You are on page 1of 6

Teori Struktural 

Klasik
Kuliah 4

Komunikasi Oraganisasi

Dosen Chamdan MSi

Anggapan Dasar Teori Klasik


Pandangan teori klasik mengenai organisasi berdasarkan asumsi sebagai berikut :
1. Organisasi ada terutama untuk menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bagi suatu organisasi, ada struktur yang tepat bagi tujuan, lingkungan, teknologi dan
partisipannya.
3. Pekerjaan organisasi paling efektif bila ada tantangan lingkungan dan kepentingan pribadi
terhalang oleh
norma-norma rasionalitas.
4. Spesialisasi akan meningkatkan taraf keahlian dan performan individu.
5. Koordinasi dan control paling baik melalui praktek otoritas dan aturan-aturan yang tidak
bersifat pribadi.
6. Struktur dapat dirancang secara sistematis dan dapat dilaksanakan.
7. Masalah-masalah organisasi biasanya merefleksikan struktur yang tidak tepat, dan dapat
diselesaikan melalui perancangan
dan pengorganisasian kembali ( Bolman, 1988 )
Unsur kunci teori klasik
Ada empat kunci dari teori klasik :
Pembagian kerja, adalah bagaimana organisasi membagi sejumlah pekerjaan terhadap 
tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
Hierarki proses fungsional, adalah setiap organisasi terdapat adanya tingkatan karyawan
menurut fungsinya atau pekerjaan yang khusus dalam organisasi.
Struktur, adalah jalinan hubungan dan peranan dalam organisasi. (Lini dan Staf)
Pengawasan yang ketat, pada organisasi yang tinggi strukturnya menghendaki banyak
saluran komunikasi dalam melakukan pengawasan. Sedangkan pada organisasi yang
strukturnya mendatar tidak banyak diperlukan saluran komunikasi.

Organisasi Sosial
Berlo (1960) menyarankan bahwa komunikasi berhubungan dengan Organisasi Sosial dengan
tiga cara :
Pertama, sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi. Keseragaman perilaku dan tekanan
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma dihasilkan lewat komunikasi diantara
anggota-anggota kelompok.
Kedua, bila suatu sistemsosial telah berkembang, ia menentukan komunikasi anggota-
anggotanya. Sistem sosial mempengaruhi bagaimana, ke, dan dari siapa, dan dengan
pengaruh bagaimana komunikasi terjadi diantara anggota-anggota sistem.
Ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu kita membuat prediksi
yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan
yang mereka duduki dalam sistem.

Organisasi Formal
Kita akan membahas ciri-ciri khas organisasi formal – yang secara populer disebut birokrasi
– untuk memahami ciri-ciri penting sistem yang formal.
Karakteristik Birokrasi Weberian
Apakah ciri-ciri suatu organisasi terbirokratisasikan yang ideal ? Analisis atas karya Weber
memberikan sepuluh ciri berikut ini :
Satu Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan.
Dua Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas; tugas-tugas organisasi
disalurkan  di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi
Tiga Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Yakni, satu-
satunya saat bahwa seseorang diberi kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan
adalah ketika ia secara sah menduduki jabatannya.
Empat Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
Hierarkinya mengambil bentuk umum suatu piramida, yang menunjukkan setiap pegawai
bertanggung jawab kepada atasannya atas keputusan-keputusan bawahannya serta keputusan-
keputusannya sendiri.
Lima Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara
formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
Enam Proesedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal – yakni, peraturan-
peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang. Jabatan diharapkan memiliki orientasi yang
impersonal dalam hubungan mereka dengan langganan dan pejabat lainnya.
Tujuh Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian
dari organisasi.
Delapan Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.
Sembilan Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-
alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
Sepuluh Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan
jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Komunikasi Jabatan dan Hubungan Informal


Ciri-ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi
jabatan (posisitional communication) (Redfield, 1953). Hubungan dibentuk antara jabatan-
jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan organisasi terdiri dari jaringan jabatan.
Mereka yang menduduki jabatan diharuskan berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan
jabatan mereka. Sekalipun demikian, dalam praktek komunikasi jabatan ini membingungkan,
karena tidak semua jabatan dan interaksi secara saksama sesuai dengan diagram jabatan. 
Meskipun analisis Weber tentang teori organisasi dapat menguraikan banyak organisasi yang
beroperasi dewasa ini, sejumlah pemikiran dan teori lain memberikan sumbangan untuk
memahami cara kerja organisasi, dan khususnya, komunikasi organisasi. Dua jenis teori,
disamping teori kominikasi, memberikan pandangan yang berguna, yakni teori manajemen
dan teori organisasi. Terkadang para penulis membuat sedikit perbedaan antara teori
pengelolaan (managing) dan teori pengorganisasian (organizing) karena kedua teori itu sering
sangat mirip, tetapi terkadang berbeda. Kita akan menguraikan teori klasik manajemen secara
ringkas, teori yang sesuai dengan teori formal Weber mengenai organisasi.
Manajemen Ilmiah Taylor
Teori Weber mengenai birokrasi berforkus terutama pada pengorganisasian; teori itu
dianggap sebagai pernyataan terpenting tentang organisasi formal, namun mungkin juga
benar bahwa semua teori organisasi pada dasarnya adalah teori pengelolaan. Secara bersama-
sama Weber dan Taylor menyajikan teori-teori organisasi dan manajemen yang hampir
secara khusus membahas anatomi organisasi formal yang dapat disebut sebagai teori-teori
struktural klasik. Pendekatan Taylor terhadap manajemen dilakukan di sekitar empat unsur
kunci: pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur, dan rentang kekuasaan.
Menggunakan analisis Sofer (1972), kita akan membahas keempat pokok tersebut secara
ringkas.
Pembagian kerja menyangkut bagaimana tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi
didistribusikan. Dalam pengertian birokratik, kewajiban perusahaan secara sistematis
dibebankan kepada jabatan-jabatan dalam suatu tatanan spesialisasi yang menurun. Taylor
menyatakan bahwa pekerja harus dibebaskan dari tugas perencanaan dan kegiatan tata usaha.
Proses skalar dan fungsional berkaitan dengan pertumbuhan vertikal dan horisontal
organisasi. Proses skalar menunjukkan rantai perintah atau dimensi vertikal organisasi.
Dengan memperoleh dua asisten, manajer telah memperbesar ukuran organisasi secara
vertikal, menciptakan perubahan-perubahan dalam pendelegasian kewenangan dan tanggung
jawab, kesatuan perintah, dan kewajiban melapor.
Struktur berkaitan dengan hubungan-hubungan logis antara berbagai fungsi dalam
organisasi. Teori-teori klasik berfokus pada dua struktur dasar yang disebut Lini dan Staff.
Lini. Nilai dasar yang membedakan Lini dengan Dasar terletak pada wilayah pembuatan
keputusan. Isitlah lini berarti bahwa kewenangan terakhir terletak pada jabatan-jabatan dalam
struktur.
Staf. Tenaga staff secara tradisional memberi nasihat dan jasa untuk membantu lini. Lini
mempunyai otoritas komando. Staff memberikan nasihat dan melakukan persuasi dalam
bentuk usulan-ususlan, namun tidak mempunyai kewenangan untuk memeberikan perintah
kepada manajer lini untuk mengikuti usulan-usulan tersebut.
Struktur Tinggi dan Struktur Datar Terdapat berbagai bentuk struktur organisasi, namun
pada dasarnya terbagi dua: struktur tinggi atau vertikal dan struktur datar atau horisontal.
Tingginya atau datarnya suatu organisasi ditentukan oleh perbedaan dalam jumlah tingkatan
kewenangan dan variasi dalam rentang pengawasan (span of control) pada setiap tingkat.
Rentang Pengawasan (Span of Control) menunjukkan jumlah bawahan yang berada
dibawah pengawasan seorang atasan. Meskipun sering dinyatakan bahwa jumlah bawahan
yang dapat diawasi seorang manajer adalah lima atau enam orang, dalam prakteknya, rentang
pengawasan tersebut bervariasi.
Tujuan/Sasaran Organisasi dan
Keefektifan Organisasi
April 5, 2010 in Komunikasi, Resume | by Fatah H Sidik

3
3
 
Rate This

A. Definisi (Menurut Lubis, Hari dan Martani Huseini, 1987: 19)

Goals adalah suatu keadaan di atau kondisi yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Dalam
pengertian tersebut, sasaran dapat diartikan sebagai tujuan organisasi, baik tujuan jangka
panjang atau jangka pendek, juga mencakup sasaran dari keseluruhan organisasi atau sasaran
dari suatu bagian tertentu dari organisasi

B. Goal Menurut Para Ahli Teori Organisasi Modernist dan Rasional

1. Pandangan organisasi modernist: Official/resmi yang cenderung samar-samar dan


umum. Dapat ditemukan di anggaran dasar perusahaan, laporan tahunan dan
statement public oleh para eksekutif dan juru bicara perusahaan; Operative yang lebih
spesifik, di tuangkan dalam kebijakan dan prosedur yang dioperasikan langsung pada
unit-unit khusus.
2. Pandangan rasional: Tujuan official merupakan suatu kerangka untuk
mengembangkan tujuan operasional dan mempengaruhi aktifitas organisasi.

C. Alasan Pentingnya Sasaran Organisasi

Ada dua alasan yang menyebabkan sasaran organisasi menjadi penting, yaitu:

1. Dengan adanya tujuan, sesungguhnya menunjukkan eksistensi dari organisasi


tersebut.
2. Tujuan atau sasaran itu penting bagi proses managemen yang dijalankan suatu
organisasi. Dengan adanya sasaran atau tujuan tersebut, maka:
1. Memberikan legitimasi: Ijin atau akta pendirian merupakan pengakuan resmi
(dari pemerintah) terhadap tujuan suatu organisasi, yaitu mengenai hak
organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Tujuan organisasi secara resmi
diumumkan menunjukkan kepada pihak luar mengenai apa ataupun kondisi
yang ingin dicapai oleh organisasi.
2. Memberikan arah pengembangan organisasi: Tujuan organisasi memberikan
keterangan mengenai arah yang harus ditempuh oleh setiap anggota organisasi
dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan. Adanya arah yang jelas dapat
memberikan rangsangan bagi meningkatnya motivasi anggota organisasi
dalam melaksanakan yang melaksanakan tugasnya.
3. Sebagai criteria mengukur performasi organisasi: Tujuan ataupun sasaran
memberikan acuan untuk melakukan penilaian terhadap organisasi.
4. Untuk mengurangi ketidakpastian: Proses penetapan tujuan atau sasaran ini
memberikan kesempatan bagi para pimpinan mendiskusikan berbagai
pendapat yang berbeda, dan akhirnya menetapkan tujuan atau sasaran yang
mendapat prioritas utama.

D. Jenis-Jenis Sasaran Organisasi

1. Sasaran resmi adalah kondisi yang secara resmi, kegiatan yang akan dilakukan oleh
organisasi, alasan pembentukan organisasi dan nilai-nilai atau falsafah yang
mendasari berdirinya prganisasi.
2. Sasaran yang sebenarnya diinginkan (operative goal) merupakan tujuan atau sasaran
actual yang dalam praktek diikuti oleh organisasi.

E. Jenis Sasaran Aktual dalam Organisasi

1. Sasaran lingkungan (environmental goal) merupakan kondisi di mana suatu


organisasi-organisasi lain yang terdapat pada lingkungannya. Sasaran lingkungan ini
dapat juga dinyatakan sebagai kondisi di mana organisasi telah mendapatkan
pengakuan dari lingkungannya.
2. Sasaran output (output goal) mencerminkan jenis usaha yang dilakukan oleh
organisasi.
3. Sasaran sistem (system goal) berhubungan dengan pemeliharaan atau perawatan
organisasi sendiri yang menggambarkan ukuran, bentuk dan iklim organisasiyang
dikehendaki untuk tercapai.
4. Sasaran produk (product goal) menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang
akan diberikan kepada konsumen.
5. Sasaran bagian (sub unit goal) menggambarkan sasaran dari suatu bagian ataupun
satuan kerja yang merupakan bagian dari suatu organisasi.

F. Pengelolaan Berbagai Sasaran yang Saling Berlawanan

Ada berbagai cara, yaitu:

1. Menerima performansi yang secukupnya: Dengan cara ini, organisasi menerima


performansi yang secukupnya, tidak mengusahakan performansi yang lebih baik,
asalkan semua sasaran bisa dikelola secara simultan.
2. Perhatian bertahap: Organisasi berusaha mencapai sasaran yang dianggap paling
penting terlebih dulu sesudah sasaran itu tercapai kemudian memusatkan perhatian
pada sasaran lain secara berurutan.
3. Preferensi sasaran: Pada cara ini, pimpinan tertinggi telah menetapkan prioritas
sasaran, sehingga setiap anggota mengetahui sasaran seperti apa yang yang harus
didahulukan.
4. Perubahan sasaran: Pada cara ini, prioritas dari sasaran organisasi diubah secara
periodik. Sasaran itu secara terus menerus dievaluasi, disesuaikan dengan keadaan
lingkungan dan ditentukan tingkat kepentingannya bagi organisasi.

G. Pihak-Pihak yang Menentapkan Sasaran Organisasi


1. Pimpinan tunggal: Sasaran pada organisasi besar seringkali dipengaruhi pandangan
dari pimpinan yang palign berpengaruh, walaupun secara resmi sasaran itu ditetapkan
oleh beberapa orang yang merupakan kelompok pimpinan.
2. Koalisi: Merupakan kerjasama sekelompok anggota pimpinan organisasi untuk
mempunyai pandangan yang sama mengenai nilai-nilai yang seharusnya diikuti
organisasi yang juga selanjutnya menentukan tujuan atau sasaran yang akan dipilih.

H. Efektifitas Organisasi

Efektifitas adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai organisasi. Efisiensi adalah sebuah konsep yang bersifat lebih
terbatas dan menyangkut proses internal yang terjadi dalam suatu organisasi. Efisiensi
menunjukkan banyaknya input atau sumber yang diperlukan oleh organisasi,

I. Beberapa Pendekatan dalam Pengukuran Efektifitas Organisasi

1. Pendekatan sasaran: Di mulau dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur


tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
2. Pendekatan proses: Sebagai efisiensi dan kondisi atau kesehatan dari organisasi
internal.
3. Pendekatan sumber: Melalui keberhasilan organisasi dalam mendapatkan berbagai
macam sumber yang dibutuhkannya.

You might also like