You are on page 1of 5

Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dan Penyusunan Proposal penelitian 

Oleh: Nurhidayah, S.Pd. 


Jurusan Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia 
FBS Universitas Negeri Yogyakarta 

A. Pendahuluan 
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh para guru atau siapa pun. Bagi seorang
guru, keterampilan menulis akan dapat meningkatkan kualitas serta jenjang kariernya. Selain itu, keterampilan menulis juga
dapat dijadikan ukuran dalam melihat profesionalisme seseorang dalam bidang akademik. Dalam bidang-bidang yang lain
penguasaan keterampilan menulis dapat mengantarkan seseorang dalam meningkatkan in come. Novel Laskar Pelangi
adalah salah satu contoh produk keterampilam menulis yang banyak mendatangkan uang, apalagi setelah difilmkan. Selain
itu masih banyak contoh lain yang dapat dijadikan sebagai bukti bahwa keterampilan menulis banyak sekali manfaatnya. 
Keterampilan menulis memang tidak dapat secara serta merta dikuasai oleh seseorang. Keterampilan menulis dapat
ditingkatkan hanya dengan cara latihan terus menerus. Hal ini perlu dilakukan oleh siapa pun, dan kapan pun. Bagi para
pengajar, tentunya keterampilan menulis merupakan prasyarat peningkatan kecakapan akademik. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk meningkatkan motivasi dalam menulis sekaligus peningkatan keterampilan menulis.
Salah satu syarat kemampuan menulis adalah penguasaan penggunaan bahasa. Bahasa merupakan alat yang akan
mengantarka ide, pesan, atau perasaan penulis kepada orang lain.Kemampuan penggunaan bahasa yang baik tentunya
akan dapat meningkatkan kualitas tulisannya. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan kebahasaan para penulis
harus selalu ditingkatkan pula. 

B. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. 


Bahasa Indonesia ragam ilmiah memang mempunyai ciri yang berbeda jika dibandingkan dengan ragam bahasa Indonesia
popular. Dalam ragam ilmiah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh penulis. Adanya persyaratan
tersebut menyebabkan timbulnya ciri khas yang membedakannya dengan ragam lain. Perhatikan kutipan teks berikut.
1) Setiap manusia diciptakan Allah Swt dalam kondisi fitrah. Yaitu, manusia bukan sekadar seperti kertas putih yang pasif,
tetapi potensi fitrah aktif.Fitrah aktif ini harus dibina untuk menuju kebaikan. Perkembangan potensi fitrah manusia itu
sendiri berkembang tergantung dari kedua orangtua, masyarakat dan lingkungan sekitar. 
(Kedaulatan Rakyat, 16 Oktober 2008) 

2) Dunia akan menjadi lebih baik jika kita bekerja bersama secara harmonis untuk mencapai tujuan bersama ketimbang
meributkan hal-hal yang tak ada gunanya. Mulai dari konflik pribadi, saling menyalahkan, meributkan siapa yang lebih
berjasa, atau siapa yang lebih bersalah. Melakukan hal ini hanya akan menghabiskan energi secara sia-sia, membuat hati
pahit dan kecut. 
( Aura, No. 23/TH.XII 25 Juni -1 Juli 2008) 

3) Artikel dalam jurnal ilmiah merupakan salah satu bentuk karya ilmiah. Oleh sebab itu, prasyarat keilmiahan harus
dipenuhi oleh setiap artikel dalam jurnal ilmiah. Salah satu prasyarat tersebut adalah pengguanaan bahasa ilmiah yang
merujuk pada penggunaan bahasa baku. Sehubungan dengan bahasa baku tersebut, Alwi, dkk (1998:13-14)
mengemukakan tiga ciri pokok, yakni kemantapan dinamis, kecendekiaan, dan keseragaman kaidah. 
(Litera, Vol. 6, Nomor 2, Juli 2007)

Perhatikan pilihan kata, struktur kalimat, dan hal lain yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga kutipan tersebut.
Dari pilihan kata dan kalimat yang digunakan dapat ditebak dengan mudah, mana kutipan yang menggunakan ragam
bahasa Indonesia ilmiah dan mana yang menggunakan ragam Indonesia populer. Dengan demikian, ketika gagasan, ide,
atau pendapat akan disampaikan melalui karya tulis ilmiah, tentunya seorang penulis harus betul-betul memahami dan
menerapkan aturan dalam penggunaan bahasa tersebut. 
Berkaitan dengan ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah ini, Kuntarto, Niknik M (2007:6) mengungkapkan beberapa ciri
tersebut yaitu: 1) bahasa Indonesia ragam baku, 2) penggunaan kalimat efektif; 3) menghindari bentuk bahasa yang
bermakna ganda; 4)menghindari penggunaan kata dan istlah yang bermakna kias; 5) menghindari penonjolan persona
dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan; 6) adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea. Ciri-
ciri tersebut mutlak diperlukan untuk membedakannya dengan bahasa Indonesia ragam yang lain. 
Tulisan ilmiah merupakan harus menggunakan bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa standar yang memiliki ciri 1)
kemantapan dinamis yaitu kaidah dan aturan yang tetap; dan 2) sifat kecendekiaanya yang terwujud dalam kalimat,
paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar yang megungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan
masuk akal (Alwi, Hasan dkk.,2003: 13-15). Kebakuan bahasa tersebut akan tampak pada pilihan kata yang digunakan,
kalimat, paragraf maupun tulisan secara keseluruhan sebagai satu bentuk tulisan ilmiah. Oleh karena itu, kalimat dalam
karya tulis ilmiah harus menggunakan kalimat efektif yaitu kalimat yang secara struktur benar dan secara makna pun dapat
dipahami secara tepat oleh pembacanya. Tentunya, kalimat efektif ini tidak lepas dari pengunaan kata-kata yang tidak
ambigu, tidak bermakna kias serta menghindari bentuk persona, seperti kata “saya”, “kami” atau penulis. Sebagai syarat
yang tidak kalah penting adalah keselarasan baik antar kalimat maupun paragraf.
C. Penggunaan Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku atau bahasa resmi mempunyai beberapa ciri yaitu: 1) menggunakan gramatikal secara secara
eksplisit dan konsisten; 2) menggunakan imbuhan secara lengkap; 3) menggunakan kata ganti resmi; menggunakan kata
baku; menggunakan EYD; dan 4) menghindari unsur kedaerahan (Kuntarto, Nuknik M, 2007:5). Ciri-ciri ini memang tidak
semuanya diterapkan dalam bahasa tulis baku. Hal ini karena dalam bahasa tulis ilmiah tidak diperkenankan adanya
penggunaan bentuk persona atau kata ganti. 
Bahasa baku ditandai dengan penggunaan imbuhan yang lengkap ini, contoh kata “kompleks” bukan “komplek”, kata
“mengajar” bukan “ngajar” dsb. Bahasa baku juga menghendaki penggunaan kata-kata yang baku serta kata-kata yang
berau unsure kedaerahan. Perhatikan contoh kata-kata berikut. 
Tidak Baku Baku
Praktek
Kongkrit
Sistim
Anggauta 
Jadual 
Tergantung dari
Berdasarkan atas 
Disebabkan karena Praktik
konkret
sistem 
anggota
jadwal
bergantung pada/kepada 
berdasarkan pada
disebabkan oleh

Bahasa baku juga selalu berpegang pada prinsip-prinsip EYD (Ejaan Yang disempurnakan). Prinsip-prinsip EYD ini mengatur
penggunaan penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta dilengkapi juga dengan pedoman umum
pembentuka istilah. Prinsip-prinsip EYD ini harus diterapkan secara konsisten dalam penulisan sebuah karya ilmiah. Berikut
ini contoh-contoh penerapan EYD dalam kalimat. 
1. menurut badan meteorologi dan geofisika (BMG) ombak laut Cina selatan dapat mencapai 4m hingga bulan Nopember.
(salah)
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), ombak Laut Cina Selatan dapat mencapai 4 m hingga bulan November.
(betul)
2. Dalam waktu singkat nilai tukar rupiah merosot tajam hingga mencapai Rp.9.850,- per dollar A.S. (salah)
Dalam waktu singkat nilai tukar rupiah merosot tajam hingga mencapai Rp9.850,00 per dollar AS (betul)
Untuk lebih lengkapnya, silakan cermati dan aplikasikan selalu prinsi-prinsip EYD tersebut ketika menulis. 

D. Kalimat Efektif 
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat
yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca
(Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan beberapa ciri kalimat efektif adalah sebagai
berikut: 
a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur, 
b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,
c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan unsur kalimat,
e. kecermatan dan kesantunan, dan
f. kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa. 
a. Keutuhan 
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kesepadanan yang
dimaksud adalah adanya keseimbangan pikiran atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan. Ciri kesepadanan ini di
antaranya sebuah kalimat harus mengandung gagasan pokok, terdiri S (subjek)dan P (predikat), penggunaan konjungsi
intrakalimat dan antarkalimat secara tepat. 
Contoh: 
Jika Anda tidak membayar pajak, akan dikenakan denda. 
Kalimat tersebut tidak sepadan karena Subjeknya tidak ada. Seharusnya kalimat yang baku adalah “Jika tidak membayar
pajak, Anda akan didenda”. 
b. Kesejajaran 
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten atau penggunaan bentuk-bentuk yang sama
untuk menyatakan gagasan yang sederajat. 
Contoh: 
Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak serta cukup waktu (tidak sejajar).
Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, serta waktu yang cukup (sejajar).
c. Kefokusan 
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami maksudnya. 
Contoh: 
Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura ini (tidak efektif).
Produk hortikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya (efektif).
d. Kehematan 
Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di atas tentang kehematan menggunakan kata dalam mengungkapkan
gagasan. 
Contoh: 
1) Kita harus saling hormat-menghormati. 
(seharusnya tidak menggunakan ‘saling’ karena sudah berarti ‘saling menghormati)
2) Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi siswa dalam belajar. 
(seharusnya tidak menggunakan ‘tentang’ karena ‘membicarakan’ sudah berarti “berbicara tentang’). 
e. Kecermatan dan Kesantunan 
Kecermatan dam kesantunan meliputi ketepatan memilih kata sehingga menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa
gangguan emosional pembaca atau pendengar. Kecermatan dalam hal ini sama dengan kecermatan memilih kata. Kalimat
yang baik adalah kalimat yang singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit. Dalam kaitannya dengan kesantunan ini, sebuah
karya tulis ilmiah di Indonesia pada umumnya mengikuti kaidah bahwa penulis harus menghindari subjektivitas, contohnya
penggunaan ungkapan “ menurut pendapat saya.... adalah ungkapan yang kurang tepat, seharusnya data menunjukkan
bahwa atau penelitian membuktikan bahwa... 
f. Kevariasian 
Untuk membentuk kevariasian kalimat dapat ditempuh dengan cara membuat variasi struktur, diksi, dan gaya, atau bahkan
jenis kalimat asalkan jangan sampai mengubah isinya atau gagasan asli yang akan disampaikan kepada pembaca. 

E. Paragraf yang Baik 


Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah baik, hal berikutnya yang perlu dicermati adalah
apakah paragraf yang disajikan sudah merupakan paragraf yang baik atau belum. Menurut Wibowo (2005:112) syarat
paragraf yang baik yaitu meliputi: kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. 
Paragraf yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya terdiri dari satu gagasan
pokok. Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk pada satu gagasan pokok
tersebut. Oleh karena itu, pastikan bahwa semua kalimat yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar selaras
antara satu dengan yang lain dalam mengantarkan gagsan tersebut. 
Prinsip yang lain adalah kepaduan yaitu kekompakan hubungan atau kohesi dan koherensi antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain dalam sebuah paragraf. Untuk menciptakan hubungan yang serasi dan selaras ini tentunya diperlukan alat
bantu yaitu dengan konjungsi (kata penghubung), paralelisme, kata ganti, atau repetisi pada kata kunci atau menggunakan
rincian peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan kelengkapan dalam paragraf adalah terpenuhinya kebutuhan akan kalimat
penjelas yang mengantar kalimat utama. Jika kalimat-kalimat yang menopang kalimat utama dikembangkan secara jelas
dan lengkap sehingga tidak menyisakan pertanyaan yang terkait dengan kalimat utama maka dapat dikatakan bahwa
paragraf tersebut merupakan paragraf yang lengkap.

F. Pembuatan Proposal Penelitian


Menulis karya ilmiah memerlukan perencanaan yang matang. Sebagai bentuk nyata sebuah perencanaan penelitian adalah
disusunnya sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian ini nantinya akan menjawab beberapa pertanyaan penting byang
berkaitan dengan rencana penelitian. Pertanyaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 
1) Apa yang ingin Anda teliti
2) Mengapa hal itu penting?
3) Apa yang telah dilakukan di dalam bidang itu
4) Bagaimana Anda melakukan pennelitian itu? (Atmazaki, 2006:194). 
Pertanyaan pertama menghendaki jawaban tentang topik atau tema yang akan diteliti. Pertanyaan kedua menghendaki
jawaban tentang rasional mengapa topik yang sudah Anda rumuskan menjadinjudul itu penting diteliti. Adapun jawaban
pertanyaan ketiga menghendaki jawaban tentang penelitian yang pernah Anda lakukan atau yang pernah dilakukan orang
lain dan pertanyaan keempat meghandaki jawaban tentang pilihan metode yang akan Anda lakukan dalam mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga mendapatkan kesimpulan.. Demikian arahan Atmazaki
(2006: 196) dalam mempersiapkan perencanaan penelitian. Desain proposal penelitian memang terkadang tidak selalu
sama, apalagi jika penggunaan metode penelitiannya juga berbeda serta lembaganya juga berbeda. Akan tetapi secara
umum, sebuah proposal penelitian akan mencakup tiga bagian yaitu: Pendahuluan, Kajian teoritis, dan Metodologi
Penelitian. 
Berikut ini adalah draf rancangan penelitian yang jika dikembangkan akan menjadi sebuah proposal. 
1. Latar belakang:
Mengapa dan apa yang mendorong peneliti memilih topik penelitian ini. 
2. Masalah: 
a. Rumuskan masalah secara jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan
b. . Masalah dibatasi, bagian mana yang digarap, mengapa bagian itu diambil
c. Gambarkan pentingnya masalah: 
- sumbangannya terhadap perkembangan ilmu
- kegunaan praktis (bila ada) 
- hubungan dengan penelitian lain
- kegunaan yang lebih umum
3. Kerangka Teori: 
a. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan, pendekatan yang digunakan.
b. Gambarkan teori-teori yang pernah ada yang berkaitan dengan masalah yang digarap.
c. Kemukakan asumsi-asumsi dasar sebagai landasan berpikir, dan kemukakan hipotesis bila ada. Untuk penelitian sastra
yang deskriptif; hipotesis tidak diperlukan. 
4. Populasi dan Sampel 
Gambarkan tentang jenis dan besarnya populasi dan tentukan sampel penelitian. (jika penelitian kuantitaif).
5. Metode Penelitian: 
a. Gambarkan metode yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data
b. Jelaskan bentuk instrumen yang digunakan dan mengapa peneliti yakin bahwa instrumen ini dapat diandalkan. 
6. Jadwal kegiatan dan pembiayaan: 
a. Gambarkan jangka waktu penelitian dan jadwal kegiatan
b. Gambarkan sumber dana, besarnya dana.
7. Daftar Pustaka 
Ajukan daftar bacaan/pustaka sementara yang diperkirakan dipakai dalam penelitian ini. 
(Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A Sumaryati, 2004: 14). 

G. Penutup 
Kemampuan menulis karya ilmiah di samping memerlukan bekal keilmuan yang cukup juga memerlukan bekal kemampuan
kebahasaan yang memadai. Mengingat adanya prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah tersendiri tentang ragam bahasa ilmiah
termasuk di dalamnya penulisan proposal maka hendaknya prinsip-prinsip tersebut betul-betul dipahami dan dipraktikkan.
Hal ini karena faktor kebahasaan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mengantarkan gagasan kepada
pembaca secara baik. Secara sederhana prinsip yang berkaitan dengan kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah adalah
prinsip pemilihan kata, istilah, pembentukan kalimat serta paragraf yang baik. Adapun keterampilan secara khusus dalam
mempersiapkan penelitian adalah penulisan proposal. Sekilas memang prinsip-prinsip tersebut tampak tidak rumit. Akan
tetapi, ketika sudah sampai pada praktiknya tentunya kepekaan bahasa (sense of language) dan kecermatan, serta
keterampilan seorang penulis dalam mengolah bahasa sangat diperlukan.

Referensi
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arifin, E. Zainal. 1998. Dasar-Dasar penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo. 

Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang:Yayasan Citra Budaya Indonesia 

Aura No.23/TH.XII 25 Juni-1 Juli 2008. “Mengurung Ego untuk meraih Keuntungan Bersama”. Jakarta.

Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung:Nuansa. 

Kedaulatan Rakyat. 16 Oktober 2008. “Fitrah Aktif Manusia Harus Dikembangkan”. Yogyakarta. 

Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas RI. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV. Yrama Widya.

Wibowo, Wahyu. 2005. Enam Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 

Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. 

You might also like