You are on page 1of 49

Konsep 

Oksigenasi
Posted on Maret 18, 2009 by hidayat2

 
Object 2
1

i
 

10 Votes
<!--//--><![CDATA[//><!--
PDRTJS_settings_1056957_post_6={"id":1056957,"unique_id":"wp-post-6","title":"Konsep
Oksigenasi","permalink":"http:\/\/hidayat2.wordpress.com\/2009\/03\/18\/konsep-
oksigenasi\/","item_id":"_post_6"}
//--><!]]&gt;

OKSIGENASI

1. PENGERTIAN

Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida

(CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler
dan hematology.

2. SISTEM PERNAFASAN

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah
dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh
saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura
dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.

Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :

1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan

3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa,


otot abdominal.

2). Perfusi Paru

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada
sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel
kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida  di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9%
dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau
tekanan darah sistemik.

3). Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon
dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul

dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi
antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg

sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi
masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO 2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg

sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

Anatomi paru

Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara

atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu  :

1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus

inferior.

2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,

1997).

Gambar 1. Lobus Pulmo Sinistra dan dekstra. (Syaifuddin, 1997)

Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di
sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan
sel epitelium yang pipih.

Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu
jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn
C. P, 2002).
Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam Alveoli.

(Pearce. E. C, 2002)

3. SISTEM KARDIOVASKULER

a. Struktur dan letak jantung

Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap
belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium” dan bagian bawah
disebut “ventrikel”.  Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan satu ventrikel. Atrium dan
ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup
(valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub mitral atau katub bikuspidalis.
(Pearce, 1999)

Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua
lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali
pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang membungkus jantung
sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi
mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.

Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium
(lapisan dalam/endotel).
Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamar
jantung, sesuai petunjuk anak panah
b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi
pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup
aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan kembali ke atrium kanan
yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat
katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.

Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan vena
tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak disebut systole
atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut
systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3
detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi ventrikel
lebih lama dan kuat.

Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan
memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5
liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150 kali/menit, sehingga
daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).
Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah melalui system

kardiovaskuler

4. HEMATOLOGI

Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb)
dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph,
konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.

Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN

1. Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia

2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran

napas bagian atas

3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2

terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka

dan lain-lain.

5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,

obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru

2. Faktor Perkembangan

1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

2. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut

3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok

4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress

yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru

5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Prilaku

1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi

yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang

terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

2. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen

3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

koroner

4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi (Fe)

menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi

pusat pernafasan

5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat


 

4. Faktor Lingkungan

1. Tempat kerja (polusi)

2. Suhu lingkungan

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

5. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah sebagai


berikut :

1. Gangguan Konduksi

Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)

2. Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)

Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia

Jaringan.

3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang

mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.

4. Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari

arteri koroner ke miokardium.

6. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat

dan

dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :

a. Kecemasan

b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan

d. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain),
menurunnya

konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau

untuk

mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).

Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi,

kardiakdistritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.

3. Hipoksia

Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya

penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :

a. Menurunya hemoglobin

b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung

c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida

d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia

e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok

f. Kerusakan / gangguan ventilasi

 
Tanda-tanda hipoksia  antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi

meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.

DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Mardika tahun 2006.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Mardika
2007
Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997

Orang hidup tentunya akan butuh yang namanya bernafas, orang bernafas
tentunya butuh oksigen. tahukah anda apakah faktor yang mempengaruhi pernafasan?
kebutuhan oksigen adalah sangat penting, mahluk hidup tidak dapat hidup tanpa adanya oksigen,
bila oksigen yang ada dalam sistem pernafasan sedikit maka akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk hidup itu sendiri.
gangguan sistem oksigenasi dapat mempengaruhi semua yang ada dalam tubuh manusia, mari kita
lihat bagaimana oksigenasi tersebut dapat mempengaruhi kinerja tubuh manusia.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pernafasan dan tentunya akan berpengaruh terdapat
oksigenasi yang sangat dibutuhkan untuk hidup.

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :


• Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi
berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada
waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia
juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
• Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah
PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir
ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin
sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
• Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian
juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat
menjadi predisposisi penyakit paru.
• Status Kesehatan
<!--
google_ad_client = "pub-0585506194204927";
/* 336x280, dibuat 09/07/21 */
google_ad_slot = "3224476361";
google_ad_width = 336;
google_ad_height = 280;
//-->google_protectAndRun("ads_core.google_render_ad", google_handleError,
google_render_ad);Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap
oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah
anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
• Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus
memantau laju dan kedalaman pernapasan.
• Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai
jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang
dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi.
Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan
menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang
disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting
untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
• Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas
cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
• Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah
atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat
terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing)
bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke
bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan
yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai
dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

Kebutuhan OKsigenasi
Posted on Desember 20, 2008 by nursecerdas

 
i
 

Rate This
<!--//--><![CDATA[//><!--
PDRTJS_settings_3529337_post_132={"id":3529337,"unique_id":"wp-post-132","title":"Kebutuhan
OKsigenasi","permalink":"http:\/\/nursecerdas.wordpress.com\/2008\/12\/20\/kebutuhan-
oksigenasi\/","item_id":"_post_132"}
//--><!]]&gt;REVIEW ANATOMI FISIOLOGI

A. SALURAN PERNAFASAN ATAS


Fungsi : menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup.
Terdiri dari :
- hidung
- faring
- laring
- epiglottis

B. SALURAN PERNAFASAN BAWAH


Fungsi :
- menghangatkan udara
- membersihkan mukuosa cilliary
- memproduksi surfactan
Terdiri dari :
- trachea
- bronchus
- paru

FISIOLOGI PERNAFASAN

FISIOLOGI PERNAFASAN
3 proses yang berpengaruh pada proses respirasi, yaitu ;
1. Ventilasi Pulmoner
2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru
3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel – sel jaringan

1. Ventilasi Pulmoner
→ Merupakan proses pertukaran udara antara alveoli dan atmosfir / udara luar.
→ Ventilasi pulmoner akan meningkat slama aktifitas dan dalam keadaan sakit. Hal ini diikuti
pengembangan dada dan usaha bernafas maksimal.
→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal
external.
→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi otot perut anterior.
→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi saluran
pernafasan.

Ventilasi Pulmoner tergantung dari :


 Kecukupan O2 di Udara Luar
Kecukupan konsentrasi O2 di udara luar/ atmosfir merupakan dasar untuk kecukupan respirasi.
Konsentrasi o2 pada tempat tinggi lebih randah dari pada di laut.
Selama inspirasi, udara melalui hidung, pharing, laring, trachea, bronchi, dan broncheolus ke alveoli,
dan sebaliknya pada periode ekspirasi.Hidung berfungsi menghangatkan, melembabkan dan menyaring
udara. Partikel partikel besar pada udara akan difiltrasi oleh rambut pada hidung, dan partikel kecil
difiltrasi oleh nasal turbulence.

 Kebersihan Jalan Nafas


Jalan udara dibersihkan oleh membran mukosa, yang terdiri dari cilia. Cilia pada saluran nafas bawah
menggerakkan benda asing ke atas dan cilia pada hidung untuk mengeluarkan. Batuk dan bersin
berpengaruh penting pada mekanisme kebersihan jalan nafas. Reflek batuk ditimbulkan oleh adanya
iritan yang yang mengirimkan impuls melalui saraf vagus ke medulla. Sedangkan bersin terjadi ketika
ada impuls saraf kelima ke medulla.

 Kembang kempis Paru


Merupakan pengembangan semua bagian paru dan dada. Pengembangan paru terjadi karena
bertambahnya volume paru oleh adanyan peningkatan tekanan paru. Ketidakadekuatan mengembang
menyebabkan kerusakan jaringan paru, seperti edema, tumor, paralisis atau kiposis.

 Regulasi Respirasi
Sistem saraf mengatur rata – rata dari ventilasi paru agar sesuai dengan kebutuhan tubuh ( PO2 dan
PCO2 ) tetap konstan.
Pusat pengendali pernafasan terletak di medulla oblongata dan pons.
- Volume Pulmoner
• Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada laki –
laki dan 400 ml pada wanita.
• Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang didapat
pada inhalasi maksimal, 3100 ml
• Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang
dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml.
• Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml
- Kapasitas Pulmoner
• Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara maksimal dalma paru setelah inspirasi maksimal :
TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml
• Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV +
IRV + ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml
• Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal yang didapat setelah ekspirasi normal, IC =
TV + IRV , 3600 ml
• Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi
normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
- Tekanan Pulmoner
Bernafas mengubah tekanan intrapulmonal dan tekanan intraplueral. Perubahan tekanan tersebut
berhubungan dengan perubahan volume paru. Pada saat inspirasi, volume paru bertambah, dan tekanan
intrapulmoner menurun. Sebaliknya, pada saat ekspirasi volume paru menurun, dan tekanan
intrapulmonal meningkat.

2. Difusi Gas
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah.
4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :
1. Ketebalan membran
→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau penyakit pulmoner
yang lain.
→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas.
2. Area permukaan membran
perubahan permukaan membran akan berpengaruh pula terhadap rata – rata difusi.
3. Koefisien difusi gas
Koefisien difusi tergantung dari berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat berdifusi
20 kali lebih cepat dari O2.
4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran
perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses difusi. Jika
tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari
PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.

3. Transpor dari oksigen dan karbon dioksida


Oksigen diangkut/disalurkan dari paru ke jaringan – jaringan, dan karbondioksida diangkut dari
jaringan kembali ke paru. Normalnya 97 % O2 berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah
secara bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai oxyhemoglobin. Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per
100ml didifusikan ke jaringan – jaringan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap transport oksigen dari paru ke jaringan :
 Cardiac Output
→ merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi
patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah )
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi
dengan menambahkan rata rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
 Jumlah Erytrocit
Jumalh eritrosit pada laki – laki 5juta/mm³ dan wanita 4,5 juta /mm³. Penurunan jumlah eritrosit →
anemia.
 Latihan
Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen.
Bertambahnya latihan → peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), menigkatkan cardiac uotput
dan penggunaan O2 oleh sel.
 Hematokrit Darah
Normalnya 40 % – 54 % pada laki – laki, dan 37 % – 47 % pada wanita.
Meningkatnya hematokrit → peningkatan viskositas → bertambanya cardiac output → meningkatnya
transport oksigen.
Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml darah ditransport dari jaringan ke paru
– paru.

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP OKSIGENASI :

1. Lingkungan / Enviroment
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.
 Tempat yang tinggi → tekanan O2 menurun → peningkatan respirasi curah jantung, dan kedalaman
pernafasan.
 Panas → dilatasi pembuluh darah perifer → aliran darah ke kulit meningkat sejumlah hilangnya
panas pada permukaan tubuh. Vasodilatasi → memperbesar lumen pembuluh darah, menurunkan
resistensi aliran darah → peningkatan tekanan darah → bertambahnya cardiac output → bertambanya
rata – rata dan kedalaman pernafasan.
 Lingkungan dingin → konstriksi pembuluh darah perifer, menurunkan aktifitas jantung →
berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen.
 Polusi Udara contohnya rokok → merangsang timbuknya sakit kepala, pusing, batuk, dan perasaan
tercekik.

2. Latihan / Exercise
Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam tubuh.

3. Emosi / Emotions
Percepatan heart rate mugkin juga merupakan respon dari emosi seperti pada rasa takut, cemas dan
marah → merangsang saraf simpatic untuk merespon kiondisi tersebut.

4. Gaya Hidup / Life Style


Gaya hidup klien merupakan faktor penting yang berhubngan dengan status oksigenasi.
Silicosis → pada seseorang pemecah batu.
Asbestosis → pada pekerja asbes
Antracosis → pada penambang batu bara
Petani → penyakit debu organic
Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru

5. Status Kesehatan / Health Status


Dalam kondisi sehat, sistem kardiovaskuler dan pernafasan dapat memenuhi kebutuhan oksigen dalam
tubuh. Hipoxemia, misalnya dikarakteristikan oleh penurunan tekanan partial oksigen di dalam darah
arteri, atau penurunan saturasi dari oksihemoglobin. Anemia merupakan salah satu pada sistem
cardiovaskuler. Banyak penyebab dari anemia, meliputi malnutrisi, kehilangan darah. Karena
hemoglobin membawa oksigen dan carbondioksida, anemia dapat mempengaruhi pembebasan gas dari
dan ke sel tubuh.

6. Narcotics
Morphine dan mepedrin hydrocholoride ( demerol ), menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan
oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla. Perawat harus memonitor rata – rata dan kedalaman
pernafasan pada pasien yang mendapatkan analgetik narkotik.

MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI

HYPOXIA

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hal ini
berhubungan dengan 3 bagian / proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh
darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi pada proses tersebut.
Pada tempat yang tinggi, tekanan partial oksigen turun, karena itu tekanan partial alveoli dan arteri
menurun → disebut hypoxic hypoxia.
Penyebab lain hipoxia adalah hipoventilasi yaitu ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena
penurunan volume tidal. Penurunan volume tidal ( sebagai contoh , pada penyakit otot respirasi, obat –
obatan, atau analgesik ), carbondioksida sering terakumulasi dalam darah. Hipoxia dapat berkembang
ketika kemampuan paru untuk mendifusikan oksigen ke dalam darah arteri menurun, seperti pada
edema pulmonaer, atau akibat dari masalah pembebasan oksigen ke jaringan.

Tanda – tanda klinik hipoxia :


Tanda – tanda Akut dan Kronik Hipoxia :

PERUBAHAN POLA NAFAS

→ B.d rata – rata, volume, ritme, dan usaha bernafas.


Respirasi normal ( eupnea ) : diam, ritmic, dan sedikit usaha.
Tachypnea → nafas yang cepat, dijumpai pada demam, asidosis metabolik, nyeri, hipercapnea,
anoxemia ( penurunan O2 dalam darah ).
Bradypnea → nafas yang lambat, dijumpai pada pasien yang mendapat morphie sulfat ( penyebab
depresi respirasi ), asidosis metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan intrakranial, →
injuri otak ).
Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih
dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ),
sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Ritme respirasi abnormal yaitu :
 Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK, dan overdosis obat.
 Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20
x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
 Apneustic → henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
 Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem
saraf pusat.
Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

OBSTRUKSI JALAN NAFAS


Obstruksi partial atau seluruh jalan nafas bisa terjadi pada saluran nafas atas maupun bawah. Obstruksi
saluran nafas atas bisa disebabkan oleh benda asing, sperti makanan, lidah jatuh ke belakang ( pada
pasien tidak sadar ), penumpukan sekret pada jalan nafas. Obstruksi jaan nafas bawah bisa terjadi pada
bronkhial dan paru – paru.

PENGKAJIAN
Meliputi :
 riwayat keperawatan
 pengkajian fisik
 pemeriksaan diagnostic

~ Riwayat keperawatan
Meliputi :
a. Masalah Respirasi :
- apakah baru – baru ini pernah mengalami perubhan pola nafas (kesulitan, nafas cepat / lambat, nafas
pendek, perlu posisi tegak untuk bernafas)
- aktifitas yang menyebabkan masalah itu terjadi ?
- zat penyebab polusi
b. Riwayat penyakit pernafasan
- demam, alergi, asma, tuberculosis, bronkhitis, dll
- frekuensi ? berapa lama ? tindakan yang dilakukan ?
c. Masalah cardiovaskuler
- riwayat masalah sirkulasi jantung, atau darah (anemia, hipertensi, penyakit jantung)
d. Gaya hidup
- kebiasaan merokok, jumlahnya
- family → adakah yang merokok ?
- adakah perokok, zat penyebab polusi ( asbes, batu bara, asap, dll )
e. Prosentase batuk
- berapa lama, dan bagaimana terjadinya ?
- produktif atau non produktif ?
- apakah terjadi selama aktifitas atau setiap waktu ?
f. Sputum
- kapan diproduksi ?
- jumlah, warna, kekentalan, bau
- adakah darah ?
g. Nyeri dada
- apakah nyeri terjadi saat beraktifitas atau saat bernafas ?
- lokasi nyeri
- bagaimana perasaan nyeri
- terjadi saat inspirasi atau ekspirasi
- berapa lama, apakah cenderung terjadi saat bernafas
- aktifitas yang menyebabkan nyeri
- usaha untuk mengurangi nyeri
h. Faktor resiko
- keluarga dengan masalah : Ca Paru, penyakit kardiovaskuler. TB, dll
- BB klien, pola aktifitas, diet
i. Riwayat pengobatan
- penggunaan obat → overdosis, obat diindikasikan untuk jantung, tekanan darah, atau pernafasan
( contohnya : bronkodilator, inhalant, narcotik )
- dosisnya, berapa kali sehari, hasilnya, efek sampingnya ?

~ Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : rata – rata, kedalaman, ritme, usaha, kualitas respirasi, catat posisi klien pada saat
bernafas.
 Palpasi : temperatur kulit, fremitus, pengembangan dada, krepitasi, massa, edema, dll.
 Percusi : intensitas, tinggi rendahnya suara serta kualitas dan lokasinya
 Auskultasi : vesikuler, bronchial, bronchovesikuler, rales, ronchi, lokasi dan perubahan suara nafas
serta saat terjadinya.

~ Pemeriksaan Diagnostik
→ Specimen.
 untuk kultur dan sensitifitas → untuk mengidentifikasi mikroorganisme spesific dan sensitifitas
terhadap obat.
 Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab, struktur, fungsi dan patologi sel. Specimen untuk
sitologi didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari ( selama 3 hari ) dan dites untuk
mengetahui kanker pada paru.
 BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan sputum tiga hari berturut – turut, untuk
mengindentifikasi presentase TB.
→ Spirometri → tes fungsi paru – paru.
→ BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg
PO2 : 80 – 100 mm Hg
pH : 7,35 – 7,45
→ Pemeriksaan darah : eritrosit, Hb, leukosit, dll
→ Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning, Flouroskopy.

Selasa, 22 Januari 2008


OKSIGENASI
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI


1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah
kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu

4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

B. Saluran Nafas Bawah


1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli

6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan

PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya

PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya
dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan
dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan
darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada
bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya
individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan
mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang
berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan
yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh
darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian
dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat
sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi
didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa
yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat
sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya
selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya
terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang
terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di
sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring
atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh
kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran
napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran
napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat
mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7. Riwayat spiritual

8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah),
kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.

d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar
dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien
eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak
butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah
hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang
lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang
cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila
dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan
nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau
rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi
yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi,
ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu
denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan
jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada
mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah
clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu
yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama
seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan
karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial
atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.

4. Penurunan kardiak output


Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan
jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam
mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi
ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada
lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif


Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara
cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi
dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi
dan mengurangi nyeri

C. Posisi yang baik


• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi
abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi
dan latihan
D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat
dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

E. Pemberian obat bronkhodilator


Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan
spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap
atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

2. Mobilisasi sekresi paru


A. Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang
banyak kurang lebih 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.

B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea,
dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru


A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan
efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik


Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke
ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam
periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage


Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih
chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke
sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail
chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan
rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi pada
pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga
pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output


Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah
dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan
kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses
II.

. Riwayat keperawatan klien


Hal – hal yang perlu dikaji antara lain :
Data demografi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, support sistem yang ada dan tingkat pendidikan.
Riwayat keluarga : penyakit keluarga, penyakit keturunan dan alergi.
Pekerjaan
Keadaan lingkungan : kumuh, rawa – rawa, kota besar
Kebiasaan : merokok, aktivitas.

II. Pengkajian Fisik


Batuk : ada atau tidak, nyeri saat batuk, sputum, sesak saat batuk, jenis batuk : produktif, non produktif,
terus menerus atau tidak, kapan batuk timbul : pagi atau saat aktifitas.
Sputum : warna, bau, konsistensi : kental atau cair, jumlah, darah dan berbusa.
Dispneu (kesulitan bernafas) : kapan timbul, tingkat toleransi klien terhadap aktifitas.

Tingkatan dispneu yaitu :

Klasifikasi
Kondisi
I
Dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
II
Berjalan I mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat normal
III
Terengah – engah (100 meter) atau setelah beberapa menit berjalan
IV
Terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).

Hemoptisis : kapan saja, apa pencetusnya


Nyeri dada : kapan timbul nyeri, apakah mengikuti irama pernafasan
Wheezing : suara yang timbul akibat udara melewati saluran yang kecil. Tanyakan kapan saja
timbulnya dan bagaimana cara menangani kondisi tersebut.
Warna kulit : sianosis perifer atau sentral.
Udema wajah : biasanya karena infeksi dan pembengkakan sinus. Tanyakan kapan saja timbulnya.
Kecemasan
Bentuk dada : dada burung, sejak kapan mulainya.
Gangguan muskuloskeletal : adakah penggunaan otot – otot tambahan, kelemahan, nyeri otot.
Clubbing nail
Bau nafas : pengeluaran zat sisa metabolisme, jenis bau nafasnya, aseton, ureum dan alkohol.
Pola nafas : eupnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne stokes, biot.
Taktil Fremitus : akan meningkat pada konsolidasi (ada masa) dan menuru pada pneumothorak dan
pleural effusion.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang.
¨ Rontgen foto
¨ Sputum BTA
¨ Bronchoscopy
¨ Analisa gas darah.

Salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat adalah
terapi oksigen (O2). Secara klinis tujuan utama pemberian oksigen adalah :

1. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,

2. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.

Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk keperawatan

terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat yang memadai
terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat
agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.

Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :


1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,

2. Tahanan jalan nafas yang rendah,

3. Tidak terjadi penumpukan CO2,

4. Efisien,

5. Nyaman untuk pasien.

Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh

karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari
sumber oksigen (tabung O2) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang

adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.


Humidifier
Indikasi Pemberian Oksigen

Indikasi utama pemberian oksigen adalah :

1. Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah,

2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui
peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,

3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan
oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian oksigen dindikasikan kepada klien dengan

gejala :

1. Klien dengan keadaan tidak sadar,

2. Sianosis,

3. Hipovolemia,

4. Perdarahan,

5. Anemia berat,
6. Keracunan gas karbondioksida,

7. Asidosis,

8. Selama dan sesudah pembedahan.

Metode Pemberian Oksigen


Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

1. Sistem Aliran Rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang

bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien
yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya
klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.

Contoh sistem aliran rendah adalah :

1. Kanula nasal

2. Kateter nasal

3. Sungkup muka sederhana,

4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing,

5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

1. Kateter Nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran

1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.

- Keuntungan

Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman

serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.

b. Kanul Nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.

- Keuntungan

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya

mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan terasa nyaman.

- Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila

klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat
mengiritasi selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana

Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan

konsentrasi oksigen 40 – 60%.

- Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem

humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat


digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

- Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :

Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12

liter/mnt

- Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput

lendir

- Kerugian

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat

menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing

Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12

liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

- Keuntungan :

Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.

- Kerugian

Kantong oksigen bisa terlipat.

masker non rebreathing

2. Sistem Aliran Tinggi

Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,

sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.

Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.

Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup

yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif,

akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat
ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.

- Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak

dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol

serta tidak terjadi penumpukan CO2

- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat

menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

Bahaya Pemberian Oksigen


Pemberian oksigen bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek

merugikan, antara lain :

1. Kebakaran

Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein

dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area

sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.

2. Depresi Ventilasi

Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien

dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi

3. Keracunan Oksigen

Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama.

Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan.
Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.

Daftar Pustaka :
Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For Continuity Of Care, W.B
Sunders Company, 1999

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta, 2001

Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999

Doengoes, Merilin E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga, Jakarta, EGC, 1999
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1999

Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah, YIAPK, Bandung, 1996

Potter, Patricia A. Perry, Anne G. Fundamental of Nursing ; Concepts, Process and Practice, Mosby
Year Book, St. Louis, 1997

Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care, Lipincott,
Philadelphia, 1997

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan
udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara
semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang
kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos
yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi
recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat
dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini
dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah
vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03
berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk
dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin
yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik
dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan Obat


Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang
tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas
(bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas


Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan,
bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin.
Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan
bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan
rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ
dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur,
yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh
menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun
suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang
obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat
mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit
kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb
menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan
ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernapasan


a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini
terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali
permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru
agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi,
napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat
disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila
pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di
bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam
keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai
adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat
terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara
pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks
menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga
paCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini
sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun
dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah dari
keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya
tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang
meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan.
Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

3. Obstruksi Jalan Napas


Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi
pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan
sedatif, dan lain-lain.

Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun
karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru.
'1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain
disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio
ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu,
anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.

Ekstrak Klorofil Pacu Oksigenasi


Feb 1, 2009
USAHA menurunkan berat badan bisa dilakukan dengan beragam cara. Satu langkah yang be-
lakangan sedang booming ditempuh adalah mengonsumsi ekstrak klorofil plus olahraga secara
rutin. Ada yang dalam sebulan berat badan turun hingga lima kilogram. Sebab, sejak minum ekstrak
klorofil, frekuensi buang air besar mencapai lima kali dalam sehari.

Dokter Arianto Jonosewojo SpPD tak menyangka manfaat esktrak klorofil untuk menurunan berat
badan. “Yang saya tahu, ekstrak klorofil ini bagus untuk proses oksigenasi,” papar Kepala Poliklinik
Obat Tradisional Indonesia (OTI) RSU dr Soetomo Surabaya itu. Maksudnya, konsumsi ekstrak
klorofil meningkatkan jumlah oksigen dalam tubuh. Prosesnya sama dengan fotosintesis pada
tumbuhan. Sinar matahari mengubah zat hijau daun(klorofil) menjadi oksigen. Zat itulah yang
mengikat karbondioksida di sekitarnya. Dengan begitu, udara menjadi bersih.
“Banyaknya oksigen juga membuat tubuh jadi ‘bersih’. Sehingga, mempercepat pembentukan jaringan
sel baru.” jelas spesialis penyakit dalam itu. Bila dalam tubuh terdapat luka ataupembengkakan, bisa
segera sembuh. Tentu, bila rajin mengonsumsi ekstrak klorofil tersebut. Selain itu, ekstrak klorofil yang
didapat dari tanaman Alfaalfa (medicago sativa) tersebut berguna sebagai detoksifikasi racun yang
masuk ke tubuh manusia. Baik itu melalui polusi air, udara, maupun makanan (pengawet makanan,
boraks. formalin). Juga regulator untuk menyeimbangkan pH (tingkat keasaman) tubuh, sistem
imunitas, dan menormalkan tekanan darah.
Lebih lanjut, Arijanto mengatakan, apa pun jenis diet yang diterapkan, sebaiknya jangan berlebihan
atau terlalu ketat. Maksimal, dalam, sepekan, berat badan turun satu kilogram. Dalam sebulan, berarti
turun maksimal empat kilogram. “Bila berat badan turun dari batas tersebut, fungsi organ lain tak
berjalan dengan baik,” jelasnya.
Buang air besar terlampau sering berisiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Padahal, cairan dan
elektrolit sangat penting. Salah satunya berfungsi sebagai transportasi makanan dan zat-zat penting
lain. “Itu yang membuat tubuh jadi lemas, loyo, dan tak bergairah,” papar Arijanto.

Bintik klorofil pada daun


Hal lainnya, penurunan berat badan berlebihan membuat kulit menjadi keriput. Sebab, kulit tak sempat
beradaptasi dengan perubahan berat badan secara drastis. “Elastisitas kulit berkurang. Ini membuat
orang tersebut tampak lebih tua,” ujarnya.
Dia menegaskan, penurunan berat badan secara drastis berpotensi menimbulkan efek yoyo. Yakni, berat
badan kembali naik secepat ketika turun. “Bahkan, mungkin kenaikannya lebih banyak daripada
sebelum mengalami penurunan berat badan,” papar Arijanto.
Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya diimbangi olahraga. Menurut pakar tanaman tradisional itu,
cara tersebut lebih efektif daripada hanya konsumsi obat atau badan makanan/minuman tertentu.
“Olahraga teratur bisa membakar kalori. Cara ini lebih aman dan menyehatkan,” katanya.

Peran Ganda Klorofil


Feb 1, 2009
KLOROFIL yang beredar di pasaran adalah ekstrak klorofil sintetik. Tentu ada perbedaan dengan
klorofil alami. “Zat hijau daun itu dapat mengikat dan menghancurkan lemak-lemak jahat di dalam
tubuh,” kata Hendarmoko Prasetijo SKM, ahli gizi dari RS Surabaya Internasional. Karena ekstrak
klorofil sintetik, bahan-bahan yang terkandung ditambah bahan kimia.
Untuk itu, Hendarmoko tetap menganjurkan untuk mengonsumsi bahan-bahan alami yang mengandung
klorofil. Caranya, suplai enam jenis bahan sayurdan lima jenis buah secara bergantian dalam sepekan.
“Sayur dan buah saling melengkapi,” imbuhnya. Khususnya, sayuran berwarna hijau. Contohnya,
bayam, daun ketela, sawi, brokoli, daun ketela rambat, daun pepaya, dan sawi. Buah bisa dipilih dari
segala jenis. Buah itu berfungsi melengkapi kandungan serat bagi tubuh.
Menurut Hendarmoko, ada perbedaan cara kerja klorofil sintetik dan alami. Klorofil sintetik lebih cepat
masuk ke pembuluh darah. Sementara itu, klorofil alami dapat menyerap lemak di saluran pencernaan
sebelum masuk pembuluh darah. “Jadi, perannya ganda,” ujarnya, Efek konsumsi ekstrak klorofil
sintetik, antara lain, sering buang air besar. ” Waspadai jika diare disertai lendir atau hingga dehidrasi.
Hentikan dulu konsumsi ekstrak klorofil sintetik itu,” tegasnya. Dikhawatirkan, dehidrasi yang
berkepanjangan mengganggu kerja ginjal
(war/nda)

TERAPI OKSIGEN dan PENATALAKSANAAN JALAN NAPAS :


TERAPI OKSIGEN dan PENATALAKSANAAN JALAN NAPAS dr. Joko Murdiyanto, Sp.An dr.
Ardi Pramono, SpAn

Case Report :
Case Report Seorang laki-laki dibawa ke IGD rumah sakit dengan penurunan kesadaran, napas
damgkal dan lambat. Riwayat minum-minum alkohol +, terdapat bekas sayatan dan suntikan dio lengan
pasien. Seorang perempuan dibawa ke IGD RS karena kecelakaan laulintas dengan tanda perdarahan di
paha kanan +. Luka terbuka dengan banyak perdarahan. Tak lama kemudian pasien apneu dan GCS
111.

Terapi Oksigen dan Penatalaksanaan Jalan Napas :


Terapi Oksigen dan Penatalaksanaan Jalan Napas Pengantar Definisi Hipoksia Mekanisme Hipoksia
Tujuan Terapi Oksigen Indikasi Terapi Oksigen Kontraindikasi Terapi Oksigen Metode Pemberian
Oksigen Konsep Penatalaksanaan Jalan Napas Macam-Macam Alat Penatalaksanaan Jalan Napas

Pengantar… :
Pengantar… Oksigen ? substansi yg sgt penting dlm kehidupan manusia & mahluk hidup lainnya
Oksigen diperlukan untuk pernapasan normal oganisme aerobik Oksigen ? 50% komponen penyusun
planet bumi, 21% komponen udara, 89% komponen air.

KURVA DISOSIASI OKSIGEN :


KURVA DISOSIASI OKSIGEN Pasien jarang dapat bertahan hidup dengan nilai tekanan oksigen
arterial pada daerah merah (tekanan ? 25 mmHg).

Hipoksia :
Hipoksia Adalah tidak adekuatnya aliran oksigen utk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
Terjadi 4-6 menit setelah ventilasi spontan berhenti

Mekanisme Hipoksia :
Mekanisme Hipoksia - Hipoksemia arteri - Berkurangnya aliran oksigen krn kegagalan transport, tanpa
hipoksenia arteri - Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan

Slide 8:
Aliran O2 ? atau penggunaan di jaringan? ? metabolisme aerob mjd anaerob produksi asam laktat ??
cepat timbul asidosis, gangguan metabolisme seluler dan kematian sel

Gejala & Tanda Hipoksia Akut :


Gejala & Tanda Hipoksia Akut

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan PaO2 arteri atau saturasi oksigen arteri Invasif: Analisis Gas
Darah Non-invasif : pulse oximetry

Terapi Oksigen :
Terapi Oksigen Tujuan : mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan meminimalkan asidosis respiratorik

Indikasi Terapi Oksigen :


Indikasi Terapi Oksigen Terapi oksigen jangka pendek - Hipoksemia akut (PaO2 <60mmHg; SaO2
<90%) - Cardiac arrest dan respiratory arrest - Hipotensi (TD sistolik <100 mmHg) - Curah jantung
rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat <18 mmol/L) - Respiratory distress (frek napas >24x/menit)

Slide 13:
2. Terapi oksigen jangka panjang Pemberian oksigen secara kontinyu PaO2 istirahat <55mmHg atau
saturasi O2 <88% PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi O2 89% pada salah satu keadaan: Edema
krn CHF P pulmonal pd pemeriksaan EKG (gel P >3mm pd lead II, III, aVF) Eritrosemia (hematokrit
>56%) Pemberian Oksigen tidak kontinyu Selama latihan : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88% Selama
tidur : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%dg komplikasi seperti hipertensi pulmoner, somnolen dan
aritmia
Kontraindikasi Terapi Oksigen :
Kontraindikasi Terapi Oksigen Suplementasi oksigen tidak direkomendasikan pada: Pasien dg
keterbatasan jalan napas yg berat dg keluhan utama dispneu, tapi dengan PaO2 >60mmHg dan tdk
mempunyai hipoksia kronis Pasien yg meneruskan merokok ? kemungkinan prognosis buruk dan dpt
meningkatkan risiko kebakaran Pasien yg tidak dapat menerima terapi adekuat

Metode Pemberian Oksigen :


Metode Pemberian Oksigen Variable performance Fixed performance

VARIABLE PERFORMANCE… :
VARIABLE PERFORMANCE… Administer uncontrolled oxygen therapy The patient creates the
inspired mixture by the act of breathing Ex : nasal catheter, nasal cannula, mask shells with or without
rebreathing bag.

Slide 17:
Low capacity masks shell Nasal cannula High capacity systems (non re-breathing mask) Nasal catheter
Variable performance…

FIXED PERFORMANCE… :
FIXED PERFORMANCE… Allow controlled oxygen dosage Create a constant proportion of air
/oxygen mixture in excess of patient inspiratory flow rate and are independent of patient factors or fit to
the face With gas flow constantly in excess of patient demand and with enhanced CO2 washout,
rebreathing is virtually eliminated.

Slide 19:
Venturi Mask Ventimask Fixed performance…

KONSEP PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS :


KONSEP PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS ANATOMI Hubungan jalan napas dan dunia luar
didapatkan melalui dua jalan: Hidung ? menuju nasofaring Mulut ? menuju orofaring

Slide 21:
OBSTRUKSI JALAN NAPAS Pasien tidak sadar / dalam keadaan teranestesi posisi terlentang: ? tonus
otot jalan napas atas &otot genioglossus hilang ? lidah menyumbat hipofaring ? tjd obstruksi jalan
napas total /parsial
Slide 22:
TANDA-TANDA OBSTRUKSI JALAN NAPAS Stridor Napas cuping hidung Retraksi trakhea
Retraksi dinding dada Tidak terasa ada udara ekspirasi

Slide 23:
SPASME ATAU KEJANG LARING ?Terjadi karena pita suara menutup sebagian atau seluruh jalan
napas ?Biasanya karena anestesi ringan atau pada orang yang mendapat rangsangan sekitar faring
TERAPI : Manuver tripel jalan napas Ventilasi positif dengan oksigen 100%

MANUVER TRIPEL JALAN NAPAS … :


MANUVER TRIPEL JALAN NAPAS … 1. Kepala ekstensi pada sendi otot atlanto-oksipital 2.
Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula 3. Mulut dibuka

Slide 25:
Manuver Tripel Jalan napas Step 1 Step 2 Step 3

MACAM2 ALAT PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS :


MACAM2 ALAT PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS Jalan Napas Faring ? NPA (naso-
pharyngeal airway) ? OPA (oro-pharyngeal airway) Sungkup Muka Sungkup Laring Pipa Trakhea
Laringoskopi dan Intubasi

JALAN NAPAS FARING… :


JALAN NAPAS FARING… NPA (naso-pharyngeal airway) -- bentuk spt pipa bulat berlubang
tengahnya dibuat dari karet lateks lembut -- pemasangan ? pipa diolesi dengan jelly OPA (oro-
pharyngeal airway) -- bentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang di tengahnya dengan
salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras -- OPA juga dipasang bersama pipa trakhea
atau sungkup laring utk menjaga patensi kedua alat tsbt dari gigitan pasien

Slide 28:
Naso-pharyngeal airway (NPA) Oro-pharyngeal airway (OPA) Jalan Napas Laring….
Slide 29:
Sungkup muka (face mask) Sungkup laring (laryngeal mask) Pipa trakhea (endotracheal tube/ET)

PIPA TRAKHEA (ENDOTRACHEAL TUBE / ET) :


PIPA TRAKHEA (ENDOTRACHEAL TUBE / ET)

Slide 31:
CARA MEMILIH PIPA TRAKHEA UNTUK BAYI & ANAK KECIL : ? Diameter dalam pipa trakhea
(mm) = 4.0 + ¼ umur (tahun) ? Panjang pipa oro-trakheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun) ? Panjang pipa
naso-trakheal (cm) = 12 + ½ umur (tahun)

Slide 32:
LARINGOSKOPI & INTUBASI ?Laringoskop : alat yang digunakan utk melihat laring secara
langsung spy kita dpt memasukkan pipa trakhea dgn baik & benar. ?Dikenal dua macam laringoskop :
Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi – anak – dewasa Bilah lengkung (Miller, Magill)
untuk anak besar – dewasa

Slide 33:
Laringoskop Intubasi

INDIKASI INTUBASI TRAKHEA :


INDIKASI INTUBASI TRAKHEA Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun Mempermudah
ventilasi positif dan oksigenasi Pencegahan aspirasi dan regurgitasi

EKSTUBASI :
EKSTUBASI Ekstubasi ditunda sampai pasien benar- benar sadar, jika : intubasi kembali akan
menimbulkan kesulitan paska ekstubasi ada resiko aspirasi Ekstubasi dikerjakan umumnya pada
keadaan anestesi sudah ringan dengan catatan tidak akan terjadi spasme laring Sebelum ekstubasi,
bersihkan rongga mulut – laring – faring dari sekret dan cairan lainnya

PERBANDINGAN SIFAT ALAT JALAN NAPAS :


PERBANDINGAN SIFAT ALAT JALAN NAPAS
KONSEP VENTILASI MEKANIK :
KONSEP VENTILASI MEKANIK Ventilasi mekanik adalah suatu metode untuk membantu atau
menggantikan pernapasan spontan. Ventilasi mekanik dilakukan sebagai tindakan life saving dalam
CPR, perawatan intensif, dan anestesi.

Slide 38:
Teknik Nasotracheal intubation

Slide 39:
ALHAMDULILLAH…

You might also like