You are on page 1of 9

Oleh

MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman merupakan upaya dalam pertanian untuk menghasilkan produksi yang
maksimal. Dalam melakukan budidaya tanaman kita tidak terlepas dengan yang namanya
gangguan, baik gangguan dari hama, penyakit, nematoda maupun gulma.
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat
yang tidak dikehendaki manusia. Hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik
secara langsung atau tidak langsung atau kadang-kadang juga belum diketahui kerugian
maupun kegunaannya. Oleh karena batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas
sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Angga,
2009).
Gulma adalah tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh petani sehingga
kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman
pokok tersebut. Beberapa pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan
bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Kehadiran gulma
pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah.
Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya
ataupun tanaman pokok adalah terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman
pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di
dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh. Sebagai
tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan
hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan
baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun
tanaman budidaya. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan
tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya (Tustiana,
2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma
adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman
bawang merah (Allium ascolanicum).
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengidentifikasi dan
membedakan ciri morfologi dari gulma yang tumbuh di ereal pertanaman bawang merah
(Allium ascolanicum).

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sifat-Sifat Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu, yang
umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat dari gulma
tersebut antara lain gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-
beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Gulma
dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah yang lembab bahkan
tergenangpun masih dapat bertahan. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi
atau perkembangbiakan memperbanyak diri besar sekali, khususnya pada gulma
perennial. Gulma perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar luas
dengan cara perkembangbiakan vegetatif disamping secara generatif. Luasnya
penyebaran gulma disebabkan oleh sifat daun yang dapat bermodifikasi, yaitu tumbuh
menjadi tumbuhan baru seperti pada daun Cocor bebek (Calanchoe sp). Demikian juga
dengan bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat pula tumbuh menjadi individu
gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi dan lain sebagainya. Inilah yang
memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman
budidaya. Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini
pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Dalam berkompetisi dengan
tanaman budidaya tumbuhan gulma juga ada yang mengeluarkan bau dan rasa yang
kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu
berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat mengganggu
atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada disekitar gulma tersebut, (kejadian
tersebut dikenal juga dengan peristiwa allelopati) (Johnny, 2006).
2.2 Teki-Tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga,
daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini Cyperus
rotundus dan Fymbristilis miliaceae (Anonim, 2008).
Kelompok gulma teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-
bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang
berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh
tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang
menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan
(Scirpus moritimus) (Anonim, 2009).
2.3 Gulma Berdaun Lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus),
bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi
(sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak,
berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari
spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-marga Euphorbiaceae,
Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae,
dan sebagainya (Anonim, 2008).
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini.
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif
terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih
banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.
Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.),
sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Anonim, 2009).
2.4 Perkembangbiakan Gulma
Perkembangbiakan (reproduksi) gulma bermacam-macam seperti Dengan biji. Sebagian
besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah biji yang sangat
banyak seperti biji pada Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Eragrostis amabilis.
Biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin,
air, hewan dan sebagainya dengan demikian penyebarannya juga lebih luas. Berkembang
biak dengan Stolon. Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon
yaitu bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat keluar
serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru. Contoh gulma ini
adalah: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon. Rhizome (akar rimpang) Yaitu batang
beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah, bercabang-cabang, tumbuh
mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat muncul tunas yang membentuk
individu baru. Tuber (umbi), Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar
yang digunakan sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan,
sehingga umbi tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat
titik (mata) yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan
individu baru dari gulma tersebut. Bulbus (umbi lapis), Bulbus juga termasuk umbi yang
merupakan tempat menyimpan makanan cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis.
Gulma golongan ini dapat ditemukan pada keluarga Allium, contoh: Allium veneale
(bawang-bawang). Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan
daunnya yang telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir
daun bergerigi atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi
individu baru. Contohnya: Calanchoe sp. (cocor bebek), Ranunculus bulbasus. Runner
(Sulur) Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang,
membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes, dan juga berkembang
biak dengan Spora, dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina.
Contoh gulma ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata,
Lygopodiu sp. (Johnny, 2006).

2.5 Pengendalian Gulma


Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma.
Pada perinsipnya pengendalian gulma dapat dilakukan secara preventif, kultur tehnis,
mekanik, kimiawi, dan terpadu. Pengendalian secara preventif dilakukan dengan cara
pengadaan benih bersih biji gulma, penggunaan alat pertanian yang bersih gulma.
Pengendalian secara kultur tehnis didasarkan pada segi-segi ekologi yang berusaha
menciptakan suatu keadaan lingkungan sedemikian rupa sehingga sesuai bagi
pertumbuhan tanaman tetapi tidak sesuai bagi pertumbuhan gulma. Pengendalian
mekanik dilakukan dengan menggunakan cangkul, garpu, congkel, sabit dan lain-lainnya.
Sedangkan pengendalian secara biologis adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan jasad hidup seperti predator/musuh alami. Pengendalian gulma secara
kimiawi adalah cara pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian ini cukup
efektif dan efisien untuk areal yang luas, tetapi dapat menimbulkan kendala lain misalnya
keracunan dan kerusakan lingkungan (Anonim, 2008).

III. METODE PRAKTEK


3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma dilaksanakan
di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,
Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 02 Desember 2009 pukul 14.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang
Pengenalan Gulma yaitu alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gulma yang berada dalam lahan
pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum) yaitu Cyperus pumillus, Amaranthus
gracillis, Mimosa pudica, dan Elatine triandra.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja modul Pengenalan Gulma yaitu pertama yang dilakukan adalah mengambil
gulma yang menyerang pada lahan budidaya, setelah itu membawanya ke laboratorium.
Langkah selanjutnya adalah mengamati dan mengambar morfologi gulma pada buku
gambar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma didapatkan
hasil sebagai berikut :

Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Sempit
2. Terlihat Batang Kecil dan Berbuku-buku
3. Terlihat akar serabut
Gambar 59. Morfologi Gulma Cyperus pumilus pada Pertanaman Bawang Merah
(Allium ascolanicum).

Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Lebar
2. Terlihat Berbatang Lunak
3. Terlihat Akar Tunggang
Gambar 60. Morfologi Gulma Amaranthus gracilis pada Pertanaman Bawang Merah
(Allium ascolanicum).

Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Sempit
2. Terlihat Batang Kecil
3. Terlihat Berakar Tunggang

Gambar 61. Morfologi Gulma Mimosa pudica pada Pertanaman Bawang Merah (Allium
ascolanicum).

Keterangan :
1. Terlihat Berdaun Lebar
2. Terlihat Batangnya Lunak
3. Terlihat Berakar Serabut

Gambar 62. Morfologi Gulma Elatine triandra pada Pertanaman Bawang Merah (Allium
ascolanicum).
4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu mengamati morfologi tanaman gulma Cyperus pumilus pada
pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum), tampak terlihat daunnya kecil
memanjang, ujung daun meruncing, tulang daun sejajar serta batang berbuku-buku dan
memiliki akar serabut. Gulma Cyperus pumillus ini termasuk dalam golongan gulma teki-
tekian.
Gulma ini memiliki daun berbentuk pita, bergaris, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-
10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang dengan pelepah daun tertutup tanah.
Batangnya tumbuh tegak, berbentuk tumpul atau segitiga. Berakar serabut yang tumbuh
menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap umbi mempunyai mata tunas,
umbi tidak tahan kering selama 14 hari di bawah sinar matahari daya tumbuhnya akan
hilang. Gulma Cyperus sp. termasuk dalam famili Cyperaceae (teki-tekian) (Prasetyo,
2009).
Gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang
dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini
umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang
berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk
lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas
Monocotyledoneae (Johny, 2006).
Pengamatan kedua yaitu mengamati Morfologi Gulma Amaranthus gracilis pada
pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum), terlihat daunnya berdaun lebar,
bertulang daun sejajar, batangnya lunak serta memiliki akar tunggang. Gulma
Amaranthus glacillis ini temasuk dalam golongan gulma berdaun lebar.
Gulma ini berbatang bulat, tegak, berwarna hijau sampai ungu dan termasuk berbatang
basah. Daunnya berselang-seling, bulat/oval, menyempit ke bagian ujungnya, panjang
tangkai daun 2-8 cm, berujung runcing, tulang daun menyirip, tepi daun rata. Akar
berupa akar tunggang, tidak berkayu (herbaceous) dan berwarna putih kekuning-
kuningan. Gulma jenis Amaranthus sp. merupakan golongan gulma berdaun lebar
(Anonim, 2009).
Gulma berdaun lebar tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan
umumnya mempunyai lintasan C3, nervatio (pertulangan daun) menyirip, dari kelompok
Dicotyledoneae bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal
(Johny, 2006).
Pengamatan berikut yaitu mengamati morfologi gulma Mimosa pudica yang menyerang
pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum) terlihat daun kecil yang dalam satu
tangkai daun jumlahnya banyak, batang kecil, serta memilki sistem perakaran tunggang.
Gulma Mimosa pudica ini termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar.
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini.
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif
terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih
banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang.
Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.),
sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica) (Anonim, 2009).
Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun
setiap sirip 5-26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung
runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan bawah licin, panjang 6-16
mm, lebar 1-3 mm, berwarna hijau, umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun
tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang
4-5,5 cm. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel. Batang dengan rambut sikat yang
mengarah miring ke bawah. Akarnya berupa akar tunggang. Famili Mimosaceae
termasuk dalam kelompok gulma berdaun lebar (Jayani, 2009).
Pengamatan terakhir yaitu mengamati morfologi gulma Elatine triandra yang menyerang
pertanaman bawang merah (Allium ascolanicum). Terlihat bahwa daunnya tampak
berdaun lebar, tulang daunnya menjari, batangnya lunak serta memiliki system perakaran
serabut.
Gulma Elatine triandra merupakan rumput liar tahunan yang tumbuhnya merambat,
umumnya bercabang banyak, bentuk tebal dengan panjang 1-15 cm, bunganya kecil
berselang seling. Bunganya mempunyai daun yang biasanya berjumlah 2-3, yang
berselaput seperti bujur telur dengan warna merah mudaatau putih dengan ukuran 1-125
nm, benang sari bunganya 2 dengan 3 kepala putik biasanya berbunga sepanjang tahun
(Triharso, 2004).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu cara preventif, mekanik,
dan kultur teknik. Cara preventif dapat dilaksanakan melalui karantina tumbuhan atau
penggunaan benih berlabel. Cara mekanik dapat dilakukan dengan cara penyiangan,
pembabatan, pembakaran, pemakaian mulsa (penggunaan bahan organik atau sampah
organik dan anorganik), dan pengolahan tanah. Sedang cara kultur teknik dapat dilakukan
dengan memilih varietas unggul, penggunaan jarak tanam optimum, pemupukan optimal,
pergiliran tanaman, tumpang sari, dan pohon pelindung (Triharso, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang Pengenalan Gulma, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jenis gulma yang paling dominan tumbuh pada areal pertanaman bawang merah
(Allium ascalonicum) adalah Cyperus pumilus, Amaranthus gracilis, Mimosa pudica,
Cyperus elatus L., dan Elatine triandra. Gulma Mimosa pudica memililiki populasi yang
dominan.
2. Berdasarkan ciri morfologinya, tumbuhan gulma digolongkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu golongan teki-tekian (sedges), golongan rumput-rumputan (grasses), dan golongan
gulma berdaun lebar (broadleaft weeds).
3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara preventif dan kuratif. Secara kuratif
dilakukan dengan cara mekanik, biologis dan kimia.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan dalam mengidentifiksai gulma sebaiknya gulma yang
menjadi sampel diambil lebih banyak lagi agar dapat mengetahui jenis gulma lebih
banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Angga, 2009. Identifikasi Gulma.
http://angga1503.wordpress.com/2009/01/02/identifikasi-gulma/. Diakses pada tanggal 4
Desember 2009.

_______, 2008. Pengendalian Gulma.


http://www.ratoonjatim.co.cc/pengendalian_gulma/jenis_dan_sebaran_gulma_di_kebun.h
tm. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.

_______, 2008. Gulma. http://id.wikipedia.org/wiki/Gulma. Diakses pada tanggal 4


Desember 2009.

_______, 2009. Laporan Gulma. http://tustiana.blogspot.com/2009/02/laporan-gulma-


rumput.html. Diakses pada tanggal 4 Desember 2009.
Jayani, 2009. Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Mimosa pudica.
http://toiusd.multiply.com. Diakses pada tanggal 3 November 2009.

Johny, 2006. Dasar-Dasar Mata Kuliah. http://www.google.co.id. Diakses pada tanggal 4


Desember 2009.

Prasetyo, G., 2009. Cyperus. http://toiusd.multiply.com. Diakses pada tanggal 3


November 2009.
Triharso, 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.

You might also like