You are on page 1of 48

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD)


by indonesian nurse on May.25, 2008, under askep

Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul :


1. Potensial terjadinya syok hipopolemik sehubungan dengan perdarahan yang
berlebihan.
2. Potensial terjadinya injuri/luka perdarahan yang berlebihan sehubungan dengan
penurunan pembentukan, fungsi dan peningkatan destruktif platelet.
3. Peningkatan suhu tubuh (Hiperthermi) sehubungan dengan Kerusakan kontrol suhu
sekunder terhadap infeksi.
4. Potensial gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan
sehubungan dengan :
• perubahan kemampuan penye-rapan zat maka-nan (Gangguan neoro-muskuler).
• Kekakuan otot untuk mengunyah atau menelan.
• Hipermetabolik.
• Intake yang inadekuat
5. Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan, pengobatan, kurang
informasi.
6. Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas.
Diagnosis Keperawatan
Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
Hasil yang diharapkan:
• Tanda vital stabil dalam batas normal.
• Kesadaran compos mentis
• Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
• Hematokrit dalam batas normal : 37 – 43 %
Analisis data
Data subyektif : Pasien gelisah , mual, tak nafsu makan, sakit menelan, lemah.
Data obyektif : Perdarahan bawah kulit di lengan dan kaki, epistaxis, perdarahan gusi,
muntah darah.
Laboratorium : Trombositopeni : kurang dari 100.000/m 3
Hematokrit meningkat.
Rencana tindakan :
• Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan,
frekuensi dan kedalaman nadi, suhu.
• Kolaborasi dalam pemberian :
• Terapi cairan RL atau pengganti plasma
• Kalau perlu transfusi darah (trombosit)
• Monitor intake-output
• Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
• Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin,
kulit lembab dan dingin.
• Ukur dan catat perdarahan yang keluar
Evaluasi :
• Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.\

Diagnosis Keperawatan
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Rencana tindakan :
1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi\
3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.\
4. Sajikan menu yang menarik
5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual,
obat penambah nafsu makan.
6. Lakukan cek BB tiap 3 hari

Diagnosis Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap
infeksi
Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1 Klien mengungkapkan badanynya tidak terasa panas.
2 Suhu tubuh turun 36 – 37.5 )
3 Klien tidak gelisah
4 RR 16x/menit, nadi 80-88 x/menit.

Rencana tindakan :
1. Beri penjelasan pada klien penyebab panas
R/ Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi dalam
perawatan.
2. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali
R/ memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya.
3. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh
R/ Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat
4. Berikan minum banyak -+ 2 liter perhari
R/ Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan
5. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit dan antipiretik 3 x 500 mg
R/ Mempercepat proses penurunan panas

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF


<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->KONSEP DASAR
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada


anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman,
1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue


haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Etiologi


<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Virus dengue sejenis arbovirus.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Virus dengue tergolong dalam family


Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian
ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh
diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan


serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]--


>Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya


faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas


dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui


endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic
dan kematian.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Tanda dan gejala


<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Demam tinggi selama 5 – 7 hari

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Mual, muntah, tidak ada nafsu makan,


diare, konstipasi.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Perdarahan terutama perdarahan bawah


kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Epistaksis, hematemisis, melena,


hematuri.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan


ulu hati.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Sakit kepala.

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Pembengkakan sekitar mata.

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar


getah bening.

<!--[if !supportLists]-->i. <!--[endif]-->Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit


lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari
dua detik, nadi cepat dan lemah).

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Perdarahan luas.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Shock atau renjatan.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Effuse pleura

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Penurunan kesadaran.


<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Klasifikasi

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah


kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi


kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan
kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan


manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak
teraba.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Pemeriksaan penunjang

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Darah

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Trombosit menurun.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->HB meningkat lebih 20 %

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->HT meningkat lebih 20 %

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Leukosit menurun pada hari ke 2 dan


ke 3
<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Protein darah rendah

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->Ureum PH bisa meningkat

<!--[if !supportLists]-->7) <!--[endif]-->NA dan CL rendah

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Serology : HI (hemaglutination inhibition


test).

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Rontgen thorax : Efusi pleura.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Uji test tourniket (+)

<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Penatalaksanaan

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tirah baring

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Pemberian makanan lunak .

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +
130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Pemberian obat-obatan : antibiotic,


antipiretik,

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Anti konvulsi jika terjadi kejang

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Monitor adanya tanda-tanda renjatan

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Monitor tanda-tanda perdarahan lebih


lanjut
<!--[if !supportLists]-->i. <!--[endif]-->Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap
hari.

<!--[if !supportLists]-->9. <!--[endif]-->Tumbuh kembang pada anak usia 6-12


tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ


fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau
dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak
wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi


termasuk perubahan sosial dan emosi.

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Motorik kasar

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Loncat tali

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Badminton

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Memukul

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Motorik kasar di bawah kendali


kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan
kehalusan.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Motorik halus

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Menunjukan keseimbangan dan


koordinasi mata dan tangan

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Dapat meningkatkan kemampuan


menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Kognitif

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Dapat berfokus pada lebih dan satu


aspek dan situasi

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Dapat mempertimbangkan sejumlah


alternatif dalam pemecahan masalah

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Dapat membelikan cara kerja dan


melacak urutan kejadian kembali sejak awal

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Dapat memahami konsep dahulu,


sekarang dan yang akan datang

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Bahasa

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Mengerti kebanyakan kata-kata


abstrak

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Memakai semua bagian pembicaraan


termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Menggunakan bahasa sebagai alat


pertukaran verbal

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Dapat memakai kalimat majemuk dan


gabungan

<!--[if !supportLists]-->10. <!--[endif]-->Dampak


hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan
menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung
pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Lingkungan asing

Kebiasaan sehari-hari berubah

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Merasa khawatir akan perpisahan dengan


sekolah dan teman sebayanya

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Dapat mengekspresikan perasaan dan


mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Selalu ingin tahu alasan tindakan

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Kecemasan dan ketakutan akibat dari


seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa
depan anak

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Frustasi karena kurang informasi terhadap


prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->ASUHAN KEPERAWATAN
SECARA TEORITIS

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk


mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan .
pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya
meliputi :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-


psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam
medik dan anggota tim kesehatan lainnya).

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Mengidentifikasi sumber-sumber yang


potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Kaji riwayat keperawatan.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Kaji adanya peningkatan suhu tubuh


,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati,
nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah,
penurunan kesadaran).

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Diagnosa keperawatan .

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan,


kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul
sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF
diantaranya :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi virus dengue.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Kurang pengetahuan keluarga tentang


proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Resiko terjadinya perdarahan


berhubungan dengan trombositopenia.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Shock hipovolemik berhubungan dengan


perdarahan

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Intervensi

Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu


pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan
yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi.
Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Gangguan volume cairan tubuh kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan :

Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]--> Kaji KU dan kondisi pasien

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]--> Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR


)

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Observasi tanda-tanda dehidrasi

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Observasi tetesan infus dan lokasi


penusukan jarum infus

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Balance cairan (input dan out put


cairan)

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->Beri pasien dan anjurkan keluarga


pasien untuk memberi minum banyak

<!--[if !supportLists]-->7) <!--[endif]-->Anjurkan keluarga pasien untuk


mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi virus dengue.

Tujuan

Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil

Suhu tubuh kembali normal

Intervensi
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Observasi tanda-tanda vital terutama
suhu tubuh

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Berikan kompres dingin (air biasa)


pada daerah dahi dan ketiak

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Ganti pakaian yang telah basah oleh


keringat

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Anjurkan keluarga untuk


memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari
katun.

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Anjurkan keluarga untuk memberikan


minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian Therapi, obat penurun panas.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

Tujuan

Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil

Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kaji intake nutrisi klien dan


perubahan yang terjadi
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Timbang berat badan klien tiap hari

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Berikan klien makan dalam keadaan


hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Beri minum air hangat bila klien


mengeluh mual

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen


(auskultasi, perkusi, dan palpasi).

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->Kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian Therapi anti emetik.

<!--[if !supportLists]-->7) <!--[endif]-->Kolaborasi dengan tim gizi dalam


penentuan diet.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Kurang pengetahuan keluarga tentang


proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan

Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat

Kriteria hasil

Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kaji tingkat pendidikan klien.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Kaji tingkat pengetahuan keluarga


tentang proses penyakit DHF

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Jelaskan pada keluarga klien tentang


proses penyakit DHF melalui Penkes.
<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->beri kesempatan pada keluarga untuk
bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Libatkan keluarga dalam setiap


tindakan yang dilakukan pada klien

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Resiko terjadinya perdarahan


berhubungan dengan trobositopenia.

Tujuan

Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil

Trombosit dalam batas normal

Intervensi

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kaji adanya perdarahan

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Antisipasi terjadinya perlukaan /


perdarahan.

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Anjurkan keluarga klien untuk lebih


banyak mengistirahatkan klien

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Monitor hasil darah, Trombosit

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->Kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Shock hipovolemik berhubungan dengan


perdarahan
Tujuan

Shock hipovolemik dapat teratasi

Kriteria hasil

Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Observasi tingkat kesadaran klien

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Observasi tanda-tanda vital (S, N,


RR).

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Observasi out put dan input cairan


(balance cairan)

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->kolaborasi dengan dokter dalam


pemberian therapi cairan.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan
atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi
formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi
yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai
dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Suhu tubuh dalam batas normal.


<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Intake dan out put kembali normal /
seimbang.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pemenuhan nutrisi yang adekuat.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Pengetahuan keluarga bertambah.

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Shock hopovolemik teratasi

Demam Berdarah Dengue


Kategori Info Penyakit pada 27 Jun 2008 Cetak

Apakah demam dengue? 

Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun.
Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan
terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup.
Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga
walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam
dengue dari tipe virus yang lain.

Demam berdarah dengue atau DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih
berat. Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan
manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya
tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan
tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah
dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak
ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian.
Daerah mana saja yang mudah terjangkit demam dengue?

Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan
oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan
ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan
perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis
demam dengue.

Bagaimana penularan demam dengue?

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah
menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat
musim hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada
bak bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi
sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada  orang yang sehat.

Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus
melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan
penderita demam dengue.

Apa saja gejala dan tanda demam dengue?

Setelah tergigit nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai
15 hari sampai gejala demam dengue muncul. Gejala demam dengue akan diawali oleh
perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung.
Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue
mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius
dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata
akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan
menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.

Demam dan gejala lain dari demam dengue akan berlangsung selama 2 hari yang
kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang cepat dengan diiringi oleh produksi keringat
yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya
suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan
kemerahan kecuali pada wajah.

Bagaimana penanganan pasien demam dengue?

Karena demam dengue disebabkan oleh virus maka tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit ini termasuk penggunaan antibiotika. Umumnya pengobatan demam dengue
hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang terjadi (simptomatis). Istirahat dan asupan
cairan yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting pada pasien demam dengue.
Penggunaan aspirin dan NSAID harus dihindari. Penggunaan paracetamol terutama untuk
mengatasi gejala demam dan sakit kepala yang terjadi.

Bagaimana kelanjutan pasien dengue?

Demam dengue tidak akan menyebabkan kematian. Pengalaman selama ini, kematian
akibat demam dengue kurang dari 1% dari seluruh kasus yang terjadi. Perbaikan kondisi
pasien akan berlangsung beberapa minggu.

Bagaimana dengan demam berdarah dengue?

Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
Gejalanya antara lain nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka
DBD sering disebut Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya
agak sulit untuk dipulihkan.

DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada
saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan
nyeri perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul.
Gejala syok dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan
kebiruan pada bibir.

Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit,
muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Pada beberapa kasus
dapat terjadi radang paru paru dan radang pada otot jantung atau miokarditis.

Pasien dengan DBD harus di monitor dengan ketat terutama pada hari ke empat sejak
timbulnya gejala. Bila terjadi kebiruan atau sianosis maka pasien harus diberikan oksigen
dan apabila terdapat kegagalan vaskuler maka pasien harus diinfus. Transfusi darah
diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.

Angka kematian pasien DBD sangat tinggi antara 3 sampai 30%. Sebagian besar
kematian terjadi pada anak anak.

Bagaimana mencegah demam dengue?

Transmisi virus melalui nyamuk harus dihentikan untuk mencegah timbulnya demam
dengue. Untuk melakukan ini maka pasien demam dengue harus dikelilingi oleh kawat
nyamuk/kelambu sampai demam mereda.

Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk


pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat tempat yang
disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai
motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, sehingga hanya
pencegahan terpadulah yang bisa dilakukan

Demam Berdarah Dengue


Kategori Info Penyakit pada 27 Jun 2008 Cetak

Apakah demam dengue? 

Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun.
Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan
terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup.
Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga
walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam
dengue dari tipe virus yang lain.

Demam berdarah dengue atau DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih
berat. Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan
manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya
tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan
tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah
dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak
ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian.

Daerah mana saja yang mudah terjangkit demam dengue?

Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan
oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan
ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan
perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis
demam dengue.
Bagaimana penularan demam dengue?

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah
menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat
musim hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada
bak bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi
sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada  orang yang sehat.

Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus
melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan
penderita demam dengue.

Apa saja gejala dan tanda demam dengue?

Setelah tergigit nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai
15 hari sampai gejala demam dengue muncul. Gejala demam dengue akan diawali oleh
perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung.
Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue
mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius
dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata
akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan
menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.

Demam dan gejala lain dari demam dengue akan berlangsung selama 2 hari yang
kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang cepat dengan diiringi oleh produksi keringat
yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya
suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan
kemerahan kecuali pada wajah.

Bagaimana penanganan pasien demam dengue?

Karena demam dengue disebabkan oleh virus maka tidak ada pengobatan spesifik untuk
penyakit ini termasuk penggunaan antibiotika. Umumnya pengobatan demam dengue
hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang terjadi (simptomatis). Istirahat dan asupan
cairan yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting pada pasien demam dengue.
Penggunaan aspirin dan NSAID harus dihindari. Penggunaan paracetamol terutama untuk
mengatasi gejala demam dan sakit kepala yang terjadi.

Bagaimana kelanjutan pasien dengue?

Demam dengue tidak akan menyebabkan kematian. Pengalaman selama ini, kematian
akibat demam dengue kurang dari 1% dari seluruh kasus yang terjadi. Perbaikan kondisi
pasien akan berlangsung beberapa minggu.

Bagaimana dengan demam berdarah dengue?


Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
Gejalanya antara lain nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka
DBD sering disebut Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya
agak sulit untuk dipulihkan.

DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada
saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan
nyeri perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul.
Gejala syok dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan
kebiruan pada bibir.

Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit,
muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Pada beberapa kasus
dapat terjadi radang paru paru dan radang pada otot jantung atau miokarditis.

Pasien dengan DBD harus di monitor dengan ketat terutama pada hari ke empat sejak
timbulnya gejala. Bila terjadi kebiruan atau sianosis maka pasien harus diberikan oksigen
dan apabila terdapat kegagalan vaskuler maka pasien harus diinfus. Transfusi darah
diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.

Angka kematian pasien DBD sangat tinggi antara 3 sampai 30%. Sebagian besar
kematian terjadi pada anak anak.

Bagaimana mencegah demam dengue?

Transmisi virus melalui nyamuk harus dihentikan untuk mencegah timbulnya demam
dengue. Untuk melakukan ini maka pasien demam dengue harus dikelilingi oleh kawat
nyamuk/kelambu sampai demam mereda.

Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk


pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat tempat yang
disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai
motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, sehingga hanya
pencegahan terpadulah yang bisa dilakukan

. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut
pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

B. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada
system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama
pada pasien dengan perdarahan hebat.

C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt
) tekanan nadi sempit ( ? 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ? 120/100 ?
120/110 ? 90/70 ? 80/70 ? 80/0 ? 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ? 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. TANDA DAN GEJALA


Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dangejala lain adalah :
- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
E. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS
- Trombositopeni ( ? 100.000/mm3)
- Hb dan PCV meningkat ( ? 20% )
- Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
- Isolasi virus
- Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada,
BUN, creatinin serum.

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja
dan dewasa ( Effendy, 1995 )
1.2 Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
1.4 Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
1.5 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegipty.
1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban
bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
1.7 Riwayat Tumbuh Kembang
1.8 Pengkajian Per Sistem
1.8.1 Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
1.8.2 Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat
trjadi DSS
1.8.3 Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
1.8.4 Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5 Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6 Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan
darah ( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan
2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan.


DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Beri komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat
dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali
atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.
DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya
hipovolemic syok.

DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan
untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan
juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor


pembekuan darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah
yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila
terjadi perdarahan.
e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

ASKEP DHF
Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj

1.Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

2.Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe.
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe
yang paling banyak beredar.

3.Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis
pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan
gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

4.Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak
berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk
ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa
pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam
sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung
selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-
bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau
lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari
dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

5.Diagnosis

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
1)Uji tourniquet positif
2)Petekia, purpura, ekimosis
3)Epistaksis, perdarahan gusi
4)Hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
d. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ).
Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

6.Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi
4 derajat (Menurut WHO, 1986) :
a.Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, , trombositopenia dan
hemokonsentrasi.uji tourniquet
b.Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c.Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

7.Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat
dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila
hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan
tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah
pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya
limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

8.Diagnosa Banding

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C
disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b.Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya
leukopenia, limfositosis relatif.
c.Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul
karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak
terjadi hemokonsentrasi.

9.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :


a.Tirah baring atau istirahat baring.
b.Diet makan lunak.
c.Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang
infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan
plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam
setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo
nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi
menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas
secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam.
Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada
pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b.Hematokrit yang cenderung mengikat.

10.Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :


a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a.Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan.
Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang
nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1
ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b.Tanpa insektisida
Caranya adalah :
1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu
(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara


untuk mengatasi masalah klien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi,
analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).
1.Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul
dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam
pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,
konsultasi.
a.Data subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien
DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :
1.)Lemah.
2.)Panas atau demam.
3.)Sakit kepala.
4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5.)Nyeri ulu hati.
6.)Nyeri pada otot dan sendi.
7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8.)Konstipasi (sembelit).
b.Data obyektif :
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data
obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.
4)Hiperemia pada tenggorokan.
5)Nyeri tekan pada epigastrik.
6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1)Ig G dengue positif.
2)Trombositopenia.
3)Hemoglobin meningkat > 20 %.
4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan
limfosit, monosit, dan basofil
1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3)Waktu perdarahan memanjang.
4)Asidosis metabolik.
5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
2.Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante
Effendy, 1995 yaitu :
a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
f.Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
h.Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien.
3.Perencanaan Keperawatan
a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
Suhu tubuh normal (36 – 370C).
Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
5)Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

6)Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.


Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2,57)Anjurkan pasien untuk banyak minum liter/24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
8)Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat
penurunan suhu tubuh.
9)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
10)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan :
Rasa nyaman pasien terpenuhi.
Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1)Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2)Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
3)Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya
terhadap nyeri yang dialami.
4)Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .
4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
7)Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
Tujuan :
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2)Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3)Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan
cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh
darah.
4)Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5)Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1)Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2)Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3)Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat
keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah
dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien
tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.
4)Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
orang lain.
f.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum baik.
Intervensi :
1)Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3)Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai
syok hipovolemik.
4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5)Berikan transfusi sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.
g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Tujuan : – Tidak terjadi infeksi pada pasien.
Intervensi :
1)Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi
infeksi.
2)Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda vital.
3)Observasi daerah pemasangan infus.
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
4)Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.
h.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.
i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien.
Tujuan : – Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1)Kaji rasa cemas yang dialami pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.
2)Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.
3)Tunjukkan sifat empati
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.
4)Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.
5)Gunakan komunikasi terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan
hasil yang efektif.

4.Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan
intervensi yang telah direncanakan.
5.Evaluasi Keperawatan.

Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang
terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a.Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
b.Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d.Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
e.Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f.Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda
vital dalam batas normal.
g.Infeksi tidak terjadi.
h.Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i.Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
proses penyakitnya.

Sumber:
1.Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
2.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
3.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
4.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Nyamuk Penyebab Demam Berdarah Mampu Hidup Di


Air Kotor
Maret 19, 2008 · & Komentar
Nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang selama ini diketahui sebagai
vektor atau penyebar virus demam berdarah (DBD), mungkin lebih kuat dari perkiraan
selama ini. Penelitian menunjukkan nyamuk tersebut dapat terbang lebih jauh, aktif
sampai malam, dan juga hidup di air kotor.

“Kami sudah melakukan penelitian, Aedes aegypti bisa hidup di air kotor, tidak hanya air
bersih seperti yang selama ini kita percayai,” ujar Dr. Upik Kesumawati Hadi, Kepala
Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Institut Pertanian
Bogor, saat seminar serangga di Cibinong Science Center, Bogor, Rabu (18/3). Temuan
ini perlu ditindaklanjuti agar masyarakat lebih waspada.

Pada penelitian tahun 2006, timnya meniru genangan air kotor di laboratorium
menggunakan campuran kotoran ayam, kapirit, dan air sabun sehingga tingkat
konsentratnya menyerupai polutan air di alam. Telur jentik-jentik nyamuk yang
diletakkan ke dalma genangan tersebut ternyata dapat menetas menjadi larva nyamuk
hingga dewasa. Meski sudah terbukti di laboratorium, ia belum pernah menemukan kasus
tersebut di alam.

Aedes aegypti selama ini dikenal sebagai makhluk diurnal atau aktif di siang hari, namun
dalam penelitian nyamuk tersebut masih ditemukan menggigit manusia hingga pukul
21.00. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul 08.00-
09.00 pagi dan 16.00-17.00.

Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. “Jarak terbang di literatur
antara 50-100 meter, namun penelitian di Singapura menunjukkan hingga 320 meter,”
ujarnya. Ia tidak menampik bahwa perubahan ini kemungkinan disebabkan terjadinya
proses mutasi dan perubahan fisiologi karena terjadinya pemanasan global.

Upik mengatakan, pemerintah dan masyarakat perlu mengetahui bioekologi nyamuk


tersebut agar pencegahan wabah bisa efektif. Fogging atau pengasapan bukan solusi
penyelesaian karena pemberian insektisida tersebut hanya berfungsi membunuh nyamuk
dewasa. Siklus hidup nyamuk harus diputus sedini mungkin.

“Nyamuk bertelur di permukaan air. Kalau seminggu bak mandi tidak dipakai misalnya,
ada plak hitam di dindingnya yang kalau dilihat dengan kaca pembesar sebenarnya
deretan telur,” jelas Upik. Setelah 2-3 hari berikutnya, telur menetas menjadi larva. Telur
yang tidak menetas karena kering bisa tetap bertahan hingga berbulan-bulan dan akan
menetas begitu terkena air, menjadi jentik, hingga ddewasa.

Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang
mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk
menggigit orang sehat, virus pun menular.

“Namun, setiap parasit punya perilaku yang tidak sama, kita harus tahu titik lemahnya,”
tandas Upik. Perilaku nyamuk di satu daerah mungkin juga berbeda dengan daerah
lainnya. sayangnya, selama ini penelitian yang bersifat lokal masih sangat terbatas

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada
proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat
terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.

Daftar isi
[sembunyikan]
1 TANDA dan GEJALA
2 Diagnosis
3 Pencegahan
4 Pengobatan
5 Epidemiologi

6 Pranala luar

[sunting] TANDA dan GEJALA

Virus Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah
mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah
badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,
muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu
disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus
segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena
menganggap ringan gejala-gejala tersebut.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh
hingga pasien dianggap afebril.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

← Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

← Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri


pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak
perdarahan di bawah kulit.
← Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama
dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung
(epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.

← Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok /
presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam
Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit,
mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,


trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom
shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

[sunting] Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah
demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan
leukopenia relatif.

Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam
berdarah jika terindikasi secara klinis.

Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada
menunggu akut.

[sunting] Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang
disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal -
hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan
istirahat yang cukup;
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat
menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang
perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-
barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik
bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan
bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk
memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami
demam atau panas tinggi;
5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

[sunting] Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan
untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak
dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan
jika jumlah platelet menurun drastis.

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu
biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi
antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap
dipertimbangkan.

[sunting] Epidemiologi
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan
Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar
global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah
menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah
tersebut.

[sunting] Pranala luar


← (id) Info di PenyakitMenular.info Depkes RI
← (id) Demam Berdarah Dengue - medicastore
← (en) Info di situs CDC
← (en) Dengue Virus Net Information site for dengue symptoms, prevention,
treatment, vaccine research and outbreak news

Demam Berdarah Kembali Mewabah


Menurut WHO, saat ini diperkirakan 2,5 juta orang tinggal di
daerah yang rawan demam berdarah dan angka
penderitanya akan terus meningkat di tahun-tahun yang
kan datang.

Sebuah artikel yang dilansir majalah Time Desember 2007, menyatakan


bahwa hingga akhir tahun 2007 demam berdarah telah menyerang sekitar
38.500 orang di Kamboja. World Health Organization (WHO) menemukan
bahwa jumlah penderita demam berdarah mencapai angka yang cukup tinggi
pada negara-negara di Asia Tenggara selama empat tahun terakhir ini. Dan
para dokter memperkirakan bahwa pemanasan global merupakan salah satu
penyebab utamanya.

Peningkatan suhu udara dan curah hujan dapat merubah suatu daerah
menjadi tempat yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang
biak. Bahkan, akibat pemasan global, kini demam berdarah tidak lagi hanya
ditemukan di daerah tropis. Wabah ini mulai merambah ke daerah beriklim
sedang, seperti yang terjadi di Nepal dan Bhutan.

Menurut WHO, saat ini diperkirakan 2,5 juta orang tinggal di daerah yang
rawan demam berdarah dan angka penderitanya akan terus meningkat di
tahun-tahun yang akan datang. Penyakit ini kian akut di negara-negara
berkembang, di tempat yang penduduknya masih menghuni tempat tinggal
yang tidak layak. Mereka menyimpan air di tempat-tempat yang menjadi
sarang utama nyamuk Aedes aegypti, seperti: bak mandi, ember dan tempat
yang menyebabkan genangan air yang tidak mengalir. Genangan air
tersebut merupakan tempat terbaik bagi perkembangan nyamuk Aedes
aegypti. Semakin banyak jumlah nyamuk Aedes aegypti, semakin cepat
penyebaran wabah demam berdarah ke berbagai daerah bahkan negara.

Berikut catatan perkembangan penyakit demam berdarah yang menelan


semakin banyak korban di semakin banyak negara. Peningkatan yang
sangat dramatis terjadi sejak tahun 2000.
(sumber: majalah Time, Desember 2007)

Karena belum ditemukan obat dan vaksin yang melawannya, pada umumnya
penderita demam berdarah berusaha mengatasi demam berdarah dengan
meningkatkan jumlah cairan tubuh. Sayangnya, cara ini tidak selalu berhasil.

High-Desert telah membantu banyak penderita demam berdarah melalui


produk HD Bee Propolis. Produk ini membantu mengatasi serangan bakteri
atau virus dalam tubuh yang merupakan sumber penyakit. Bee Propolis
dikenal juga sebagai Russian Penicilin yang merupakan antioksidan yang
kuat, antimikroba dan antibiotik alami yang dihasilkan oleh lebah. Tidak
seperti antibiotik pada umumnya yang dapat melemahkan sistem kekebalan
tubuh, HD Bee Propolis justru membantu meningkatkan sistem pertahanan
tubuh.

Di tengah lingkungan tempat kita hidup, terdapat jutaan bakteri, virus, serta
mikroorganisme yang berbahaya. Kita membutuhkan sistem kekebalan yang
prima untuk melawan semua mikroorganisme berbahaya yang dapat
mengancam kesehatan tubuh kita. Konsumsilah HD Bee Propolis secara
teratur untuk menghindari kondisi yang merugikan kesehatan Anda. Lebih
baik mencegah daripada mengobati bukan?
SEJUMLAH anggota legislatif Kalimantan Barat meminta instansi terkait cepat mengevaluasi
penanganan demam berdarah dangue. Hal ini dikemukakan M Syafrani dan Thomas
Aleksander kemarin di Pontianak menanggapi persoalan kejadian luar biasa penyakit yang
disebabkan gigitan nyamut aedes aegypti.“Evaluasi ini menyangkut apa yang menjadi
kendala pencegahan penyebaran penyakit dan penanganan pasien. Selain itu, mencari akar
persoalan wilayah KLB makin meluas hingga delapan kabupaten/kota,† kata Syafrani.
Politikus daerah pemilihan Kota Pontianak ini mengemukakan berdasarkan informasi yang
diterimanya dari Dinas Kesehatan Kalbar jumlah kasus sebanyak 4.006. Dikatakannya, ada pun
masyarakat yang meninggal dunia sebanyak 59 orang.

“Ironisnya 53 orang meninggal dunia akibat DBD di Kota Pontianak. Kami sangat
menyesalkan jumlah pasien yang tidak tertolong begitu banyak,† ungkap legislator Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.Menurutnya, Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi
dianggap masyarakat di kabupaten tidak kekurangan peralatan, tenaga medis dan penyuluh
kesehatan. Syafrani mengemukakan bahkan ketika terjadi persoalan luar biasa mudah dibantu
provinsi.“Pemerintah provinsi tidak sulit dalam mensuplai peralatan dan obat-obatan. Apalagi,
tenaga medis yang selalu siap sedia melakukan penanganan pasien,† ujarnya.Disinggung
apakah pernah ditanyakan apa saja bantuan dari provinsi dan departemen kesehatan untuk
daerah KLB, Syafrani bersama rekan-rekan belum mempertanyakan itu. “Kami siap
memberikan masukan kepada pemerintah provinsi sebelum mengambil keputusan menangani
DBD yang makin meluas penyebarannya ini.”
Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan Aleksander mengatakan harus ada terobosan dalam
mengambil keputusan setelah dievaluasi. Ia menyebutkan sebagai contoh ruang perawatan
penuh, maka pemerintah harus mencari bangunan yang layak untuk merawat pasien
DBD.“Bila memang dana tanggap darurat dalam mengatasi persoalan penyakit ini kurang,
maka ke depan besaran harus ditambah. Karena masalah ini menyangkut nyawa manusia serta
pelayanan pemerintah kepada masyarakat,” ujarnya.Ia mengungkapkan dalam mengatasi
DBD bukan mencari siapa yang salah. Menurutnya, perlu diketahui akar persoalan sehingga KLB
ini begitu meluas. “Kalau sudah mengetahui masalah maka akan mudah mencari solusi
menyelesaikannya,” tutur Aleksander. (riq)

Mengenali Demam Khas DBD


Gizi.net - Mengenali Demam Khas DBD

Menyusul musim yang makin tak menentu pergantiannya, pola serangan demam
berdarah dengue (DBD) pun berubah. Dulu, penyakit ini hanya muncul di saat
perubahan cuaca, ketika banyak air tergenang. Kini, ia menghantui sepanjang tahun.

Di berbagai daerah di Indonesia, berulang kali sudah DBD dinyatakan sebagai


kejadian luar biasa (KLB). Meski begitu, masyarakat belum sepenuhnya paham pada
penyakit yang disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini. Gejala
penyakit ini misalnya, kurang dikenali. Akibatnya, banyak penderita yang terlambat
dibawa ke rumah sakit. Padahal, keterlambatan penanganan bisa berakibat fatal.

Tika Bisono, psikolog yang dulu dikenal sebagai penyanyi, luput mengenali gejala
demam berdarah pada putrinya. Penyakit itu pula yang pada tahun lalu merenggut
nyawa si kecil. ''Dengan penanganan yang baik dan tepat, banyak jiwa dapat
terselamatkan,'' ujar Tika yang kini aktif memberikan penyuluhan masyarakat terkait
pencegahan demam berdarah.

Ironisnya, bukan cuma masyarakat awam yang tidak begitu paham seluk beluk DBD.
Dokter umum sekalipun masih sering keliru dan kurang waspada menangkap tanda
gawat yang ditunjukkan pasiennya. ''Akibatnya, penanganan demam berdarah
menjadi tidak tepat,'' ungkap dr J Hudyono MS SpOk MFPM dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI).

Demam berdarah kerap disangka penyakit lain, seperti tipus, sakit tenggorokan,
sakit pencernaan, dan flu. Wajah merah sembab yang diperlihatkan penderita
demam berdarah kadang disimpulkan sebagai gejala tampek. ''Tak heran banyak
pasien yang kemudian nyawanya tak tertolong,'' imbuh Hudyono saat berbicara
dalam penyuluhan demam berdarah di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, belum
lama ini.

Jika saja teliti mengamati, DBD sesungguhnya bisa dikenali oleh orang awam. Ada
gejala khas yang menyertai penyakit yang di tahun 1998 mencatat angka kejadian
tertinggi di Indonesia ini. Salah diagnosis pun dapat dihindari jika dokter
memerhatikan gejala khas tersebut.

Gejala paling khas pada demam berdarah menyangkut demam itu sendiri. Setelah
empat hingga enam hari masa inkubasi, virus dengue akan membuat tubuh
mengalami kenaikan suhu secara tiba-tiba. ''Pada penyakit lain biasanya demam
naik perlahan, tidak cepat,'' jelas Hudyono seraya membeberkan pentingnya
melakukan pemeriksaan darah dua hari berturut-turut sebagai langkah waspada
serangan demam berdarah.

Sementara itu, orang yang terserang demam berdarah akan mengalami dua kali
puncak demam. Suhu normal tubuh yang bertengger di angka 36 derajat Celsius
mendadak naik lantas turun lagi untuk kemudian kembali melonjak. ''Siklus
demamnya mirip seperti pelana kuda,'' kata Hudyono yang menyarankan
dilakukannya uji torniquet untuk melihat lebih jelas keberadaan ruam bentol merah
pada kulit orang yang diduga terkena demam berdarah.

Puncak demam pertama terjadi pada tiga hari pertama. Pada saat itu, suhu tubuh
bisa mencapai 40 derajat Celsius. Pada hari keempat dan kelima, penderita akan
mengalami fase kritis. Saat itu berlangsung, demam mereda dan suhu tubuh turun
menjadi 37 derajat Celsius.

Banyak yang mengira penderita sudah pulih ketika suhu tubuhnya telah mendekati
normal. Dengan berbagai alasan, penderita dipulangkan dari rumah sakit. ''Padahal,
saat itulah ia harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit,'' cetus anggota tim
Kajian Obat dan Industri Farmasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.

Mengapa demikian? Saat fase kritis terjadi, kondisi pasien bisa memburuk secara tak
terduga. ''Biasanya penderita mengalami sakit perut, tidak bisa bangun dari tempat
tidur, pusing, dan tekanan darah tidak teratur,'' papar Hudyono.

Tanda kegawatan lain terlihat dari tangan dan kaki yang terasa makin dingin.
Adanya mimisan, kejang, lemas, dan muntah berkali-kali juga merupakan petunjuk
yang memperjelas gambaran demam berdarah. Mereka yang mengalaminya setelah
melewati fase demam pertama harus kembali dibawa ke rumah sakit.

Sindroma syok Di fase kritis pula pasien berisiko terkena dengue shock syndrome
(DSS). Ini merupakan kelainan utama pada demam berdarah. Nyeri perut
merupakan tanda awal. ''Kejadian syok dipercepat oleh dehidrasi,'' ucap Hudyono.

Di samping DSS, demam berdarah juga dapat berujung pada dengue haemorrhagic
fever (DHF). Orang yang mengalaminya akan terus mengeluhkan sakit perut, keluar
darah dari hidung dan gusi, atau kemerahan pada kulit. Mereka juga kerap muntah
dengan atau tanpa darah.

Sebetulnya, perdarahan bisa dicegah dengan menghindari dan mengobati syok. DHF
terjadi lantaran berbagai sebab. Entah karena turunnya trombosit, kelainan pada
pembuluh darah, atau faktor pembekuan. ''Perdarahan saluran cerna masif
mengikuti syok berat dapat mengakibatkan kematian,'' ujar dokter anggota Faculty
of Pharmaceutical Medicine-Royal College, London, Inggris ini.

Kalau DHF berada pada kategori parah, penderita bisa jadi mengalami perdarahan di
bawah kulit yang luas. Andaikan itu terjadi, perawat harus ekstra hati-hati dalam
memasang infus, menyuntik, atau memasang transfusi darah. Jika salah, darah
pasien dapat terus mengucur dan sukar dihentikan. ''Pada anak yang mengalami
DSS, hindari pengambilan darah dari pembuluh darah di lipatan paha.''

Demam berdarah juga diikuti dengan rasa menggigil. Lantas, penderitanya tak
jarang mengeluhkan nyeri di belakang bola mata. Sembelit, nyeri perut, nyeri sendi
dan otot, kolik, dan sakit tenggorokan juga kerap dirasakan oleh penderita. ''Kalau
ada tanda-tanda itu, segera bawa penderitanya ke dokter,'' saran Hudyono.

Lewat dari fase kritis, sekitar hari keenam dan ketujuh, penderita demam berdarah
akan memasuki fase penyembuhan. Fase ini diperjelas dengan adanya demam
tinggi, suhu tubuh sekitar 39 derajat Celsius. Demam ini merupakan reaksi tahap
penyembuhan.

Perawatan
Tata laksana perawatan demam berdarah harus disesuaikan dengan derajat
keparahannya. Penderita demam berdarah derajat satu dan dua -- mereka yang
terkena DBD tanpa syok -- cukup dibawa ke ruang rawat sehari di Puskesmas untuk
dimonitor trombositnya. ''Trombosit harus dimonitor dari waktu ke waktu,'' tegas
Hudyono.

Sedangkan penderita demam berdarah derajat tiga dan empat harus mendapat
pelayanan kesehatan di kamar perawatan hingga intensive care unit (ICU). Yang
perlu mendapat perawatan ini adalah mereka yang telah mengalami perdarahan di
tubuh, berupa mimisan atau luka pada saluran cerna. Jika terjadi perlukaan pada
saluran cerna, tinja akan berwarna hitam menyerupai petis tapi lembek seperti
aspal.

Lantas, kapan pasien boleh pulang ke rumah? Sejumlah pertanda bisa menjadi
patokan. Pantaulah apakah penderita memperlihatkan perbaikan yang khas.
''Misalnya, ia tak lagi mengalami demam selama 24 jam tanpa asupan antiseptik,
bintik merahnya memudar, nafsu makannya membaik, tampak lebih segar dan tak
loyo, tidak sulit bernapas, dan kondisi syok-nya teratasi dalam tiga hari,'' urai dokter
spesialis di bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja ini.

Pemeriksaan laboratorium terhadap hematokrit dan trombosit juga dapat


menentukan boleh-tidaknya pasien dipulangkan dari rumah sakit. Kadar trombosit
yang sudah lebih dari 50 ribu dan naik dalam dua kali pemeriksaan menandakan
kepulihan. ''Masa kritis sudah lewat jika trombosit di atas 100 ribu.''

Meredakan Ketidaknyamanan
Disebabkan oleh infeksi virus, demam berdarah sejatinya akan sembuh dengan
membaiknya ketahanan tubuh. Namun, sejalan waktu, penderitanya dapat
mengalami gangguan kesehatan yang serius dan bahkan kematian. Itu sebabnya,
penderita harus mendapat penanganan yang tepat.

Sementara itu, ketidaknyamanan yang dirasakan penderita demam berdarah dapat


dikurangi dengan berbagai cara. Susu, sari buah, air kelapa, teh, air masak plus
garam oralit atau gula boleh diberikan kepada penderita. ''Yang paling baik, air
kelapa,'' kata dr J Hudyono MS SpOk MFPM.

Minum dua liter cairan setiap hari dapat mencegah dehidrasi yang mungkin terjadi
akibat muntah, tak mau makan, dan demam tinggi. Penderita perlu diinfus bila terus
muntah, tidak mau minum, dan kadar hematokritnya cenderung meningkat.

Untuk meredakan demam, kompreslah dengan air dingin. Tak perlu memakai es
batu. ''Saat panasnya sudah lebih dari 37,5 derajat Celsius, berikan obat penurun
panas,'' saran dokter yang menjabat sebagai executive manager Unit Uji Klinik Obat,
Farmakologi, dan Terapeutiks FKUI ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan parasetamol yang


ketersediaannya banyak dan harganya murah sebagai obat penurun panas untuk
penderita demam berdarah. Golongan ibuprofen dan asam asetilsalisilat tidak
dianjurkan. ''Sebab, penggunaan keduanya pada demam infeksi dengue dapat
meningkatkan risiko perdarahan dan terjadinya nyeri lambung,'' ungkap Hudyono.

You might also like