You are on page 1of 4

Efek Rumah Kaca

Ruri Yuniar
Jurusan Biologi 2008
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

Di bumi, kita mendapatkan energi dari sinar matahari. Kita akan merasakan panas
jika matahari sedang bersinar terik karena bumi menyerap sebagian energi dari
matahari. Namun demikian, tidak semua energi tersebut diserap. Sebagian energi
dipantulkan kembali ke angkasa dalam bentuk panas. Secara alamiah sinar
pantulan dari bumi akan dilepaskan ke angkasa sehingga panas di bumi cenderung
stabil. Akan tetapi, keadaan ini akan terganggu apabila di atmosfer bumi terdapat
kumpulan gas yang dapat menghalangi sinar pantulan ke angkasa. Akibatnya
sinar yang seharusnya menjauh dari bumi akan tetap terkumpul di sekitar bumi
yang semakin lama semakin banyak dan menjadikan bumi semakin panas.
Fenomena ini dikenal dengan pemanasan global. Kumpulan gas yang
menghalangi sinar pantulan dari bumi disebut dengan gas rumah kaca (green
house gases). Efek yang ditimbulkan oleh gas rumah kaca disebut dengan efek
rumah kaca (green house effect).

Kata kunci : Penyebab efek rumah kaca, gas-gas rumah kaca, dampak efek rumah
kaca.
I. Pendahuluan
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan
sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca disebabkan karena
naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan
konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM),
batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan
dan laut untuk mengabsorbsinya.
II. Pembahasan
Dalam artikel ini akan dibahas 4 hal :
1. Penyebab efek rumah kaca
2. Gas – gas efek rumah kaca
3. Dampak efek rumah kaca
1. Penyebab efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

2. Gas – gas efek rumah kaca

Sejak revolusi industri, aktivitas manusia menyebabkan kenaikan konsentrasi gas rumah
kaca sampai pada tingkat yang tidak diharapkan. Kelimpahan yang paling besar adalah karbon
dioksida (CO2) yang mencapai 64% dari seluruh gas rumah kaca di atmosfer. Sedangkan sisanya
(36%) merupakan gabungan beberapa gas. Sebelum revolusi industri, kadar CO2 di atmosfer
masih relatif rendah, yaitu 280 ppm pada 1860. Dengan semakin banyak pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, kadar CO2 meningkat hingga 379 ppm
pada 2005.

Berdasarkan guidelines IPCC 1996 yang telah direvisi, yang dikategorikan sebagai gas
rumah kaca adalah CO2, metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC,
merupakan kelompok gas), perfluorokarbon (PFC, merupakan kelompok gas), dan sulfur
heksafluorida (SF6). Gas-gas inilah yang juga menjadi acuan pada Protokol Kyoto (1997). Gas
rumah kaca lain yang terdapat pada guidelines IPCC 2006 adalah nitrogen trifluorida (NF3),
trifluorometil sulfur pentafluorida (SF5CF3), eter terhalogenasi, dan halokarbon lain. Gas-gas
yang mengandung fluorida seperti HFC, PFC, SF6, SF5CF3, dan NF3 dapat dikelompokkan
sebagai gas-gas terfluorinasi (fluorinated gases). Gas-gas ini diproduksi terutama sebagai
pengganti zat-zat perusak ozon atau Ozone Depleting Substances (ODS), terutama
klorofluorokarbon (CFC) atau freon yang banyak digunakan sebagai refrigeran dan propelan
aerosol.

Ternyata usaha untuk mengganti zat-zat perusak ozon menimbulkan masalah baru, yaitu
pemanasan global. Bahkan, zat-zat tersebut memiliki potensial pemanasan global (global
warming potential, GWP) yang lebih besar dibandingkan dengan CO2. Sebagai contoh, SF5CF3
memiliki GWP 18.000 kali GWP CO2. NF3, senyawa yang banyak dihasilkan dari proses
pembuatan semikonduktor dan pembuatan LCD ini memiliki GWP 16.800 kali GWP CO 2.
Namun secara keseluruhan, potensi senyawa-senyawa tersebut belum menyamai potensi yang
disebabkan oleh CO2, karena emisi CO2 yang sangat besar. Namun, kontrol dini terhadap emisi
senyawa-senyawa tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih
besar.

Selain gas-gas rumah kaca yang telah disepakati pada Protokol Kyoto, para ilmuwan juga
menyebutkan beberapa zat yang harus diwaspadai karena ikut berperan terhadap pemanasan
global. Zat-zat tersebut adalah ozon, uap air, dan aerosol. Zat-zat ini juga dapat dikategorikan
sebagai gas rumah kaca.
Ozon merupakan gas rumah kaca yang secara kontinyu dihasilkan dan dirusak di
atmosfer melalui reaksi kimia. Di troposfer, aktivitas manusia telah meningkatkan kadar ozon
melalui pelepasan gas seperti karbon monoksida, hidrokarbon, dan oksida-oksida nitrogen, yang
dapat bereaksi secara kimia menghasilkan ozon.

Uap air merupakan gas rumah kaca dengan kadar terbanyak di atmosfer. Namun
demikian, aktivitas manusia tidak berpengaruh besar terhadap keberadaan uap air di atmosfer.
Aerosol adalah partikel-partikel kecil yang berada di atmosfer dengan ukuran, konsentrasi dan
komposisi kimia yang bervariasi. Aerosol di atmosfer berasal dari emisi aerosol secara langsung
atau terbentuk dari senyawa-senyawa lain yang ada di atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil
dan biomassa, serta proses-proses industri melepaskan aerosol yang mengandung senyawa-
senyawa sulfur, senyawa organik, dan jelaga. Aerosol di atmosfer juga dapat muncul dari alam,
seperti dari letusan gunung berapi.

3. Dampak efek rumah kaca

Efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan
peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan
global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di
atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi
diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Bumi
secara konstan menerima energi, kebanyakan dari sinar matahari tetapi sebagian juga diperoleh
dari bumi itu sendiri, yakni melalui energi yang dibebaskan dari proses radioaktif. Sinar tampak
dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari matahari. Radiasi sinar tersebut sebagian dipantulkan
oleh atmosfer dan sebagian sampai di permukaan bumi. Di permukaan bumi sebagian radiasi
sinar tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diserap oleh permukaan bumi dan
menghangatkannya.

III. Penutup

Kesimpulan dan Saran

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang
sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya,
sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan
naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca mengakibatkan meningkatnya suhu air laut
sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara
kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Jadi mulai sekarang kurangi efek
rumah kaca dengan mengurangi produksi gas-gas yang menyebabkan efek rumah kaca itu
sendiri.
Daftar Pustaka

Andi Suprapto, Efek – Efek Rumah Kaca, Jakarta Balai Penerbit FKUI, 2001.

www.chem-is-try.com

You might also like