Professional Documents
Culture Documents
Oksigenasi
Posted on Maret 18, 2009 by hidayat2
Object 2
1
i
10 Votes
<!--//--><![CDATA[//><!--
PDRTJS_settings_1056957_post_6={"id":1056957,"unique_id":"wp-post-6","title":"Konsep
Oksigenasi","permalink":"http:\/\/hidayat2.wordpress.com\/2009\/03\/18\/konsep-
oksigenasi\/","item_id":"_post_6"}
//--><!]]>
OKSIGENASI
1. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler
dan hematology.
2. SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah
dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh
saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura
dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2). Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada
sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9%
dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau
tekanan darah sistemik.
3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon
dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi
antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi
masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO 2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg
sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus
inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,
1997).
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di
sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan
sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu
jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn
C. P, 2002).
Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam Alveoli.
(Pearce. E. C, 2002)
3. SISTEM KARDIOVASKULER
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap
belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium” dan bagian bawah
disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan satu ventrikel. Atrium dan
ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup
(valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub mitral atau katub bikuspidalis.
(Pearce, 1999)
Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua
lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali
pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang membungkus jantung
sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi
mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium
(lapisan dalam/endotel).
Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamar
jantung, sesuai petunjuk anak panah
b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi
pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup
aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan kembali ke atrium kanan
yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat
katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.
Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan vena
tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak disebut systole
atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut
systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3
detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi ventrikel
lebih lama dan kuat.
Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan
memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5
liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150 kali/menit, sehingga
daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).
Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah melalui system
kardiovaskuler
4. HEMATOLOGI
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb)
dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph,
konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.
1. Faktor Fisiologi
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain.
obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru
2. Faktor Perkembangan
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
3. Faktor Prilaku
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
koroner
pusat pernafasan
4. Faktor Lingkungan
2. Suhu lingkungan
1. Gangguan Konduksi
Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat
dan
a. Kecemasan
b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain),
menurunnya
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau
untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi,
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya
a. Menurunya hemoglobin
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Mardika tahun 2006.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Mardika
2007
Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997
Orang hidup tentunya akan butuh yang namanya bernafas, orang bernafas
tentunya butuh oksigen. tahukah anda apakah faktor yang mempengaruhi pernafasan?
kebutuhan oksigen adalah sangat penting, mahluk hidup tidak dapat hidup tanpa adanya oksigen,
bila oksigen yang ada dalam sistem pernafasan sedikit maka akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk hidup itu sendiri.
gangguan sistem oksigenasi dapat mempengaruhi semua yang ada dalam tubuh manusia, mari kita
lihat bagaimana oksigenasi tersebut dapat mempengaruhi kinerja tubuh manusia.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pernafasan dan tentunya akan berpengaruh terdapat
oksigenasi yang sangat dibutuhkan untuk hidup.
Kebutuhan OKsigenasi
Posted on Desember 20, 2008 by nursecerdas
i
Rate This
<!--//--><![CDATA[//><!--
PDRTJS_settings_3529337_post_132={"id":3529337,"unique_id":"wp-post-132","title":"Kebutuhan
OKsigenasi","permalink":"http:\/\/nursecerdas.wordpress.com\/2008\/12\/20\/kebutuhan-
oksigenasi\/","item_id":"_post_132"}
//--><!]]>REVIEW ANATOMI FISIOLOGI
FISIOLOGI PERNAFASAN
FISIOLOGI PERNAFASAN
3 proses yang berpengaruh pada proses respirasi, yaitu ;
1. Ventilasi Pulmoner
2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru
3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel – sel jaringan
1. Ventilasi Pulmoner
→ Merupakan proses pertukaran udara antara alveoli dan atmosfir / udara luar.
→ Ventilasi pulmoner akan meningkat slama aktifitas dan dalam keadaan sakit. Hal ini diikuti
pengembangan dada dan usaha bernafas maksimal.
→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal
external.
→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi otot perut anterior.
→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi saluran
pernafasan.
Regulasi Respirasi
Sistem saraf mengatur rata – rata dari ventilasi paru agar sesuai dengan kebutuhan tubuh ( PO2 dan
PCO2 ) tetap konstan.
Pusat pengendali pernafasan terletak di medulla oblongata dan pons.
- Volume Pulmoner
• Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada laki –
laki dan 400 ml pada wanita.
• Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang didapat
pada inhalasi maksimal, 3100 ml
• Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang
dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml.
• Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml
- Kapasitas Pulmoner
• Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara maksimal dalma paru setelah inspirasi maksimal :
TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml
• Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV +
IRV + ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml
• Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal yang didapat setelah ekspirasi normal, IC =
TV + IRV , 3600 ml
• Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi
normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
- Tekanan Pulmoner
Bernafas mengubah tekanan intrapulmonal dan tekanan intraplueral. Perubahan tekanan tersebut
berhubungan dengan perubahan volume paru. Pada saat inspirasi, volume paru bertambah, dan tekanan
intrapulmoner menurun. Sebaliknya, pada saat ekspirasi volume paru menurun, dan tekanan
intrapulmonal meningkat.
2. Difusi Gas
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah.
4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :
1. Ketebalan membran
→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau penyakit pulmoner
yang lain.
→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas.
2. Area permukaan membran
perubahan permukaan membran akan berpengaruh pula terhadap rata – rata difusi.
3. Koefisien difusi gas
Koefisien difusi tergantung dari berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat berdifusi
20 kali lebih cepat dari O2.
4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran
perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses difusi. Jika
tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari
PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.
1. Lingkungan / Enviroment
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.
Tempat yang tinggi → tekanan O2 menurun → peningkatan respirasi curah jantung, dan kedalaman
pernafasan.
Panas → dilatasi pembuluh darah perifer → aliran darah ke kulit meningkat sejumlah hilangnya
panas pada permukaan tubuh. Vasodilatasi → memperbesar lumen pembuluh darah, menurunkan
resistensi aliran darah → peningkatan tekanan darah → bertambahnya cardiac output → bertambanya
rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Lingkungan dingin → konstriksi pembuluh darah perifer, menurunkan aktifitas jantung →
berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen.
Polusi Udara contohnya rokok → merangsang timbuknya sakit kepala, pusing, batuk, dan perasaan
tercekik.
2. Latihan / Exercise
Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam tubuh.
3. Emosi / Emotions
Percepatan heart rate mugkin juga merupakan respon dari emosi seperti pada rasa takut, cemas dan
marah → merangsang saraf simpatic untuk merespon kiondisi tersebut.
6. Narcotics
Morphine dan mepedrin hydrocholoride ( demerol ), menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan
oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla. Perawat harus memonitor rata – rata dan kedalaman
pernafasan pada pasien yang mendapatkan analgetik narkotik.
HYPOXIA
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hal ini
berhubungan dengan 3 bagian / proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh
darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi pada proses tersebut.
Pada tempat yang tinggi, tekanan partial oksigen turun, karena itu tekanan partial alveoli dan arteri
menurun → disebut hypoxic hypoxia.
Penyebab lain hipoxia adalah hipoventilasi yaitu ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena
penurunan volume tidal. Penurunan volume tidal ( sebagai contoh , pada penyakit otot respirasi, obat –
obatan, atau analgesik ), carbondioksida sering terakumulasi dalam darah. Hipoxia dapat berkembang
ketika kemampuan paru untuk mendifusikan oksigen ke dalam darah arteri menurun, seperti pada
edema pulmonaer, atau akibat dari masalah pembebasan oksigen ke jaringan.
PENGKAJIAN
Meliputi :
riwayat keperawatan
pengkajian fisik
pemeriksaan diagnostic
~ Riwayat keperawatan
Meliputi :
a. Masalah Respirasi :
- apakah baru – baru ini pernah mengalami perubhan pola nafas (kesulitan, nafas cepat / lambat, nafas
pendek, perlu posisi tegak untuk bernafas)
- aktifitas yang menyebabkan masalah itu terjadi ?
- zat penyebab polusi
b. Riwayat penyakit pernafasan
- demam, alergi, asma, tuberculosis, bronkhitis, dll
- frekuensi ? berapa lama ? tindakan yang dilakukan ?
c. Masalah cardiovaskuler
- riwayat masalah sirkulasi jantung, atau darah (anemia, hipertensi, penyakit jantung)
d. Gaya hidup
- kebiasaan merokok, jumlahnya
- family → adakah yang merokok ?
- adakah perokok, zat penyebab polusi ( asbes, batu bara, asap, dll )
e. Prosentase batuk
- berapa lama, dan bagaimana terjadinya ?
- produktif atau non produktif ?
- apakah terjadi selama aktifitas atau setiap waktu ?
f. Sputum
- kapan diproduksi ?
- jumlah, warna, kekentalan, bau
- adakah darah ?
g. Nyeri dada
- apakah nyeri terjadi saat beraktifitas atau saat bernafas ?
- lokasi nyeri
- bagaimana perasaan nyeri
- terjadi saat inspirasi atau ekspirasi
- berapa lama, apakah cenderung terjadi saat bernafas
- aktifitas yang menyebabkan nyeri
- usaha untuk mengurangi nyeri
h. Faktor resiko
- keluarga dengan masalah : Ca Paru, penyakit kardiovaskuler. TB, dll
- BB klien, pola aktifitas, diet
i. Riwayat pengobatan
- penggunaan obat → overdosis, obat diindikasikan untuk jantung, tekanan darah, atau pernafasan
( contohnya : bronkodilator, inhalant, narcotik )
- dosisnya, berapa kali sehari, hasilnya, efek sampingnya ?
~ Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : rata – rata, kedalaman, ritme, usaha, kualitas respirasi, catat posisi klien pada saat
bernafas.
Palpasi : temperatur kulit, fremitus, pengembangan dada, krepitasi, massa, edema, dll.
Percusi : intensitas, tinggi rendahnya suara serta kualitas dan lokasinya
Auskultasi : vesikuler, bronchial, bronchovesikuler, rales, ronchi, lokasi dan perubahan suara nafas
serta saat terjadinya.
~ Pemeriksaan Diagnostik
→ Specimen.
untuk kultur dan sensitifitas → untuk mengidentifikasi mikroorganisme spesific dan sensitifitas
terhadap obat.
Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab, struktur, fungsi dan patologi sel. Specimen untuk
sitologi didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari ( selama 3 hari ) dan dites untuk
mengetahui kanker pada paru.
BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan sputum tiga hari berturut – turut, untuk
mengindentifikasi presentase TB.
→ Spirometri → tes fungsi paru – paru.
→ BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg
PO2 : 80 – 100 mm Hg
pH : 7,35 – 7,45
→ Pemeriksaan darah : eritrosit, Hb, leukosit, dll
→ Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning, Flouroskopy.
2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah
kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan
dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan
darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang
berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah),
kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar
dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien
eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak
butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah
hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang
lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang
cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila
dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan
nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau
rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi
yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi,
ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu
denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan
jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada
mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah
clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu
yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan
karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea,
dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
Klasifikasi
Kondisi
I
Dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
II
Berjalan I mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat normal
III
Terengah – engah (100 meter) atau setelah beberapa menit berjalan
IV
Terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).
Salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat adalah
terapi oksigen (O2). Secara klinis tujuan utama pemberian oksigen adalah :
1. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk keperawatan
terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat yang memadai
terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat
agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
4. Efisien,
Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh
karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari
sumber oksigen (tabung O2) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang
1. Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah,
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui
peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan
oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian oksigen dindikasikan kepada klien dengan
gejala :
2. Sianosis,
3. Hipovolemia,
4. Perdarahan,
5. Anemia berat,
6. Keracunan gas karbondioksida,
7. Asidosis,
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien
yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya
klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
1. Kanula nasal
2. Kateter nasal
1. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila
klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat
mengiritasi selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12
liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.
- Kerugian
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup
yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif,
akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat
ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
1. Kebakaran
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein
dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area
2. Depresi Ventilasi
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien
3. Keracunan Oksigen
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama.
Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan.
Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
Daftar Pustaka :
Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For Continuity Of Care, W.B
Sunders Company, 1999
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta, 2001
Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Doengoes, Merilin E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga, Jakarta, EGC, 1999
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1999
Potter, Patricia A. Perry, Anne G. Fundamental of Nursing ; Concepts, Process and Practice, Mosby
Year Book, St. Louis, 1997
Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care, Lipincott,
Philadelphia, 1997
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan
udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara
semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang
kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos
yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi
recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat
dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini
dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah
vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03
berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ
dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur,
yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh
menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun
suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang
obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat
mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun
karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.
'1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain
disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio
ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu,
anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.
Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.
Dokter Arianto Jonosewojo SpPD tak menyangka manfaat esktrak klorofil untuk menurunan berat
badan. “Yang saya tahu, ekstrak klorofil ini bagus untuk proses oksigenasi,” papar Kepala Poliklinik
Obat Tradisional Indonesia (OTI) RSU dr Soetomo Surabaya itu. Maksudnya, konsumsi ekstrak
klorofil meningkatkan jumlah oksigen dalam tubuh. Prosesnya sama dengan fotosintesis pada
tumbuhan. Sinar matahari mengubah zat hijau daun(klorofil) menjadi oksigen. Zat itulah yang
mengikat karbondioksida di sekitarnya. Dengan begitu, udara menjadi bersih.
“Banyaknya oksigen juga membuat tubuh jadi ‘bersih’. Sehingga, mempercepat pembentukan jaringan
sel baru.” jelas spesialis penyakit dalam itu. Bila dalam tubuh terdapat luka ataupembengkakan, bisa
segera sembuh. Tentu, bila rajin mengonsumsi ekstrak klorofil tersebut. Selain itu, ekstrak klorofil yang
didapat dari tanaman Alfaalfa (medicago sativa) tersebut berguna sebagai detoksifikasi racun yang
masuk ke tubuh manusia. Baik itu melalui polusi air, udara, maupun makanan (pengawet makanan,
boraks. formalin). Juga regulator untuk menyeimbangkan pH (tingkat keasaman) tubuh, sistem
imunitas, dan menormalkan tekanan darah.
Lebih lanjut, Arijanto mengatakan, apa pun jenis diet yang diterapkan, sebaiknya jangan berlebihan
atau terlalu ketat. Maksimal, dalam, sepekan, berat badan turun satu kilogram. Dalam sebulan, berarti
turun maksimal empat kilogram. “Bila berat badan turun dari batas tersebut, fungsi organ lain tak
berjalan dengan baik,” jelasnya.
Buang air besar terlampau sering berisiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Padahal, cairan dan
elektrolit sangat penting. Salah satunya berfungsi sebagai transportasi makanan dan zat-zat penting
lain. “Itu yang membuat tubuh jadi lemas, loyo, dan tak bergairah,” papar Arijanto.
Case Report :
Case Report Seorang laki-laki dibawa ke IGD rumah sakit dengan penurunan kesadaran, napas
damgkal dan lambat. Riwayat minum-minum alkohol +, terdapat bekas sayatan dan suntikan dio lengan
pasien. Seorang perempuan dibawa ke IGD RS karena kecelakaan laulintas dengan tanda perdarahan di
paha kanan +. Luka terbuka dengan banyak perdarahan. Tak lama kemudian pasien apneu dan GCS
111.
Pengantar… :
Pengantar… Oksigen ? substansi yg sgt penting dlm kehidupan manusia & mahluk hidup lainnya
Oksigen diperlukan untuk pernapasan normal oganisme aerobik Oksigen ? 50% komponen penyusun
planet bumi, 21% komponen udara, 89% komponen air.
Hipoksia :
Hipoksia Adalah tidak adekuatnya aliran oksigen utk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
Terjadi 4-6 menit setelah ventilasi spontan berhenti
Mekanisme Hipoksia :
Mekanisme Hipoksia - Hipoksemia arteri - Berkurangnya aliran oksigen krn kegagalan transport, tanpa
hipoksenia arteri - Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan
Slide 8:
Aliran O2 ? atau penggunaan di jaringan? ? metabolisme aerob mjd anaerob produksi asam laktat ??
cepat timbul asidosis, gangguan metabolisme seluler dan kematian sel
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan PaO2 arteri atau saturasi oksigen arteri Invasif: Analisis Gas
Darah Non-invasif : pulse oximetry
Terapi Oksigen :
Terapi Oksigen Tujuan : mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan meminimalkan asidosis respiratorik
Slide 13:
2. Terapi oksigen jangka panjang Pemberian oksigen secara kontinyu PaO2 istirahat <55mmHg atau
saturasi O2 <88% PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi O2 89% pada salah satu keadaan: Edema
krn CHF P pulmonal pd pemeriksaan EKG (gel P >3mm pd lead II, III, aVF) Eritrosemia (hematokrit
>56%) Pemberian Oksigen tidak kontinyu Selama latihan : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88% Selama
tidur : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%dg komplikasi seperti hipertensi pulmoner, somnolen dan
aritmia
Kontraindikasi Terapi Oksigen :
Kontraindikasi Terapi Oksigen Suplementasi oksigen tidak direkomendasikan pada: Pasien dg
keterbatasan jalan napas yg berat dg keluhan utama dispneu, tapi dengan PaO2 >60mmHg dan tdk
mempunyai hipoksia kronis Pasien yg meneruskan merokok ? kemungkinan prognosis buruk dan dpt
meningkatkan risiko kebakaran Pasien yg tidak dapat menerima terapi adekuat
VARIABLE PERFORMANCE… :
VARIABLE PERFORMANCE… Administer uncontrolled oxygen therapy The patient creates the
inspired mixture by the act of breathing Ex : nasal catheter, nasal cannula, mask shells with or without
rebreathing bag.
Slide 17:
Low capacity masks shell Nasal cannula High capacity systems (non re-breathing mask) Nasal catheter
Variable performance…
FIXED PERFORMANCE… :
FIXED PERFORMANCE… Allow controlled oxygen dosage Create a constant proportion of air
/oxygen mixture in excess of patient inspiratory flow rate and are independent of patient factors or fit to
the face With gas flow constantly in excess of patient demand and with enhanced CO2 washout,
rebreathing is virtually eliminated.
Slide 19:
Venturi Mask Ventimask Fixed performance…
Slide 21:
OBSTRUKSI JALAN NAPAS Pasien tidak sadar / dalam keadaan teranestesi posisi terlentang: ? tonus
otot jalan napas atas &otot genioglossus hilang ? lidah menyumbat hipofaring ? tjd obstruksi jalan
napas total /parsial
Slide 22:
TANDA-TANDA OBSTRUKSI JALAN NAPAS Stridor Napas cuping hidung Retraksi trakhea
Retraksi dinding dada Tidak terasa ada udara ekspirasi
Slide 23:
SPASME ATAU KEJANG LARING ?Terjadi karena pita suara menutup sebagian atau seluruh jalan
napas ?Biasanya karena anestesi ringan atau pada orang yang mendapat rangsangan sekitar faring
TERAPI : Manuver tripel jalan napas Ventilasi positif dengan oksigen 100%
Slide 25:
Manuver Tripel Jalan napas Step 1 Step 2 Step 3
Slide 28:
Naso-pharyngeal airway (NPA) Oro-pharyngeal airway (OPA) Jalan Napas Laring….
Slide 29:
Sungkup muka (face mask) Sungkup laring (laryngeal mask) Pipa trakhea (endotracheal tube/ET)
Slide 31:
CARA MEMILIH PIPA TRAKHEA UNTUK BAYI & ANAK KECIL : ? Diameter dalam pipa trakhea
(mm) = 4.0 + ¼ umur (tahun) ? Panjang pipa oro-trakheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun) ? Panjang pipa
naso-trakheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)
Slide 32:
LARINGOSKOPI & INTUBASI ?Laringoskop : alat yang digunakan utk melihat laring secara
langsung spy kita dpt memasukkan pipa trakhea dgn baik & benar. ?Dikenal dua macam laringoskop :
Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi – anak – dewasa Bilah lengkung (Miller, Magill)
untuk anak besar – dewasa
Slide 33:
Laringoskop Intubasi
EKSTUBASI :
EKSTUBASI Ekstubasi ditunda sampai pasien benar- benar sadar, jika : intubasi kembali akan
menimbulkan kesulitan paska ekstubasi ada resiko aspirasi Ekstubasi dikerjakan umumnya pada
keadaan anestesi sudah ringan dengan catatan tidak akan terjadi spasme laring Sebelum ekstubasi,
bersihkan rongga mulut – laring – faring dari sekret dan cairan lainnya
Slide 38:
Teknik Nasotracheal intubation
Slide 39:
ALHAMDULILLAH…