Professional Documents
Culture Documents
BAB I
AUDITING
A. DEFINISI AUDITING
JASA ATESTASI
C. TIPE AUDIT:
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 3
D. TIPE AUDITOR:
1) Auditor Independen, memenuhi persyaratan pendidikan
dan pengalaman kerja tertentu, mendapat gelar
akuntan dan tercatat mempunyai nomor register serta
dapat ijin dari Menteri Keuangan.
2) Auditor Pemerintah, umumnya yang bekerja di BPKP,
BPK serta instansi pajak
3) Auditor Intern, auditor yang bekerja di perusahaan
(perusahaan negara/daerah maupun perusahaan
swasta)
Pemeriksaan atas
Standar laporan keuangan Tipe Perikatan
Auditing Porspektif Atestasi Lain
Standar untuk
Audit atas Prakiraan dan
laporan Proyeksi
keuangan Keuangan
HIRAKRI STANDAR AUDITING, PERNYATAAN STANDAR
AUDITING DAN INTERPRETASI STANDAR AUDITING
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 5
STANDAR AUDITING
Landasan Landasan
---------------------- Kon
---------------- Kon
------------ sep sep
G. LAPORAN AUDIT
Pragraf pengantar:
Kami telah mengaudit neraca perusaan STIEI tanggal 31
Desember 2003 serta laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas dan laporan arus kas yang berakhir tanggal tersebut.
Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen
perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan
atas pendapat laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Paragraf Lingkup:
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh IAI. Standar tersebut mengharuskan kami
untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar kami
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. … Kami yakin
bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat.
Paragraf Pendapat:
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut
di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 7
(tanggal)
PERTANYAAN
BAB II
ETIKA PROFESI
PENDAHULUAN
-Tanggungjawab
Profesi
-Kepentingan
umum
-Integritas
-Obyektivitas PRINSIP ETIKA IAI PUSAT
-Komptensi dan
kehati-hatian
professional
-Kerahasiaan
INTERPRETASI
Pengurus
ATURAN ETIKA KAP
TANYA JAWAB
Dewan
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 12
PERTANYAAN:
BAB III
BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)
D. PROSEDUR AUDIT
penjualan
Bukti Lisan Wawancara Meminta keterangan tentang tingkat
keusangan sediaan di gudang
Bukti Prosedur analitik Membandingkan realisasi penjualan
Perbandingan dengan anggarannya.
Sumber: Mulyadi, 2001 (69)
PERTANYAAN:
Jelaskan apakah yang dimaksud dengan bukti audit?
1. Jelaskan tipe dan prosedur bukti audit?
2. Mengapa bukti audit diperlukan dalam proses
audit atas laporan keuangan, jelaskan!
3. Apakah bukti audit berhubungan dengan risiko
audit dan opini yang akan diberikan oleh auditor,
jelaskan!
4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan asersi
manajemen (ada 5 asersi manejemn), dan apakah
hubungannya dengan tujuan audit?
5. Jelaskan pakah yang dimaksud dengan istilah di
bawah ini:
- Pertimbangan profesional
- Integritas manajemen
- Kepemilikan publik versus terbatas
- Kondisi keuangan
6. Bagaimana pendapat Saudara, terhadap klien
yang tidak dapat menyediakan bukti audit secara
akurat dan komprehensif dalam proses audit,
apakah hal ini berpengaruh tarhadap opini yang
akan diberikan oleh auditor atas laporan keuangan
auditan-nya.
7. Mengapa auditor perlu mempelajari pengendalian
intern klien, jelaskan!
8. Apakah auditor untuk kasus tertentu
diperbolehkan menggunakan bukti dari spesialis,
dan termuat dalam SA berapa, jelaskan bunyinya!
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 21
BAB IV
KERTAS KERJA (WORKING PAPER)
PERTANYAAN:
- Mengapa diperlukan kertas kerja? dan apakah
kertas kerja perlu dirahasiakan?
- Apakah diperlukan pengarsipan kertas kerja,
jelaskan!
- Mengapa dalam pembuatan kertas kerja harus
jelas, rapi, dan informatif, jelaskan!
- Bagaimana bila auditor (tim audit) tidak membuat
kertas kerja dalam melaksanakan tugas auditnya?
Jelaskan!
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 27
BAB V
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT
C. PERENCANAAN AUDIT
Kedua hal tersebut di atas akan berdampak pada saldo awal, oleh
karena dalam suatu perikatan tahun pertama auditor tidak
memperoleh bukti audit yang mendukung saldo awal. Sehingga
dapat digunakan SA Seksi 323, Audit Tahun Pertama yang dapat
memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan saldo awal,
bila laporan keuangan yang diaudit untuk pertamakalinya atau bila
laporan keuangan tahun sebelumnya diaudit oleh auditor
independen lainnya. Auditor harus menyadari mengenai hal-hal
bersyarat (contingencies) dan komitmen yang ada pada awal tahun.
Auditor harus memperoleh bukti meyakinkan bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai
dampak material terhadap laporan keuangan tahun berjalan.
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan
benar ke-tahun berjalan atau telah dinyatakan kembali, jika
hal tersebut semestinya dilakukan.
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara
konsisten.
Misalnya:
Pengujian terhadap Pendapatan Penjualan (Sales Revenues):
PERTANYAAN
BAB VI
MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT AWAL
PENDAHULUAN
A. DEFINISI MATERILITAS
Misalnya:
Jika prakiraan awal materialitas laporan keuangan adalah 1% dari
total aktiva (jumlah aktiva PT. A sebesar Rp. 10.000.000,00), atau
Rp. 100.000.00, auditor tersebut dapat mempertimbangkan dua
laternatif dalam mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke
akun secara individual sebagai berikut;
Alokasi Materialitas
Akun Alternati Alternati
% %
fA fB
Kas 5.000,00 5 2.000,00 2
Piutang 15.000,00 15 18.000,00 18
Usaha 30.000,00 30 50.000,00 50
Sediaan 50.000,00 50 30.000,00 30
Aktiva Tetap
Total 100.000,00 100.000,00
Bukti Audit
Risiko
Audi Tingkat Materialitas
Risiko audit pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun
terbagi dua yaitu:
1) Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan
keuangan.
2) Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo
akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
Unsur Risiko Audit:
Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi atau
Laporan
keu.angan
Prosedur audit yang berisi
Pengendalian Salah saji material Salah saji material
Kerentanan asersi untuk salah saji
intern klien tidak dapat dicegah tetap tidak dapat
individual terhadap memverifikasi material,
atau tidak dapat dideteksi dalam namun diberi
sal;ah saji material dideteksi dgn PI. asersi asersi individual pendapat
wajar tanpa
pengecualian
PERTANYAAN
BAB VII
PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
A. PENDAHULUAN
1. Manajemen
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit
3. Auditor intern
4. Personal lain dalam organisasi
5. Auditor independen
6. Pihak ekstern lain; BAPEPAM, Bank Indonesia, dan Organisasi
Profesi.
REKOMENDASI PERBAIKAN
KELEMAHAN PENGENDALIAN PERLUASAN PROSEDUR AUDIT
PENGENDALIAN INTERN
1. Pemegang a. Peri Pembuatan memo
kartu utang usaha ksa semua memo kredit untuk retur
merangkap tugas kredit yang dibuat penjualan sebaiknya
membuat dan selama periode dilaksanakan oleh
mengirimkan memo diuadit. Bagian Penjualan.
kredit untuk retur Memo kredit yang
penjualan. b. Peri melebihi jumlah rupiah
ksa semua memo tertentu harus
2. Tidak kredit yang diperiksa lebih dahulu
terdapat prosedur diterbitkan selama oleh Kepala Bagian
untuk menyelidiki dan periode yang diaudit Keuangan sebelum
mengikuti saldo debit bersam-sama dengan dicatat dalam kartu
akun utang usaha Manajer Penjualan piutang.
dan Manajer
Keuangan.
c. Kiri
mkan konfirmasi
kepada semua unsur
pelanggan yang Bagian Utang harus
dikirimi memeo membuat daftar saldo
kredit selama periode debit utang usaha.
audit.
Mintalah atau buatlah
daftar saldo debit utang
usaha pada tanggal
neraca.
PERTANYAAN
Bahan UAS:
1. Bukti Audit
2. Kertas Kerja
3. Sistem Pengendalian Internal
4. Tugas yang telah dikerjakan sejak UTS
Ujian Opened book dan dikerjakan di kelas: Hari Sabtu 07 Juni 2008,
Waktu pukul 15.00-selesai.
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 52
BAB VIII
VARIABEL UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
PENDAHULUAN
Jika dalam auditnya, auditor mau menerima saldo suatu unsur yang
terantum di laporan keuangan sebagai suatu jumlah yang benar,
dan auditor tersebut hanya akan mengusulkan adjustment terhadap
jumlah tersebut jika terdapat kekeliruan yang material dalam
jumlah tersebut, maka auditor menggunakan uji hiphotesis (test of
hypothesis) baik dngan cara nonstatistik maupun dengan cara
statistik, pengambilan sampel dalam pengujian substantif
dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap berikut ini, yaitu:
Keterangan:
BV = Book value yaitu nilai yang tercantum di dalam buku klien
AV = Audited value yaitu nilai hasil audit, yang ditaksir dari
pemeriksan terhadap sampel.
A = Aceptable precision yaitu besarnya penyimpangan dari
saldo populasi yang masih diterima oleh auditor.
2) Penentuan Populasi
Dalam menentukan populasi, auditor harus
mempertimbangkan 3 kondisi berikut ini :
a. Jika tujuan pengujian substantif diarahkan untuk mendeteksi
kelengkapan unsur yang dicatat maka populasi yang diperiksa
bukan unsur yang dicatat di dalam buku klien, misalnya :
dalam pemeriksaan terhadap utang. Pelaksanaan prosedur
konfirmasi, populasi yang dipilih bukanlah catatan utang klien
melainkan daftar nama pemasok yang melakukan bisnis
dengan klien dalam tahun yang diaudit.
b. Saldo debit dan saldo kredit digolongkan terpisah untuk tujuan
pengambilan sampel. Saldo kredit piutang usaha
dikelompokkan sebagai utang lancar sedangkan saldo debit
utang usaha dikelompokkan sebagai aktiva lancar.
c. Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak mencakup
semua unsur dalam populasi.
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 54
UR
A=M UR + 2 beta
R
Kesalahan beta = ( ICxAR )
Keterangan:
R = Resiko akhir yang ditanggung oleh auditor (ultmate or audit
risk)
Ic = Resiko bahwa struktur pengendalian intern tidak akan
dapat mendeteksi kekeliruan yang material (kekeliruan
tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan yang material
(kekeliruan yang lebih besar dari jumlah yang dapat
diterima oleh auditor)
AR = Resiko bahwa review yang bersangkutan tidak akan dapat
mendeteksi kekeliruan material yang tidak terdeteksi oleh
struktur pengendalian intern.
6) Pemeriksaan sampel
Dalam pemeriksaan sampel, auditor menghitung rerata dan
deviasi standar sampel dengan rumus
AUDITING I (STIE INDONESIA BANJARMASIN) 56
Χ = ∑xi
i =1
∑ xi − nx Χ
2
SD = i =1
n =1
SD
SE
N
n
A' =UR.SE.N 1-
N
A'
A” = A ' .M
1 −
A
Catatan :
AV = X. N
BV = book value yaitu nilai yang tercantum dalam buku klien
n'
n= n'
1+
N
UR
A = M. (UR + zbeta )
Rumus : EAV = X .N
2) Menentukan populasi
3) Menentukan sampling unit
4) Menentukan besarnya sampel
5) Menentukan metode pemilihan sampel dengan cara bantuan
tabel angka acak atau angka acak yang dihasilkan dengan
komputer.
6) Memeriksa sampel
7) Mengevaluasi hasil sampel
EAV I A’
Rumus EAV : ∑x.Ni
2) Menentukan populasi
3) Menentukan sampling unit
4) Menentukan besarnya sampel
5)
( Ni .SDi )( ∑Ni .SDi )
Ni = ( A / UR ) 2 + ∑Ni .SDi 2
A’ = UR ∑Ni .SDi 2
.( Ni .ni )
ni
EAV = ∑X .Ni
Bahan UAS:
1. Bukti Audit
2. Kertas Kerja
3. Sistem Pengendalian Internal
4. Tugas yang telah dikerjakan sejak UTS
Ujian Opened book dan dikerjakan di kelas: Hari Sabtu 07 Juni 2008,
Waktu pukul 15.00-selesai.