Menurut killen dalam (Martinis Yamin, 2009:69), diskusi
adalah suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab suatu pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat keputusan.
Menurut Sri Mulyaningsih (2008) diskusi merupakan suatu cara
penguasaan bahan pelajaran melalui tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh masing-masing siswa untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Suryosubroto dalam (Trianto, 2007:117), diskusi
adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Dalam diskusi siswa dituntut untuk selalu aktif berpartisipasi. Siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat secara tepat, berpikir secara objektif, dan menghargai pendapat orang lain. Menurut Martinis (2009, 70-71), keuntungan penggunaan diskusi yaitu:
1. Memaksa anak untuk berbicara dengan bahasa yang baik,
belajar mengemukakan pendapat dengan tepat dalam waktu relatif singkat, dan belajar menanggapi pendapat orang lain dengan benar.
2. Berlatif memecahkan permasalahan
3. Lebih efektif dalam mengubah sikap siswa dibanding dengan
cara ceramaha, siswa menjadi aktif, lebih mengerti, kreatif, berpikir kritis, dan objektif.
4. Diskusi membangun kemampuan siswa untuk menganalisis isi
pelajaran, mengungkapkan ide secara lisan, dan berpikir ke depan.
5. Diskusi dapat membangkitkan ide baru atau menghasilkan
penyelesaian yang asli.
Beberapa keterbatasan penggunaan diskusi:
1. Diskusi tidak mungkin produktif kalau siswa tidak
mempersiapkan diri dengan baik, dan biasanya syarat untuk memulai diskusi.
2. Beberapa siswa mungkin enggan mengeluarkan ide atau
pendapatnya, mereka cenderung menurut
3. Diskusi kelompok dapat memudahkan seseorang berkompetisi
secara emosional dan ini akan menyulitkan pemimpin diskusi.
4. Beberapa siswa mungkin akan mengeluarkan pendapat yang
tidak sesuai dengan alur diskkusi, atau beberapa siswa mungkin terlalu banyak berbicara dan cenderung merendahkan orang lain.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, peniliti selalu memotivasi siswa
agar siswa mau menyampaikan pendapatnya. Salah satunya dengan cara selalu menghargai pendapat siswa dan memberikan poin bagi siswa yang mau menyampaikan pendapatnya dan bagi kelompok yang mendapatkan poin terbanyak akan mendapatkan reward.
Adapun sintaks model pembelajaran diskusi menurut Tjokrodiharjo
(2000:5).
Tahapan Kegiatan Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan
mengatur setting diskusi dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi
2. Mengarahkan diskusi Guru mengarahkan fokus diskusi
dengan menguraikan aturan- aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak segera dijelaskan atau menyampaikan isu diskusi.
3. Menyelenggarakan diskusi Guru memonitor interaksi para
siswa, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa dan melaksanakan aturan-aturan dasar serta membuat catatan diskusi.
4. Mengakhiri diskusi Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang diselenggarakan
5. Melakukan tanya jawab Guru menyuruh siswa untuk
singkat tentang proses diskusi memeriksa proses diskusi dan cara berpikir mereka.
Adapun sintaks buzz group menurut Soetjipto (2000:35-36), yaitu:
1. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
yang terdiri dari 3-6 siswa.
2. Guru meminta setiap anggota kelompok untuk
mengemukakan gagasan/pendapatnya.
3. Guru menanyakan hasil catatan pendapat/gagasan yang
muncul dalam kelompok.
Hubungan model diskusi tipe Buzz Group dengan hasil
belajar siswa
Salah satu aspek diskusi adalah kemampuan untuk
mengembangkan pertumbuhan kognitif. Aspek yang lain adalah kemampuan untuk menghubungkan dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial pembelajaran. Sesungguhnya, sistem diskusi merupakan sentral untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif. Diskusi membantu menetapkan pola partisipasi dan secara konsekuen, memiliki dampak besar terhadap menajemen kelas. Pembicaraan antara guru dan para siswanya menjadikan banyak ikatan sosial sehingga kelas menjadi hidup. Menurut Arends (1997) (dalam Trianto, 2007:119-120).
Menurut Martinis Yamin (2009:69), dalam diskusi siswa dituntut
untuk selalu aktif berpartisipasi. Siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat secara tepat, berpikir secara objektif, dan menghargai pendapat orang lain, oleh karena itu, metode didkusi ini merupakan metode mengajar yang tepat bagi masyarakat demokrasi. Diskusi ini dapat menghasilkan aktivitas belajar yang lebih dinamis, dibanding strategi lain, karena mereka mampu menyusun kembali pengetahuan dengan cara mereka sendiri.
Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu
membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpetasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan (Hasibuan:2008:21).