Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi perikanan sebagai dasar ilmu mengenai semua aspek-aspek yang
berhubungan dengan studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami
pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya.
Ikan adalah semua air vertebrata binatang yang ditutupi dengan sisik , dan
dilengkapi dengan dua set pasangan sirip dan sirip beberapa berpasangan.
Kebanyakan ikan ectothermic (atau berdarah dingin). Ikan berlimpah dalam tubuh
sebagian besar air.
Ikan dapat ditemukan di gunung tinggi sungai
(misalnya, char dan memperdaya ) dan terdalam di laut kedalaman
misalnya, gulpers dan anglerfish ). Menurut FishBase , 31.500 spesies ikan telah
dijelaskan oleh Januari 2010.
Ikan mempunyai rentang yang luas strategi reproduksi yang
berbeda. Kebanyakan ikan bagaimanapun yg menelur dan pameran fertilisasi
eksternal. Dalam proses ini, perempuan menggunakan kloaka mereka untuk
merilis jumlah besar gamet mereka, disebut bibit , ke dalam air dan satu atau lebih
laki-laki rilis "semen", cairan putih yang mengandung banyak telur yang tidak
dibuahi sperma selama ini. spesies ikan lain yang menelur dan fertilisasi internal
dibantu oleh panggul atau anal sirip yang diubah menjadi organ
intromittent analog dengan penis manusia. Sebagian kecil spesies ikan baik
vivipar atau ovoviviparous , dan secara kolektif dikenal sebagai livebearers . Ikan
gonad biasanya pasang baik ovarium atau testis. Kebanyakan ikan seksual
dimorfik tetapi beberapa jenis yang hermaprodit atau berkelamin tunggal .
Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang
tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu
bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan
sangat padat dengan ikan.
1
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi
fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin.
Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan
berat. Berdasarkan teori hubungan panjang berat dapat dinyatakan dengan rumus
W= aLb, dalam hal ini “W” = berat, “a dan b”= konstanta, dan “L”= panjang ikan
Dalam menduga pertumbuhan ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses
pertumbuahan ikan terus menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan
melihat bentuk sirkulus pada sisik saja. Pertumbuhan ikan juga dapat menduga
sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran.
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Ikan akan melakukan reproduksi
bila gonadnya telah matang, dan kematangan gonad dapat ditentukan.
Cara reproduksi ikan yang ada antara lain :
1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan
berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya
2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio
ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai
induk dewasa
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur,Embrio
berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai
induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain
spesies, ukuran, dan umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran
maksimum kecil dan jangka waktu hidup yang relatif pendek, akan mencapai
kematangan kematangan seksual lebih cepat dibandingkan ikan yang mempunyai
ukuran maksimum lebih besar.
Penentuan IKG (Indeks Kematagan Gonad) dan TKG (Tingkat
Kematangan Gonad) sangat penting dilakukan, karena dapat berguna untuk
mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang dan stok yang ada di
perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama pemijahan dalam satu
siklus. Terdapat dua cara untuk menentukan tingkat kematangan gonad dari ikan.
2
Pertama dengan cara morfologis yaitu dengan pengamatan secara visual terhadap
ukuran gonad ikan. Metode ini banyak dilakukan dan relatif lebih mudah, namun
tingkat ketelitian rendah. Pengamatan secara morfologis lebih praktis dilkukan
terutama dilapangan. Cara kedua yaitu dengan metode histologis. Metode ini
dilakukan di dalam laboratorium yaitu dengan mengamati perkembangan gonad
melalui fase perkembangan sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama
kali ikan matang gonad adalah jenis spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis.
Sedangkan faktor luarnya adalah suhu, arus, individu lawan jenis, dan tempat
memijah yang sesuai (Effendi, 2002).
3
Waktu saat ikan aktif mencari makan disebut juga feeding periodicity.
Mempelajari kebiasaan makan ikan pada dasarnya adalah untuk mengetahui
kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Sehingga dapat
menentukan nilai gizi alamiah ikan disamping melihat hubungan ekologis dalam
tingkat trofik.
Praktikum mengenai pertumbuhan ikan, aspek reproduksi dan kebiasaan
makanan ikan sangat berkaitan dengan program studi biologi perikanan di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Pentingnya pemahaman tentang
biologi perikanan merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemampuan
dalam menganalisis dan menduga pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan.
Sehingga dengan demikian dapat melihat jumlah stok yang ada di alam
berdasarkan ukuran ikan.
4
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG)
dan mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi dalam gonad secara
kuantitatif pada Ikan selar
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang
artinya ikan dan “Logos” artinya ilmu. Dengan demikian Ikhtiology adalah suatui
ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya
(Buku Diktat Ikhtiology, 1989). Ikan didefenisikan sebagai binatang vertebrata
yang berdarah dingin (poikiotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan
kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya
bernafas dengan insang (Alamsyah, 1974).
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu
Agnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang
memiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas
yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (Buku
Penuntun Praktikum Ikthiologi, 2007). Susanto (1994), menyatakan bahwa ikan
apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk
tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya.
Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala
(caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).
Ikan selar selain mempunyai sirip tambahan dari sirip dubur dan sirip
punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang merupakan sisik
besar,dan berduri pada gurat sisinya, melebar keatas dan kebawah badan. Ikan ini
di dapat jauh ketengah-tengah lautan, tetapi anak-anaknya sering terdapat di
muara-muara sungai yang besar.panjang tubuh ikan ini mencapai 40 cm lebih.
Ikan seperti ini terdapat di seluruh daerah indo-pasifik (DJUHANDA, 1981).
6
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam
suatu waktu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain keturunan,
pertumbuhan kelamin dan umur, serta kerentanan penyakit. Keturunan
berhubungan dengan cara seleksi induk, yaitu induk yang bermutu tentu
menghasilkan anakan yang baik atau sebaliknya.
Pertumbuhan kelamin dan umur pun sangat berkaitan. Ada baiknya
pemeliharaan ikan pada beberapa jenis dipisahkan antara jantan dan betina. Hal
ini untuk menghindari adanya gejala pematangan kelamin secara dini. Bisa saja
ikan yang masih kecil sudah bertelur sehingga pertumbuhan badannya terhambat.
Kerentanan penyakit terkadang merupakan faktor keturunan dan
tergantung jenis ikan. Ada ikan yang tahan terhadap bakteri, tetapi rentan terhadap
jamur atau sebaliknya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang jenis ikan pun
diperlukan untuk mengetahui setiap jenis penyakit yang sering menyerang ikan
tersebut. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit harus selalu
disiapkan sebagai tindakan antisipasi bila timbul penyakit.
Pada pemeliharaan ikan ini kualitas air, kepadatan ikan, serta jumlah dan
kualitas pakan pun harus selalu diperhatikan. Kepadatan ikan sangat penting untuk
kenyamanan hidup. Ikan yang terlalu padat dapat menimbulkan stres karena
kualitas air cepat menjadi jelek. Bahkan, oksigen terlarut cepat habis. Selain itu,
pada ikan tertentu dapat terjadi gesekan antar ikan sehingga menimbulkan luka.
Akibatnya, penampilan ikan menjadi jelek atau bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Jumlah dan kualitas pakan merupakan faktor penting. Bila pakannya
terlalu sedikit, ikan akan sukar tumbuh. Sebaliknya bila terlalu banyak, kondisi air
menjadi jelek, terutama pakan buatan. Pemberian pakan dengan frekuensi lebih
sering dan jumlah yang tidak terlalu banyak akan lebih baik dibanding diberikan
sekaligus dalam jumlah banyak.
Pertumbuhan pada ikan dapat diketahui melalui penghitungan panjang dan
berat pada ikan yang kemudian dikorelasikan.
7
a. Pengukuran Panjang.
b. Pengukuran Berat.
∑ log L
Keterangan : W = Berat
L = Panjang
8
a = Konstanta
b = Konstanta
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain spesies,
ukuran, dan umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum
kecil dan jangka waktu hidup yang relatif pendek, akan mencapai kematangan
kematangan seksual lebih cepat dibandingkan ikan yang mempunyai ukuran
maksimum lebih besar.
10
saling bersatu dengan yang lainnya membentuk menjadi masa kuning telur.
Definisi kualitas telur yang umum digunakan adalah kemampuan telur untuk
menghasilkan benih yang baik. Potensi telur untuk menghasilkan benih yang baik
ditentukan oleh beberapa faktor, yakni faktor fisik, genetik dan kimia selama
terjadi proses perkembangan telur. Jika satu dari faktor esensial ini tidak ada maka
telur tidak berkembang dalam beberapa stadia.
11
warnanya kemerah-merahan atau kuning dan bentuknya bulat. Telur tidak
tampak.
3. Hampir masak. Gonad mengisi ½ rongga tubuh. Gonad pada ikan jantan
berwarna putih, pada ikan betina berwarna kuning. Bentuk telur tampak
melalui dinding ovarium.
4. Masak. Gonad mengisi ¾ rongga tubuh. Gonad ikan jantan berwarna putih
berisi cairan berwarna putih. Gonad betina berwarna kuning, hampir
bening atau bening. Telur dapat terlihat. Kadang-kadang dengan tekanan
halus pada perutnya ada yang menonjol pada lubang pelepasannya.
5. Salin. Hampir sama dengan tahap kedua dan sukar dibedakan. Gonad
jantan berwarna putih, kadang-kadang dengan bintik coklat. Gonad betina
berwarna merah, lembek dan telur tidak nampak.
12
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven ( Bagenal dan Braum, 1968)
1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.
Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai warna abu- abu
2. Dara Berkembang. Testes dan ovarium jernih, abu- abu merah.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur
satu persatu dapat dilihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan 1. Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna
kemerah- merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawh. Telur padat dilihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan 2. Testes berwarna putih kemerahan. Tidak ada sperma jika
bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah- merahan. Telur
jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi dus pertiga
ruang bawah.
5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih,
keluar tetesan sperma kija bagian perut ditekan. Telur bentuknya bulat,
beberpa darinya jernih dan masak.
6. Mijah. Telur dan sperma keluar jika bagian perut ditekan. Kebanyakan
telur berwarna jernih dengan beberapa berbentuk bulat telur tinggal
didalam ovarium.
7. Mijah/ Salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin. Testes dan ovarium kosong da berwarna kemerahan. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih Salin. Testes dan ovarium berwarna jernih, abu- abu sampai merah.
2.7 Fekunditas
13
berbeda-beda tiap spesies dan kondisi lingkungan berbeda. Spesies ikan yang
mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di daerah permukaan
perairan sedangkan spesies yang mempunyai fekunditas kecil melindungi telurnya
pada tanaman atau substrat lainnya (Nikolsky, 1963 in Rizal, 2009).
Besarnya fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), kondisi
lingkungan, kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot
ikan, ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan (Satyani, 2003; Moyle dan
Cech, 2004; Okarsson dan Taggart, 2006 in Tampubolon, 2008).
14
dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan
termasuk gonad dikalikan dengan 100%.
15
Selain indek kematangan gonad seperti termaksud di atas ternyata Batts
(1972) mengemukakan indek lain yang dinamakan Gonad Indeks (GI) yaitu
perbandingan antara berat gonad dengan panjang ikan, yang rumusnya:
GI = w/Ls X 10s
Dimana: GI = Gonad Indek
W = Berat gonad segar dalam gram
L = panjang ikan dalam mm.
Harga 10s merupakan suatu faktor agar nilai GI mendekati harga satu.
Apabila tidak dikalikan dengan faktor tersebut akan didapatkan suatu nilai yang
sangat kecil (beberapa angka di belakang koma) sehingga apabila nilai tersebut
dipakai untuk membandingkan dengan nilai lainnya tidak sepeka dengan
menggunakan faktor 10s tadi.
16
yang erat dengan keberadaan makanannya (Larger, 1972 in Rahayu, 2009).
Kebiasaan makanan ikan secara alami tergantung kepada lingkungan tempat ikan
itu hidup (Effendie, 2002).
Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
habitat, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, periode harian mencari
makanan, spesies kompetitor, ukuran dan umur ikan (Ricker, 1970 in Rahayu,
2009). Nikolsky, 1963 in Rahayu, 2009, menyatakan bahwa urutan kebiasaan
makanan ikan terdiri dari : (1) makanan utama, yaitu makanan yang biasa
dimakan dalam jumlah yang banyak. (2) makanan tambahan, yaitu makanan yang
biasa dimakan dan ditemukan di dalam usus dalam jumlah yang lebih sesikit; (3)
makanan pelengkap, yaitu makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan
dengan jumlah yang sangat sedikit; serta (4) makanan pengganti, yaitu makanan
yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia
a. Metode Jumlah.
Hampir sama dengan cara pada metode jumlah, tetapi hasilnya dinyatakan
dalam persen.
17
c. Metode Perkiraan Tumpukan Dalam Persen.
Pada metode ini dilakukan dengan cara mengukur isi alat pencernaan.
Kemudian isi tersebut diencerkan dengan pengisian air sampai 10 kali, hasil
pengenceran diamati dibawah mikroskop. Lalu kita dapat menentukan Food And
Feeding Habits ikan dari banyaknya jenis makanan yang terlihat dibawah
mikroskop.
d. Metode Volumetrik.
Metode ini dilakukan dengan cara mongering udarakan isi dari saluran
pencernaan kemudian setelah dikeringkan isi dari saluran pencernaan masing –
masing dipisahkan sesuai dengan jenisnya.
e. Metode Gravimetrik.
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode volumetric hanya saja isi
dari saluran pencernaan dkiukur berdasarkan beratnya.
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk
luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat
ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang
bias menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal
bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang
digunakan dalam identifikasi.
Ukuran tubuh ikan. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran
yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir
(premaxillae) hingga ujung ekor.
18
- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir
(premaxillae) hingga pertenganpangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan
berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke
sirip ekor)
19
BAB III
ALAT & BAHAN
A. Alat
B. Bahan
20
B . gonad
IKG= ×100 %
4. Menghitung IKG ikan berdasrkan rumus : B .tubuh
5. Mencatat hasil yang diperoleh
Menghitung fekunditas
Jika ikan tersebut berjenis kelamin betina, maka kita dapat menghitung
fekunditasnya dengan salah satu metode yang dapat digunakan. Metode yang
digunakan pada praktikum ini adalah metode volumetric dengan prosedur kerja:
1. Mengisi gelas ukur dengan air secukupnya. Catat volume ait tersebut
(volume awal).
2. Memasukkan seluruh gonad pada gelas ukur tersebut. Catat volumenya
(volume akhir).
3. Mengurangkan antara volume akhir dengan volume awal sehingga
mendapatkan V.
4. Membagi gonad menjadi 3 bagian secara.
5. Mengambil bagian anterior, tengah dan posterior dari gonad tersebut sebagai
sampel..
6. Melakukan seperti pada langkah 1, 2 dan 3 sehingga didapatkan v.
7. Menghitung jumlah telur sampel.
8. Menghitung fekunditasnya dengan menggunakan rumus:
X = V X = Vx
x v v
X = fekunditas
21
1. Membuka rongga perut ikan dengan menggunakan gunting, mulai dari lubang
genital ke atas sebesar rongga perut.
2. Mengambil bagian usus dengan menggunakan pinset
3. Mengeluarkan isi usus dengan cara mengurut bagian usus mulai dari ujung
phylorus hingga bagian akhir usus dan meletakkan dalam cawan petridish.
4. Melihat isi usus di bawah mikroskop
5. Mencatat hasil yang diperoleh.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Data Hasil Pengamatan
1. Seksualitas
23
3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Kondisi gonad adalah perkembangan I, dengan ciri-ciri antara lain :
Ovarium berbentuk bulat telur.
Berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler.
Telur dapat terlihatoleh mata seperti serbuk putih.
Gonad mengisi kira-kira setengah rongga bagian bawah.
Berat gonad = 1 g
= ( 1 / 90) x 100 %
= 1,11 %
24
5. Fekunditas
Fekunditas tidak terdeteksi karena ikan yang kelompok kami amati
berjenis kelamin betina dan belum matang gonad.
Data Kelas
Pertumbuhan Jenis Kelamin Diamete
TKG IKG fekunditas Jenis pakan
Panjang Betina Jantan r Telur
Kel Nama Praktikan Berat
SL TL
(gram)
(mm) (mm)
1 Lugina 140 180 75 √ Perkembanga 0,67 % TT - Karnivora
(230110090001) nI
25
Irfan Zidni
(230110097015)
Reza A.
(230110090002) 0,625
2 145 178 80 √ Belia TT - Karnivora
Ririn M. %
(230110097014)
Ita H.
(23011009003)
3 235 240 200 √ Bunting 5,1 % 76524 0,2 mm Karnivora
Yanggi
(230110097013)
Intan N.
(230110097006) Dara
4 160 190 98 √ 1,02 % TT - Karnivora
Ai siti R. Berkembang
(230110097012)
Sarah N. A.
(230110090005) Perkembanga
5 142 177 74 √ 0,24 % TT - Karnivora
Yosep A. n II
(230110097011)
Rio B.
(230110090006) Dara
6 150 175 81 √ 0,6 % TT - Karnivora
Dea Mutiara Berkembang
(230110097010)
Deri Erlando
Perkembanga
7 (230110090007) 185 145 81 √ 1,23 % TT - Karnivora
nI
Sagita Y.
(230110097009)
Stephanie M.
(230110090008) Perkembanga 0,704
8 140 170 71 √ TT - Karnivora
Murni P. nI %
(230110097008)
Yulia E.
(230110090009) Perkembanga
9 160 187 84 √ 1,19 % TT - Karnivora
Resti S. n II
(230110097007)
Ratih A.
(230110090011)
Perkembanga
11 150 180 90 √ 1,11 % TT - Karnivora
Lantun P. nI
(230110097005)
12 Revi N. 145 180 92 √ Kondisi salin 1,08 % TT - Karnivora
26
(230110090012)
Daiman F.
(230110097004)
Eka H.
(230110090013) Perkembanga
13 150 185 82 √ 0,6 % TT - Karnivora
Sefliane nI
(230110097003)
Yudiar A.
(230110090014) Perkembanga
14 140 175 71 √ 0,37 % TT - Karnivora
Ardi A. n II
(230110097002)
Raymond
(230110097001)
Herlinda
(2301100900) Perkembanga
16 160 200 97 √ 1,03 % TT - Karnivora
n II
Annisa S.
Septy S.
(230110090018) Perkembanga
18 135 160 51 √ 1,9 % TT - Karnivora
Latifah n II
(230110090068)
Maulia
(230110090019) Dara
19 135 170 61 √ 1,6 % TT - Karnivora
Ria A. Berkembang
(230110090067)
Anugrah W.
(230110090020) Perkembanga
20 210 240 191 √ 1,57 % TT - Karnivora
nI
Senutyo
(230110090017)
Tjut S.
(230110090021) Perkembanga
21 150 175 78 √ 1,28 % TT - Karnivora
Januar nI
(230110090065)
22 Derri Dwima 220 240 206 √ Mijah 9,7 % TT 1 mm Karnivora
(230110090022)
27
Adistyo
(230110090064)
Jannesa
(230110090023) Dara
23 180 235 185 √ 1,08 % TT - Karnivora
Franciscus Berkembang
(230110090063)
Ali Gusfar
(230110090024) Perkembanga
24 136 173 66 √ 1,51 % TT - Karnivora
Humaira N. nI
(230110090062)
Naylaturohmah
(230110090025) Perkembanga
25 137 173 67 √ 1,49 % TT - Karnivora
Ahmad Nur nI
(230110090061)
Endah N
(230110090060)
Ayu Chandra
(230110090027)
27 180 150 71 √ Dara 1,44 % TT - Karnivora
Yuko Nala
(230110090059)
Algi
(230110090028) Perkembanga
28 160 190 92 √ 2,71 % TT - Karnivora
n II
Laksono
(230110090058)
Hammi
(230110090029) Dara
29 150 170 68 √ 1,47 % TT - Karnivora
Berkembang
Hidayat
(230110090057)
Yuandita
(230110090030) Perkembanga
30 160 185 91 √ 1,09 % TT - Karnivora
nI
Trianda
Azalea S. 1,617
31 165 185 89.02 √ Mijah/salin TT - Karnivora
Ruben %
28
Tedy S. Perkembanga 0,37
32 135 170 69.05 √ TT - Karnivora
Boy D. n II %
Rahma T.
33 230 270 251.52 √ bunting 2,75 % 285775 - Karnivora
Yeni N.
M. fadli Dara
34 165 180 61 √ 2,74 % TT - Karnivora
Dendy Berkembang
Josua Perkembanga
37 150 175 73.91 √ 2,55 % TT - Karnivora
Astri D. n II
Kania
Dara 0,867
38 Tribagia 195 250 214.45 √ TT - Karnivora
berkembang %
Uzer
Maria M. Perkembanga
39 170 195 98.31 √ 4,9 % TT - Karnivora
Kathelina n II
Yudi S.
41 225 253 230.95 √ Bunting 3,32 % 38436 - Karnivora
Analisa N.
Rendy D.
Dara
42 Allen 140 180 79.85 √ 3,09 % TT - Karnivora
berkembang
Haviz
29
10 180 2,26 90 1,95 4,41 5,09
11 180 2,26 92 1,96 4,43 5,09
12 185 2,27 82 1,91 4,34 5,14
13 175 2,24 71 1,85 4,15 5,03
14 180 2,26 85 1,93 4,35 5,09
15 200 2,30 97 1,99 4,57 5,29
16 160 2,20 51 1,71 3,76 4,86
17 170 2,23 61 1,79 3,98 4,97
18 240 2,38 191 2,28 5,43 5,67
20 175 2,24 78 1,89 4,24 5,03
21 240 2,38 206 2,31 5,51 5,67
22 235 2,37 185 2,27 5,38 5,62
23 173 2,24 66 1,82 4,07 5,01
24 173 2,24 67 1,83 4,09 5,01
25 186 2,27 93 1,97 4,47 5,15
26 150 2,18 71 1,85 4,03 4,74
27 190 2,28 92 1,96 4,47 5,19
28 170 2,23 68 1,83 4,09 4,97
30 185 2,27 91 1,96 4,44 5,14
31 185 2,27 89,02 1,95 4,42 5,14
32 170 2,23 69,00 1,84 4,10 4,97
33 270 2,43 251,52 2,40 5,84 5,91
34 180 2,26 61,00 1,79 4,03 5,09
35 170 2,23 53,11 1,73 3,85 4,97
36 235 2,37 147,69 2,17 5,14 5,62
37 175 2,24 73,91 1,87 4,19 5,03
38 250 2,40 214,45 2,33 5,59 5,75
39 195 2,29 98,31 1,99 4,56 5,24
40 170 2,23 78,88 1,90 4,23 4,97
41 253 2,40 230,95 2,36 5,68 5,77
42 180 2,26 79,85 0,35 0,80 5,09
total 91,01 4128,69 77,27 176,27 207,23
30
Log a = 76.94861151 x (88.75390826)2 – (88.75390826) x (175.5402249)
40 x (88.75390826)2 – (177.5078165)
315090.2492 – 177.5078165
= 606143.9294 – 15579.88101
314912.7414
= 590564.0484
314912.7414
= 1.87532599
88.75390826
= 76.94861151– 75.01303958
88.75390826
= 1.935571923
88.75390826
= 0.021808301
B = 1,051497637
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum
dan sesudah memijah. Umumnya pertambahan berat gonad ikan betina sebesar
10-25% dari berat tubuhnya, dan jantan sebesar 5-10%. Perbandingan antara berat
gonad dengan berat tubuh diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah “
Gonado Somatic Indekx “ atau Ideks Kematangan Gonad ( IKG ). IKG akan
semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan
terjadi pemijahan.
Menurut Bagenal, 1978; Fekunditas : jumlah telur yang matang yang akan
dikeluarkan oleh induk. Menurut Nikolsky, 1969; Fekunditas individu : jumlah
telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan (baik digunakan pada ikan
yang memijah satu tahun sekali.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh kelompok kami khususnya untuk
praktikum mata kuliah Biologi Perikanan dan umumnya untuk mata kuliah
lainnya yang bertujuan agar pelaksanaan praktikum untuk selanjutnya menjadi
lebih baik adalah Dosen dan Asisten Dosen agar lebih berkoordinasi, dan
diharapkan tepat waktu jadwal praktikum tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
ELearning/Iktologi/Textbook/Cover%20Buku%20ajar%20(ikhtiologi).htm
http://andhikaprima.wordpress.com/2010/08/16/tingkat-kematangan-
gonad-ikan/ (Diakses pada tanggal 20 Maret 2011 pkl. 21.43)
33