You are on page 1of 97

INDIKATOR EKONOMI

BERBASIS PENGETAHUAN
INDONESIA

RISTEK
KEMENTRIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

2009
KATA PENGANTAR

Buku Indikator Ekomomi Berbasis Pengetahuan (EBP) Indonesia ini adalah terbitan yang ketiga, buku
ini disusun berdasarkan kerangka Knowledge Assessment Methodology (KAM) dari World Bank.
Dalam terbitan ketiga ini, untuk pemutakhiran, data dikumpulkan dari sumber yang lebih sesuai
dengan jenis data. Agar lebih informatif, maka data ditampilkan dalam bentuk kurva dan tabel.
Seperti terbitan sebelumnya, buku ini melakukan perbandingan antara indonesia dengan beberapa
negara ASEAN.

Struktur sajian melingkupi data yang terdiri dari 89 variabel dimana 78 variabel berbasis 4 pilar EBP
yang terdiri dari variabel-variabel rejim dan kinerja ekonomi (Pilar I), pendidikan dan sumberdaya
manusia (Pilar II), infrastruktur informasi dan komunikasi (Pilar III), dan sistem inovasi (Pilar IV).
Sedangkan, 11 variabel lainnya terdiri dari, 6 variabel yang berkaitan dengan kinerja negara dan 5
variabel berkaitan gengan gender.

Data dalam buku ini merupakan data sekunder yang ikompilasi dan diolah dari berbagai sumber,
serta disiapkan dan disusun oleh Tim Kedeputian Pengembangan Sistem Iptek Nasional, KNRT.

Buku Indikator EBP Indonesia ini, masih belum sempurna baik isi maupun tampilan. Pada penerbitan
selanjutnya, kami akan meningkatkannya. Untuk melakukan perbaikan ini, kami sangat memerlukan
kiriman kritik, saran dan koreksi serta masukan dari pembaca yang dapat dikirimkan melalui, email:
hjusron@ristek.go.id atau ad-psiptn@ristek.go.id atau melalui fax, 021-31923902.

Jakarta, Desember 2009

Penyusun
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SISTEM IPTEK

Assalamu’alaikum wr. wb.

Resesi ekonomi global saat ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di banyak negara mengalami
pertumbuhan ekonomi negatif, tetapi hal ini tidak terjadi di Indonesia, kerena pertumbuhannya
positif. Apakah pertumbuhan ini disebabkan oleh besarnya peran ilmu pengetahuan dan teknologi,
hal ini dapat dijawab dengan memperhatikan data indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan atau
Knowledge Based Economy (KBE). Dari data KBE juga dapat diketahui posisi Indonesia terhadap
beberapa negara ASEAN, sehingga “seberapa jauh jarak” antara Indonesia memimpin atau tertinggal
dapat diketahui.

Saya berharap buku ini, dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis dalam proses pembuatan
kebijakan di berbagai bidang terutama kebijakan pemanaatan iptek untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, buku ini juga dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian penting dalam proses
menguasai iptek, karena penguasaan iptek meningkatkan daya saing dan salah satu cermin dari
kecerdasan bangsa.

Semoga buku ini dapat hadir berkelanjutan setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan informasi,
serta akan memuat data baru yang berkaitan dengan peranan ilmu pengetahuan dalam menunjang
kemajuan ekonomi Indonesia.

Amien.

Jakarta, Desember 2009

Deputi Bidang Pengembangan Sistem Iptek Nasional

Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD. SpMk.


A. RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI BERBASIS PENGETAHUAN INDONESIA

Ekonomi Berbasis Pengetahuan (EBP) adalah perekonomian yang berbasis pada produksi, distribusi
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), iptek disini adalah penggerak utama
dalam pertumbuhan dan penciptaan kemakmuran ekonomi. EBP dari suatu negara dicerminkan
dalam Knowlwdge Economy Index (KEI) yang terdiri dari empat pilar utama, yaitu Rejim dan Kinerja
Ekonomi, Inovasi, Pendidikan, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Tabel dibawah ini adalah data World Bank tahun 2009 yang diurutkan berdasarkan KEI dari beberapa
negara ASEAN dan Indonesia.

PILAR
Negara KEI KI Rejim dan Kinerja
Inovasi Pendidikan TIK
Ekonomi
Singapura 8.44 8.03 9.68 9.58 5.29 9.22
Malaysia 6.07 6.06 6.11 6.82 4.21 7.14
Thailand 5.52 5.66 5.12 5.76 5.58 5.64
Filipina 4.12 4.03 4.37 3.80 4.69 3.60
Vietnam 3.51 3.74 2.79 2.72 3.66 4.85
Indonesia 3.29 3.17 3.66 3.19 3.59 2.72

Tampak Indonesia berada pada urutan terbawah, dalam urutan KEI dan KI, tetapi lebih tinggi dari
Vietnam pada pilar Rejim dan Kinerja Ekonomi dan Inovasi. Sedang Thailand terbaik di pilar
Pendidikan. Data ini menujukkan bahwa Singapura sangat menonjol pada pilar Rejim dan Kinerja
Ekonomi, pilar Inovasi dan pilar TIK.

A.1. Pilar Rejim dan Kinerja Ekonomi

Rejim dan Kinerja Ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN secara umum
masih menunjukkan kinerja yang belum baik. Hampir seluruh indikator dari pilar ini menujukkan
posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti: Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand, tetapi lebih baik bila dibandingkan Vietnam.

Dari 25 variabel Rejim dan Kinerja Ekonomi, variabel pertumbuhan dan besarnya GDP Indonesia
dapat mengungguli negara-negara ASEAN lainnya, tetapi variabel lainnya, Indonesia belum berhasil
mengungguli, variabel tersebut antara lain:

 Indeks Kemiskinan pada tahun 2008 dimana Indonesia menempati ranking tertinggi dari negara-
negara ASEAN seperti: Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
 Prosentase Jumlah Pengangguran dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja Indonesia pada
tahun 2008 menempati posisi tertinggi dibandingkan Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan
Vietnam.
 Prosentase Perdagangan terhadap GDP, menempati posisi terendah dibandingkan Malaysia,
Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
 Indeks Hambatan Tarif & Hambatan Non Tarif pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2009,
Indonesia pada posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
 Kesehatan Bank di Indonesia pada tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2006 dan 2007,
sehingga berada pada posisi terendah diantara negara ASEAN lainnya.
 Ekspor barang dan jasa sebagai Prosentase dari GDP pada tahun 2007, Indonesia menempati
posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
 Kredit Setempat Kepada Sektor Swasta sebagai Prosentase dari GDP (%) pada tahun 2008,
Indonesia menempati ranking terendah dibandingkan Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan
Vietnam.
 Biaya Pendaftaran Bisnis sebagai Prosentase dari Pendapatan Nasional Kotor Per Kapita,
Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN.
 Jumlah hari untuk memulai sebuah bisnispada tahun 2009, Indonesia menempati urutan tertinggi
(76 hari), sedangkan Singapura hanya 4 hari.
 Biaya yang diperlukan untuk melakukan klaim dalam pelaksanaan kontrak (Cost to Enforce a
Contract) yang dinyatakan sebagai prosentase dari nilai klaim pada tahun 2008 menunjukkan di
Indonesia relatif tinggi (122,7%).

A.2. Pilar Sistem Inovasi

Kinerja Sistem Inovasi Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga ASEAN secara umum masih
menunjukkan kinerja yang belum baik, hal ini ditunjukkan dengan hampir seluruh indikator sistem
inovasi yang lebih rendah bila dibandingkan negara-negara lainnya. Dari 25 indikator kinerja Sistem
Inovasi, Indonesia meraih posisi yang lebih baik dibandingkan Vietnam atau Filipina, bahkan capaian
pada variabel Nilai Tambah Industri sebgai Prosentase GDP dapat mengungguli negara-negara lain
termasuk Singapura, Malaysia, dan Thailand. Variabel dari kinerja inovasi yang lebih baik tersebut
adalah:

 Investasi Langsung Luar Negeri Outward sebagai Prosentase dari GDP, Indonesia mengungguli
Filipina dan Vietnam.
 Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment/ FDI) Inward sebagai Prosentase dari
GDP, Indonesia lebih baik dari Filipina, tetapi dibawah Vietnam, Malaysia, Thailand dan
Singapura.
 Variabel Penerimaan Fee Royalty maupun yang dibagi dengan populasi, data tahun 2004-2006
Indonesia lebih baik dibandingkan Thailand, tahun 2007 penerimaan menurun sangat tajam
sehingga Indonesia berada dibawah Thailand, tetapi lebih baik dibandingkan dengan Filipina.
 Total Royalty Payments and Receipts maupun yang dibagi dengan polasi, data tahun 2004-2007,
Thailand mengalami kenaikan, Indonesia menurun sangat tajam, sehingga Indonesia berada
dibawah Thailand tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan Filipina.
 Jumlah Peneliti di Litbang Indonesia lebih banyak dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand,
Vietnam maupun Filipina. Tetapi, bila jumlah tersebut dibagi dengan populasi maka Indonesia
berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
 Nilai Tambah Industri sebagai Prsentase dari GDP, dari data tahun 2008, variabel ini Indonesia
dapat mengungguli Vietnam dan Flipina maupun Thailand, bahkan lebih baik dibandingkan
Singapura dan Malaysia.
 Produksi Manufaktur sebagai Prosentase dari GDP, dari data tahun 2008, variabel ini Indonesia
dapat mengungguli Singapura dan Malaysia, tetapi masih di bawah Thailand dan Filipina.
 Kolaborasi Riset Universitas dengan Perusahaan, dari data tahun 2006-2008, Indonesia dan
semua negara Tetangga ASEAN mengalami peningkatan, kecuali Malaysia yang menurun, tetapi
masih tetap lebih tinggi dari Indonesia, demikian pula Singapura. Indonesia sama tinggi dengan
Thailand tetapi lebih tinggi dari Filipina dan Vietnam.
 Artikel pada Jurnal Sains dan Teknik, Indnesia lebih baik dari Filipina tetapi jauh tertinggal dari
Singapura, Thailand dan Malaysia.
 Ketersediaan Modal Ventura, Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand mengalami
penurunan, hanya Vietnam yang naik, tetapi Indonesia masih lebih unggul dibandingkan dengan
Vietnam, Filipina dan Thailand.
 Ekspor Teknologi Tinggi Sebagai Prosentase dari Ekspor Manufaktur, pada variabel ini Indonesia
dan negara-negara tetangga ASEAN mengalami penurunan dan Indonesia hanya dapat
mengungguli Vietnam saja.
 Pengeluaran Litbang Sektor Swasta, Indonesia dapat mengugguli Vietnam, Filipina, dan Thailand
tetapi tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia.
 Rantai Nilai Perusahaan, Indonesia tertinggal terhadap Singapura dan Malaysia, tetapi dapat
mengungguli Vietnam, Filipina, dan Thailand.

A.3. Pilar Pendidikan

Indikator variabel Pendidikan Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN secara umum masih
menunjukkan kinerja yang belum baik. Hanya dalam beberapa hal Indonesia dapat mengungguli
beberapa negara tetangga, variabel tersebut adalah:

 Tingkat Pendidikan Menengah, ini adalah variabel yang menunjukkan prosentase siswa terdaftar
pada sekolah menengah dari yang seharusnya, pada variabel ini Indonesia hanya dapat
mengungguli Singapura.
 Tingkat Pendidikan Tinggi, seperti pada variabel Tingkat Pendidikan Menengah, Indonesia hanya
dapat mengungguli Vietnam
 Akses Internet di Sekolah, Indonesia tertinggal oleh Singapura, Malaysia dan Thailand, Filipina,
tetapi unggul terhadap Vietnam.
 Kualitas Pendidikan Sains dan Matematika, pada variabel ini Indonesia dapat mengungguli
Vietnam, Filipina dan Thailand, tetapi tertinggal dari Singapura dan Malaysia.
 Tingkat Pelatihan pada Pegawai, juga pada variabel ini Indonesia hanya tertinggaloleh Singapura
dan Malaysia.
 Kualitas Sekolah Manajemen, capaian pada variabel ini Indonesia hanya dapat mengungguli
Vietnam.
 Migrasi Intelektual (Brain Drain), demikian pula pada variabel ini, Indonesia menempati tingkat
yang lebih tinggi dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina, tetapi lebih rendah dibandingkan
dengan Vietnam.
 Jumlah Mahasiswa Tedaftar di Universitas, pada variabel ini Indonesia dapat mengungguli
Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Tetapi bila jumlah ini dilihat berdasarkan per
seribu populasi, maka Indonesia hanya dapat mengungguli Malaysia saja.
 Tingkat Penyelesaian Pendidikan Dasar, ini adalah variabel prosentase dari jumlah siswa yang
menyelesaikan pendidikan dasar sesuai usia, Indonesia dapat mengunggul Malaysia dan Filipina.

A.4. Pilar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Dalam hal kinerja Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN
secara umum masih menujukkan kinerja yang belum baik. Dalam beberapa hal indikator kinerja TIK
menunjukkan posisi yang lebih baik dibandngkan beberapa negara ASEAN, posisi tersebut antara
lain:

 Jalur Telepon Utama per 1000 orang, untuk variabel ini Indonesia hanya dapat mengungguli
Filipina.
 Jalur Telepon Seluler per 1000 orang, pada jalur komunikasi ini Indonesia lebih rendah dari pada
Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina, tetapi lebih tinggi bila dbandingkan Vietnam.
 Prosentase Rumah Tangga Mempunyai Televisi, dalam hal ini Indonesia belum cukup tinggi,
tetapi lebih baik bila dibandingkan dengan Filipina.
 Ketersediaan Pelayanan Online Pemerintah (e-Government Service), pada sektor ini Indonesia
dapat mengungguli Filipina dan Vietnam.
 Penggunaan Internet untuk Bisnis, pada variabel ini Indonesia lebih baik dibandingkan Filipina
dan Vietnam.

B. EKONOMI BERBASIS PENGETAHUAN MENURUT


KNWLEDGE ASSESSMENT METHODOLOGY (KAM)
World Bank Institute telah mengembangkan suatu metodologi yang dikenal dengan Knowledge
Assessment Methodologi (KAM), metode ini digunakan untuk melakukan patok banding
benhmarking) suatu negara lain, melihat kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan transisi ke
EBP, juga untuk mengetahui fokus suatu negara dalam mewujudkan EBP.

Analisis dan pembahasan yang akan disampaikan pada buku ini didasarkan pada sistematika KAM
yang terdiri dari 89 variabel dimana 78 buah variabel berbasis kepada 4 pilar EBP, 6 variabel
pengaturan (governance), serta 5 variabel gender. Ketujuh puluh delapan buah variabel yang
berbasis kepada 4 buah pilar EBP berisi sebagai berikut:

1. Variabel yang berkaitan dengan kinerja ekonomi berjumlah 11 buah, sedangkan yang berkaitan
dengan rejim ekonomi berjumlah 14. Variabel-variabel ini menampilkan kenerja bagi
pemanfaatan pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan yang baru secara efisien serta
kemajuan kewirausahaan.
2. Variabel yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia yang terdidik, kreatif, dan
berketerampilan berjumlah 15 buah. Variabel-variabel ini memberi informasi tentang SDM
terdidik yang dapat menjadi pencipta, penyebar, dan pemakai ilmu pengetahuan dengan baik.
3. Variabel tentang sarana prasarana (sarpras) informasi yang dinamis berjumlah 13 buah, variabel-
variabel ini memfasilitasi komunikasi, diseminasi, dan pemrosesan informasi.
4. Variabel tentang sistem inovasi yang evisien berjumlah 24 buah. Variabel-variabel ini berisi
tentang perusahaan, lembaga riset, universitas, konsultan dan organisasi lain yang dapat
menjangkau sumber ilmu pengetahuan global, mengasimilasi dan menyesuaikan dengan kondisi
lokal serta menciptakan ilmu pengetahuan baru.

Selain itu, ada beberapa indikator yang ditambahkan pada pilar-pilar tersebut.pada kinerja ekonomi,
variabel yang ditambahkan adalah Perubahan Partisipasi Tenaga Kerja, Konsumsi Listrik. Pada rejim
ekonomi, variabel yang ditambahkan adalah Ekspor dan Impor Barang dan Jasa sebagai prosentase
dari GDP dan Posisi Kredit Rupiah Bank Umum Menurut Kelompok Bank. Pada sistem inovasi,
variabel yang ditambahkan adalah Nilai tambah Industri sebagai prosentase dari GDP, Nilai Tambah
Manufaktur sebagai prosentase dari GDP dan Nilai Tambah Jasa sebagai prosentase dari GDP. Pada
pendidikan, variabel yang ditambahkan adalah Jumlah Mahasiswa Terdaftar di Universitas dan
tingkat Penyelesaian Pendidikan Dasar.

B.1. Kinerja dan Rejim Ekonomi

Pemanfaatan dan penggunaan ilmu pengetahuan global secara efisien bergantung pada economic
incentive regime dari suatu negara. Lingkungan yang kompetitif akan mendorong perusahaan-
perusahaan dan individu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
menghasilkan barang atau jasa secara efisien. Di bawah suatu rejim yang tidak mendorong suatu
persaingan, maka tidak akan ada tekanan untuk menemukan cara yang lebih efisien dalam
menghasilkan atau menemukan barang dan jasa yang lebih baik.

Penciptaan lingkungan yang kompetitif dapat mendorong perusahaan-perusahaan menjadi lebih


efisien, hal ini akan mempengaruhi difusi pengetahuan. Lingkungan seperti ini sangat dipengaruhi
oleh tantanan institusi dalam suatu rejim ekonomi yang daat memudahkan atau menghambat
alokasi modal keuangan dan fisik serta tenaga kerja, dari penggunaan yang tidak efisien menjadi
efisien. Oleh karena itu, lingkungan yang kompetitif merupakan elemen kunci untuk membuat
ekonomi mencari cara untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik.

B.2. Pendidikan dan Sumberdaya Manusia

Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan, memperoleh, mengadaptasi, mendiseminasi dan


menggunakan ilmu pengetahuan. Adanya orang-orang yang berpendidikan dan berketerampilan
dalam suatu negara dapat menciptakan, membagi, dan menggunakan ilmu pengetahuan dengan
baik. Orang-orang tersebut merupakan elemen yang paling penting untuk memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan baru serta perubahan teknis yang cepat. Anggaran pada bidang pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan dikelola dengan efisien, serta penduduk yang cerdas dan
berketerampilan, diperlukan untuk mencapai ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.

B.3. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kemajuan yang pesat dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mempengaruhi kegiatan
ekonomi dan sosial. Kemajuan tersebut berdampak positif pada cara mengelola dan menjalankan
perusahaan ataupun pemerintah. Akses yang meningkat terhadap TIK juga mempengaruhi cara
orang bekerja, belajar, dan berkomunikasi.

Hal positif yang didapatkan dengan memanfaatkan TIK:


 mengurangi biaya transaksi
 mengurangi kendala waktu dan ruang
 melakukan produksi masal dari barang dan jasa yang customized
 menggantikan faktor produksi lainnya seperti kapital, tenaga kerja, material atau bahan
baku.

Berbagai hal positif dapat dicapai karena ilmu pengetahuan menjadi elemen dalam TIK dan hal
tersebut menyebabkan daya saing menjadi hal yang penting. Karena dampak penggunaan TIK sangat
signifikan dan karena TIK bergantung pada network, interconnectivity, interdependency, dan
coordination yang efisien, maka TIK menjadi infrastruktur yang penting untuk ekonomi berbasis
pengetahuan.

B.4. Sistem Inovasi

Ada tiga komponen penting dalam sistem inovasi, yaitu lembaga riset, universitas, dan industri.
Keberadaan institusi-institusi ini secara fisik saja tidak cukup, tetapi yang lebih penting adalah
sampai sejauh mana mereka dapat memanfaatkan, mengasimilasikan, dan mengadaptasikan ilmu
pengetahuan ditingkat yang terus berkembang untuk kebutuhan lokal, serta dapat menciptakan
teknologi baru. Oleh karena itu, jaringan kerja dan interaksi antara ketiga komponen sistem inovasi
tersebut sangat penting dalam ekonomi berbasis pengetahuan.

C. INDIKATOR EKONOMI BERBASIS PENGETAHUAN INDONESIA


C.1 KINERJA EKONOMI

C.1.1 GDP (miliar US $)

600

500

400

300

200

100

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 165.0 90.3 75.4 91.5 122.7 31.2
2001 165.2 88.0 76.3 84.9 115.5 32.7
2002 200.1 95.3 76.3 88.3 126.9 35.1
2003 237.4 104.0 80.5 92.4 142.9 39.7
2004 254.3 118.3 90.1 107.5 161.7 45.2
2005 287.2 130.1 98.3 116.8 176.6 52.4
2006 364.5 148.9 116.9 132.2 206.3 60.9
2007 432.5 186.5 144.1 161.3 245.5 68.6
2008 510.8 222.1 168.6 181.9 272.8 85.0
Sumber : UNDP, ADB & IMD (2009)

GDP nominal Indonesia mulai tahun 2000 menunjukkan kecenderungan yang meningkat, demikian
pula negara-negara tetangga ASEAN lainnya.

C.1.2 Pertumbuhan GDP (%)


12

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


10
2000 5 9 6 10 5 7
2001 5 n/a 2 2 2 7
8 2002 4 4 4 4 5 7
2003 5 5 5 3 7 7
6 2004 5 7 6 9 6 8
2005 6 5 5 6 4 8
2006 6 6 5 8 5 8
4
2007 6 6 7 8 5 9
2008 6 5 5 1 3 6
2

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNDP, ADB & IMD (2009)

Setelah tahun 2002 hingga 2008 pertumbuhan GDP Indonesia terbilang baik, pada tahun 2008
pertumbuhan negara-negara tetangga ASEAN menurun, tetapi Indonesia pertumbuhannya positif,
hal ini menunjukkan bahwa dampak krisis global tidak mempengaruhi Indonesia.

C.1.3 GDP per Kapita (US $)


60

50Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 3.043 9.068 3.971 23.536 6.402 1.996
40
2001 2.940 8.750 3.840 22.680 6.400 2.070
2002 3.230 9.120 4.170 24.040 7.010 2.300
2003 3.361 9.512 4.321 24.481 7.595 2.490
30
2004 3.609 10.276 4.614 28.077 8.090 2.745
2005 3.843 10.882 5.137 29.663 8.677 3.071
20 2006 4.130 11.680 5.473 32.748 9.331 3.384
2007 3.624 12.808 3.225 47.052 7.685 2.600
10 2008 3.975 13.816 3.507 50.456 8.216 2.788

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNDP, ADB & IMD (2009)

Data menunjukkan bahwa Thailand, Malaysia dan Singapura memiliki GDP per kapita di atas
Indonesia. GDP per kapita Indonesia mulai tahun 2000 sampai 2008 menunjukkan kecenderungan
tumbuh positif meskipun dengan peningkatan yang tidak signifikan.

C.1.4 Indeks Pembangunan Manusia/ Human Development Index

1.000

0.900
Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000
0.800 0.684 0.782 0.754 0.885 0.762 0.688
2001 0.682 0.790 0.751 0.884 0.768 0.688
0.700
2002 0.692 0.793 0.753 0.902 0.768 0.691
0.600
2003 0.697 0.796 0.758 0.907 0.778 0.704
2004
0.500 0.711 0.805 0.763 0.916 0.784 0.709
2005 0.728 0.811 0.771 0.922 0.781 0.733
0.400
2006/2007 0.728 0.811 0.771 0.922 0.781 0.733
0.300
2008 0.728 0.823 0.745 0.918 0.786 0.718
0.200

0.100

0.000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006/2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : Human Development Report (update 2008)

Indeks Pembangunan tahun 2008 di Indonesia mengalami penurunan bila dibandingkan tahun
sebelumnya, demikian pula dengan Singapura, Filipina, serta Vietnam, sedangkan Malaysa dan
Thailand mengalami kenaikan.
C.1.5 Indeks Kemiskinan (%)

30

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


25
2000 18.8  n/a 14.6 6.5 14.0 27.1
2001 17.9  n/a 14.8 6.3 12.9 19.9
20 2002 17.8  n/a 15.0 6.3 13.1 20.0
2003 17.8 8.9 16.3 6.3 12.8 21.2
15 2004 18.5 8.3 15.3 6.3 9.3 15.7
2005 18.2 8.3 15.3 5.2 10.0 15.2
2006/2007
10 17.2 6.4 12.5 4.1 9.0 12.5
2008 17.0 6.1 12.4 3.9 8.5 12.4
5

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006/2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : Human Development Report (update 2008)

Nilai Indeks Kemiskinan (HPI) rendah menunjukkan prosentase jumlah penduduk yang miskin kecil.
Data tahun 2000 sampai dengan 2008, nilai indeks kemiskinan Indonesia dapat dikatakan fluktuatif,
sejak tahun 2004 hingga 2008 penduduk miskin Indonesia prosentasenya terbesar di antara negara-
negara tetangga ASEAN.

C.1.6 Rating Risiko Gabungan (CRR)


90

80

70

60
Indonesia
50 Malaysia
Filipina
40 Singapura
Thailand
30 Vietnam

20

10

0
09/2005-08/2006 09/2006-08/2007 08/2007-07/2008

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


09/2005-08/2006 62.25 79.78 69.95 88.13 70.36 71.68
09/2006-08/2007 69.50 81.00 69.75 88.00 68.75 72.00
08/2007-07/2008 69.85 80.50 69.52 87.50 68.90 71.30
Sumber : KAM (2009)

Rating risiko gabungan (CRR) merupakan indeks yang didasarkan pada komponen risiko politik,
keuangan dan ekonomi. CRR dibagi kedalam beberapa tingkatan, yaitu risiko sangat tinggi (0-49,90),
risiko tinggi (50,00-59,90), risiko moderat (60,00-69,90), risiko rendah (70,00-79,90) dan risiko sangat
rendah (80,00-100). Dengan mengacu pada pembagian tersebut, maka Indonesia berada dalam
kategori moderat, dan hanya lebih baik dari Filipina.
12.0

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.1.7 Pengangguran (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 6.1 3.0 10.1 4.4 2.4 2.3
2001 8.1 3.5 9.8 3.4 2.6 2.8
2002 9.1 3.5 10.2 5.2 1.8 2.1
2003 9.6 3.6 10.2 5.4 1.5 2.3
2004 9.9 3.5 9.0 5.3 1.5 2.1
2005 11.2 3.5 7.8 4.2 1.8 2.5
2006 10.5 3.3 8.2 2.2 1.9 4.8
2007 9.8 3.2 7.4 2.5 1.6 4.6
2008 8.5 3.3 8.0 1.8 1.7 4.6
Sumber : KAM World Bank (2008) dan ADB (2008-2009)

Data ini menujukkan prosentase pengangguran terhadap angkatan kerja. Prosentase pengangguran
di Indonesia dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan, tetapi masih tetap lebih besar
dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN.
C.1.8 Pekerja di Sektor Pertanian (%)

70.0

Negara
60.0 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000 45.3 16.7 37.1 0.0 44.2 64.4
50.02001 43.8 15.1 37.2 0.9 42.4 63.6
2002 44.3 14.9 37.0 0.8 42.5 58.7
40.02003 46.4 14.3 36.6 0.9 41.0 56.9
2004 43.3 14.6 36.0 0.8 39.3 58.7
30.02005 45.0 14.6 36.0  n/a 38.6 57.2
2006 42.2 14.6 35.8 1.3 39.7 55.4
20.02007 43.7 14.8 36.1 1.1 39.5 53.8

10.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : ADB (2009)

Data menujukkan prosentase pekerja di sektor pertanian terhadap jumlah pekerja, prosentase
Indonesia cukup tinggi, tetapi lebih rendah dibandingkan Vetnam.

C.1.9 Pekerja di Sektor Industri (%)


40.0

Negara
35.0 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000 13.5 23.8 10.4 33.8 15.0 10.1
30.02001 13.3 23.6 10.3 25.8 15.5 10.9
2002 13.9 22.0 9.9 25.1 15.4 11.1
25.0
2003 13.2 21.9 9.9 25.0 15.8 12.1
20.02004 12.9 20.6 10.1 24.0 15.9 12.5
2005 13.7 20.2 9.9 29.5 16.0 12.9
15.02006 13.1 20.7 9.7 22.1 15.6 13.9
2007 132 19.1 9.5 22.6 14.5 14.5
10.0

5.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : ADB (2009)

Data menujukkan prosentase pekerja di sektor industri terhadap jumlah pekerja, prosentase
Indonesia lebih rendah dari Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura, tetapi lebih tinggi dari
Filipina.

C.1.10 Pekerja di Sektor Jasa (%)


90

80Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 37.3 49.5 46.5 65.5 33.5 22.3
70
2001 37.5 51.7 47,0 73.3 35.1 22.1
60 2002 36.9 53.1 47.2 74.0 34.0 23.3
2003 36.2 53.7 47.1 74.1 35.5 23.9
50
2004 38.7 55.3 47.5 75.2 37.1 24.7
40 2005 38.0 55.6 48.1 69.6 37.1  n/a
2006 37.6 55.1 48.5 76.7 37.0  n/a
30
2007  n/a 56.7 48.8 76.2 37.0  n/a
20

10

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : ADB (2009)

Data menujukkan prosentase jumlah pekerja di sektor jasa terhadap jumlah pekerja, sejak tahun
2006 hingga saat ini data prosentase pekerja sektor jasa Indonesia belum didapatkan, dari data yang
ada, pada 2 tahun terakhir, prosentasenya cenderung menurun.

C.1.11 Pekerja Berusia 15 Tahun ke Atas Setiap Sektor (Juta Orang)


50.00
2005/200
Uraian 2001 2002 2003 2004 2007 2008
6
45.00
Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan 39.74 40.63 43.04 40.60 41.81 41.21 41.33
40.00
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian n/a 0.63 0.73 1.03 0.81 0.99 1.07
Industri Pengolahan 12.09 12.11 11.50 11.07 11.65 12.37 12.55
35.00
Listrik, Gas dan Air Bersih n/a 0.18 0.15 0.23 0.19 0.17 0.20
Konstruksi 3.83 4.27 4.05 4.54 4.42 5.25 5.44
30.00
Perdagangan, Hotel dan Restoran 17.47 17.80 17.25 19.12 18.90 20.55 21.22
Pengangkutan dan Komunikasi 4.45 4.67 4.94 5.48 5.55 5.96 6.18
Keuangan, Asuransi, Real Estat,
25.00
Jasa Perusahaan
1.13 0.99 1.31 1.16 1.04 1.40 1.46

Jasa Masyarakat, Sosial dan


11.00 10.36 9.84 10.52 10.58 12.02 13.10
20.00
Perorangan
102.5
Total
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 94.95 99.92
89.71 91.64 92.81 93.75 5
15.00 Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
10.00 Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.00 Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Real Estat, Jasa Perusahaan
0.00 Jasa Masyarakat, Sosial dan Perorangan
2001 2002 2003 2004 2005/2006 2007 2008
Sumber : BPS (2008)

Jumlah pekerja terbesar di Indonesia berada di sektor pertanian, perkebunan, peternakan,


kehutanan dan perikanan. Jumlah pekerja terkecil berada di sektor listrik, gas dan air bersih.
Pertambahan jumlah pekerja disektor perdagangan, hotel dan restoran cukup tinggi, sedangkan di
sektor pertanian cenderung fluktuatif tiap tahun.
600

500

400

300

200

100

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

C.1.12 Konsumsi Listrik (kWh per kapita)

Sumber : Quick Query World Bank (WB) dan Statisches Bundesamt (2009)

Konsumsi listrik masyarakat Indonesia menunjukkan kecenderungan yang meningkat mulai tahun
200 sampai tahun 2006, kenaikan cukup tajam mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006.

C.2 REJIM EKONOMI


50

45

40

35

30

25

20

15

10

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.1 Pembentukan Modal Kotor sebagai Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 22.2 26.9 21.2 33.3 22.8 29.6
2001 22.0 24.4 19.0 26.5 24.1 31.2
2002 21.4 24.8 17.7 23.7 23.8 33.2
2003 25.6 22.8 16.8 16.0 25.0 35.4
2004 24.1 23.0 16.7 21.8 26.8 35.5
2005 25.1 20.0 14.6 20.2 31.4 35.6
2006 25.4 20.5 14.5 20.1 28.4 36.8
2007 24.9 21.7 15.4 20.7 26.6 43.1
2008 27.8 19.1 15.2 30.9 28.8 41.1
Sumber : ADB (2009)

Kecenderungan positif pembentukan modal kotor Indonesia dimulai pada periode tahun 2002 dan
pada tahun 2008 mencapai 27,8% terhadap GDP, angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
Vietnam, Singapura, dan Thailand, tetapi lebih tinggi dari Filipina dan Malaysia.
400.0

350.0

300.0

250.0

200.0

150.0

100.0

50.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.2 Perdagangan sebagai Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 58.0 192.1 94.7 294.0 107.0 96.6
2001 53.2 174.3 94.2 277.5 109.8 95.6
2002 45.2 172.4 99.3 273.5 104.6 104.0
2003 40.7 170.6 99.0 317.9 109.2 114.8
2004 45.1 185.8 98.7 339.3 118.3 128.7
2005 50.1 185.2 91.8 355.5 129.6 130.8
2006 44.4 186.2 86.3 366.5 126.0 139.1
2007 43.6 173.5 75.3 366.5 119.1 156.8
2008 52.1 160.4 65.6 360.4 129.6 158.2
Sumber : ADB (2009)

Dari tahun 2000 hingga tahun 2008, kontribusi perdagangan Indonesia berfluktuasi, prosentase
perdagangan terhadap GDP Indonesia terendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga
ASEAN lainnya.
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


C.2.3 Indeks Hambatan Tarif & Habatan Non Tarif

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2000 55.2 66.0 62.5 87.7 66.6
2001 52.5 60.2 60.9 87.8 68.9
2002 54.8 60.1 60.7 87.4 69.1
2003 55.8 61.1 61.3 88.2 65.8
2004 52.1 59.9 59.1 88.9 63.7
2005 53.6 62.5 55.7 89.7 63.8
2006 52.7 62.3 57.2 89.1 64.5
2007 53.9 64.5 56.9 87.2 64.8
2008 53.2 63.9 56.0 87.3 62.3
2009 53.4 64.6 56.8 87.1 63.0
Sumber : Heritage Foundation (2009)

Data tentang indeks hambatan tarif dan non tarif, menunjukkan bahwa semakin tinggi angkanya
semakin kecil hambatannya. Nilai indeks tersebut dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu 80-100 (free),
70-79,9 (moderately free), 50-59,9 (mostly unfree), 0-49,9 (repressed). Hambatan tarif dan non tarif
di Indonesia termasuk ke dalam kelompok mostly unfree, sekelompok dengan Filipina, tetapi apabila
dibandingkan nilai indeksnya, maka Indonesia memiliki nilai terendah dibandingkan dengan negara-
negara tetangga ASEAN lainnya.
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.4 Indeks Proteksi Hak Kekayaan Intelektual

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 50 70 70 90 70 10
2001 30 50 50 90 70 10
2002 30 50 50 90 70 10
2003 30 50 50 90 70 10
2004 30 50 30 90 50 10
2005 30 50 30 90 50 10
2006 30 50 30 90 50 10
2007 30 50 30 90 50 10
Sumber : Heritage Foundation (2008) dan KAM (2009)

Angka indeks menunjukan bahwa semakin tinggi nilainya semakin kuat proteksi hak kekayaan
intelektualnya. Indeks proteksi hak kekayaan intelektual Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan
tahun 2007 tidak mengalami perubahan. Data menunjukan bahwa proteksi hak kekayaan intelektual
di Indonesia masih tergolong lemah, berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
C.2.5 Kesehatan Bank/ Soundness of Banks (Skala 1-7)

7.0

6.0

5.0
Indonesia
4.0 Malaysia
Filipina
Singapura
3.0
Thailand
Vietnam
2.0

1.0

0.0
2006 2007 2008

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 4.8 6.0 5.2 6.0 5.2 4.3
2007 5.0 5.9 5.3 6.5 5.5 4.8
2008 4.6 5.9 5.6 6.5 5.5 4.7
Sumber : KAM (2009)

Data di atas menyatakan kesehatan bank di dalam suatu negara dengan skala 1-7, angka 7 untuk
kesehatan bank yang tersehat. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki kesehatan bank
yang terendah dan menurun dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
300

250

200

150

100

50

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.6 Ekspor Barang dan Jasa sebagai Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 41.0 119.8 55.4 195.6 66.8 55.0
2001 38.2 110.4 49.2 191.6 65.9 54.6
2002 32.7 108.3 50.2 192.3 64.2 56.8
2003 30.5 106.9 49.6 212.5 65.7 59.3
2004 32.2 115.4 50.9 224.4 70.7 65.7
2005 34.1 117.5 47.6 236.4 73.6 69.4
2006 31.0 116.6 47.3 243.4 73.7 73.6
2007 29.4 110.5 42.5 230.2 73.2 76.9
2008 29.8 103.6 36.9 243.3 76.4 78.2
Sumber : ADB (2009)

Ekspor barang dan jasa sebagai prosentase dari GDP Indonesia terendah dibandingkan dengan
negara-negara tetangga ASEAN lainnya, serta berfluktuasi.
250.0

200.0

150.0

100.0

50.0

0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.7 Impor Barang dan Jasa sebagai Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 30.5 100.6 53.5 182.0 58.1 57.5
2001 30.1 93.0 52.3 176.5 59.4 56.9
2002 26.4 91.1 50.7 175.5 57.5 62.0
2003 23.1 87.3 55.6 185.0 58.9 67.6
2004 27.5 95.0 54.6 199.1 65.8 73.3
2005 29.9 94.6 51.7 207.9 74.7 73.5
2006 25.6 93.9 48.0 213.2 70.2 78.2
2007 25.4 90.2 42.3 198.5 65.3 92.7
2008 28.6 80.5 38.7 215.3 73.7 94.7
Sumber : ADB (2009)

Impor barang dan jasa sebagai prosentase GDP Indonesia terendah bila dibandingkan dengan
negara-negara tetangga ASEAN lainnya.
9

0
2005 2006 2007 2008

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.2.8 Kisaran Suku Bunga (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2005 6.0 8.0 n/a  4.9 3.9 3.9
2006 4.6 3.3 4.5 4.7 2.9 3.5
2007 6.0 3.0 5.0 5.0 4.0 4.0
2008 3.2 2.6 4.8 4.7 5.2 2.3
Sumber : KAM dan ADB (2009)

Pada tahun 2008, suku bunga Bank Indonesia adalah 3,17%, terjadi penurunan yang cukup berarti
dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 6%. Sementara itu, suku bunga di negara-negara lain
umumnya mengalami penurunan kecuali di Thailand.
C.2.9 Indeks Intensitas Persaingan Lokal (Skala 1-7)

6.0

5.0

4.0
Indonesia
Malaysia
3.0 Filipina
Singapura
Thailand
2.0 Vietnam

1.0

0.0
2006 2007 2008

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 5.7 5.7 5.0 5.5 5.2 4.5
2007 5.5 5.7 5.0 5.5 5.3 5.0
2008 5.3 5.5 5.9 5.5 5.3 5.1
Sumber : KAM (2009)

Data di atas adalah indeks intensitas persaingan lokal yang dinyatakan dalam skala 1-7, angka 7
menunjukan bahwa persaingan lokal kuat. Jika dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, Thailand,
Malaysia dan Singapura, persaingan lokal di Indonesia relatif hampir sama, tetapi secara kuantitatif
nilai Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam.
C.2.10 Kredit Setempat Kepada Sektor Swasta sebagai Prosentase dari GDP (%)

140

120

100
Indonesia
80 Malaysia
Filipina
Singapura
60
Thailand
Vietnam
40

20

0
2006 2007 2008

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 26.9 128.3  n/a 101.7 93.1 66.0
2007 25.0 105.0 29.0 100.0 92.0 93.0
2008 36.7  n/a  n/a 84.1 105.1 95.0
Sumber : World Bank dan ADB (2009)

Prosentase penyaluran kredit kepada swasta di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2006 sebesar
26,9% GDP menjadi 36,7% pada tahun 2008, tetapi angka ini lebih kecil dibandingkan dengan
negara-negara lain.
1200.000

1000.000

800.000

600.000

400.000

200.000

0.000
2003 2004 2005 2006 2007 2008

Swasta Nasional Persero Bank Pemda


C.2.11 Posisi Kredit Rupiah Bank Umum Menurut Kelompok Bank (Milyar Rp)

Kelompok Bank 2003 2004 2005 2006 2007 2008


153,04
Swasta Nasional 197,276 266,423 296,458 376,228 1013,690
6

134,21
Persero 171,306 204,580 231,996 282,837 762,545
6

Pemda 29,183 37,223 44,867 55,923 71,569 111,515

Sumber : Bank Indonesia (2009)

Kredit Rupiah yang diberikan kelompok bank di Indonesia dari tahun 2003-2008 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Kredit Rupiah terbesar diberikan oleh bank swasta nasional, diikuti
oleh bank persero dan bank pemerintah daerah.
C.2.12 Biaya Pendaftaran Bisnis sebagai Prosentase dari GNI (Gross National Income atau
Pendapatan Nasional Kotor) Per Kapita (%)

90

80

70

60
Indonesia
50 Malaysia
Filipina
40 Singapura
Thailand
30 Vietnam

20

10

0
2006 2008 2009

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 86.7 19.7 18.7 0.8 5.8 44.5 Sumber : KAM
2008 80.0 18.1 26.8 0.8 5.6 20.0 (2009)
2009 77.9 14.7 29.8 0.7 4.9 16.8

Data tentang biaya pendaftaran bisnis sebagai prosentase dari GNI per kapita di Indonesia dari tahun
ke tahun menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya resmi pendaftaran bisnis di Indonesia jauh di atas negara lainnya.
C.2.13 Jumlah Hari untuk Memulai Sebuah Bisnis (Hari)

120

100

80
Indonesia
Malaysia
60 Filipina
Singapura
Thailand
40 Vietnam

20

0
2006 2008 2009

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 97 30 48 6 33 50
2008 105 24 58 5 33 50
2009 76 13 52 4 33 50
Sumber : KAM (2009)

Data di atas menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mendaftarkan sebuah perusahaan di
Indonesia adalah yang terpanjang dibandingkan negara-negara tetangga ASEAN lainnya, sedangkan
yang terpendek adalah Singapura.
C.2.14 Biaya untuk Memastikan Berjalan Kontrak (%)

140.0

120.0

100.0
Indonesia
80.0 Malaysia
Filipina
Singapura
60.0
Thailand
Vietnam
40.0

20.0

-
2006 2008

Indonesi Malaysi Singapur Thailan Vietna


Negara Filipina
a a a d m
2006 126.5 21.3 16.0 14.6 17.5 31.0
2008 122.7 27.5 26.0 25.8 14.3 31.0
Sumber : KAM (2009)

Data di atas menunjukkan prosentase biaya yang diperlukan untuk melakukan klaim dalam
pelaksanan kontrak. Di Indonesia menunjukkan, bahwa biaya klaim lebih besar dibandingkan dengan
nilai klaim, juga lebih besar bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya.
C.3 PENGATURAN

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam

C.3.1 Kualitas Regulasi (skala -2.5 hungga +2.5)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


1996 0.35 0.68 0.53 1.66 0.45 -0.32
1998 -0.27 0.58 0.30 2.03 0.16 -0.61
2000 -0.31 0.38 0.15 1.96 0.46 -0.68
2002 -0.71 0.47 -0.10 1.90 0.15 -0.71
2003 -0.65 0.66 -0.06 1.84 0.24 -0.56
2004 -0.63 0.48 -0.25 1.82 0.24 -0.49
2005 -0.48 0.52 -0.05 1.80 0.41 -0.58
2006 -0.31 0.51 -0.12 1.76 0.23 -0.58
2007 -0.30 0.53 -0.13 1.87 0.11 -0.43
2008 -0.27 0.27 -0.05 1.92 0.26 -0.53
Sumber : KAM (2009)

Skor hasil hitungan di atas menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. skor tinggi menunjukan baiknya
kualitas regulasi dalam pemerintahan. Indonesia mempunyai kecenderungan yang menurun dari
tahun 1996 hingga tahun 2002 dan mulai sedikit membaik tahun berikutnya hingga tahun 2008.
2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.3.2 Penegakan Hukum/ Rule of Law (skala -2.5 hungga +2.5)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


1996 -0.31 0.80 0.05 1.71 0.63 -0.59
1998 -0.72 0.47 -0.09 1.47 0.48 -0.46
2000 -0.81 0.35 -0.49 1.37 0.49 -0.43
2002 -1.01 0.42 -0.52 1.50 0.25 -0.54
2003 -0.95 0.46 -0.58 1.66 0.07 -0.48
2004 -0.78 0.55 -0.62 1.78 0.05 -0.46
2005 -0.84 0.58 -0.42 1.79 0.11 -0.33
2006 -0.74 0.56 -0.44 1.73 0.00 -0.44
2007 -0.70 0.52 -0.54 1.74 -0.07 -0.46
2008 -0.66 0.49 -0.49 1.73 -0.03 -0.43
Sumber : KAM (2009)

Skor hasil hitungan di atas menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. skor tinggi menunjukan baiknya
penegakan hukum baik dalam bentuk maupun implementasinya. Indonesia berada di posisi
terendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya.
3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.3.3 Efektivitas Pemerintah/ Government Effectiveness (skala -2.5 hingga +2.5)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


1996 0.06 0.86 -0.13 2.60 0.48 -0.43
1998 -0.85 0.53 -0.26 2.13 0.10 -0.62
2000 -0.50 0.89 -0.19 2.26 0.07 -0.47
2002 -0.63 0.85 -0.17 2.11 0.17 -0.46
2003 -0.56 0.96 -0.15 2.19 0.29 -0.41
2004 -0.43 0.99 -0.28 2.23 0.22 -0.50
2005 -0.46 0.99 -0.11 2.13 0.36 -0.30
2006 -0.37 1.06 -0.09 2.29 0.25 -0.34
2007 -0.39 1.11 -0.04 2.45 0.17 -0.35
2008 -0.29 1.13 0.00 2.53 0.11 -0.31
Sumber : KAM (2009)

Skor hasil hitungan di atas menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. Skor tinggi menunjukan
pemerintahan yang sangat efektif. Indonesia mempunyai posisi terendah sepanjang tahun 1996
sampai dengan tahun 2003. Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya, hanya
Vietnam yang sebanding dengan kriteria ini.
C.3.4 Hak Suara dan Pertanggungjawaban/ Voice and Accountability
(skala -2.5 hingga +2.5)

1.0

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


0.5
1996 -1.17 -0.31 0.17 -0.21 0.29 -1.50
1998 -1.04 -0.21 0.39 0.27 0.40 -1.36
2000
0.0 -0.40 -0.29 0.18 0.25 0.51 -1.27
2002 -0.41 -0.44 0.14 0.07 0.34 -1.50
2003 -0.41 -0.41 0.06 -0.01 0.26 -1.54
-0.5
2004 -0.33 -0.25 0.03 0.02 0.12 -1.39
2005 -0.18 -0.17 0.03 0.04 0.03 -1.43
2006
-1.0 -0.18 -0.55 -0.08 -0.48 -0.55 -1.59
2007 -0.15 -0.57 -0.16 -0.45 -0.61 -1.60
2008 -0.14 -0.58 -0.20 -0.41 -0.56 -1.62
-1.5

-2.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009)

Skor hasil hitungan diatas menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. Skor tinggi menunjukan baiknya
Voice and Accountability pemerintahan. Indonesia mempunyai kecenderungan yang membaik dari
tahun 1996 hingga 2008. Tahun 2005 dan 2006 ketika negara-negara lain memiliki kecenderungan
menurun, sebaliknya Indonesia memiliki kecenderungan meningkat.

C.3.5 Stabilitas Politik dan Tidak Adanya Kekerasan/ Political Stability and Absence of
Violence (skala -2.5 hingga +2.5)
2.0

Negara
1.5 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
1996 -0.85 0.67 -0.42 1.16 0.10 0.34
1.0
1998 -1.39 0.13 -0.17 1.11 0.40 0.35
2000 -1.69 0.28 -0.78 1.23 0.35 0.23
0.5
2002 -1.61 0.42 -0.66 1.34 0.38 0.33
2003
0.0 -1.99 0.33 -1.18 1.02 -0.01 0.18
2004 -1.54 0.29 -1.21 1.15 -0.41 0.21
-0.5
2005 -1.25 0.47 -1.05 1.18 -0.60 0.37
2006
-1.0 -1.21 0.34 -1.30 1.30 -0.89 0.37
2007 -1.08 0.23 -1.31 1.22 -1.01 0.28
2008
-1.5 -1.00 0.13 -1.41 1.33 -1.19 0.32

-2.0

-2.5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009)

Hasil perhitungan di atas menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. Skor tinggi menunjukan kemapanan
politik dan tidak adanya kekerasan politik dalam pemerintahan. Indonesia menempati posisi
terbawah pada tahun 2003. Tahun 2008 Indonesia lebih baik dari Filipina dan Thailand dalam kriteria
ini, tetapi masih cukup tertinggal dibandingkan Malaysia, Vietnam dan Singapura.

C.3.6 Kontrol Terhadap Korupsi/ Control of Corruption (skala -2.5 hingga +2.5)
3.0

2.5
Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
1996
2.0 -0.51 0.54 -0.31 2.23 -0.34 -0.55
1998 -1.16 0.61 -0.37 2.19 0.02 -0.68
1.5
2000 -0.98 0.40 -0.55 2.18 -0.19 -0.77
2002 -1.13 0.36 -0.52 2.37 -0.33 -0.70
1.0
2003 -0.97 0.32 -0.51 2.31 -0.26 -0.62
2004
0.5 -0.91 0.42 -0.62 2.31 -0.21 -0.80
2005 -0.87 0.32 -0.64 2.17 -0.13 -0.80
0.0
2006 -0.77 0.36 -0.79 2.19 -0.24 -0.76
2007 -0.69 0.23 -0.79 2.22 -0.41 -0.68
-0.5
2008 -0.64 0.14 -0.75 2.34 -0.38 -0.76
-1.0

-1.5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2008)

Skor yang ditampilkan menggunakan skala -2.5 hingga +2.5. Skor tinggi menunjukan baiknya
pengendalian korupsi. Indonesia mempunyai kecenderungan yang membaik dari tahun 2003 hingga
2008. Pada tahun 2008 Indonesia memiliki pengendalian korupsi yang lebih baik dari Vietnam dan
Filipina.

C.4 SISTEM INOVASI

C.4.1 Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment/ FDI) Outward Sebagai
Prosentase dari GDP (%)

25

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


20
2000 0.09 2.24 0.17 6.46 -0.02 n/a 
2001 0.08 0.30 -0.18 23.52 0.37 n/a 
2002
15 0.09 2.00 0.09 2.64 0.13 n/a 
2003 0.09 1.32 0.38 2.92 0.43 n/a 
2004 1.34 1.74 0.64 10.05 0.05 n/a 
10
2005 1.07 2.28 0.19 9.60 0.28 0.12
2006 0.75 4.09 0.09 10.06 0.47 0.14
2007
5 1.08 5.94 2.45 15.16 0.76 0.22
2008 1.16 6.33 0.14 4.91 1.04 0.12

-5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNCTAD (2008)

Perkembangan aliran dana dari dalam negeri yang digunakan untuk investasi langsung di luar negeri
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Lonjakan yang cukup berarti terjadi pada tahun 2003-2004
dan tahun 2006-2007. Secara keseluruhan, dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 FDI
Indonesia relatif stabil, walaupun ada fluktuasis
25

20

15

10

-5

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam

C.4.2 Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment/ FDI) Inward Sebagai
Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2000 -2.27 4.16 2.97 18.02 2.73 4.13
2001 -1.77 0.63 0.26 17.78 4.38 3.98
2002 0.12 3.36 2.02 7.23 2.63 3.42
2003 -0.21 2.38 0.61 12.77 3.66 3.65
2004 0.75 3.91 0.76 18.65 3.63 3.56
2005 2.90 3.12 1.89 12.31 4.56 3.86
2006 1.35 4.07 2.50 20.94 4.59 3.94
2007 1.60 4.50 2.02 19.56 4.58 9.82
2008 1.55 3.63 0.90 12.49 3.70 9.47
Sumber : UNCTAD (2009) diolah

Indonesia mulai memperoleh aliran dana masuk sebagai bentuk FDI pada tahun 2004 dalam periode
pengamatan 2000-2008. Sebelumnya, terjadi capital flight atau keluarnya kembali dana yang telah
masuk. Indonesia termasuk negara yang belum cukup menarik perhatian investor asing untuk
berinvestasi, ini dibuktikan dengan FDI inward pada tahun 2008 hanya lebih baik dari Filipina.
C.4.3 Pembayaran Fee Royalty dan Lisensi (US$ juta)

12000

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


10000
2004 990.30 910.70 n/a 5,674.20 1,583.80
2005 960.00 1,367.00  n/a 8,646.60 1,671.10
2006
8000 960.90 1,369.70 265.00 8,646.60 2,045.61
2007 1,050.93 1,195.00 394.00 10,469.56 2,286.82

6000

4000

2000

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : KAM World Bank (2009)

Data aktual pembayaran Fee Royalty dal Lisensi Indonesia pada tahun 2005 sampai 2007 mengalami
peningkatan, khususnya tahun 2007 yang meningkat sebesar 8,5%. Tabel diatas menunjukkan bahwa
jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, pembayaran Fee
Royalty dan Lisensi Indonesia pada thun 2005 sampai tahun 2007 masih lebih rendah.

C.4.4 Pembayaran Fee Royalty dan Lisensi (US$/ populasi)


2500

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2004
2000 4.55 36.57 n/a  1,344.57 24.86
2005 4.40 54.10 n/a  2,010.80 26.10
2006 4.36 54.04 3.19 1,991.48 31.60
2007
1500 4.66 45.10 4.05 2,378.69 34.39

1000

500

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : KAM World Bank (2009)

Data pembayaran Fee Royalty dan Lisensi per populasi Indonesia terendah, bila dibandingkan
dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Singapura adalah negara tertinggi dalam pembayaran Fee
Royalty dan Lisensi per populasi.

C.4.5 Penerimaan Fee Royalty dan Lisensi (US$ juta)


800

Negara
700 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand
2004 221.20 41.20 n/a  223.80 14.30
2005
600 263.30 27.00 n/a  544.50 16.80
2006 263.30 27.00 6.00 544.50 46.37
500
2007 31.21 36.44 6.00 730.39 54.15

400

300

200

100

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : KAM World Bank (2009)

Data penerimaan Fee Royalty dan Lisensi Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke
tahun 2005, tidak berubah ditahun 2006 dan turun drastis di tahun 2007. Penurunan yang terjadi di
tahun 2007, menjadikan Indonesia hanya lebih baik dari Filipina, sedangkan Singapura adalah negara
tertinggi dalam penerimaan Fee Royalty dan Lisensi.
180

160

140

120

100

80

60

40

20

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


C.4.6 Penerimaan Fee Royalty dan Lisensi (US$/ populasi)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2004 1.02 1.65 n/a 53.29 0.22
2005 1.20 1.10  n/a 126.60 0.30
2006 1.19 1.07 0.07 125.41 0.72
2007 0.14 1.37 0.07 165.84 0.85
Sumber : KAM (2009)

Data Penerimaan Fee Royalty dan Lisensi per populasi Indonesia tahun 2004-2006 relatif stabil dan
menurun di tahun 2007, Singapura adalah negara tertinggi pada variabel ini.
12000

10000

8000

6000

4000

2000

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


C.4.7 Total Royalty Payments nd Receipts (US$ mil)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2004 1,211.50 951.90 n/a  223.80 14.30
2005 1,223.30 1,369.70 n/a 9,191.10 1,687.90
2006 1,224.20 1,369.70 271.00 9,191.10 2,091.98
2007 1,082.14 1,231.44 355.00 11,199.95 2,340.97
Sumber : KAM (2009)

Data di atas menggmbarkan aktivitas sebuah negara dalam pemanfaatan royalti dan lisensi.
Indonesia, baik secara nilai nominal dan peringkat hanya berada di atas Filipina. Total Royalty
Payments dan Receipts tertinggi tetap dimiliki oleh Singapura, sedangkan Filipina menjadi negara
terendah.
C.4.8 Total Royalty Payments nd Receipts

3000

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2500
2004 5.57 38.22  n/a 1,397.86 27.08
2005 5.60 55.20  n/a 2,137.40 26.40
2006
2000 5.55 55.11 3.26 2,116.89 32.32
2007 4.80 46.47 4.12 2,544.53 35.20

1500

1000

500

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : KAM (2009)

Total Royalty Payments dan Receipts per populasi tertinggi dimiliki oleh Singapura, sedangkan
Indonesia tidak berbeda dengan data-data sebelumnya dalam hal royalty dan lisensi, hanya lebih
baik dari Filipina.

C.4.9 Jumlah Peneliti di Litbang


45.000

40.000

35.000

30.000
Indonesia
Malaysia
25.000
Filipina
20.000 Singapura
Thailand
15.000 Vietnam

10.000

5.000

0.000
2004 2006

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2004 43.779 7.157 3.750 21.359 18.114 9.327
2006 42.722 12.669 3.750 25.033 18.114 9.328
Sumber : KAM (2009)

Data tahun 2005 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Pada tahun 2004, jumlah
peneliti di Indonesia mencapai 43.779 orang. Jumlah ini masih lebih besar dibandingkan dengan
Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Hal yang mengejutkan adalah, tahun 2006
jumlah peneliti di Indonesia turun menjadi 42.722 orang, sedangkan di negara lain cenderung
meningkat atau tetap. Malaysia meningkat 70% dari tahun 2004, sedangkan Singapura 10%.

C.4.10 Jumlah Peneliti di Litbang/Juta Orang


6000

5000

4000
Indonesia
Malaysia
Filipina
3000
Singapura
Thailand
2000 Vietnam

1000

0
2004 2006

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2004 207 299 48 4,999 287 115
2006 199 503 44 5,713 292 115
Sumber : World Bank (2009)

Data tahun 2005 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Data ini menunjukkan
jumlah peneliti di litbang/juta orang penduduk, di Indonesia mencapaiangka 207 orang pada tahun
2004 dan turun menjadi 199 ditahun 2006, angka ini berarti jumlah peneliti per populasi penduduk
di Indonesia masih sedikit.

C.4.11 Total Belanja Litbang sebagai Prosentase dari GDP (%)


2.5

2.0

Indonesia
1.5 Malaysia
Filipina
Singapura
1.0 Thailand
Vietnam

0.5

0.0
2004 2006

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2004 0.05 0.69 0.11 2.25 0.26 0.19
2006 0.06 0.63 0.14 2.36 0.25 0.19

Data tahun 2005 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Pada tahun 2004, jumlah
total belanja litbang sebagai persentase dari GDP di Indonesia 0,05% dan naik menjadi 0,06% pada
tahun 2006, angka ini terendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN.
350

300

250

200

150

100

50

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.4.12 Pedagang Manufaktur sebagai Prosentase dari GD (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2004 29.15 153.25 61.53 283.36 82.66 75.96
2005 27.40 151.00 73.20 290.40 94.50 85.70
2007 22.76 126.04 37.19 256.77 87.02 83.06
Sumber : World Bank (2009)
Data tahun 2006 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Pada tahun 2005,
perdagangan manufaktur hanya memiliki prosentase sebesar 22,76% dari GDP, ini adalah angka
terendah dibandingkan negara-negara tetangga ASEAN lainnya.

C.4.13 Nilai Tambah Industri sebagai Prosentase

60

Negara
50 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand
2000 45.9 46.8 32.3 33.6 40.9
2001 46.8 44.7 31.6 30.6 42.0
40
2002 44.5 43.9 31.8 30.6 42.1
2003 43.7 45.4 31.9 30.5 42.4
2004
30 44.6 47.4 31.7 32.0 43.4
2005 46.5 48.7 31.9 31.0 44.0
2006 46.9 48.6 31.7 30.7 44.4
20
2007 46.8 46.7 31.6 28.9 44.7
2008 48.1 47.6 31.6 26.0 45.1
10

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : ADB (2009)

Nilai tambah industri sebagai prosentase dari GDP di Indonesia mengalami kenaikan setelah tahun
2003. Tahun 2007 dan 2008 prosentase nilai tambah industri berada sedikit di atas Malaysia yang
selama tahun 2005-2006 selalu berada di atas Indonesia.
30

25

20

15

10

-5

-10

-15

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand

C.4.14 Produksi Manufaktur Sebagai Prosentase dari GDP (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2000 3.6 24.9 16.0 15.3 6.9
2001 0.0 -6.5 7.3 -11.6 2.7
2002 3.3 5.2 8.9 8.4 9.1
2003 5.5 10.9 6.1 3.0 14.0
2004 3.3 12.8 11.7 13.9 11.7
2005 1.3 5.1 17.5 9.5 9.1
2006 -1.6 8.9 3.1 11.9 7.4
2007 5.6 2.2 6.3 5.9 8.2
2008 3.1 0.6 10.1 -4.1 5.3
Sumber : ADB (2009)

Nilai tambah manufaktur Indonesia sebagai prosentase dari GDP mengalami fluktuasi. Terjdi
peningkatan pada tahun 2001-2003, sebaliknya tahun 2003-2006 mengalami penurunan. Produksi
Manufaktur Indonesia tahun 2008 berada di bawah Filipina dan Thailand.
C.4.15 Nilai Tambah Jasa sebagai Prosentase GDP (%)

80

Negara
70 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000 38 51 52 64 49 39
2001
60 36 53 53 67 49 39
2002 38 54 53 67 48 38
50
2003 41 52 53 68 46 38
2004 41 51 53 66 46 38
40
2005 40 42 54 67 43 38
2006 40 42 54 68 43 38
30
2007 39 42 54 69 43 38
2008 37 n/a  53 72 n/a  n/a 
20

10

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : Quick Query World Bank (WB)

Nilai tambah jasa sebagai prosentase dari GDP di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2008
mengalami fluktuasi. Kecenderungan penurunan nilai tambah jasa ssebagai prosentase dari GDP
terjadi tahun 2003-2008. Tahun 2008, Filipina dan Singapura memiliki nilai prosentase yang lebih
baik dibanding Indonesia, sedangkan Malaysia, Thailand dan Vietnam datanya belum tersedia.

C.4.16 Kolaborasi Riset Universitas dengan Perusahaan (Skala 1-7)


6

4
Indonesia
Malaysia
3 Filipina
Singapura
Thailand
2 Vietnam

0
2006 2007 2007

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 2.8 4.9 2.9 5.2 4.2 2.8
2007 3.1 4.9 3.1 5.3 4.1 2.9
2007 3.8 4.6 2.9 5.6 3.8 3.5
Sumber : WEF (2009)

Dalam skala 1-7, semakin tinggi angka, menunjukkan semakin besar kolaborasi riset universitas
dengan perusahaan, di Indonesia terjadi peningkatan dari tahun 2006 ke 2008. Jika dibandingkan
dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Thailand pada tahun 2006, 2007 maupun 2008,
kolaborasi riset universitas dengan perusahaan di Indonesia masih lebih rendah.

C.4.17 Artikel pada Jurnal Sains dan Teknik


4000

3500

3000

2500 Indonesia
Malaysia
Filipina
2000
Singapura
Thailand
1500
Vietnam

1000

500

0
2003 2005

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2003 178 520 179 3,112 1,072 216
2005 205 615 178 3,609 1,249 221
Sumber : KAM World Bank (2009)

Data tahun 2004 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Pada tahun 2005, artikel
pada jurnal sains dan teknik yang dihasilkan oleh Indonesia naik menjadi 205 dari 178 buah pada
tahun 2003. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia (615), Singapura (3,609), Thailand
(1,249), dan Vietnam (221).

C.4.18 Artikel pada Jurnal Sains dan Teknik/ Juta Orang


900

800

700

600 Indonesia
Malaysia
500
Filipina
400 Singapura
Thailand
300 Vietnam

200

100

0
2003 2005

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2003 0.83 21.33 2.20 743.30 16.99 2.70
2005 0.93 23.97 2.10 831.22 19.82 2.66
Sumber : KAM 2009)

Data tahun 2004 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Pada tahun 2005,
produktivitas rata-rata per satu juta orang Indonesia dalam menghasilkan artikel ada jurnal sains dan
teknik naik menjadi 0,93 dari 0,83 pada tahun 2003, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan
Malaysia (23.97), Singapura (831.22), Thailand (19.82), Filipina (2.10) dan Vietnam (2.66).

C.4.19 Ketersediaan Modal Ventura (Skala 1-7)


5.0

4.5

4.0

3.5
Indonesia
3.0
Malaysia
2.5 Filipina
Singapura
2.0 Thailand
Vietnam
1.5

1.0

0.5

0.0
2005 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2005 4.7 4.7 2.9 4.9 3.6 3.1
2007 3.9 4.5 2.9 4.6 3.4 3.1
2008 3.5 4.5 2.9 4.4 3.3 3.2
Sumber : KAM World Bank (2009)

Semakin besar angka yang ditunjukkan, berarti semakin besar ketersediaan modal ventura, pada
tahun 2005-2008, Indonesia mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan Malaysia dan
Singapura, ketersediaan modal ventura di Indonesia lebih rendah.
600

500

400

300

200

100

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


C.4.20 Paten yang Terdaftardi Kantor Paten Amerika USPTO

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


2000 14 47 12 242 30
2001 9 51 14 299 46
2002 14 57 20 392 49
2003 13 65 17 443 53
2004 12 86 28 498 33
2005 36 95 18 340 28
2006 16 131 35 469 42
2007 15 173 21 451 25
2008 19 168 22 450 40
Sumber : USPTO (2008/2009)

Data untuk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah paten cukup
tajam, akan tetapi mulai tahun 2006 terjadi penurunan. Thailand dan Filipina mulai meninggalkan
Indonesia dalam jumlah paten setelah tahun 2006.
C.4.21 Paten yang Diakui Kantor Paten Amerika (USPTO) per juta penduduk

120.0

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


100.0
2001-2005 0,08 2,83 0,24 94,35 0,66
2002-2006 0,08 3,39 0,28 101,04 0,64
2003-2007
80.0 0,08 4,21 0,28 101,90 0,56
2004-2008 0,09 4,90 0,28 99,01 0,51

60.0

40.0

20.0

0.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Sumber : USPTO (2008/2009) diolah

Produktivitas rata-rata per satu juta penduduk Indonesia dalam menghasilkan paten yang terdaftar
di Kantor Paten Amerika Serikat masih kecil dibandingkan dengan Filipina, Thailand, Singapura dan
Malaysia.

C.4.22 Ekspor Teknologi Tinggi sebagai Prosentase Ekspor Manufaktur


80

Negara
70 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2001 13 57 70 60 31 n/a 
2002
60 16 58 65 60 31 n/a 
2003 14 58 74 59 30 2
50
2004 16 55 64 59 30 6
2005 16.3 54.7 71.0 56.6 26.6 5.6
40
2007 11 52 54 46 27 n/a 

30

20

10

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNDP (2008)

Data tahun 2006 belum berhasil didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Secara umum, dapat
disimpulkan bahwa ekspor teknologi tinggi sebagai persen ekspor manufaktur Indonesia mengalami
fluktuasi mulai tahun 2001 sampai tahun 2007.pada tahun 2007 ekspor teknologi tinggi sebagai
prosentase dari ekspor manufaktur Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Singapura
(46%), Malaysia (52%), Thailand (27%), dan Filipina (54%).

C.4.23 Pengeluaran Litbang Sektor Swasta (Skala 1-7)


6

4
Indonesia
Malaysia
3 Filipina
Singapura
Thailand
2

0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a
2006 4.1 4.9 3.3 4.9 3.7
2007 4.2 5.0 3.4 5.1 3.6
2008 3.8 4.6 3.4 5.1 3.3
Sumber : WEF (2008) KAM (2009)

Semakin besar angka berarti semakin besar pengeluaran litbang sektor swasta. Jumlah belanja
litbang oleh swasta di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2007, tetapi
menurun pada tahun 2008. Tahun 2008 pengeluaran litbang sektor swasta di Indonesia masih lebih
rendah dibandingkan dengan Malaysia (4.6) dan Singapura (5.1).

C.4.24 Daya Serap Teknologi di Tingkat Perusahaan (Skala 1-7)


6

4
Indonesia
Malaysia
3 Filipina
Singapura
Thailand
2 Vietnam

0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2006 4.5 5.8 4.9 6.0 5.3 5.2
2007 4.7 5.8 4.9 6.0 5.2 5.1
2008 4.8 5.6 5.1 6.0 4.9 5.1
Sumber : WEF (2008) KAM (2009)

Semakin tinggi angka tersebut, maka semakin mampu sebuah perusahaan menyerap teknologi. Daya
serap teknologi perusahaan-perusahaan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2006
sampai tahun 2008, namun masih berada di posisi juru kunci.

C.4.25 Rantai Nilai Perusahaan (Skala 1-7)


6.0

5.0

4.0
Indonesia
Malaysia
3.0 Filipina
Singapura
Thailand
2.0 Vietnam

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2006 3.1 5.1 4.0 5.7 4.1 2.9
2007 3.7 5.0 4.1 5.4 3.9 3.1
2008 4.2 4.7 4.0 5.4 3.9 3.2
Sumber : KAM (2009)

Semakin tinggi angka, semakin panjang rantai nilai perusahaan. Angka 1 menunjukkan bahwa
perusahaan hanya terlibat dalam ekstraksi atau produksi sumber daya, sedangkan angka 7
menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya memproduksi, tetapi juga melakukan desain produk,
penjualan, logistik dan purna jual. Rantai nilai erusahaan di Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2006-2008.
C.5 PENDIDIKAN

C.5.1 Tingkat Melek Huruf Penduduk Dewasa (%)

98

Negara
96 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2000 86.9 87.5 95.3 92.3 95.5 93.4
2001
94 87.3 87.9 95.1 92.5 95.7 92.7
2002 87.9 88.7 92.6 92.5 92.6 90.3
92
2003 87.9 88.7 92.6 92.5 92.6 90.3
2004 90.4 88.7 92.6 92.5 92.6 90.3
90
2005 90.6 91.2 93.2 93.9 93.7 n/a 
2006 91.0 91.5 93.3 94.2 93.9 n/a 
88
2007 91.4 91.9 93.4 94.4 94.2 n/a 

86

84

82

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNESCO dan UNDP (2008) KAM (2009)

Tingkat melek huruf penduduk dewasa (usia lebih dari 15 tahun) Indonesia sudah mencapai 91,4%
pada tahun 2007. Namun, angka tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Malaysia
(91.9%), Singapura (94.4%), Thailand (94,2%) dan Filipina (93,4).

C.5.2 Rata-rata Tahun Belajar di Sekolah (Tahun)


Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand

8.21

7.05
6.8
6.5

4.99

Sumber : World Bank (2008)

Data rata-rata belajar di sekolah, penduduk Indonesia masih mengacu pada tahun 2000, yakni
selama 4.99 tahun. Indonesia merupakan negara dengan rata-rata tahun belajar yang paling rendah
dibandingkan dengan Malaysia (6.80 tahun), Thailand (6.50 tahun), Singapura (7.05 tahun) dan
Filipina (8.21 tahun).

C.5.3 Tingkat Pendidikan Menengah (%)


120

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


100
1985 41.3 52.9 64.4 62.0 30.5 103.0
1990 45.4 56.3 70.7 68.1 30.8 106.9
1995
80 51.5 58.7 77.5 73.4 54.1 114.1
2000 54.9 69.3 77.1 n/a 61.8 106.6
2005 63.1 76.4 85.2  n/a 70.3 94.5
60
2006 64.2 69.1 83.1 63.2 78.1 75.2
2007 64.2 69.1 83.1 63.2 83.5 75.7
40

20

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : UNESCO (2008) KAM (2009)

Siswa terdaftar pada tingkat sekolah menengah di Indonesia terus meningkat dari tahun 1985-2007,
tetapi, secara umum hasil capaian ini masih lebih rendah dari Filipina, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam.
60

50

40

30

20

10

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.5.4 Tingkat Pendidikan Tinggi (%)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


1985  n/a 5.9 24.9 13.6 19.0 1.9
1990 9.5 7.4 27.8 18.0 18.8 2.0
1995 11.3 11.7 29.0 33.7 20.1 4.1
2000 14.4 26.3 30.5 n/a  34.2 9.5
2005 17.1 32.0 28.1 n/a  43.0 16.0
2006 17.0 28.6 28.5 55.9 45.9 15.9
2007 17.5 30.2 28.5 55.6 48.3 15.9
Sumber : UNESCO (2008) KAM (2009)

Seperti pada data pendidikan menengah, tingkat pendidikan tinggi di Indonesia sejak tahun 1985
terus mengalami kenaikan, tetapi hanya lebih baik dari Vietnam saja.
90

80

70

60

50

40

30

20

10

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


C.5.5 Tingkat Harapan Hidup Untuk Kelahiran Baru (Tahun)

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


2001 66.2 72.8 69.5 77.8 69.9 68.6
2002 66.6 73.0 69.8 78.0 69.1 69.0
2003 66.8 73.2 70.4 78.7 70.0 70.5
2004 67.2 73.4 70.7 78.9 70.3 70.8
2005 69.7 73.7 71.0 79.4 69.6 73.7
2007 71.0 74.0 72.0 80.0 71.0 74.0
Sumber : Human Development Report (2007/2008) KAM (2009)

Data tahun 2006 belum didapatkan. Tingkat harapan hidup bayi yang baru dilahirkan di Indonesia
tahun 2007 yang tidak berbeda dengan Thailand. Sementara itu, negara-negara ASEAN lainnya rata-
rata berada di atas Indonesia.
C.5.6 Akses Internet di Sekolah (Skala 1-7)

7.0

6.0

5.0
Indonesia
4.0 Malaysia
Filipina
Singapura
3.0
Thailand
Vietnam
2.0

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2006 3.3 5.2 3.5 6.3 4.6 3.4
2007 3.4 4.9 3.5 6.0 4.6 3.4
2008 3.6 4.5 3.7 6.0 4.4 3.5
Sumber : WEF (2008)

Semakin tinggi angka, menunjukkan semakin besar aksesnya terhadap internet. Tingkat akses
internet di Sekolah Indonesia hanya mencapai angka 3,6 hal ini tidak jauh berbeda dengan Vietnam,
namun lebih rendah dari Malaysia, Singapura, dan Thailand.
C.5.7 Belanja Negara Untuk Pendidikan Prosentase Terhadap GDP (%)

8.0

7.0

6.0

5.0 Indonesia
Malaysia
4.0 Filipina
Singapura
3.0 Thailand

2.0

1.0

0.0
2005 2006 2007

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a
2005 0,9 8,0 3,2 3,7 4,2
2006 0,9 6,2 2,7 3,7 4,2
2007 3,0 6,0 3,0   4,0
Sumber : World Bank KAM (2009)

Jumlah belanja Pemerintah Indonesia untuk sektor pendidikan sebagai prosentase dari GDP
berdasarkan data tahun 2005 dan 2006 masih sangat rendah, kemudian di tahun 2007 naik menjadi
3%, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan Singapura, Thailand, dan Malaysia.
C.5.8 Pencapaian Tingkat 8 dalam Matematika

700

600

500

Indonesia
400
Malaysia
Filipina
300 Singapura
Thailand
200

100

0
1999 2003 2007

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a
1999 403 519 345 604 n/a 
2003 411 508 378 605 467
2007 397 474 n/a  593 441
Sumber : Trends in International Mathematics and Science Study, TIMSS-USA (2007)

Skor pencapaian tingkat 8 dalam matematika di Indonesia menurun dari 411 pada tahun 2003
menjadi 397 ditahun 2007, ini adalah skor terendah dari negara-negara tetangga ASEAN. Skor ini
didapat berdasarkan dari kinerja murid tingkat delapan pada ujian matematika yang distandarkan.
C.5.9 Pencapaian Tingkat 8 dalam Sains

600

500

400
Indonesia
Malaysia
300 Filipina
Singapura
Thailand
200

100

0
1999 2003 2007

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a
1999 435 492 345 568 n/a 
2003 420 510 377 578 482
2007 427 471 n/a  567 471
Sumber : Trends in International Mathematics and Science Study, TIMSS-USA (2007)

Skor pencapaian tingkat 8 dalam sains di Indonesia sebesar 427 pada tahun 2007, meningkat 7 poin
dibandingkan Malaysia dan Singapura. Skor ini dihitung berdasarkan kinerja murid tingkat delapan
pada ujian sains yang distandarkan.
C.5.10 Kualitas Pendidikan Sains dan Matematika (Skala 1-7)

7.0

6.0

5.0
Indonesia
4.0 Malaysia
Filipina
Singapura
3.0
Thailand
Vietnam
2.0

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 5.0 5.5 2.8 6.3 4.5 4.0
2007 4.9 5.4 2.9 6.3 4.6 3.8
2008 4.6 5.1 3.3 6.3 4.4 3.9
Sumber : WEF (2008), KAM (2009)

Semakin tinggi angka, menunjukkan semakin baik kualitas pendidikan sains dan matematika. Data
tahun 2008, hasil yang diperoleh Indonesia turun dibandingkan tahun sebelumnya dan masih
tertinggal bila dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
C.5.11 Tingkat Pelatihan pada Pegawai (1-7)

6.0

5.0

4.0
Indonesia
Malaysia
3.0 Filipina
Singapura
Thailand
2.0 Vietnam

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 4.2 5.3 4.3 5.4 4.6 3.4
2007 4.5 5.2 4.6 5.6 4.4 3.5
2008 4.6 5.1 3.3 5.7 4.2 3.8
Sumber : WEF (2008), KAM (2009)

Semakin tinggi angka, menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pelatihan pada pegawai.
Berdasarkan data tahun 2008, Indonesia hanya mencapai angka 4.6, tetapi cenderung terjadi
peningkatan, hal yang sama juga terjadi pada Singapura dan Vietnam.
C.5.12 Kualitas Sekolah Manajemen (Skala 1-7)

6.0

5.0

4.0
Indonesia
Malaysia
3.0 Filipina
Singapura
Thailand
2.0 Vietnam

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 4.9 5.3 4.5 5.7 4.8 3.0
2007 4.9 5.2 4.7 5.7 4.8 3.0
2008 4.4 5.1 4.8 5.8 4.4 3.1
Sumber : WEF (2008)

Semakin tinggi angka, semakin baik kualitas sekolah manajemen, Indonesia pada tahun 2008
mencapai angka 4.4, sama dengan Thailand dan berada di atas Vietnam (3.1), tetapi masih lebih
rendah dibanding dengan Malaysia (5.2) dan Singapura (5.7).
C.5.13 Migrasi Intelektual (Brain Drain) (Skala 1-7)

6.0

5.0

4.0
Indonesia
Malaysia
3.0 Filipina
Singapura
Thailand
2.0 Vietnam

1.0

0.0
2006 2007 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 4.3 4.6 2.1 4.9 4.9 3.3
2007 4.8 4.7 2.3 5.0 4.8 3.2
2008 4.4 5.1 4.8 5.8 4.4 3.1
Sumber : WEF (2008), KAM (2009)

Semakin tinggi angka, menunjukkan tingkat migrasi intelektual ke luar negeri semakin rendah pada,
tahun 2008 Indonesia mencapai angka 4.4, sama dengan Thailand tetapi lebih tinggi dibandingkan
Vietnam.
C.5.14 Jumlah Mahasiswa Terdaftar di Universitas

25,000.000

Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam


2001
20,000.000 20,961,320 2,185,384 7,975,269 5,323,580 7,873,364
2002 21,113,840 2,254,922 8,119,090 5,259,501 8,019,856
2003 21,293,420 2,323,920 8,267,237 5,209,021 8,171,645
2004
15,000.000 21,426,281 2,386,387 8,418,842 5,168,537 8,333,365
2005 21,513,890 2,438,159 8,572,354 5,131,944 8,498,221
2006 21,544,640 2,477,114 8,726,059 5,094,563 8,674,393
2007
10,000.000 21,513,108 2,524,663 9,039,792 5,018,926 9,056,807

5,000.000

0.000

Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam


Sumber : UNESCO (2008)

Jumlah mahasiswa terdaftar di Universitas di Indonesia dari tahun 2001 sampai tahun 2007 relatif
stabil, serta lebih besar jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

C.5.15 Jumlah Mahasiswa Terdaftar di Universitas per 1000 Penduduk


120

Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand


100
2001 100 91 102 85
2002 100 92 101 83
2003
80 99 93 101 82
2004 99 93 101 81
2005 98 93 100 79
60
2006 97 93 100 78
2007 95 93 102 76
40

20

Indonesia Malaysia Filipina Thailand


Sumber : UNESCO (2008) diolah

Jumlah mahasiswa dalam 1000 penduduk, Vietnam berada jauh diatas Indonesia dan negara-negara
pembanding. Data Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2001 sampai dengan 2007.
Sementara Filipina dan Vietnam mengalami kenaikan dan mengungguli Indonesia, Malaysia dan
Thailand.

C.5.16 Tingkat Penyelesaian Pendidikan Dasar (%)


110

Negara Indonesia Malaysia Filipina


2001
105 95 n/a  104
2002 97 92 97
2003 99 92 98
2004
100 100 95 96
2005 99 98 96
2006 99 96 94
2007
95 105 n/a  94

90

85

Indonesia Malaysia Filipina


Sumber : Quick Query World Bank

Data yang diperoleh untuk tingkat penyelesaian pendidikan dasar hanya tiga negara. Prosentase
tingkat penyelesaian pendidikan dasar sessuai usia di Indonesia relatif cukup besar, bahkan melebihi
jumlah usia yang seharusnya menyelesaikan pendidikan dasar.

C.6 GENDER
0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam


C.6.1 Indeks Perkembangan Gender

Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam


2000 0.678 0.776 0.751 0.760 0.687
2001 0.677 0.784 0.748 0.766 0.687
2002 0.685 0.786 0.751 0.766 0.689
2003 0.691 0.791 0.755 0.774 0.702
2004 0.704 0.795 0.761 0.781 0.708
2005 0.721 0.802 0.768 0.779 0.732
2006 0.721 0.802 0.768 0.779 0.732
2007 0.726 0.823 0.748 0.782 0.723
Sumber : UNDP (2009)

Indeks perkembangan gender di Indonesia dari tahun 2001 sampai 2007 mengalami kenaikan, tetapi
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Filipina.

C.6.2 Pertmbuhan Partisipasi Wanita dalam Tenaga Kerja (%)


50

45

40

35
Indonesia
30 Malaysia
Filipina
25
Singapura
20 Thailand
Vietnam
15

10

0
2006 2007

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam
a
2006 37.9 35.8 39.8 39.9 46.2 48.5
2007 37.0 35.0 38.0 41.0 47.0 48.0
Sumber : KAM (2009)

Tingkat partisipasi wanita dalam bekerja di Indonesia terhadap total tenaga kerja pada tahun 2007
sebesar 37.0% termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya, tetapi
capaian tersebut lebih baik dari Malaysia. Dibandingkan dengan tahun 2006, Indonesia, Malaysia
dan Vietnam adalah negara yang mengalami penurunan partisipasi wanita dalam tenaga kerja.

C.6.3 Anggota Parlemen Wanita sebagai Prosentase dari Total (%)


30.0

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


25.0
2000 8.0 14.5 17.2 11.8 9.6 26.0
2001 8.0 14.5 17.2 11.8 9.6 27.3
2002
20.0 8.0 16.3 17.2 16.0 9.6 27.3
2003 11.3 13.1 15.4 16.0 8.1 27.3
2004 11.3 13.1 15.8 18.9 10.7 27.3
15.0
2005 11.3 13.1 22.1 24.5 8.7 25.8
2006 11.3 13.1 15.8 18.9 10.7 27.3
2007
10.0 11.3 13.1 22.1 24.5 8.7 25.8
2008 12.0 15.0 20.0 24.0 13.0 26.0

5.0

0.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009) dari UNDP (2009)

Prosentase anggota parlemen wanita di Indonesia setelah periode tahun 2002-2003 mengalami
kecenderungan meningkat. Tahun 2008, Indonesia menjadi negara yang prosentase anggota
parlemen wanita paling rendah, sedangkan Vietnam tertinggi.

C.6.4 Pendaftaran Pendidikan Tingkat Menengah untuk Wanita (%)


100.0

90.0

80.0

70.0

60.0 Indonesia
Malaysia
50.0
Filipina
40.0 Thailand

30.0

20.0

10.0

0.0
2006 2007

Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand


2006 60.0 80.9 90.3 74.2
2007 66.0 72.0 88.0 88.0
Sumber : KAM (2009)

Angka partisipasi perempuan dalam pendidikan tingkat menengah di Indonesia pada tahun 2007
hanya sebesar 66,0%, lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga ASEAN lainnya, sementara
itu, Thailand telah mencapai 88.0%, meskipun demikian, ada peningkatan 6% dari tahun
sebelumnya.

C.6.5 Pendaftaran Pendidikan Tingkat Tinggi untuk Wanita (%)


60.0

50.0

40.0
Indonesia
Malaysia
30.0
Filipina
Thailand
20.0

10.0

0.0
2006 2007

Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand


2006 14.7 38.0 32.4 45.4
2007 15.0 32.0 32.0 55.0
Sumber : KAM (2009)

Angka partisipasi perempuan dalam pendidikan tingkat tinggi di Indonesia pada tahun 2007
meningkat 3% dibandingkan tahun 2006, tetapi terendah bila dibandingkan dengan negara-negara
tetangga AASEAN lainnya.

C.7 INFRASTRUKTUR INFORMASI DAN KOMUNIKASI


C.7.1 Total Jalur Telepon per 1000 orang (Line)

1800

Negara
1600 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2001 35 198 42 471 99 38
1400
2002 37 42 105
190 463 48
2003
1200 39 182 41 450 105 54
2004 46 179 42 440 107 70
1000
2006 360 920 540 1480 750 180
2007 440 1040 630 1700 1350 620
800

600

400

200

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009)

Data tahun 2005 belum didapatkan sehingga tidak ditampilkan. Jalur telepon per 1000 orang di
Indonesia tahun 2006 dan 2007 menunjukkan peningkatan yang signifikan, dibandingkan
peningkatan ditahun-tahun sebelumnya. Tetapi apabila dibandingkan dengan negara pembanding,
Indonesia masih berada pada peningkatan terbawah.

C.7.2 Jalur Telepon Utama per 1000 orang (Line)


450.0

Negara
400.0 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2005 57,9 172,2 40,5 424,8 109,5 190,6
350.0
2006 70,0 170,0 40,0 410,0 110,0 190,0
2007
300.0 80,0 160,0 40,0 410,0 110,0 340,0

250.0

200.0

150.0

100.0

50.0

0.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM World Bank (2009)

Jumlah tepepon utama per 1.000 orang di Indonesia meningkat dari tahun 2005 hingga tahun 2007.
Negara lain yang peningkatannya cukup pesat adalah Vietnam. Malaysia dan Singapura mengalami
penurunan.

C.7.3 Jalur Telepon Seluler per 1000 orang (Line)


1400

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


1200
2001 31 314 150 724 123 15
2002 55 377 191 795 260 23
1000
2003 87 442 270 852 394 34
2004 138 587 404 910 430 60
800
2006 290 750 500 1,070 640 180
2007 360 880 590 1,290 1,240 280
600

400

200

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009)

Jalur teleon seluler di Indonesia per 1000 orang mengalami peningkatan sejak tahun 2001 sampai
2007, namun jika dibandingkan dengan Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura, Indonesia masih
tertinggal.

C.7.4 Komputer per 1000 orang (Unit)


900.0

Negara
800.0 Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
2004 13.9 196.8 45.1 763.2 58.3 12.7
700.0
2005 10.0 220.0 50.0 680.0 70.0 10.0
2006
600.0 20.0 234.1 74.6 726.1 68.6 95.1
2007 20.0 230.0 70.0 740.0 70.0 100.0
500.0

400.0

300.0

200.0

100.0

0.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2009)

Secara umum, komputer telah menjadi barang kebutuhan bagi masyarakat Indonesia terutama di
sektor bisnis, pendidikan dan pemerintahan. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Filipina,
Thailand, Malaysia dan Singapura penggunaan komputer di Indonesia pada tahun 2007 masih
rendah.

C.7.5 Rumah Tangga Mempunyai Televisi (%)


100.0

90.0

80.0

70.0
Indonesia
60.0
Malaysia
50.0 Filipina
Thailand
40.0 Singapura
Vietnam2
30.0

20.0

10.0

0.0
2004 2005 2006

Vietnam
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
Singapura 2
2004 65.4 88.9  n/a 91.9 98.6 82.8
2005 65.4 88.9 63.1 91.9 98.6 82.8
2006 65.0 95.0 63.0 92.0 100.0 89.0
Sumber : KAM (2009)

Prosentase rumah tangga yang memiliki televisi di Indonesia masih lebih rendah dbandingkan
dengan Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

C.7.6 Koran Harian per 1000 orang


400

350

300

250 Indonesia
Malaysia
200 Thailand
Singapura
150 Vietnam

100

50

0
2000 2004

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Thailand
a Vietnam2
2000 23 95 273 197 59
2004 n/a  111 361  n/a  n/a
Sumber : KAM (2008)

Jumlah koran harian per 1000 orang penduduk yang diterbitkan paling sedikit empat kal seminggu di
Indonesia masih terbilang rendah jika di bandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya,
yaitu 23 pada tahun 2000. Hanya Malaysia dan Singapura yang memiliki data koran harian untuk
1000 penduduk tahun 2004, masingmasing sebesar 111 dan 361.

C.7.7 Total Jalur Telepon per 1000 orang (Line)


25000.0

20000.0

15000.0 Indonesia
Malaysia
Thailand
Singapura
10000.0 Vietnam

5000.0

0.0
2000 2004

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Thailand
a Vietnam
2000 69.3 128.3 5,826.0 107.0 82.8
2004 53.0 998.0 22,783.0 346.0 148.0
Sumber : KAM (2009)

Tabel di atas menunjukkan kapasitas koneksi internasional antara negara yang mentransmisikan lalu
lintas internet. Pertumbuhan bandwith internet di Indonesia bernilai negatif untuk periode 2006-
2007, turun sekitar 16 bits per orang, kontradiksi dengan yang terjadi di negara-negara pembanding.

C.7.8 Pengguna Internet per 1000 orang (User)


700.0

Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


600.0
2001 19.1 273.1 25.6 411.5 57.7 12.4
2002 37.7 319.7 44.0 504.4 77.6 18.5
500.0
2003 38.0 344.0 n/a  509.0 111.0 43.0
2004 67.0 397.0 54.0 571.0 109.0 71.0
400.0
2006 70.0 430.0 130.0 380.0 50.0 170.0
2007 60.0 560.0 60.0 660.0 210.0 210.0
300.0

200.0

100.0

0.0

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam


Sumber : KAM (2008)

Pengguna internet per 1000 orang di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2001 sampai
2006 tetapi kemudan mengalami penurunan tahun 2007 tertinggal dari Malaysia, Singapura,
Thailand, dan Vietnam.

C.7.9 Tarif Untuk Akses Internet per Bulan (US$)


25

20

Indonesia
15 Malaysia
Filipina
Thailand
10 Singapura
Vietnam

0
2005 2006

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2005 17.26 7.39 1.81 20.48 6.95 10.66
2006 18.27 7.61 1.95 21.45 7.37 10.36
Sumber : KAM World Bank (2009)

Data di atas menunjukkan tarif untuk mengakses internet selama 20 jam dalam sebulan. Pada tahun
2006, tarif akses internet umumnya mengalami kenaikan dibanding tahun 2005. Di Indonesia
tarifnya mencapai angka US $ 18.27 per bulan. Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan
dengan Filipina (1.95), Thailand (7.37), Malaysia (7.61), dan Vietnam (10.36).

C.7.10 Ketersediaan Pelayanan Online Pemerintah (e-Government Services) (skala 1-7)


7.00

6.00

5.00
Indonesia
4.00 Malaysia
Filipina
Thailand
3.00
Singapura
Vietnam
2.00

1.00

0.00
2005 2006 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2005 2.78 5.33  n/a 6.26 3.96 2.51
2006 2.78 5.33 4.83 6.26 3.36 2.51
2008 3.55 5.27 3.32 6.43 4.73 3.24
Sumber : WEF (2009)

Ketersediaan pelayanan online pemerintah seperti; pajak pribadi, pendaftaran kendaraan, pasport,
ijin bisnis di Indonesia pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 (data
2007 tidak tersedia), semakin tinggi nilai indeks yang diperoleh maka semakin baik pelayanan online
yang diberikannya. Meski mengalami peningkatan tetapi dibandingkan dengan negara lain, posisi
Indonesia masih dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand, tetapi lebih baik dari Filipina yang tahun
2006 posisinya lebih baik dari Indonesia.
C.7.11 Pengguna Internet untuk Bisnis (Skala 1-7)

Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam

6.5

5.0
4.8 4.7
4.0 3.9

Sumber : KAM (2009)

Angka 1 menunjukkan bahwa penggunaan internet sangat rendah, sedangkan angka 7 menunjukkan
bahwa pengguna internet sudah meluas. Data tahun 2006 ini menunjukkan pengguna internet untuk
bisnis dalam menjual atau membeli produk. Penggunaan internet untuk bisnis di Indonesia masih
dibawah Thailand, Malaysia dan Singapura.
C.7.12. Belanja TIK sebagai Prosentase dari GDP (%)

16.0

14.0

12.0

10.0 Indonesia
Malaysia
8.0 Filipina
Thailand
6.0 Singapura
Vietnam
4.0

2.0

0.0
2005 2006 2008

Singapur
Negara Indonesia Malaysia Filipina Thailand
a Vietnam
2005 3.4 7.0 7.0 9.4 4.1 15.1
2006 3.0 6.8 6.7 9.3 4.0 15.2
2008 4.0 7.0 6.0 7.0 6.0 6.0
Sumber : KAM (2008)

Belanja teknologi informasi dan komputer (TIK) sebagai % dari GDP di Indonesia tahun 2007 masih
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya seperti Thailand (6.0),
Malaysia (7.0), Singapura (7.0) dan Vietnam (7.0).

You might also like