You are on page 1of 8

1.

Judul Penelitian

Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Latihan Inkuari Pada
Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang

2. Masalah Penelitian
Hakikat masalah penelitian adalah Penelitian pada hakekatnya bertujuan memecahkan masalah
dengan menuruti suatu aturan tertentu, sehingga diperoleh suatu generalisasi atau kesimpulan, bak
untuk mendukung atau menyangga suatu teori ataupun untuk menemukan teori baru. Masalah
menjadi titik tolak dilaksanakan penelitian. Tanpa masalah tidak akan ada penelitian.
Adapun masalah dari penelitian ini adalah :
Rumusan Masalah
 Apakah dengan menggunakan model latihan inkuari dapat meningkatkan keaktifan belajar
kimia di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang?
 Apakah dengan menggunakan model latihan inkuari dapat meningkatkan hasil belajar kimia
di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Hubungan atau keterkaitan antara judul, rumusan dan tujuan serta manfaat penelitian yaitu
Untuk memberi arah pelaksanaan penelitian(sesuai dengan masalah yang didapat dan judul yang
dibuat), proposal penelitian memuat tujuan apa yang hendak dicapai. Ketajaman seseorang dalam
merumuskan tujuan penelitian pendidikan akan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang
dilaksanakan, karena tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dan titik tuju yang akan
dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Itu sebabnya tujuan setiap
kegiatan penelitian harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas terperinci dan operasional dari
judul dan rumusan masalah yang akan diuji. Dalam tujuan penelitian dijelaskan apa yang
diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian tersebut. Selanjutnya dari adanya penekanan pada tujuan
penelitian itu maka dijelaskan pula apa manfaat yang dapat diperoleh atau sumbangan apa yang
dapat diberikan oleh hasil penelitian tersebut, baik terhadap ilmu pengetahuan, kemajuan suatu
lembaga atau profesi, maupun terhadap kepentingan pembangunan dalam bidang pendidikan.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi kelarutan dan hasil kelarutan di
XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang.
2. Dengan meningkatnya keaktifan peserta didik diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia
di XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya
pada materi Kelarutan dan Hasil kelarutan
2. Bagi Guru
Bagi guru, agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran dengan alternative
pembelajaran kimia melalui model latihan inkuari
3. Bagi sekolah,
Penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran kimia.
4. Bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan pembelajaran kimia melalui model latihan inkuari.

4. Tinjauan Pustaka
Setiap penelitian harus memiliki tinjauan pustaka. Hal ini sangat perlu dibuat agar penelitian
itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya tinjauan
pustaka ini merupakan cirri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data.
Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
Menurut Slameto (2003 : 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Terhadap masalah belajar, Gagne (dalam Slameto, 2003 : 13) memberikan dua definisi, yaitu :
1. Belajar ialah suatu proses untuk mempeoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku;
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intruksi.
2. Hasil belajar
Setiap proses belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan suatu perubahan yang
dinamakan hasil belajar. Dimiyati dan Mudjiyono (2006 : 3) menyatakan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sudjana (2005 : 22) mengungkapkan
hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya.
Hasil belajar tampak sebagai tejadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk peruahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan
sebagainya (Hamalik, 2005 : 154).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil belajar. Hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh dari adanya aktivitas belajar siswa yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Metode yang dipilih selalu disesuaikan dengan
hakikat pembelajaran, karakteristik peserta didik, jenis materi pelajaran, situasi dan kondisi
lingkungan, dan tujuan yang akan dicapai (Rohman, 2009: 180)
Menurut Rohman (2009 : 180) lebih luas dari metode pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran. Metode cakupannya lebih sempit dan pendekatan lebih luas. Metode bersifat praktis
dan pendekatan bersifat strategis. Pendekatan pembelajaran bisa merupakan gabungan dari
beberapa metode pembeljaran. Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dipakai guru atau
pengajar agar murid atau pembelajar bisa dengan mudah belajar dalam rangka menyerap materi ajar
lebih cepat.
Rangke L. Tobing, dkk (1990 : 5) mengindetifikasi lima karakteristik suatu model
pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ni.
1. Prosedur Ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah
tingkah laku peserta didik atau sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran
yang dilakukan guru-peserta didik.
2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan
peserta didik.
3. Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana respon peserta
didik diobservasi.
4. Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada criteria penampilan yang diharapkan dari peserta
didik. Model pembelajarn merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang
dapat didemonstrasikan setelah langkah-langkah mengajar tertentu.
5. Cara-cara Pelaksanaan
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik
dan interaksinya dengan lingkungan.

4. Model latihan Inkuari


Menurut Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009 : 31) latihan inkuari berasal dari suatu
keyakinan bahwa peserta diik memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembejaran ini menuntut
partisipasi aktif peserta didik dalam inkuari (penyelidikan) ilmiah. Peserta didik memiliki
keingintahuan dan ingin berkembang. Latihan inkuari menekankan pada sifat-sifat peserta didik ini,
yaitu membeikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang
spesfik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan baik.
Model pembelajaran latihan inkuari dikemukakan oleh Richard Suchman, ia menginginkan
peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik melakukan
kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta didik
mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menentukan
mengapa suatu fenomena bisa terjadi ( Indrawati dan Wawan, 2009 : 31).

Model pembelajaran latihan inkuari ini memiliki lima fase sebagai sintaksi pembelajarannya.
Adapaun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut.
Fase 1 : Berhadapan dengan masalah
Guru menjelaskan prosedur inkuari dan menyajikan peristiwa yang
membingungkan
Fase 2 : Pengumpulan data untuk verivikasi
Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah
Fase 3 : Pengumpulan data dalam eksperimen
Mengenali variable-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya.
Fase 4 : Merumuskan Penjelasan
Merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-penjelasan.
Fase 5 : Menganalisis Proses Inkuari
Menganalisis strategi inkuari dan mengembangkannya menjadi lebih efektif.
Dari lima fase ditas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi peserta didik, fase 4 adalah
kegiatan elaborasi, dan fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi.

5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian durumuskan untuk memberikan jawaban sementara terhaap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimiat
pertanyaan. Artinya hipotesis penelitian ini digunakan untuk menyatakan jawaban teoritik terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
 Penerapan Model Latihan Inkuari akan meningkatkan keaktifan belajar kimia siswa XI
IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang.
 Penerapan Model Latihan Inkuari akan meningkatkan hasil belajar kimia siswa XI IPA 2
SMA Negeri 3 Palembang.
Hipotesis Statistik
 Ho = Penerapan Model Latihan Inkuari tidak akan meningkatkan keaktifan belajar kimia
siswa XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang.
Notasinya Ho : μ1=μ 2
 Ha = Penerapan Model Latihan Inkuari akan meningkatkan keaktifan belajar kimia
siswa XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang
Notasinya Ha : μ1 ≠ μ2
 Ho = Penerapan Model Latihan Inkuari tidak akan meningkatkan Hasil belajar kimia
siswa XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang.
Notasinya Ho : μ1=μ 2
 Ha = Penerapan Model Latihan Inkuari akan meningkatkan hasil belajar kimia siswa XI
IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang

6. Variabel Penelitian
Variable harus ada dalam setiap penelitian karena bekenaan dengan sesuatu yang diteliti. Jadi
variable penelitian ini sangat diperlukan untuk memperoleh informasi tentang hal yang akan di
pelajari serta ditarik kesimpulannya yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti.
Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah model Latihan Inkuari. Dan yang
menjadi variable terikat adalah keaktifan dan hasil belajar kimia siswa.

7. Populasi dan Sampel


Tidak, karena penentuan adanya sampel tergantung pada kemampuan si penelti untuk meneliti
obyeknya. Tetapi sampel sangat dibutuhkan jika si peneliti mengalami kesulitan dalam meneliti
populasi yang besar. Peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Jadi
sampel tidak harus ada dalam populasi, karena sampel bersifat representatis ( mewakili ).
Sampel harus representative karena bila sampel tidak representative maka ibarat orang buta disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang bdah gajah,, maka ia menyimpulkan gajah itu
seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil
seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representative, maka ibarat 3 orang
buta yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.
Teknik sampling berdasarakan judul penelitian diatas yaitu Non Probability Sampling, artinya
tidak semua obyek yang berada didalam sekolah itu yang akan dijadikan penelitian tetapi hanya
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Palembang. Untuk itu maka jenis dari teknik sampel penelitian Non
Probability Sampling ini adalah Sampling Purposive yang artinya melakukan penelitian tentang
keaktifan (kualitas) hasil belajar kimia dan hasil belajar kimia dikelas XI IPA 2 SMA N 3
Palembang.

8. Instrumen Penelitian
Tidak. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya digunakan mengukur fenomena alam maupun social
yang diamati. Dan secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian. Untuk itu maka
sangat diperlukan sekali instrument peneltian tersebut.
Instrumen harus valid dan reliable karena ketepatan penggunaan suatu instrumen harus sesuai
dengan materi yang telah diberikan dan bersifat tetap. Hal ini disebabkan juga karena perbedaan
tempat penelitian maka instrument peneltian harus valid dan reliable.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian diatas adalah
1. Tes
2. Angket
3. Obervasi
Tes : Peningkatan hasil belajar melalui pendekatan model latihan inkuari dapat dilihat dari tes yang
diberikan setelah selesai mengajarkan setiap pokok bahasan. Tes adalah penilaian yang
komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program , atau tes adalah
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. (Arikunto, 1995).
Angket digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
Observasi : Data observasi yang diperoleh dari pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam
kelompok dan melihat sejauh mana hasil yang dapat dicapai oleh setiap anggota kelompok.
Keaktifan belajar dalam kelompok selama proses pembelajaran diamati berdasarkan deskriptor yang
tampak.
Adapun deskriptor yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa berada dalam kelompok
2. Kepemimpinan bersama
3. Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh siswa anggota kelompok
4. Mahasiswa bertanya kepada Guru/teman
5. Mahasiswa segera/spontan menjawab pertanyaan Guru/teman dan menjelaskan trhadap fenomena
yang trjadi sesuai dengan demonstrasi yang dibuat.
6. Mahasiswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan Guru/teman dengan aktif
7. Mahasiswa membuat rangkuman diskusi kelompok.

9. Teknik Pengolahan dan analisis Data.


1. Observasi
Untuk menentukan nilai observasi terhadap aktifitas belajar siswa dinyatakan dengan
kategori dan kriteria yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Untuk melihat persentase keaktifan
siswa digunakan rumus :
skor aktifitas
%keaktifan siswa= x 100 %
skor total aktivitas
Dimana;
Skor aktivitas = Jumlah siswa yang melakukan aktifitas pada masing-masing descriptor
Skor total aktifitas = Jumlah siswa yang melakukan aktifitas pada semua descriptor.
Dari data diatas, dapat diperoleh persentase keaktifan kelas, dengan menggunakan rumus :
rata−rata aktifitas siswa
% keaktifan kelas= x 100 %
jumlah siswa dikelas
Skor dan Kategori Keaktifan Belajar Mahasiswa
Skor Kategori Keaktifan Belajar Mahasiswa
81-100 Sangat tinggi
61-80 Tinggi
41-61 Sedang
21-40 Rendah
≤ 20 Sangat Rendah
(Sudjana, 2005 : 133)
2. Analisa Data Angket
Persentase dicari dengan menggunakan rumus berikut :
n

∑ Vi (Sugiono, 2008)
N i= i=1
n

Keterangan :
Ni = Nilai angket
Vi = skor hasil penilaian responden
n = Jumlah Responden
Kategori penilaian Angket
Skor Kategori Penilaian
81 % - 100% Sangat Kuat
61 % - 80% Kuat
41% - 60 % Cukup
21 % - 40% Lemah
0 % - 20 % Sangat Lemah

3. Analisa Data Tes


Kategori Hasil Belajar
Skor Kategori Penilaian
86 - 100 Sangat Baik
71 – 85 Baik
56 - 70 Cukup
41 - 55 Kurang
0 – 40 Sangat Kurang

10. Generalisasi Penelitian adalah kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk
populasi. Pada penelitian ini tidak perlu digeneralisasi karena pengambilan sampel tidak diambil
secara random. Hasil penelitian ini merupakan metode kualitatif yang hanya berlaku untuk
kasus social ( tempat di kelas XI IPA 2 pelaku adalah siswa dan aktivitas yang akan dilihat
adalah keaktifan dan hasil belajar kimia siswa). Tetapi hasil dari penelitian ini dapat ditransfer
atau diterapkan ke situasi social ( SMA lain di kota Palembang) lain, apabila situasi social
tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi social di SMA Negeri 3 Palembang.

You might also like