You are on page 1of 10

PENANGKAPAN IKAN LAUT

ASPEK PRODUKSI

ALAT TANGKAP IKAN

Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya
berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap
yang berbeda-beda pula. Adalah juga sifat dari ikan pelagis selalau berpindah-pindah
tempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah maupun berupa jarak jauh seperti ikan tuna
dan cakalang yang melintsi perairan beberapa negara tetangga Indonesia.

Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan
daerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk kemudian
dilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan kawasan ikan
sebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat bantu penangkap yang biasa disebut
rumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk usaha penangkapan
ikan di perairan Indonesia sangat penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi,
maupun ekonomi. Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan pada
malam hari untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum operasi
penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate dsb.

Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat
penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha
nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga
kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat
dibagi dalam empat kelompok sebagai berikut.

Tabel 3.
Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan

No Kelompok Nama Alat Tangkap


1 Pukat Payang termasuk lampara, Pukat pantai, Pukat cincin
2 Jaring Jaring insang hanyut, Jaring insang lilngkar, Jaring klitik,
Jaring trammel
3 Jaring Angkat Bagan Perahu, Bangan Tancap, Bagan Rakit, Serok,
Bondong dan banrong
4 Pancing Rawi tuna, Rawai hanyut selain, Rawai tetap, Huhate,
Pancing tonda, Pancing tangan-hand lin

Penjelasan Singkat tentang Alat Penangkap Ikan Laut

Pukat cincin harus berbentuk selembar jaring yang terdiri dari sayap dan pembentuk
kantong. Keberhasilan pengoperasian pukat cincin dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
ketepatan melingkari gerombolan ikan, kecepatan tenggelam pemberat dan kecepatn
penatikan tali kolor. Pengaturan jaring harus tepat dan cepat sehingga gerombolan atau
kawanan ikan tidak punya kesempatan untuk keluar dari lingkaran jaring.

Payang mempunyai bentuk terdiri dari sayap, badan dan kantong, dua buah sayap yang
terletak di sebelah kanan dan kiri badan payang, setiap sayap berukuran panjang 100-200
meter, bagian badan jaring sepanjang 36-65 meter dan bagian kantong terletak di
belakang bagian badan payang yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan
ikan adalah sepanjang 10-20 meter

Jaring insang hanyut yang digunakan harus mempunyai spesifikasi yang terdiri dari
lima faktor utama, yaitu daya apung jaring harus lebih besar dari pada daya
tenggelamnya, warna jaring yang baik adalah hijau sampai biru muda, benang yang
digunakan adalah nylon benang ganda atau tunggal. Besar mata jaring adalah 2,5-3,0 inci
yang dipasang pada tali ris atas dengan koefisien pengikatan 30-40%

Jaring lampara mirip jaring payang yaitu terdiri dari sayap kiri dan kanan di samping
kantong. Jaring tersebut dilengkapi dengan sebuah cincin dari besi berdiameter sekitar 2
meter. Kantong lampara lebih cenderung menggelumbung agar ikan pelagis kecil yang
ditangkap tidak mudah mati (ikan umpan hidup)

Jaring angkat adalah jaring yang diturunkan di laut dan diangkat secara vertikal ke atas
pada saat gerombolan ikan ada di atas jaring tersebut. Jaring angkat ditempatkan di
beberapa jenis bagan di laut atau dioperasikan dari perahu kecil maapun langsung oleh
para nekayan dekat pantai. Berdasarkan bentuk dan cara pengoperasian ada beberapa
macam jaring angkat maupun jaring dorong, misalnya bagan tancap (stationary), bagan
rakit, bagan perahu, kelong Betawi, serok, jaring rajungan dan kepiting, Bondong dan
banrong. Pecak dan Anco, jaring dorong, sodo biasa, sodo perahu, sodo sangir, siru, siu,
songko dan seser.

Dogol, cantrang, dapang, potol, payang alit bentuk alat penangkap tersebut mirip
payang tetapi ukuran lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya ia
menyerupai cicncin pukat (trawl), yaitu untuk menangkap ikan demersal dan udang.

Jaring Penggiring adalah jaring yang dioperasikan sedemikian rupa, yaitu dengan
melakukan penggiringan atau menghalau ikan-ikan agar masuk jaring atau menggerakkan
jaring itu sendiri dari tempat yang agak dalam ke tempat yang lebih dangkal untuk
kemudian dilakukan penangkapan ikan. Jaring penggiring atau drive-innet dapat terdiri
dari jaring sayap dan jaring kantong, dapat juga berbentuk segi tiga atau segi empat
lengkap dengan jaringan kantong. Jenis-jenis drive in-net yang terkenal di Indonesia
adalah :muroami, soma malalugis, jaring kalase, jaring klotok, jaring saden, pukat rarape,
ambai, pukat rosa, dan talido.

Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata
yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak
sekalli (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua komponen
utama tali dan mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan komponen lainnya,
misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung dan kili-kili (swivel). Pada umumnya mata
pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati maupun hidup atau umpan tiruan.
Banyak mavam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang
sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan
industri.

1. Definisi Alat Tangkap Pukat Pantai

Pukat pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih tergolong
kedalam jenis alat tangkap pukat tepi. Dalam arti sempit pukat pantai yang dimaksudkan
tidak lain adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti payang, yaitu berkantong dan
bersayap atau kaki yang dalam operasi penangkapanya yaitu setelah jaring dilingkarkan
pada sasaran kemudian dengan tali panjang (tali hela) ditarik menelusuri dasar perairan
dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan ke pantai. Pukat pantai juga sering
disebut dengan krakat. Di beberapa daerah di jawa juga dikenal dengan nama “puket”,
“krikit”, dan atau “kikis”.

1. Sejarah Alat Tangkap Pukat Pantai

Daerah penyebaran alat tangkap pukat panta terdapat hampir di seluruh daerah perikanan
laut Indonesia, walaupun di tiap daerah punya nama dan ciri tersendiri, namun hal ini
pada dasarnya hanya bertujuan untuk memudahkan pengenalan alat tangkap ini di
masing-masing daerah. Misalnya alat tangkap pukat pantai yang beroperasi di teluk
Segara Wedi yang labih dikenal dengan krakat prigi karena terdapat di perairan prigi
kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Krakat ini sudah digunakan untuk menangkap ikan
sejak jaman belanda atau sekitar tahun 30-an. Pada masa itu harga bahannya masih
relative mahal, oleh karena itu baru para pegawai pemerintah Hindia Belanda saja yang
memiliki. Sedangkan bahan untuk membuatnya pun masih sederhana, alat ini pada masa
itu terbuat dari benang kapas dicampur dengan getah bakau pada bagian jaringnya, dan
tali penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat yang hanya dapat mencapai
kurang labih selama 2 tahun.

Daerah penangkapan yang bertambah luas dan jauh jaraknya disebabkan dengan
adanya persaingan dengan alat tangkap pukat cincin dan payang yang beroperasi di
perairan yang sama sehingga jumlah ikan menjadi terbatas. Selain itu derasnya erosi di
wilayah pesisir karena kurangnya pelindung menyebabkan perairan pantai terdekat
menjadi dangkal.

Bagian pelampung pada pukat pantai pada masa pemerintahan Hindia Belanda itu masih
terbuat dari kayu dan pemberatnya dari batu dan tanah liat yang dibakar, tatapi sekarang
sudah berkembang menjadi bahan sintetis karena lebih awet dan mudah perawatanya.
Jumlah pemilik pukat pantai dan nelayan buruh yang mengoperasikan juga bertambah
banyak dan terus berkembang.
1. Prospektif Alat Tangkap Pukat Pantai

Dalam perkembanganya pukat pantai terus mengalami kemajuan baik dalam hal
distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah munkin akan
mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai dengan keinginan
penduduk setempat. Penggunaan tenaga kerja yang cukup banyak sekitar 36 orang
merupakan ciri positif dari pukat pantai bila dikaitkan dengan lapangan kerja dan
perluasan kesempatan kerja. Mereka biasanya tidak dituntut untuk memiliki ketrampilan
tertentu kecuali tenaga yang cukup untukmenarik jarring. Meskipun tergolong dalam alat
tangkap tradisional namun pukat pantai termasuk dalam alat tangkap tradisional penting
yang dapat memberikan hasil tangkap yang cukup baik. Menurut data statistik perikanan
tahun 1986 jumlah pukat tapi mencapai 9.740 unit dengan jumlah seluruh alat penangkap
452.845 unit dan dengan jumlah produksi mencapai 75.363 ton. Daerah penyebaranya
hampir terdapat di seluruh daerah perikanan laut Indonesia. Hal tersebut dapat
menunjukkan perkembangan dari alat tangkap pukat pantai yang cukup baik.

KONSTRUKSI ALAT TANGKAP

1. Konstruksi Umum Alat Tangkap Pukat Pantai

Pada prinsipnya krakat atau pukat pantai terdiri dari bagian bagian seperti : kantong,
sayap atau kaki dan tali panjang (slambar, hauling line). Bagian kantong berbentuk
kerucut, bisa dibuat dari bahan waring, katunmaupun bahan sintetis seperti waring
karuna, nilon, dan bahan dari plastik. Pada mulut di kantong kanan-kirinya dihubungkan
dengan kaki atau sayap, sedang pada bagian ujung belakang yang disebut ekor diberi tali
yang dapat dengan mudah dibuka dan diikatkan untuk mengeluarkan hasil tangkapn.
Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Besar
mata bagian kaki bervariasi mulai dari 6,5 cm pada ujung depan dan mengecil pada
bagian pangkalnya. Pada bagian ujung depan kaki diberi atau dihubungkan dengan kayu
cengkal (brail or preader). Pada tiap ujung kaki, yaitu pada ris atas dan bawah diikatkan
tali yang telah diikatkan pada kayu cengkal kemudian disambungkan dengan tali hela
(tali slambar, hauling line) yang panjang dan dapat dibuat menurut kebutuhan. Pada
bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung. Ada tiga macam pelampung yang
sering digunakan yaitu: pelampung raja, pelampung biasa dan pelampung. Sedangkan
pada ris bawah diikatkan dua macam pemberat yaitu dari timah dan pemberat dari rantai
besi yang jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan.

1. Detail Konstruksi Alat Tangkap Pukat Pantai

Pukat pantai terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan (shoulder) dan
sayap (wings). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub bagian lagi.

1. Sayap (Wings)

Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada
masing-masing sisi jarring. Masing-masing sayap terdiri atas:
1. Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya terbuat dari polyethyline

2. Gembungan, yang terdapat di tengah dan biasanya juga terbuat dari polyethyline.

3. Clangap, yang berada di dekat badan dan biasanya juga terbuat dari polyethyline atau
bahan sintetis lainnya.

2. Kantong (Bag)

Kantong berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut pada
ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Biasanya masih dibantu
dengan kebo kaos untuk membantu menampung hasil tangkapan. Kantong terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri dari
dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm, berjumlah
sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira kira memiliki ukuran mata
13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.

3. Badan (Shoulder)

Bagian badan jarring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua sayap.
Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap agar
masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran mata yang
lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah mata yang lebih
banyak daripada bagian belakang.

Kedudukan pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan pelampung dan
pemberat pukat pantai.

1. Pemberat (Sinker)

Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah alat tangkap.
Fungsinya agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap
pada posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu membuka mulut
jaring kearah bawah.

2. Pelampung (Floats)

Sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya apung atau
untuk mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut jarring ke atas pada
alat tangkap pukat pantai.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai juga menggunakan tali temali.
Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:

1. Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)


Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat pantai pada setiap
operasi penangkapan. Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan dengan masing-masing
sayap ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung dengan panjang dan besarnya pukat
pantai.

2. Tali Ris Atas (Lines)

Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan pelampung. Tali
ini terletak pada kedua sayap

3. Tali Ris Bawah (Ground Rope)

Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah dan pemberat.
Tali ini terletak pada kedua sayap jarring.

3. Karakteristik Alat Tangkap Pukat Pantai

Alat tangkap pukat pantai termasuk jenis pukat yang berukuran besar. Banyak dikenal di
daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan , Pelabukan Ratu,
Maringge (Sumatra Selatan). Bentuknya seperti payang dan bersayap. Prinsip
pengoperasianya adalah menelusuri dasar perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya
didaratkan ke pantai. Dalam pengoperasiannya pukat pantai yang berukuran bear
memerlukan tenaga sampai puluhan orang lebih. Kantong pada pukat pantai biasanya
berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun bahan sintetis lain. Hasil tangkapan
yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai biasanya jenis-jenis ikan pantai yang
hidup di dasar dan termasuk juga jenis udang. Dalam pengoperasiannya kapal atau
perahu yang digunakan bervariasi. Sampai sekarang penggunaan alat tangkap pukat
pantai ini terus menerus mengalami perkembangan baik dalam halperubahan model
maupun penyebaran atau distribusinya.

4. Bahan dan Spesifikasinya

Seperti yang telah disebutkan pada konstruksi maupun detail konstruksi, pada prinsipnya
pukat pantai terdiri dari bagian-bagian kantong yang berbentuk kerucut yang bisa dibuat
dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring karuna, nilon bahan
dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang
katun atau bahan sintetis lainnya. Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung.
Pelampung ini kebanyakan terbuat dari bahan sintetis yang bersifat mudah mengapung
atau tidak tenggelam dan biasanya berbentuk silinder. Sedangkan pada ris bawah
diikatkat pemberat yang bisa terbuat dari timah atau dapat pula digunakan rantai besi.
Pada masa dahulu masih digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupun batu.
Namun sekarang sudah jarang digunakan karena daya awetnya rendah.
HASIL TANGKAPAN

Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai terutama jenis-jenis
ikan dasar atau jenis ikan demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays), cucut
(shark),teri (stolepharus spp), bulu ayam (setipinna spp), beloso (saurida spp), manyung
(arius spp), sembilang (plotosus spp), krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon
spp), gerot-gerot (pristipoma spp), biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres
spp), petek (leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang
(shrimp).

Sedangkan untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudah diatur sesuai dengan undang-
undang no 16 tahun 1964 tentang pembagian hasil usaha perikanan tangkap untuk operasi
penangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar, nelayan penggarap minimal
mendapat 75% dari hasil usaha bersih.

DAERAH PENANGKAPAN

Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yang cocok untuk penangkapan
ikan dimana alat tangkap dapat kita operasikan secara maksimum. Syarat-syarat suatu
daerah dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan bila :

1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya

2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah

3. Secara ekonomis daerah sangat berharga atau kondisi dan posisi daerah perlu
diperhitungkan.

Pada umumnya krakat atau pukat pantai banyak dikenal dan dipergunakan di daerah
pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan, Pelabuhan Ratu, Marigge
(Sumatra Selatan), dan banyak pula digunakan di daerah Jawa. Sedangkan distribusi
pukat pantai ini meliputi daerah Labuhan, Teluk Panganten, Jakarta, Cirebon, Brebes,
Pemalang, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Juana, Rembang, Tuban, Bojonegoro,
Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Banyuwangi, Muncar, Sepanjang pantai Madura,
Lampung, Prigi, Pangandaran, Teluk Betung, Maringge, Seputih dan lain-lainnya.

Biasanya daerah penangkapan untuk alat pukat pantai ditentukan berdasarkan tanda-tanda
alamiahn seperti terlihatnya buih-buih di permukaan perairan atau adanya burung yang
menyambar-nyambar, namun kebanyakan nelayan menggunakan cara dengan mencoba
menurunkan jaring pada daerah yang sudah biasa dijadikan daerah penangkapn oleh
nelayan pukat pantai di masing-masing daaerah.

Dulu ketika jumlah unit pukat pantai masih terbatas, penggunaan daerah penangkapan
tidak pernah menjadi permasalahan antara pemilik pukat pantai. Namun seiring dengan
berkembangnya jumlah pemilik pukat pantai maka pada masing-masing daerah atau
wilayah penangkapan dikenal adanya sistem pembagian daerah penangkapan pukat
pantai dengan membagi daerah penangkapan menjadi beberapa bagian dan pada tiap
bagian berlaku adanya pembagian jadwal operasi.

ALAT BANTU PENANGKAPAN

Selain bagian-bagian dari pukat pantai sendiri, dalam pengoperasiannya pukat pantai
masih menggunakan alat bantu penangkapan diantaranya adalah :

1. Perahu

Perahu yang dipergunakan dalam pengoperasian pukat pantai ini bervariasi. Akan tetapi
biasanya berukuran panjang 5-6 m, lebar 0.6 m dan dalam atau tinggi 0.7 m. Perahu ini
ada yang dilengkapi dengan katir/sema (outriggers) maupun tidak. Ada yang dilengkapi
dengan motor dan ada juga yang tanpa motor (perahu dayung). Untuk perahu dayung
biasanya terbuat dari bahan kayu. Kelebihan dari material kayu selain harganya lebih
murah, tehnologinya sederhana, material mudah didapat, pembentukannya mudah ringan
dan perawatanya juga mudah.

2. Pelampung Berbendera

Pelampung berbendera ini berfungsi sebagai tanda posisi kantang pukat pantai di perairan
dan sebagai petunjuk bagi mandor tentang keseimbangan posisi jarring antara kiri dan
kanan. Sehingga dengan melihat bendera, mandor dapat dengan mudah mengetahui
kapan posisi penarik harus bergeser dan seberapa jauhnya jarak pergeseran.

3. Kayu Gardan

Kayu garden ditancapkan dengan kokoh di pantai. Fungsi dari kayu ini adalah sebagai
penggulung tali penarik dan sebagai tempat untuk menambatkan tali penarik. Kayu ini
terbuat dari kayu pohon yang kuat misalnya kayu kopi, kayu waru dan sebagainya.

TEKNIK OPERASI ALAT TANGKAP PUKAT PANTAI

Tahap Persiapan

Kira-kira sebanyak 6 orang nelayan naik ke perahu yang ditambat di dekat pantai untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi operasional penangkapan. Jaring dan
tali disusun sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan penarik untuk mempermudah
operasi penangkapan terutama pada waktu penawuran (setting). Urut-urutan susunan alat
dalam perahu mulai dari dasar adalah sebagai berikut : gulungan tali penarik I, sayap I,
badan, kantong, sayap II dan teratas adalah gulungan tali penarik II. Diatur pula letak
pelampung pada bagian sisi kanan menghadap kea rah laut dan pemberat di sebelah kiri
menghadap kea rah pantai. Salah satu ujung tali hela (penarik) diikatkan pada patok kayu
di pantai kemudian perahu dikayuh menjauhi pantai.

Tahap Penawuran (Setting)


Perahu dikayuh menjauhi pantai sambil menurunkan tali hela II yang ujungnya telah
diikatkan pada patok di daratan pantai. Apabila syarat-syarat fishing ground telah
ditemukan dan jarak sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali hela) dari pantai,
perahu mulai bergerak ke kanan sambil menurunkan jaring. Penurunan jaring diusahakan
agar membentuk setengah lingkaran menghadap garis pantai. Urutan penurunan dari
perahu sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan kantong serta sayap I, kemudian tali
hela diulur sambil mengayuh perahu mendekati pantai dan pada saat mendekati pantai
ujung tali penarik yang lain dilempar ke pantai dan diterima oleh sekelompok nelayan
yang lain. Setelah kedua ujung tali penarik berada di pantai, masing-masing ujung ditarik
oleh sekelompok nelayan yang berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu
perahu kembali kelaut untuk mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga ke
pantai selama penarikan jaring.

Kecapatan perahu dalam menebarkan jaring dapat dihitung dengan mengetahui jarak
yang telah ditempuh perahu dan lamanya waktu penebaran. Sedangkan kecepatan
penawuran dapat diperoleh dengan menghitung panjang pukat pantai dibagi dengan lama
penawuran.

Tahap Penarikan (Hauling)

Ketika ujung tali hela I telah sampai di pantai, penarikan jaribng dimulai. Jarak antara
ujung tali penarik I dan II kurang lebih 500 m, masing-masing ditarik oleh nelayan
berjumlah sekitar 13 orang. Sambil secara bertahap saling mendekat bersamaan dengan
mendekatnya jarring ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-kira sebanyak 4 kali dengan
perpindahan ke 4 pergeseran dilakukan terus menerus hingga akhirnya bersatu. Ketika
sayap mulai terangkat di bibir pantai, penarikan di komando oleh seorang mandor untuk
mengatur posisi jarring agar ikan tidak banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu
dikayuh menuju ujung kantong yang diberi tanda dengan bendera yang terpasang pada
pelampung. Salah satu dari crew penebar mengikatkan kebo kaos pada bagian ujung
kantong. Kebo kantong tersebut dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar
jarring tidak rusak akibat terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo kaos tersebut
nelayan berenang mengikuti jarring sampai ke pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat
dihitung dengan cara membagi panjang keseluruhan dengan lamanya penarikan.

Tahap Pengambilan Hasil Tangkap

Sayap dan badan pukat pantai terus ditarik dan bila kedua bagian ini telah berada di
daratan pantai, kantong ditarik dan hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong. Selanjutnya
ikan yang jenisnya bermacam-macam tersebut disortir dengan memisahkan dan
memasukkanya ke dalam keranjang tempat yang telah disediakan. Selain itu sebagian
nelayan ada yang menaikkan tali penarik dan jating ke daratan untuk dirawat atau
mempersiapkan pengoperasian tahap berikutnya.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

Hal-hal yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan


diantaranya adalah :
1. Penentuan fishing ground yang tepat

2. Pengaturan posisi pukat pantai yang digunakan

3. Kecepatan penebaran dan penaikkan jarring

4. perawatan, daya awet sertaefektifitas pukat pantai yang digunakan

5. Lamanya waktu pengoperasian

6. Kondisi perahu dan alat bantu lainnya.

You might also like