Professional Documents
Culture Documents
MELALUI KOMPETENSI
Makalah
Disusun sebagai bahan diskusi kelas
Pada Mata Kuliah Intelegensi dan Lingkungan Pendidikan
Program Pasca Sarjana UNINUS Angkatan XXVIII Kelas D
Oleh
Kelompok I B
BASUKI
NURAELI, S Pd
NURSA’ADAH, S Pd
Sebuah wilayah yang kaya akan sumberdaya alam, tidaklah dengan sendirinya
memberikan kemakmuran bagi warga masyarakatnya, jika sumberdaya manusia yang
ada tidak mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi guna memanfaatkan
sumber daya alamnya. Sebaliknya, sebuah wilayah yang miskin sumber daya alam,
namun cakap dalam mengembangkan teknologi, ternyata lebih cepat berkembang
dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumber daya alam dan
manusia yang unggul. Hal ini berarti bahwa sumberdaya manusia ternyata memiliki
peran penting dalam proses pemakmuran sebuah wilayah. Sumber daya manusia
berperan ganda, baik sebagai obyek namun sekaligus sebagai subyek pembangunan.
Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk
disejahterakan, dan sebagai subyek, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan yang
sangat menentukan kemajuan.
Fakta dan masalah sumber daya manusia Indonesia saat ini, dantaranya adalah :
1. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah lebih dari 220 juta jiwa
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
3. Pengangguran yang sudah lebih dari 9 juta jiwa
4. SDM yang kurang berkualitas dari segi pendidikan, keterampilan dan
kemampuan.
B. Pengertian
1. Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya manusia adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk
yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri
demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti
membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi
manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas.
Karakteristik demografi merupakan aspek kuantitatif sumber daya
manusia yang dapat digunakan untuk menggambarkan jumlah dan
pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk dan komposisi penduduk.
Karakteristik sosial dan ekonomi berhubungan dengan kualitas (mutu)
sumber daya manusia.
b. Sumber daya manusia yaitu potensi yang terkandung dalam diri manusia
untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social yang adaptif dan
tranformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi
Yang terkandung di dalam menuju tercapainya kesejahtreaan kehidupan
dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
c. Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan
daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi
oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Andrew E. Sikula (1981;145)
2. Kompetensi
a. Kata kompetensi secara etimologis berasal dari dua kata Bahasa Inggris
yang maknanya saling terkait, yaitu competence (yang berjamak
competences) dan competency (menjadi competencies). Terjemahan
kata tersebut dalam bahasa Indonesia menjadi hanya satu kata, yaitu
kompetensi sehingga kadang menimbulkan kesalahpahaman. Untuk
memperoleh kejelasan makna, perlu dipahami terlebih dahulu makna
kedua kata tersebut.
Diperoleh kejelasan bahwa dimensi perilaku atau karateristik seseorang meliputi tiga
domain, yaitu domain pengetahuan atau knowledge, domain nilai dan sikap atau
attitude, dan domain keterampilan atau skill. Di dalam Islam ketiga domain tersebut
adalah ilmu, iman dan amal.
Dari definisi-definisi yang disebut diatas terlihat bahwa kompetensi berupa
pengetahuan, (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) ketiga hal tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Competence vs Performance
Kemampuan vs Kinerja
Skill
Physical Performance
Attitude
Attitudinal Performance
Gambar:
Gambar Komponen Kompetensi dan Performansi
D. Model Kompetensi
Model kompetensi yang dikaitkan dengan strategi pengelolaan sumberdaya
manusia dimulai pada saat rekruitmen, seleksi, penempatan sampai pengembangan karir
sehingga pengembangan kompetensi pegawai tidak merupakan aktifitas yang “instan”.
Sistem rekruitman dan penempatan pegawai yang berbasis kompetensi perlu
menekankan kepada usaha mengidentifikasikan beberapa kompetensi calin pegawai
seperti inisiatif, motivasi berprestasi dan kemampuan bekerja dalam tim. Usaha yang
dilakukan adalah menggunakan sebanyak mungkin sumber informasi tentang calon
sehingga dapat ditentukan apakah calon memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Metode
penilaian atas calon yang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti wawancara
perilaku (behavioral even review) tes, simulasi lewat assessment centers, menelaah
laporan evaluasi kinerja atas penilaian untuk promosi atau ditetapkan pada suatu
pekerjaan berdasarkan atas ranking dari total bobot skor berdasarkan criteria
kompetensi. Karyawan yang dinilai lemah pada aspek kompetensi tertentu dapat
diarahkan untuk kegiatan pengembangan kompetensi tertentu sehingga diharapkan
dapat memperbaiki kinerjanya.
2. Menjadikan
Masalah hidup yang nilainya mungkin sama besar dengan persoalan jodoh
adalah sebutan apakah yang kelak bakal anda sandang. Sebutan dan pasangan
hidup, menurut Dale Carnegie merupakan dua hal yang anda peroleh setelah
menempuh proses pemilihan secara benar. Alasannya sangat jelas karena
keduanya akan menjadi tempat di mana anda mencurahkan energi pengabdian.
Semua bayi dilahirkan ke dunia tanpa sebutan atau embel-embel apapun,
sampai ia bisa menggunakan keunggulan human capital yang dimiliki dengan
menempuh proses hukum petani kemudian barulah sebutan atau embel-embel
tersebut diberikan. Oleh karena itu sebutan tidak dimiliki oleh mereka yang
hanya dimotivasi kepentingan jangka pendek dengan dalil logika perut. Pakar
psikologi, termasuk Dr. Maxwell Maltz mengistilahkannya dengan Identity
(identitas). Ia mengatakan: “One of the things person hold most important is
the identity, - that they will behave in accordance with the definition of
themselves or their self-image. Tugas anda adalah menciptakan identitas diri
dengan menggunakan human capital. Hidup tanpa identitas yang didasarkan
pada penggunaan human capital diistilahkan oleh Mark Twin bagai neraka
yaitu ketika Tuhan telah menganugerahkan visi yang jelas dalam satu paket
human capital tetapi dihambur-hamburkan, dan prestasi yang seharusnya bisa
diraih gagal diperoleh karena selama hidup tidak melakukan tindakan apapun.
Setelah anda menggunakannya dengan cara dan di dalam hal yang tepat
berarti proses terciptanya identitas diri sedang berlangsung . Misalkan anda
memiliki potensi postur fisik bagus. Jika anda melatihnya dengan cara-cara
yang ditempuh para atlet sesuai disiplin yang ada lalu anda menggunakannya
di bidang keolahragaan, maka sebutan atletik sangat rasional bakal anda
sandang. Sampai ketika anda tidak menjadi seorang atletik pun karena alasan-
alasan khusus, dunia sudah membenarkan langkah anda. Atas dasar sebutan
inilah anda akan menerima reward dari orang lain yang oleh para pakar
pengembangan pribadi disebut “to attract success” bukan “to pursue” yang
memiliki implikasi memakan cost lebih tinggi.
3. Memberikan
Seorang dokter disebut dokter bukan ketika ia menerima sertifikat
kedokteran tetapi ketika ia memberikan benefit medis kepada pihak-pihak
yang menjadi pasiennya. Seorang businessman disebut pebisnis ketika telah
memberikan benefit bisnis kepada customernya. Tokoh bisnis international,
Peter Drucker pernah menuturkan: "the purpose of business is to create
customer". Artinya benefit bisnis tidak lain adalah berupa solusi atau sesuatu
yang membuat orang lain merasa beda. Besar-kecilnya nilai benefit bagi
customer akan menciptakan rate of return setimpal bahkan lebih atas sebutan
anda. Maka berjasalah tetapi jangan minta jasa. Bagian dari hukum yang
mengendalikan dunia ini adalah The Law of Paradox, (John Heider dalam The
Tao of Leadership, London: 1986). Salah satu dari bentuk paradoks tersebut
adalah bahwa jika anda memberi tidak berarti kehilangan melainkan
mempunyai. Tetapi sayangnya paradoks tersebut berlaku pada level realitas
esensial yang diistilahkan agama dengan invisible value, atau menurut Reg
Regan, penemu Action Learning, disebut sebagai Reflection yaitu new
understanding about something. Realitas esensial adalah realitas hikmah di
mana keberadaannya ditutupi sekian data, atau fakta. Maka jangan heran,
ketika anda tidak bisa beramal dengan harta, jiwa atau ilmu, bisa jadi beramal
dengan senyuman pun sulit. Persoalannya bukan pada apakah anda memiliki
atau tidak tetapi semata karena realitas yang anda huni. Dunia ini mengandung
lapisan realitas yang bisa dikastakan menjadi lapisan permukaan, lapisan
tengah, lapisan dalam. Setiap lapisan memiliki dalilnya masing-masing. Dalil
lapisan permukaan bukan berbunyi memberi berarti mempunyai tetapi untuk
mempunyai harus dengan cara mengambil dari orang lain, bahkan kalau perlu
dengan paksa. Sang pujangga, Ronggowarsito, menggambarkannya dalam
“Zaman Edan”. Dalam zaman edan tersebut, kalau anda tidak ikut-ikutan edan,
anda menjadi sendirian tanpa bagian. Tetapi, lanjut Ronggowarsito, jangan
lupa di balik realitas permukaan itu masih terdapat realitas esensial yang
berdalil: “sehebat-hebat anda menggunakan cara merampas untuk
mendapatkan hak, maka tidak akan melebihi kehebatan jika anda
memperolehnya melalui jalan memberi solusi". The power of giving seringkali
dilupakan karena nafsu egoisme yang kuat untuk mendapatkan. Hal ini
seringkali membuat orang mengabaikan cara-cara yang pantas dalam
mendapatkan sesuatu. Oleh karena itu, temukan cara ilmiah dan wajar untuk
mendapatkan sesuatu kalau anda mengharapkan kasta realitas yang terhormat.
Cara tersebut adalah business of selling dengan menciptakan paket pelayanan
solusi bagi manusia lain yang membutuhkan sesuai dengan sebutan/identitas
yang anda miliki. Jangan lupa, paket pelayanan solusi tidak sekedar tahu atau
pernah belajar, tetapi dalam bentuk tindakan nyata.
Dengan pemahaman terhadap cara-cara memobilisasi sumber daya yang
dimiliki diharapkan bahwa kita akan mampu mengaktualisasikan diri secara optimal
baik dalam pekerjaan maupun dalam persoalan hidup sehari-hari. Dengan jumlah
penduduk negeri ini yang demikian besar maka alangkah besar potensi yang kita miliki.
Oleh karena itu mari kita bersama-sama merubah potensi tersebut menjadi asset.
H. Kesimpulan