You are on page 1of 5

LAMPIRAN : MATERI

DISMENORE PADA REMAJA

1. PENGERIAN
Dismenore merupakan nyeri yang dialami remaja saat menstrusi. Dismenore disebabkan
ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah, prostaglandin dan faktor stress/psikologi
mengakibatkan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Nyeri haid sering dialami oleh
sebagian besar wanita. Dari data yang didapat, dismenore ini mengganggu setidaknya 50%
wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi
pada sekolah maupun kantor. Untuk mengatasi hal tersebut sebagian wanita menggunakan obat
yang berfungsi secara kuratif. Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid
demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya
untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997).

2. ETIOLOGI

Penyebab pasti dismenorhoe belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Dismenorhoe primer umumnya dijumpai pada wanita dengan
siklus haid berevolusi. Penyebab tersering dismenorhoe sekunder adalah endometriosis dan
infeksi kronik genitalia interna. Hingga baru-baru ini, dismenore disisihkan sebagai
masalah psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak dapat dihindari. Sekarang, para
dokter tahu bahwa dismenore merupakan kondisi medis yang nyata, walaupun
penyebabnya yang jelas masih kurang dimengerti. Kerja prostaglandin, zat seperti hormon
yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi, merupakan instrumen utama dismenore.
Kadar prostaglandin sepertinya tidak berhubungan dengan tingkat dismenore; beberapa
wanita terlihat memiliki kadar prostaglandin tinggi tanpa efek-efek sampingan, dimana
yang lain dengan kadar normal menderita gejala yang berat. Faktor-faktor lain, termasuk
perbedaan anatomi, kecenderungan genetik, dan stres, juga dapat memainkan peran. 
Sebab-sebab yang bervariasi dari dismenore sekunder termasuk endometriosis
(pertumbuhan jaringan lapisan rahim di tempat lain dalam ruang panggul), fibroid atau
tumor lain, dan infeksi pelvis. 
1. Dismenore Primer 
Rasa nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha.Kadang-
kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul
sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid keluar. Etiologinya belum jelas
tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa faktor yang diduga
ber-peran dalam timbulnya dismenore primer yaitu: 
a. Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar
prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. Jeffcoate
berpendapat bahwa terjadinya spasme miometrium dipacu oleh zat dalam darah haid, mirip
lemak alamiah yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin; kadar zat ini meningkat
pada keadaan dismenore dan ditemukan di dalam otot uterus. Bahwa kadar PGE dan PGF-
alfa sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita
dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut
syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar PG dan peningkatan
kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mm Hg dan
menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PS
yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. 
Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibat-kan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka
selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah. 

b. Hormon steroid seks 


Dismenore primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya, dismenore hanya timbul
bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis PG berhubungan
dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan terbentuknya
PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi corpus
luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan
pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis PG
melalui per-ubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. pada penelitiannya menemukan
bahwa kadar estradiol lebih tinggi pada wanita yang menderita dismenore dibandingkan
wanita normal. Estradiol yang tinggi dalam darah vena uterina dan vena ovarika disertai
kadar PGF-alfa yang juga tinggi dalam endometrium. Hasil ter-penting dari penelitian ini
adalah ditemukannya perubahan nisbah E2/P. 

c. Sistim saraf (neurologik) 


Uterus dipersarafi oleh sistim saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf simpatis
dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenore ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap mio-metrium. Pada keadaan ini terjadi
perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada
istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.

 d. Vasopresin 
Pada penelitiannya mendapatkan bahwa wanita dengan dismenore primer ternyata memiliki
kadar vasopresin yang sangat tinggi, dan berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenore.
Ini menunjukkan bahwa vasopresin dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada
dismenore primer. Pemberian vasopresin pada saat haid menyebabkan meningkatnya
kontraksi uterus dan berkurangnya darah haid. Namun demikian peranan pasti vasopresin
dalam mekanisme dismenore sampai saat ini belum jelas.

 e. Psikis 
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya talamus dan
korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri tergantung pada latar
belakang pendidikan penderita. Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikis sangat
berpengaruh; nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita.
Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang masih menetap setelah
melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa
perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis. 
2. Dismenore Sekunder 

Nyeri mulai pada saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid. Dapat
disebabkan oleh antara lain: 

a)Endometriosis

 b)Stenosis kanalis servikalis

 c)Adanya AKDR 

d)Tumor ovarium 

3. KLASIFIKASI
1. Dismenore primer 
Sering juga disebut sebagai dismenore sejati, intrinsik, esensial atau fungsional. Nyeri
haid timbul, biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Biasanya terjadi pada
usia antara 15 sampai 25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an.
Tidak dijumpai kelainan alat-alat kandungan. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang
terjadi tanpa adanya kelainan ginekologik yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu
setelah menarke, biasanya sesudah menarke, umumnya sesudah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya bersifat anovulatoir
yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai
beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut
bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare (Hanafiah, 1997).

2. Dismenore sekunder 
Dimulai pada usia dewasa, menyerang wanita yang semula bebas dari dismenore.
Disebabkan oleh adanya kelainan alat-alat kandungan. Dismenorea sekunder, berhubungan
dengan kelainan kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja
(Huffman, 1968). Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis, misalnya :
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD (Sunaryo, 1989).
Dismenorea yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu biasanya dimulai
sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarke.
Dismenorea merupakan nyeri bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus oleh
progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium. Nyeri yang hebat dapat menyebar dari
panggul ke punggung dan paha, seringkali disertai mual pada sebagian wanita dan juga tak
menutup kemungkinan dijumpai mual dan muntah.

You might also like