebagai
perjuangan yang paling dekat dengan hatinya akan tetapi serangkaian kepentiti Ford ngan
politik-ekonomi dan geostrategi seperti disebutkan diatas yang membentuk sebelumnya seperti
Ford dan Kissinger jugaa membentuk politik Carter.

V. PANDANGAN NEGARA-NEGARA LAIN DALAM MENANGGAPI KEBIJAKAN


AMERIKA.

Ternyata dalam mendukung invasi dan pendudukan Indonesia dalam masalah Timor
Leste, Amerika Serikat tidaklah sendirian. Bahkan Negara-negara kapitalis dan kaya pun ikut
ambil bagian dalam hal mendukung invasi ini. Contoh saja Australia, dalam mendukung
Indonesia, Australia mungkin Negara yang paling kuat mendukung Indonesia setelah Amerika.
Indonesia sangaatlah penting bagi Australia melihat kedekatan geografis, kekayaan sumber daya
alam dan ukurannya yang luas dan besar. Australia bahkan mengetahui rencana Indonesia
dengan sangat jelas dalam menguasai dan menginvasi Timor Leste. satu fakta lagi bahwa
Australia ssangat mendukung Indonesia dalam mendukung Timor Leste adalah pertemuan
Perdana Menteri Gough Whitlam dengan Soeharto pada September 1974 di Wonosobo, Jawa,
disebutkan telah mendukung Indonesia dalam pengintegrasian wilayah Timor Leste ke dalam
NKRI yang merupakan rencana para Jenderal penting Indonesia. Australia telah mengabaikan
rakyat Timor Leste dalam rangka menjalin hubungan yang lebih baik dengan Indonesia.

Sama halnya dengan yang dilakukan Australia, Inggris, Jepang dan Selandia baru pun
telah menjadi pendukung yang aktif dalam pendudukan Indonesia di Timor Leste. dukungan ini
disebabkan karena nilai-nilai pasar mereka di Indonesia sangatlah menguntungkan. Bantuan
yang Indonesia sangatlah beragam, mulai dari bantuan perlengkapan persenjtaan hingga mesin-
mesin tempur canggih, mereka juga bersedia membantu dalam pendidikan militer Indonesia.
Selain itu mereka pun sangat aktif dalam forum PBB untuk tidak memberikan suara kepada
permasalahan Indonesia dan Timor Leste tersebut. Bahkan ketika wartawan Inggris, Australia
dan Selandia Baru di tembak mati oleh TNI pada peristiwa Balibo mereka seakan menutup mata
walaupun warga Negara mereka terbunuh.16

16
Semua disarikan dari Nevins Joseph, Pembantian Timor Timur Horor Masyarakat Internasional. Yogyakarta:
GALANGPRESS, 2008. hal 83-94

7|Page
VI. KESIMPULAN.

Dapat dilihat dari penjelasan di atas, Amerika dalam membuat kebijakan luar negerinya
terhadap Indonesia sangatlah mementingkan keamanan nasionalnya. Politik pembendungan yang
diusung oleh Amerika telah menjadi alasan dalam mengorbankan rakyat Timor Leste yang pada
saat itu dipimpin oleh Fretilin yang berhaluan komunis.

Selain itu, nilai-nilai strategis Indonesia bagi Indonesia sangatlah berharga. Indonesia
merupakan jalur perdagangan Internasional. Selain itu Indonesia juga sebagai lahan pasar dan
investasi yang sangat menjanjikan bagi Amerika, Indonesia juga memiliki sumber daya alam
yang melimpah bagi Amerika.

Amerika sebagai Negara yang rasional telah melakukan berbagai macam cara untuk
mengejar kepentingan nasionalnya yang pada saat itu adalah keamanan nasionalnya sendiri dan
juga penyebaran demokrasinya, meskipun ini telah mengorbankan kepentingan rakyat Timor
Leste (relative gain).

DAFTAR PUSTAKA

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi, 2005.

8|Page
Steans Jill, Llyod Pettiford, HubunganInternasional: Perspektif & Tema. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.

Jacson Robert dan George Sorensen, Pengantar Hubungan Internasional. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.

Nevins Joseph, Pembantian Timor Timur Horor Masyarakat Internasional. Yogyakarta:


GALANGPRESS, 2008.

S.P. Martinus, “Kepentingan Nasional: sebuah Teori Universal dan Penerapannya Oleh
Amerika Serikat Di Indonesia” disarikan dari thesisnya yang berjudul “U.S. Security
Assistance dalam Proses Integrasi dan Pelepasan Timor Timur”., 2009. Ditkersin Ditjen
Strahan Dephan.

http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/35878.htm. diakses pada tanggal 12 April 2011.

http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm pada tanggal 12 April 2011.

9|Page

You might also like