You are on page 1of 4

A.

IMUNISASI BCG

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.


tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut,
Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan
oleh Calmette dan Guerin

• Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m.


deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan

• Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%.
Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Cara penyuntikan BCG

• Bersihkan lengan dengan kapas air

• Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas.

• Suntikan 0,05 ml intra kutan

– merasakan tahan

– benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm

B. IMUNISASI HEPATITIS B

• Vaksin berisi HBsAg murni

• Diberikan sedini mungkin setelah lahir

• Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

• Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C


• Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah
lahir + imunisasi Hepatitis B

• Dosis kedua 1 bulan berikutnya

• Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)

• Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian

• Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml

• Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun


1997

Efek samping

• Demam ringan

• Perasaan tidak enak pada pencernaan

• Rekasi nyeri pada tempat suntikan

Tidak ada kontraindikasi

C. IMUNISASI POLIO

• Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-
vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol
merah

• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.

• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)

• Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu

• Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI

• Anak diare ® gangguan penyerapan vaksin.

• Ada 2 jenis vaksin


– IPV ® salk

– OPV ® sabin ® IgA lokal

• Penyimpanan pada suhu 2-8°C

• Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima


vaksin

• Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas
yang neurovirulen

• Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak
dengan penerima vaksin

Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya

D. IMUNISASI DPT

Terdiri dari

– toxoid difteri ® racun yang dilemahkan

– Bordittela pertusis ® bakteri yang dilemahkan

– toxoid tetanus ® racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat

• Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih


didasarnya

• Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi
kecil.

• Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.

• Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.

Lebih lanjut tentang: Imunisasi BCG, Campak, hepatitis 


Source : http://id.shvoong.com/medicine-and-health/imuunology/1961403-imunisasi-bcg-
campak-hepatitis/

Penyimpanan Vaksin
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi ataudaya
antigennya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalahsuhu, sinar
matahari, dan kelembaban.

Tabel 5. Penyimpanan Vaksin

Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio, campak) pada pedoman
sebelumnya harus disimpan pada suhu dibawah OoC. Dalam perkembangan
selanjut, hanya vaksin Polio yang masih memerlukan suhu dibawah OoC di
provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin campak lebih baik disimpan di
Sutopo Patria Jati
16/01/2009
8

refrigerator pada suhu 2 – 8oC. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu2 –
8oC. Vaksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena
vaksin akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak
antigen. Di Puskesmas yang mempunyai freezer pembuat cold
pack, bagian freezer dari lemari es tidak dipakai untuk menyimpan vaksin.
Dalam penyimpanan/pengangkutan vaksin, susunannya harus diperhatikan.Karena
suhu dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi, maka ketentuan
tentang jarak antar kemasan vaksin harus dipenuhi. Demikian pulaletak vaksin menurut
jenis antigennya mempunyai urutan tertentu untuk menghindari penurunan potensi
vaksin yang terlalu cepat.

You might also like