You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Pada Tumbuhan

Nama : Ani Mulyani


NIM : 108095000021
Kelompok : 1 (satu)
Asisten :Nurazizah Maulydia
24 April 2010

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling


berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis.
Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-
positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Namun dalam
praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara tanaman jagung dan
kacang hijau. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas
(resource competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan
kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu
sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu
yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik.

Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling)


merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk
menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman
berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang
tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya
matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain.

Persaingan tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar
tumbuhan. di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan
yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di
temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi
pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.

Kompetisi antara tanaman tersebut terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas.
Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh.
Besarnya daya kompetisi tumbuhan kompetitor tergantung pada beberapa faktor antara
lain jumlah individu dan berat tanaman kompetitor, siklus hidup tanaman kompetitor,
periode tanaman, dan jenis tanaman. Oleh karena itu dalam praktikum ini kita akan
mengetahui faktor penentu apa saja yang berpengaruh terhadap tanaman jagung dan
kacang hijau yang di amati serta interaksi yang terjadi diantara keduanya.

1.2 Tujuan

 Untuk mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap


tertumbuhan tanaman jagung dan kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-faktor Biotik dalam Interaksi Populasi


Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik
lingkungan yang pada dasarnya bersifat acak tidak langsung terkait dengan perubahan
komunitas, terutama faktor iklim dan curah hujan. Banyak data mengarahkan
perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan kerapatan populasi.
Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya poipulasi
dapat mati kalau tidak cocok.
Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme
tetapi pengaruh yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar sampai
kepada variasai.
Jika pembahasan berbagai factor abiotik lingkungan terkait dengan berbagai
parameter toleransi, sebaran dan optimasi, factor biotic didak langsung terkait dengan
factor itu. Tetapi di sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi dan mampu
menciptakan stabilitas populasi.

2.2 Persaingan dalam komunitas


Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua
organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara
indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang
terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan
persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai
persaingan interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi
pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap
organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas
jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat
hara, sinar matahari, dan lain – lain (Setiyadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik
merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut
mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di
maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu
(Wirakusumah, 2003).
Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk
menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis.
Persaingan intraspesifik terdiri atas :
1 Persaingan aktivitas
2 Persaingan sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya
secara bebas di kendalikan oleh hal – hal sebagai berikut:
1. Perbedaan unsur hara
2. Perbedaan sebab – sebab kematian
3. Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun
4. Kepekaan terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang
berbeda.

Beberapa factor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan


interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
1. Jenis tanaman
Factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk
pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang
memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan
dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar pada daun talas
menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam
memperebutkan air.
2. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan
persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak
mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau
melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji
mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang
menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor
penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu,
cahaya, oksigen, dan air.
4. Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama.
Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka
terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.

Berikut adalah tabel pengaruh interaksi populasi A vs B terhadap kelangsungan


kehidupan pertumbuhan populasi

Tidak Apabila
No Tipe interaksi berinteraksi berinteraksi Hasil interaksi
A B A B
Tidak ada yang
1 Netralisme 0 0 0 0
terpengaruh
Yang paling terpengaruh
2 Kompetisi 0 0 - -
punah
Obligatori bagi kedua
3 Mutualisme - - + +
populasi
Menguntungkan
4 Protokooperasi 0 0 + + keduabelah pihak namun
tidak obligatori
Obligatori bagi A, B tidak
5 Komensalisme - 0 + 0
terpengaruh
A tuan rumah, B tak
6 Amensalisme 0 0 - 0
terpengaruh
Obligatori bagi A, B tuan
7 Parasitisme - 0 + -
rumah
Obligatori bagi A, B tuan
8 Predasi - 0 + -
rumah
Keterangan : + Populasi tumbuh
- Populasi menurun
0 Pertumbuhan populasi tidak terpengaruh
1. Netralisme
Netralisme merupakan tipe interaksi interspesifik yang di kenali sehari-hari dimana
populasi yang bekerja sama seolah-olah tidak saling terpengaruh, walau sesungguhnya
semacam kerja sama tersenglenggara sangat halus.
2. Kompetisi
Kompetisi merupakan tipe interaksi interspesifik antara dua individu atau spesies
yang berebut sumber daya yang terbatas seperti pakan, air, ruang untuk sarang dan lain-
lain. Pihak yang lebih efisien memanfaatkan sumber dayanya untuk bertahan, dan yang
lainya tersingkir. fenomena ini di sebut prinsip pemikiran kompetitif (competitive)
Kesimpulanya, kompetisi untuk memperebutkan sumber-sumber daya ekosistem
merupakan faktor utama dalam pengendalian populasi. Tidak ada populasi yang mampu
bertahan dengan kerapatan tinggi, individu yang tidak mampu memanfaatkan sumber-
sumber daya lingkungan akan tersingkir.
3. Mutualisme dan Protokooperasi
Mutualisme di sebut juga simbiosa yang merupakan interaksi obligatori (wajib)
yang di perlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling
memerlukan.
Sedangkan protokooperasi memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi yaitu
saling memerlukan namun kadar interaksi protokooperasi kurang atau tidak bersifat
obligatori bagi kedua pihak.
4. Komensalisme
Interaksi antara individu yang memberikn keuntungan kepada salah satu individu
jenis populasi, sementara yang lain tidak memperoleh keuntungan apa-apa namun tidak
dirugikan (Setiyadi,1889).
5. Anemsalisme.
Anemsalisme merupakan kebalikan dari komensalisme. Ini menunjukan adanya
hubungan antara individu-individu populasi ke satu merasa di rugikan (tetapi sesat) dan
organisme populasi lain tidak di rugikan (netral). amensalisme merupakan persaingan
dalam bentuk yang lemah. Contohnya adalah proses Allelopathy dimana pada jenis
tumbuhan tertentu ada yang dapat mengahsilkan senyawa kimia tertentu dan dapat
berpengaruh/ menghalangi pertumbuhan jenis tumbuhannya.

6. Parasitisme
Parasitisme merupakan proses interaksi antara dua jenis populasi dimana satu jenis
mendapat ke untungan, dalam hal ini di sebut parasit sedangkan yang kedua menderita
kerugian (sebagai inang)
7. Pemangsaan atau Predator
Pada tipe interaksi ini salah satu spesies menjadi pakan lawan spesies interaksinya.
Proses ini fundamental terhadap rantai pakan di atas jenjang autotropik.akibat proses
mangsa-memangsa jumlah populasi mangsa berkurang, tetapi mekanisme putaran umpan
balik komunitas dapat mengendalikan jumlah populasi pemangsa.s

2.2 Jagung
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang
terlalu ketat, jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering.
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam ordo
Tripsaceae, famili Poaceae, subfamili Panicoidae dan genus Zea. Tanaman jagung
memiliki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari radikula
dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root)
(Sudjana et. al., 1991). Batang jagung berbentuk silindris dan terdir dari sejumlah ruas dan
buk, dengan panjang yang berbeda-beda tergantung varietas dan lingkungan tempat
tumbuh (Goldsworthy dan Fischer, 1992). Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung
berkisar antara 20-26 C dengan curah hujan 500-1500 mm per tahun. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 o C. Jagung dapat
tumbuh di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun tanaman ini
akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah
5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil
biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Saat panen jagung yang jatuh
pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap
waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan
aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pengamatan
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium biologi, Pusat Laboratorium Terpadu
(PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tempat praktikum yang digunakan sebagai tempat
pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan di lobi lantai 4 gedung PLT dekat jendela.
Tempat pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan di dalam laboratorium ekologi.
Pengamatan ini dilakukan selama 28 hari dari tanggal 19 maret 2010 hingga

3.2 Bahan dan Alat


Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah polybag, sekop, penggaris,
luxmeter, soil tester, termometer, timbangan , gunting dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah gembur, biji jagung, biji kacang
hijau, dan air keran untuk menyiram.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Tahap persiapan
Ditentukan lokasi untuk tempat pengambilan tanah. Tanah yang diambil
dimasukan ke dalam polybag kurang lebih tiga perempat dari isi polybag. Kemudian
setiap polybag diberi tanda. Polybag yang telah diisi tanah di diletakan di lobi dekat
jendela yang kemudian dilakukan pengukuran faktor fisik diantaranya pH tanah, suhu
tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya, temperatur udara dan kelembaban tanah.
Sebelum biji-biji yang telah disiapkan ditanam sebaiknya dilakukan pemilihan
terlebih dahulu. Dipilih biji yang paling bagus dan baik untuk di tanam.
3.3.2 Tahap Penanaman
Biji-biji yang sudah dipilih dengan baik kemudian ditanam di dalam polybag yang
telah disiapkan. Pola penanaman disesuaikan dengan yang ditentukan di dalam modul
praktikum. Setiap polybag yang telah ditanami biji ditandai dengan menggunakan kertas
label. Pada polybag 1 ditanami satu biji jagung/kacang hijau, pada polybag 2 ditanami 2
biji jagung/kacang hijau, pada polybag 3 ditanami 4 biji jagung/kacang hijau, pada
polybag 4 ditanami 8 biji jagung/kacang hijau, pada polybag 5 ditanam 1 biji jagung dan 1
biji kacang hijau, pada polybag 6 ditanami 2 biji jagung dan 2 biji kacang hijau, dan pada
polybag 7 ditanam 4 biji jagung dan 4 biji kacang hijau. Jarak masing-masing biji diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan. Semua tanaman disiram setiap hari
sebanyak 30ml.
Berikut adalah pola penanaman biji jagunmg dan kacang hijau

j j
j j j
j
j j j j j
j
j j
j

j j
k j k
j k j
k k j k
j k

3.3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala
yaitu 3 hari sekali. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan hari atau tanggal
pengamatannya hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada saat panen
dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang dilakukan di awal.
Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya kemudian
ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan, dicatat data yang diperoleh.

3.4 Analisis Data


Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan pengukuran faktor
fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan alat-alat yang telah
disediakan seperti luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, soil tester untuk mengukur
pH tanah dan kelembaban tanah, termometer untuk mengukur suhu tanah , dan sling untuk
mengukur kelembaban udara
Sedangkan untuk data hasil pengamatan terhadap tumbuhan disajikan dalam bentuk
grafik. Grafik yang disajikan didapat dari hasil pengukuran yang dilakukan secara
bertahap, hasil pengukuran di catat dalam bentuk tabel. Data yang di tulis dalam bentuk
tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi tanaman selama kurang lebih 4
minggu. Pemanenan tanaman hanya dilakukan pada bagian tumbuhan diatas permukaan
tanah(taruk).
Untuk pengukuran biomassa hasil panen dilakukan dengan menimbang setiap
tanaman secara terpisah. Dan dihitung pula jumlah tanaman yang ada untuk menetukan
rata-rata biomassa setiap spesies.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang ada yaitu menggunakan
metode ANOVA (Analysis of Variance) yaitu metode analisis yang bertujuan untuk
mengukur interaksi antar keragaman yang terjadi atau mengukur perbedaan antar
perlakuan melalui uji F. Dalam praktikum ini yang digunakan adalah ANOVA satu arah
yaitu hanya menganalisis satu variabel. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan tujuan untuk mengukur perbedaan antar perlakuan jika
menggunaka ulangan yang sama. Pada rancangan ini tidak terdapat unit kontrol sehingga
yang sumber keragaman yang diamati adalah perlakuan dan galat. Berikut ini adalah
rumus-rumus untuk mencari nilai-nilai yang diperlukan sebagai sumber keragaman yang
akan diamati :
- JKT (Jumlah Kuadrat Total)

k n  T 2 
JKT = ∑∑ yij 2  −  
 i =1 j =1  N

- JKA (Jumlah Kuadrat Perlakuan)

 k 2 
∑Ti  T 2 
JKA =  i =1  − 
 n  N 

 

- JKG ( Jumlah Kuadrat Galat)

JKG = JKT − JKA

- Derajat kebebasan
a. v perlakuan b v galat c. total
v = k −1 v = k ( n −1) v = nk −1

- Rataan Kuadrat

JKA JKG
S12 = S2 =
k −1 k ( n −1)

.
- f hitung

S12
f = 2
S

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan tumbuhan
dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara
dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat pula faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. Adapun faktor eksternal
tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi
tanah, kelembaban tanah dan udara serta angin. Adanya gangguan dari spesies-spesies
tertentu di suatu habitat juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada percobaan ini diamati pertumbuhan pada biji kacang hijau dan biji jagung
yang di tanam pada polybag dengan jumlah, jarak dan kepadatan yang berbeda pada setiap
polybag. Semua polybag diberi perlakuan yang sama dimulai dari jumlah intensitas
cahaya dan suplai air setip harinya. Perlakuan ini bertujuan untuk melihat perbandingan
pertumbuhan suatu tanaman dengan ruang lingkup yang sama. Pengamatan dilakukan
selama kurang lebih 4 minggu dengan pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan
dalam jangka waktu 3 hari 1 kali sampai tanaman dipanen. Pengukuran ini dilakukan untuk
melihat apakah trjadi persaingan jenis atau tidak karena pada umumnya tumbuhan yang
berasal dari biji untuk awal kehidupannya mendapat suplai makanan dari kotiledonnya
(cadangan makanan). Dan setelah beberapa hari secara perlahan kotiledon akan gugur dan
dengan sendirinya suatu tumbuhan harus mendapatkan suplai makanannya sendiri dan
harus bersaing dengan yang lainnya untuk mempertahankan hidupnya.
Selain itu, penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap plotnya
bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan melihat
perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot. Pada umumnya kecepatan perkecambahan
dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan
menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan
tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya
matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya (Indriyanti, 2006)
Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-
faktor yang mengukung hal tersebut terjadi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap
pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yang
berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor
fisik lainnya.
Tabel 1 Pengukuran Faktor Fisik

No Faktor Awal Akhir


1 pH tanah 6.8 5.4
2 Suhu tanah 280C 28.50C
3 Kelembaban udara 62% 15%
4 Intensitas cahaya 2.84 Klx 5.44 Klx
5 Temperature udara 300C 310C
6 Kelembaban tanah 4 5

Enam faktor yang tertera dalam tabel diatas merupakan faktor-faktor yang
berpangruh terhadap pertumbuhan biji-biji yang di tanam. Namun dalam praktikum ini
yang lebih dilihat adalah persaingan yang terjadi antara biji yang ditanam dalam 1 plot baik
persaingan intaraspesifik ataupun persaing interspesifiknya.
Untuk menguji hipotesis dan mengukur perbedaan antar perlakuan dengan
menggunakan ulangan yang sama maka digunakan metode analisis varians satu jalur atau
ANOVA 1 jalur dengan sistem Rancangan Acak Lengkap (RAL). Berikut adalah hasil
dari perhitungan dengan menggunakan metode tersebut.

Tabel 2a Analisis Sidik Ragam (RAL) tanaman Jagung


Sumber Jumlah Derajat Rataan f hitung f tabel
Variasi Kuadrat Kebebasan Kuadrat
Perlakuan 0,88 3 0,29 2,42 4.07
Galat 0,93 8 0,12
Total 1,81 11

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rata-rata biomassa pada tanaman jagung dari
perlakuan pola penanaman.
Tabel 2b Analisis Sidik Ragam (RAL) tanaman Kacang hijau
Sumber Jumlah Derajat Rataan f Hitung f tabel
Variasi Kuadrat Kebebasan Kuadrat
Perlakuan 0,09 3 0,03 2 4.07
Galat 0,12 8 0,015
Total 0,21 11

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan rata-rata biomassa pada tanaman kacang hijau dari
perlakuan pola penanaman
Berdasarkan kedua tabel analisis di atas maka diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata dari biomassa pada tanaman jagung yang di tanam dengan 4 perlakuan
dan kacang hijau dengan 4 perlakuan juga. Dalam pengujian ini data yang digunakan
adalah data kelas. Hal ini dapat dilihat dari nilai f hitung yang lebih kecil daripada f tabel
sehingga hipotesis H 0 diterima dimana µ1 = µ2 = ....... = µk .

Grafik 1
Biomassa rata-rata tanaman jagung
2

1,5
Biomassa
(gram)
1

0,5 tanaman jagung


0
J1 J2 J4 J8
kategori tanaman

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbedaan biomassa pada tanaman
jagung yang ditanam oleh kelompok 1. J1 pada grafik tersebut bernilai 0 hal ini karena
pada plot J1 biji jagung tidak tumbuh, ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
hal tersebut terjadi yaitu: terjadi kesalahan pada saat pemilihan benih sehingga benih yang
di tanam bukan benih yang baik, terjadinya pembusukan pada biji sebelum biji tersebut
tumbuh. Pembusukan pada biji ini mungkin karena terlalu banyak air yang diberikan pada
tanaman 1 biji jagung ini (setiap plot pada semua perlakuan dilakukan penyiraman
sebanyak 30 ml). Selain itu juga karena jenis tanahnya yang mampu menyiompan air
cukup banyak dilihat dari tingkat kelembaban tanahnya. Sedangkan pada J2 dan J4 rataan
biomassa yang didapat hanya sedikit perbedaannya. Namun jika dibandingkan dengan J8
terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan ini dapat terjadi karena jumlah
tanaman pada plot J8 banyak sehingga kompetisi intraspesifik yang terjadi besar. Terjadi
perebutan air, zat hara dll, sehingga biomassa pada plot J8 lebih kecil.

Grafik2
Biomassarata-ratatanamankacanghijau

1
0,8

Biomassa 0,6
(gram) 0,4
Tanamankacang
0,2 hiaju
0
K1 K2 K4 K8
kategori tanaman

Pada grafik 2 diatas dapat terlihat jumlah rata-rata biomassa semakin kecil nilainya
dari K1 hingga K8. dalam hal ini jelas telah terjadi persaingan intraspesifik atau terjadi
perebutan sumberdaya yang sama. Kerapatan suatu tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan biomassa tanaman.
Grafik3
Biomassarata-rata
Tanaman Jagung+Kacanghijau

0,8
0,6
Biomassa
0,4
(gram) Jagung
0,2
Kacanghijau
0
JK1 JK2 JK4
Kategori tanaman

Pada grafik 3 dapat terlihat bahwa pada plot JK1 biji jagung tidak tumbuh, hal ini
dapat terjadi karena proses perkecambahan biji jagung lebih lama dibandingkan dengan
proses perkecambahan biji kacang hijau sehingga dapat dikatakan jagung kalah
berkompetisi hal ini pula didukung dengan terjadinya kebusukan pada biji jagung tersebut.
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling)
merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk
menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman
berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang
tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya
matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain(setiadi,
1989).
Namun pada JK 2 dan JK 4 tanaman jagung justru memiliki biomassa yang lebih
besar. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya kompetisi dalam memperebutkan sumberdaya
terutama air. Dalam hal ini tanaman jagung jauh lebih tahan terhadap kekeringan dan tidak
untuk kacang hijau. Terjadi persaingan interspesifik.
Grafik 4
Pertumbuhan biji jagung
15
J1
Tinggi 10 J2
tanaman J4
(cm) 5 J8

0
3 6 9 12 18 21 24 27
Pengukuran hari ke

Pada grafik pertumbuhan biji jagung dapat dilihat bahwa tanaman J2 memiliki rata-
tara pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih besar di banding J4 dan J8. Hal ini disebabkan
pada J4 dan J8 jumlah tanamannya terlalu banyak dengan ukuran polybag yang sama
dengan plot J2 sehingga jarak tanaman terlalu rapat. Terlalu rapatnya jarak tanaman inilah
yang menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat sehingga tanaman sulit untuk tumbuh.
Semakin rapat jarak tumbuh tanamannya maka pertumbuhan menjadi terhambat.
Grafik 5
Pertumbuhan biji kacanghijau
55
50
45 K1
40
Tinggi 35 K2
tanaman 30
25 K4
(cm) 20 K8
15
10
5
0
3 6 9 12 18 21 24 27

Pengukuran hari ke

Jika dilihat dari grafik diatas maka pada hasil akhir atau pada saat panen tanaman
pada plot K1 lah yang memiliki nilai rata-rata tinggi yang paling besar. Hal ini sama
seperti yang terjadi pada jagung, yaitu adanya pengaruh dari kerapatan tanaman.

Grafik 6
Pertumbuhan
Biji Jagungdan KacangHijau
40
35
30
Tinggi 25
tanaman 20
(cm) 15
10
5
0
3 6 9 12 18 21 24 27
Pengukuran hari ke

JK1(jagung) JK2(jagung) JK4(jagung)


JK1(kacanghijau) JK2(kacanghijau) JK4(kacanghijau)
Pada grafik 6 diatas yaitu grafik yang menujukan interaksi yang terjadi antara
tanaman jagung dan kacang hijau yang ditanam dalam plot yang sama yaitu JK1 dimana
dalam 1 polybag ditanam 1 biji kacang dan 1 biji jagung, JK2 pada polybag ditanam 2 biji
kacang dan dua biji jagung, dan JK4 pada polybag ditanam 4 biji kacang dan 4 biji jagung.
Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tanaman kacang hijau memiliki nilai
rata-rata tinggi tanaman yang lebih besar daripada jagung. Hal ini dapat terjadi karena
perkecambahan pada kacang hijau jauh lebih cepat daripada perkecambahan pada jagung.
Sehingga kacang hijau mampu tumbuh lebih cepat dibanding dengan jagung. Sedangkan
untuk perbandingan tinggi antara tanaman yang sejenispun masih dapat terlihat, dan faktor
yang menyebabkan semakin kecilnya nilai rata-rata tinggi tanaman adalah tingkat
kerapatan tanaman.
Dari grafik di atas juga dapat terlihat beberapa tanaman yang pada hari ke 18 nilai
rata-ratanya tinggi namun pada pengukuran berikutnya menjadi turun. Hal ini terjadi pada
tanaman kacang hijau, beberapa dari tanaman ini mati. Matinya tanaman kacang hijau ini
membuktikan bahwa kacang hijau pada hari ke 19 sudah tidak dapat bertahan hidup, hal ini
dapat terjadi karena pada hari ke 18 tanaman jagung telah tumbuh dengan baik dan saat
tanaman jagung ini tumbuh dan mulai mengambil sumber daya dari dalam tanah maka
barulah kacang hijau mengalami kekalahan dalam kompetisi.
Kalahnya kacang hijau dalam kompetisi juga dapat dilihat dari nilai biomassa atau
berat basah dari tanaman tersebut. Kecilnya biomassa mengindikasikan bahwa
berkurangnya kadar air tersebut karena berkurangnya pasokan air dalam tumbuhan tersebut
akibat adanya kompetisi dalam memperebutkan air.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman jagung


dan kacang hijau selama kurang lebih 24 hari maka dapat disimpulkan bahwa :
 Berdasarkan data biomassa jagung dan kacang hijau yang dihitung dengan
menggunakan metode ANOVA 1 arah bahwa tidak terdapat perbedaan rataan
biomassa terhadap keduanya tentunya dengan empat perlakuan dan 3 kaliu
pengulangan.
 Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat
karena persaingan mendapatkan sumberdaya pun semakin ketat.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah
luasnya lahan tanam, jenis tanaman, kepadatan tumbuhan, dan waktu lamanya
tanaman sejenis hidup.
 Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap
menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
 Terjadinya persaingan atau kompetisi dapat menyebabkan tanaman mati
DAFTAR PUSTAKA

Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan


Srigandono, B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.
Setiadi, Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU
Ilmu Hayat IPB: Bogor.
Salisbury, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB: Bandung
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press Yogyakarta
Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Gita Media Press: Jakarta
Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-
Press: Jakarta
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta
LAMPIRAN

You might also like