You are on page 1of 13

FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG

1. TEMBAKAU
Teresa Caulin-Glaser, MD, FACC, FAACVPR, Direktur Eksekutif
McConnell Heart Health Center di Columbus, Ohio, mengatakan
merokok meskipun hanya 1-4 batang sehari, dapat meningkatkan
risiko terserang penyakit jantung atau meninggal akibat penyakit
jantung hingga dua kali lipat.
2. TEKANAN DARAH TINGGI
Teresa Caulin-Glaser, juga mengatakan tekanan darah yang
melebihi dari 130/85 mm / HG dapat meningkatkan risiko kematian
akibat penyakit kardiovaskuler hingga 10 kali lebih.
3. FISIK TIDAK AKTIF
Kurang berolahraga tidak hanya dapat melemahkan otot tubuh
tetapi juga otot jantung. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
untuk mengangkut darah dari arteri, vena dan kapiler.
4. DIABETES TIPE 2
"Banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa diabetes
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk penyakit jantung
koroner - dan risiko ini lebih besar pada perempuan dibandingkan
pada laki-laki," kata Teresa Caulin-Glaser.
Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh yang
memasok darah ke jantung, lapisan pembuluh dapat menebal,
sehingga lebih sulit untuk darah mengalir. Namun penyakit diabetes
Tipe 2 ini- bahkan yang memiliki sejarah dalam keluarga - sebagian
besar dapat dicegah melalui asupan nutrisi dan olahraga.
5. TINGKAT KOLESTEROL / GIZI BURUK
Beberapa ahli, seperti Dr James Carlson (penulis GENOCIDE: How
Your Doctor's Dietary Ignorance Will Kill You) menyebutkan bahwa
kolesterol tidak pernah terbukti menyebabkan penyakit jantung.
Sebaliknya ia mengatakan, “Ini adalah konversi molekul gula dalam
kolesterol, dengan hasil kolesterol, yang merupakan penyebab
sebenarnya di balik penyakit jantung.”
6. STRES
"Jantung perempuan lebih rentan terhadap stres, yang diperlihatkan
dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'sindrom patah hati,'
yang memicu gejala serangan jantung setelah trauma emosional
pada perempuan pasca-menopause dengan arteri bersih," ungkap
Teresa menyebutkan faktor lain penyebab penyakit jantung.
7. SINDROM METABOLIK
Ini adalah cluster faktor risiko yang sering terjadi bersamaan,
dimana satu komponen dapat memperparah komponen lainnya.
Mereka termasuk "obesitas sentral" (pinggang dari lebih dari 35
inchi); tekanan darah tinggi (melebihi 130/85 mm / Hg); rendahnya
tingkat kolesterol HDL (kurang dari 50 mg / dl), kadar trigliserida
tinggi (di atas 150 mg / dl), dan kadar gula darah lebih dari 100
mg / dl.

Faktor Risiko
1. Kadar Kolesterol Tinggi.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada
dinding arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol dan zat buangan
lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus
menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa
lemak kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat
bagi pembentukan dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol
diproduksi oleh hati (liver), sepertiga lainnya diperoleh langsung dari
makanan. Kolesterol diedarkan dalam darah melalui molekul yang
disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu low-density
lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL).
LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi
sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan
dibuang keluar. LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan
kolesterol pada dinding arteri sehingga disebut “kolesterol jahat”.
Kadar LDL yang optimal adalah 100- 129 mg/dL. Kelebihan LDL
menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih.
Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah di bawah 200
mg/dL (border line = 240).
2. Tekanan Darah Tinggi/Hipertensi.
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding
jantung menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner.Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah
tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan
diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara
umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg.
3. Trombosis.
Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila
trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka Anda berisiko
terkena penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada
dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. Merokok
meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat.
4. Kegemukan.
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan
diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL
rendah/LDL tinggi.
5. Diabetes mellitus.
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila
kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita
diabetes meninggal karena penyakit jantung dan gangguan
kardiovaskuler lainnya.
6. Penuaan.
Risiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua,
semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem
kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner
berusia di atas 60 tahun. Laki-laki cenderung lebih cepat terkena
dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat drastis
setelah menopause.
7. Keturunan.
Risiko Anda lebih tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit
jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60
tahun.

MANIFESTASI KLINIS
1.Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang
disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil
metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang.
Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada
diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan
darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan
ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami
kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
Jika darah yang mengalir ke otot yang lainnya (terutama otot betis)
terlalu sedikit, biasanya penderita akan merasakan nyeri otot yang
menyesakkan dan melelahkan selama melakukan aktivitas
(klaudikasio).
Perikarditis (peradangan atau cedera pada kantong yang
mengelilingi jantung) menyebabkan nyeri yang akan semakin
memburuk ketika penderita berbaring dan akan membaik jika
penderita duduk dan membungkukkan badannya ke depan.
Aktivitas fisik tidak menyebabkan nyeri bertambah buruk. Jika
menarik nafas atau menghembuskan nafas menyebabkan nyeri
semakin membaik atau semakin memburuk, maka kemungkinan
juga telah terjadi pleuritis (peradangan pada selaput yang
membungkus paru-paru).
Jika sebuah arteri robek atau pecah, penderita bisa merasakan nyeri
tajam yang hilang-timbul dengan cepat dan tidak berhubungan
dengan aktivitas fisik.
Kadang arteri utama (terutama aorta) mengalami kerusakan. Suatu
aneurisma (penonjolan aorta) bisa secara mendadak mengalami
kebocoran atau lapisannya mengalami robekan kecil, sehingga
darah menyusup diantara lapisan-lapisan aorta (diseksi aorta). Hal
ini secara tiba-tiba menyebabkan nyeri hebat yang hilang-timbul
karena terjadi kerusakan yang lebih lanjut (robeknya aorta) atau
berpindahnya darah dari saluran asalnya. Nyeri dari aorta seringkali
dirasakan di leher bagian belakang, diantara bahu, punggung
sebelah bawah atau di perut.
Katup diantara atrium kiri dan ventrikel kiri bisa menonjol ke dalam
atrium kiri pada saat ventrikel kiri berkontraksi (prolaps katup
mitralis). Penderita kadang merasakan nyeri seperti ditikam atau
ditusuk jarum. Biasanya nyeri terpusat di bawah payudara kiri dan
tidak dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas fisik.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal
jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam
rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema
pulmoner).
Pada stadium awal dari gagal jantung, penderita merasakan sesak
nafas hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan
memburuknya penyakit, sesak akan terjadi ketika penderita
melakukan aktivitas yang ringan, bahkan ketika penderita sedang
beristirahat (tidak melakukan aktivitas). Sebagian besar penderita
merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam posisi
berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk,
gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru
dan sesak akan berkurang.
Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah sesak
yang terjadi pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan
hilang jika penderita duduk tegak.
Sesak nafas tidak hanya terjadi pada penyakit jantung; penderita
penyakit paru-paru, penyakit otot-otot pernafasan atau penyakit
sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan juga bisa
mengalami sesak nafas. Setiap penyakit yang mengganggu
keseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen bisa
menyebabkan sesak nafas (misalnya gangguan fungsi
pengangkutan oksigen oleh darah pada anemia atau meningkatnya
metabolisme tubuh pada hipertiroidisme).
3. Kelelahan atau Kepenatan
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot
selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan
penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat
ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian
dari penuaan.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar)
Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut jantungnya.
Tetapi pada keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat
melakukan olah raga berat atau mengalami hal yang dramatis), dia
bisa merasakan denyut jantungnya. Jantungnya berdenyut dengan
sangat kuat atau sangat cepat atau tidak teratur.
Dokter bisa memperkuat gejala ini dengan meraba denyut nadi dan
mendengarkan denyut jantung melalui stetoskop. Palpitasi yang
timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri,
kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan
akibat dari irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung
yang serius.
5. Pusing dan Pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Gejala ini juga bisa disebabkan
oleh penyakit otak atau saraf tulang belakang, atau bisa tanpa
penyebab yang serius. Emosi yang kuat atau nyeri (yang
mengaktifkan sebagian dari sistem saraf), juga bisa menyebabkan
pingsan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Elektrokardiografi
EKG : pencatatan aktifitas jantung atas dasar perbedaan potensial listrik
Berguna untuk :
Menentukan hipertrofi
Menentukan terdapat gangguan miokard
Membantu diagnosis spesifik disritmia
Membantu diagnosis perikarditis / efusi pericard
Mengetahui efek pelbagai obat terhadap kardiovaskular
Menentukan terdapat gangguan metabolik atau elektrolit
Ada 12 hantaran yang perlu dicatat pada EKG : I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1,
V2, V3, V4, V5, V6.
V3R dan V4R disebut hantaran dada kanan penting untuk
menggambarkan keadaan ventrikel kanan.
Radiologi
Menempati tempat penting, manfaat :
Menentukan ukuran jantung dan pembesaran jantung
Mendeteksi bentuk jantung
Status vaskularisasi paru
Terdapat kelainan parenkim paru serta struktur ekstrakardiak lain
Tekhnik pemeriksaan ð posisi Postero-Anterior (PA). Kadang perlu lateral
dan oblik
Penilaian foto dada mencakup :
Struktur kardiovaskuler
Posisi jantung dan organ lain
Ukuran dan bentuk jantung
Vaskularisasi paru
Struktur ekstrakardiak : dinding thorax, diaprahma, parenkim paru
Pada foto PA batas kiri jantung dari superior ke inferior : A pulmonalis,
apendiks atrium kiri, serta ventrikel kiri
Batas kanan jantung vena kava superior di atas dan atrium kanan di
bawah.
Ventrikel kanan di depan, atrium kiri terletak di belakang tidak tampak
pada foto PA.
Ukuran jantung dinyatakan dengan Rasio Jantung Thoraks (RJT).
Umumnya RJT < 50 ðtidak ada kardiomegali
Dipengaruhi umur
Anak besar RJT > 50 ð kardiomegali
Bentuk jantung
TF ( bentuk jantung seperti sepatu, besar jantung normal, segmen
pulmonal cekung, aorta besar, apeks terangkat
TGA ( egg on side heart
TAPVD ( manusia salju, angka 8 atau 3
Anomali Ebstein ( jantung sangat besar, bulat
Ekokardiografi
Tehnik pemeriksaan USG untuk jantung serta pembuluh darah besar.
Ada 2 jenis pemeriksaan : M mode, B mode
Tehnik Doppler dan Doppler berwarna
Manfaat :
Menegakkan diagnosis kelainan struktural jantung
Menetapkan derajat kelainan
Menyingkirkan kelainan penyerta
Mengevaluasi fungsi KV
Mengevaluasi pasien pra bedah
Mengevaluasi hasil terapi medik
Mengevaluasi hasil terapi bedah
Menilai keterlibatan KV penyakit lain
Ekokardiografi M-Mode
Merupakan tayangan refleksi gelombang USG dari pelbagai kedalaman
pada sumbu vertikal dan waktu sebagai sumbu horizontal.
Ideal untuk pelbagai dimensi ruang jantung dan pembuluh darah.
Transduser pada anak 2,5 – 5 megahertz.
M mode standart potongan setinggi aorta, atrium kiri setinggi rongga
ventrikel kiri dan setinggi ujung katup mitral.
Kateterisasi Jantung Dan Angiokardiografi
Adalah pemeriksaan jantung invasif dengan memasukkan kateter khusus
yang menembus kulit dan jaringan lunak ke dalam pembuluh darah tepi
yang besar untuk mencapai ruang jantung dan pembuluh darah besar.
Indikasi :
Ada atau tidaknya kelainan jantung
Jenis kelainan jantung
Derajat kelainan
Cara pengobatan yang tepat untuk kelainan jantung yang ada
Hasil pengobatan yang diberikan
Kontraindikasi :
Ventrikel iritable
Hipokalemia
Hipertensi yang tidak dapat dikoreksi
Penyakit demam berulang
Gagal jantung dengan edema paru
Gangguan pembekuan
Gagal ginjal hebat
Alergi kontras
Resiko dan penyulit kateterisasi jantung :
Demem ringan 4 – 8 jam pasca tindakan
Hematoma pada tempat punksi
Oklusi sementara
Kehilangan banyak darah
Hipotermi, hipoglikemi dan hipoksia
Tromboemboli udara/bekuan darah
Tehknik kateterisasi :
Dilakukan diruang khusus
Terdapat alat rontgen, pemantauan, dan pengukuran saturasi
Kateterisasi jantung kanan
Kateterisasi jantung kiri
Kateterisasi Jantung Kanan
Dapat memeriksa keadaan vena kava superior dan inferior, atrium kanan,
ventrikel kanan.
V femoralis ð V iliaka ð V kava inferior ð atrium kanan ð ventrikel kanan ð
A pulmonalis kanan/kiri.
Kateterisasi Jantung Kiri
A,femoralis ð aorta abdominalis ð aorta torakalis ð arkus aorta ð valvula
semilunaris aorta ð ventrikel kiri.
Pada waktu kateter masuk ketempat tertentu seperti
atrium,ventrikel,a.pulmonalis,cabang2 a.pulmonalis diukur tekanan dan
saturasinya.

PENATALAKSANAAN MEDIS

hipertensi

PENATALAKSANAAN UMUM
1. Diet rendah garam : dengan mengurangi konsumsi garam dari 10
gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan
tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko
hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan diuretik.
2. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan
darah.
3.Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan
dalam banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.
4. Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan
akan menurunkan tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.
5. Olah raga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan
menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan menimbulkan
perasaan santai, yang kesemuanya berakibat kepada penurunan tekanan
darah.
6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk
mengurangi atau menghilangkan stres, yang pada gilirannya bisa
menurunkan tekanan darah.
7. Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace, ketimun,
belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam
usaha menurunkan tekanan darah.
MEDIKAMENTOSA
OBAT HIPERTENSI YANG TERSEDIA DI PUSKESMAS
Penatalakasanaan hipertensi dengan obat-obatan di Puskesmas
disesuaikan dengan ketersediaan obat yang ada di Puskesmas pula,
yaitu :
1. Golongan Diuretik
a. Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)
– Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
– Dosis : 1-2 X 25-50 mg.
– Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,
hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram otot, muntah dan
disines.
– Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom
Steven Johnson).
– Catatan :
• terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih banyak
efek sampingnya dari pada efektifitasnya.
• Untuk menghindari efek hipokalemi maka diberikan asupan
Kalium 1 X 500 mg, atau memperbanyak makan pisang.
b. Furosemid 40 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
– Dosis : 1-2 X 40-80 mg.
– Efek samping : sama dengan HCT.
– Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom
Steven Johnson).
2. Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)
Propranolol 40 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
– Dosis : 3 X 40-160 mg.
– Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk, pusing, mual, diare,
obstipasi, bronkospasme, kram otot dan bradikardi serta gagal jantung.
– Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.
3. Golongan Blok Ganglion
a. Klonidin 0,15 mg
– Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.
– Dosis : 2-3 X 0,15-1,2 mg
– Efek samping : mulut kering, kelelahan, mengantuk,
bradikardi, impotensi, gangguan hati dan depresi.
– Kontra indikasi : hepatitis akut, sirosis hepatis, depresi.
b. Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg.
– Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.
– Dosis : 1-2 X 0,1-0,25 mg
– Efek samping : bradikardi, eksaserbasi asma, diare,
penambahan berat badan mimpi buruk, depresi.
– Kontra indikasi : asma, depresi.
4. Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)
Kaptopril 25 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat
– Dosis : dosis awal 2-3 X 12,5-25 mg, bila setelah 1-2 minggu
belum ada respon dosis dinaikkan 2-3 X 50 mg.
– Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.
– Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan, proteinuri, gagal ginjal,
neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah, gangguan pengecap,
parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.
– Kontra indikasi : asma
5. Golongan Antagonis Kalsium
a. Diltiazem 30 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
– Dosis : 3-4 X 30 mg.
– Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual, muntah, diare,
konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.
– Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.
b. Nifedipin 10 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
– Dosis : 3 X 10-20 mg
– Efek samping : sama dengan diltiasem.
– Kontra indikasi : sama dengan diltiasem.
SENI TERAPI

1. Hipertensi Ringan (diastol 90 - 110 mmHg)


– Pilihan obat pertama : diuretik atau beta blocker
– Obat tambahan : Diuretik + Beta blocker
2. Hipertensi sedang (diastol : 110-130 mmHg)
– Pilihan obat pertama : Diuretik + Beta blocker
– Obat tambahan : Klonidin
3. Hipertensi Berat (diastol > 130 mmHg)
– Pilihan obat pertama : Klonidin + Diuretik.
– Obat tambahan : Beta Blocker
TAPERING OFF DAN DOSIS PEMELIHARAAN
Adalah penghentian terapi hipertensi dengan mengurangi dosis secara
perlahan. Hal ini ditujukan untuk menghindari efek “rebound fenomena”,
yaitu peningkatan kembali tekanan darah setelah penghentian terapi
obat-obatansecara mendadak. Penurunan dosis disesuaikan dengan
penurunan tekanan darah.

Rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien dengan


angina stabil menurut ESC 2006 sbb.:
1. Pemberian Aspirin 75 mg per hari pada semua pasien tanpa
kontraindikasi yang spesifik (cth. Perdarahan lambung yang aktif, alergi
aspirin, atau riwayat intoleransi aspirin) (level evidence A).
2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung
koroner
(level evidence A).
3. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE
inhibitor, seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard
infark dengan disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes (level evidence A).
4. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau
yang
pernah mendapat infark miokard (level evidence A).
Revaskularisasi Miokard
Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang
disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi
pembedahan,
bedah pintas koroner (coronary artery bypass surgery = CABG), dan
tindakan intervensi perkutan (percutneous coronary intervention = PCI).

You might also like