You are on page 1of 14

MAKALAH KIMIA BAHAN MAKANAN

DAGING

DISUSUN OLEH :

1. MOHAN TAUFIQ M.
2. SRI HARTINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2009
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan asam amino esensial
yang lengkap dan seimbang. Keunggulan lainnya, protein daging lebih mudah dicerna
ketimbang yang berasal dari nabati. Bahan pangan ini juga mengandung beberapa jenis
mineral dan vitamin. . Manusia mengonsumsi daging sejak dimulainya sejarah peradaban
manusia itu sendiri. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan untuk diambil dagingnya,
baik ternak besar (seperti sapi atau kerbau) maupun ternak kecil (seperti domba,
kambing, dan babi). Selain jenis ternak tersebut, beberapa ternak lain juga dapat
digunakan sebagai sumber daging untuk konsumsi manusia. Meski demikian, daging
yang paling banyak diperjualbelikan adalah daging sapi. Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh ternak yang akan dipotong agar diperoleh kualitas daging yang baik,
yaitu :
1. Ternak harus dalam keadaan sehat, bebas dari berbagai jenis penyakit
2. Ternak harus cukup istirahat, tidak diperlakukan kasar, serta tak mengalami stres
agar kandungan glikogen otot maksimal
3. Penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin
4. Cara pemotongan harus higienis.
Tingkat Kealotan Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka.
Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak
mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang
atau kerangkanya. Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging
adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif
(hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan yang
mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat
keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), lemak
intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging,
serta lokasi otot. Jenis daging juga dapat dibedakan berdasarkan umur sapi yang
disembelih. Daging sapi yang dipotong pada umur sangat muda (3-14 minggu) disebut
veal, yang berwarna sangat terang. Daging yang berasal dari sapi muda umur 14-52
minggu disebut calf (pedet), sedangkan yang berumur lebih dari satu tahun disebut beef.
Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan kondisi seksual, daging sapi (beef) berasal dari:
1. Seer (sapi jantan yang dikastrasi sebelum mencapai dewasa kelamin)
2. Heifer (sapi betina yang belum pernah melahirkan)
3. Cow (sapi betina dewasa/pernah melahirkan)
4. Bull (sapi jantan dewasa)
5. Stag (sapi jantan yang dikastrasi setelah dewasa).
Asam amino esensial yang jumlahnya sangat kurang dalam bahan makanan
disebut asam amino pembatas. Dalam biji-bijian sereal, asam amino pembatasnya adalah
lisin, sedangkan dalam kacang-kacangan biasanya metionin. Karenanya, protein dari
bahan-bahan makanan ini bermutu rendah. Sedangkan protein dari daging, telur, susu,
dapat menyediakan asam-asam amino esensial, sehingga disebut protein bermutu tinggi.
Kalau kita terlalu banyak mengonsumsi protein bermutu rendah dan tidak bervariasi, kita
akan kekurangan asam amino pembatas ini dan mulai menderita gejala-gejala kekurangan
protein. Namun bahkan jika kita tidak makan protein hewani, kita bisa memenuhi
kebutuhan protein sepanjang menyertakan bahan pangan nabati berprotein tinggi seperti
kacang-kacangan, lentil, tahu, dan tempe, dan mengombinasikannya dengan protein dari
biji-bijian seperti gandum, jagung, beras, atau oatmeal.
Berbagai penelitian menunjukkan, bayi yang berberat lahir rendah biasanya
berasal dari ibu hamil yang tidak mengongsumsi cukup protein selama hamil. Ibu hamil
perlu mengonsumsi cukup protein sepanjang kehamilan, khususnya pada trimester kedua
dan ketiga, saat pertumbuhan janin paling pesat dan payudara serta organ-organ lain ibu
menjadi lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan janin yang main besar.
Kekurangan protein pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang bila
berlanjut parah bisa menyebabkan kuashiorkor. Anak penderita kuashuiorkor akan apatis,
kurang nafsu makan, rewel, dan wajahnya bengkak akibat adanya edema (penumpukan
cairan dalam sel-sel tubuh). Sedangkan bila kekurangan protein itu disertai kurangnya
kalori, anak bisa menderita marasmus, yakni tubuh tinggal tulang dan kulit, muka
menjadi tua. Setiap hari, protein tubuh hilang melalui urin, feses, keringat, maupun
lepasnya kulit. Jika ditotal, kehilangan protein itu sekitar 0,57 gram per kilogram berat
badan (pria), dan 0,54 gram per kilogram berat badan (wanita). Untuk mengatasi faktor
rendahnya mutu protein, biasanya pemasukan protein yang disarankan adalah 0,8-1,0
gram/kilogram berat badan. Jadi, wanita dengan berat badan 60 kilogram memerlukan
48-60 gram protein per hari, atau sekitar 192-240 gram daging yang mengandung protein
25%. Ibu hamil disarankan mengonsumsi 75 gram protein per hari. Tubuh kita
menyimpan kelebihan protein yang kita konsumsi dalam bentuk lemak. Jadi, yang terlalu
banyak makan protein bisa saja mengalami kegemukan.

A. Komponen dan Komposisi Daging


Daging terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan
lemak (adipose tissue), dan jaringan ikat (connective tissue). Banyaknya jaringan ikat
yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan / kekerasan daging.
Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi:
1. Daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan
2. Daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin)
3. Daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku)
4. Daging masak
5. Daging asap
6. Daging olahan (dibuat lebih empuk)
Komposisi daging relatif mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya yang
berkisar 15-20 persen dari berat bahan. Protein merupakan komponen kimia terpenting
yang ada di dalam daging. Protein yang terkandung di dalam daging, seperti halnya susu
dan telur, sangat tinggi mutunya. Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan,
perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan anak. Kebutuhan protein pada anak balita 2-
2,5 gram per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa hanya 1 gram per
kilogram berat badan.
Kandungan Gizi Selain kaya protein, daging juga mengandung energi sebesar 250
kkal/100 g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh kandungan lemak intraselular di
dalam serabut-serabut otot, yang disebut lemak marbling. Kadar lemak pada daging
berkisar antara 5-40 persen, tergantung pada jenis dan spesies, makanan, dan umur
ternak. Daging juga mengandung kolesterol, walaupun dalam jumlah yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan bagian jeroan maupun otak. Kadar kolesterol daging sekitar
500 miligram/100 gram lebih rendah daripada kolesterol otak (1.800-2.000 mg/100 g)
atau kolesterol kuning telur (1.500 mg/100 g). Dengan alasan kesehatan, banyak orang
yang antipati terhadap kolesterol. Sikap demikian diwujudkan dengan menghindari
konsumsi bahan makanan berkolesterol, seperti daging, telur, dan produk-produk olahan
susu. Padahal, bahan-bahan makanan tersebut merupakan sumber zat gizi yang sangat
baik karena sarat protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol memegang peranan penting
dalam fungsi organ tubuh. Kolesterol berguna untuk menyusun empedu darah, jaringan
otak, serat saraf, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin. Selain itu, kolesterol juga merupakan
bahan dasar pembentukan hormon steroid, yaitu progestron, estrogen, testosteron, dan
kortisol. Hormon-hormon tersebut diperlukan untuk mengatur fungsi dan aktivitas biologi
tubuh. Daging juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Secara
umum, daging merupakan sumber mineral kalsium, fosfor, dan zat besi, serta vitamin B
kompleks (niasin, riboflavin dan tiamin), tetapi rendah kadar vitamin C. Hati yang lebih
dikenal sebagai jeroan, mengandung kadar vitamin A dan zat besi yang sangat tinggi.

B. Pengolahan & Pengawetan


1. Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan
yaitu -2 sampai +10 0C.
2. Pembekuan
Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada
suhu 12 sampai -24 0C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu
-24 sampai -40 0C.
3. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung
melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di
kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di
dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume
bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi
lebih murah.
4. Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi
untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air.
Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plastik
yang dengan drastis mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai
bahan pembungkus primer. Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak,
tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk
cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan
biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan
sinar UV atau radiasi gama. Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah
lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki
lubang - lubang . Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan
dengan plastic yang lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut
dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses
pembuatan ketupat dan sejenisnya.
5. Pengalengan
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang
dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing
lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk
membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk.
Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan
kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita
rasa.
6. Penggunaan bahan kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan
makanan dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa
sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : asam asetat,
fungisida, antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion
dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman
kerusakan pasca panen untuk memperpanjang kesegaran masa pemasaran.
Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur
sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman. Suatu jenis
regenerasi baru (growth substance) sintesis yang disebut morfaktin telah
ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah kehilangan berat secara fisiologis
pada pasca panen. Scott dkk (1982) melaporkan bahwa terjadinya / kehilangan
berat dan pembusukan buah leci dapat dikurangi bila buah - buahan tersebut
direndam dalam larutan binomial hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan
segera di ikuti dengan pemanasan PVC (polivinil klorida ) dengan ketebalan
0,001 mm.
7. Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat
berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu
dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak
warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai
dapat menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan.
Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan
pada 1000C dan pemanasan di atas 1000C.
8. Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan, tetapi juga
berkhasiat bagi kesehatan. Salah satunya fermentasi dengan menggunakan bakteri
laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun di bawah 5.0
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang
jika dikonsumsi akan menyebabkanakan muntah-muntah, diare, atau muntaber.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan
lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah,
lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain
Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis,dll Asam laktat yang dihasilkan
bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah
bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama
proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilkan khususnya B-12. Bakteri
laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta
senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan
oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya. Senyawa
lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI
bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan
mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian,
rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan
terhambat.
9. Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan.
Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk
pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno
(1980) iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan
menggunakan sumber iradiasi buatan. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan
untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang
menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya
ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan
radiasi pengion. Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk
pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida
Co (kobalt-60) dan Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-
pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh
yang sama terhadap makanan. Menurut Hermana (1991) dosis radiasi adalah
jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor
kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis
khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang
digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga
tidak dapat diterima konsumen Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor
terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses
iradiasi secara luas
Kerusakan bahan pangan yang disebabkan oleh faktor lingkungan antara lain
kerusakan mekanis, absorbsi dan interaksi dengan oksigen, serta kehilangan dan
penambahan cita rasa total koloni bakteri, kadar air, kadar total koloni bakteri, kadar air,
kadar protein, pH dan susut masak daging sapi adalah:
Koloni Kadar Kadar pH Susut
Bakteri (CFU/g) Air (%) Protein (%) Masak (%)
9.7 x 105 a 74.23 a 19,12 6,27 44,65
6.5 x 105 b 73.32 b 19,83 5,87 43,50
5.5 x 105 c 72.35 c 20,55 5,46 42,77
Pertumbuhan bakteri tergantung pada pH dan kadar air yang ada dalam daging
sapi. pH dan kadar air yang rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga total
koloni bakteri menjadi rendah.
Perkembangbiakan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh faktor kelembaban,
temperatur, pH dan ketersediaan oksigen. Penurunan kadar air daging sapi dengan
perlakuan pengemasan plastik berkaitan dengan penurunan total koloni bakteri pada
daging. Hasil metabolisme bakteri antara lain adalah air yang dapat meningkatkan kadar
air dari daging. Semakin tinggi total koloni bakteri pada daging maka semakin tinggi pula
kadar airnya, penurunan kadar protein juga dipengaruhi oleh total koloni bakteria rena
Pertumbuhan bakteri akan mempercepat denaturasi protein sehingga kadar protein akan
menurun. Bakteri dapat memecah molekul-molekul kompleks dan zat-zat organik seperti
polisakarida, lemak dan protein menjadi unit yang lebih sederhana. Pemecahan awal ini
dapat terjadi akibat ekskresi enzim ekstraseluler yang sangat erat hubungannya dengan
proses pembusukan bahan pangan sedangkan susut masak daging sapi dipengaruhi oleh
daya ikat air dan kadar air. Semakin tinggi daya ikat air, semakin rendah kadar air daging
sapi. Hal ini diikuti oleh turunnya persentase susut masak daging sapi. Rataan susut
masak daging sapi yang didapatkan dari daging yang mempunyai angka susut masak
rendah, memiliki kualitas yang baik karena kemungkinan keluarnya nutrisi daging selama
pemasakan juga rendah.

C. Metode Analisis
1. Analisis kadar lemak menggunakan metode ekstraksi Soxhlet. Adapun Peralatan
yang digunakan adalah timbangan digital dengan tingkat ketelitian 2 desimal, labu
soxhlet, oven, desikator, botol timbang. Sedangkan bahan kimia yang digunakan
untuk analisis kadar lemak adalah kertas saring, dan ether.
2. Analisis kadar protein menggunakan metode semi mikro Kjeldahl. Bahan kimia
yang digunakan adalah selenium mix, H2SO4 pekat, aquades, NaOH, asam borat,
metil merah dan HCl. Peralatan yangdigunakan untuk analisis ini adalah blender,
labu Kjeldahl, labu erlenmeyer dan buret.
3. Analisis tingkat ketengikan lemak (rancidity) sie reuboh menggunakan metode
bilangan peroksida. Bahan yang digunakan untuk analisis ini adalah aquades,
asam asetat, kloroform, larutan KI jenuh,larutan Na2S2O3, dan larutan pati 1%.
Peralatan yang digunakan adalah labu erlenmeyer, buret, pipet ukur dan labu
ukur.
4. Analisis asam lemak bebas menggunakan bahan kimia alkohol netral 95%,
NaOH, indikator PP (Phenolphtalin) dan aquades. Peralatan yang dibutuhkan
adalah labu erlenmeyer, timbangan digital, buret, pipet ukur, labu ukur dan
kompor listrik.
5. Analisis Thio Barbiturat Acid (TBA) menggunakan bahan kimia HCl, akuades,
dan pereaksi TBA. Peralatan yang dibutuhkan adalah waring blender, labu
distilasi, cawan petri dan inkubator.

D. Proses Pembusukan
Setelah ternak disembelih, protein di dalam jaringan tubuhnya mengumpul dan
enzym penghancur dibebaskan (disebarkan). Ini tidak seperti tumbuh-tumbuhan yang
memiliki dinding sel yang tebal dan system peredaran yang sederhana. Segera terbentuk
zat pembusuk yang disebut Ptomaines, karena Ptomaines yang terbebas segera setelah
mati maka daging binatang, ikan dan telur segera mengurai dan membusuk. Sampai pada
ketika binatang yang dipotong itu diangkut kedalam ruang pendingin, pada waktu itu
mengalami masa pematangan, lebih-lebih daging itu masih harus diangkut dari rumah
potong, dibeli oleh pembeli, dibawa pulang, disimpan, disiapkan dan dimakan, disini
dapat di bayangkan sampai berapa jauh proses pembusukan itu berlangsung.
Daging lambat sekali perjalanannya di dalam sistim pencernaan manusia, lebih-
lebih karena sistem pencernaan manusia itu memang tidak diciptakan untuk mencerna
daging. Daging itu memerlukan waktu 5 hari untuk bisa keluar seluruhnya dari dalam
badan sementara makanan vegetarian hanya memerlukan waktu 1,5 hari. Selama waktu
itu, produk-produk yang menyebabkan penyakit yaitu hal dari pembusukan daging terus
menerus bersinggungan dengan alat-alat pencernaan. Kebiasaan memakan daging dengan
karakteristik pembusukan-nya yang menghasilkan zat-zat racun itu dalam waktu relatif
singkat dapat merusak sistem pencernaan kita.

E. Reaksi Maillard
Reaksi Maillard (Browning) adalah reaksi yang ditemukan oleh ilmuwan Perancis
Camille Maillard Louis (1878-1936), yang mempelajari reaksi dari asam amino dan
karbohidrat pada tahun 1912, sebagai bagian dari thesis PhD nya, yang diterbitkan pada
tahun 1913. Reaksi ini adalah reaksi yang terdiri dari serangkaian reaksi antara asam
amino yang mengurangi kadar gula dalam bahan makanan. Seperti karamelisasi, adalah
satu bentuk non-enzimatik reaksi ini. Maillard adalah reaksi penting dalam baking,
goreng atau pemanas dari hampir semua makanan. Reaksi Maillard adalah (sebagian)
bertanggung jawab atas rasa roti, cookies, kue, daging, bir, cokelat, popcorn, nasi. Dalam
banyak kasus, seperti kopi, rasa merupakan kombinasi dari reaksi Maillard dan
caramelization. Namun, caramelization hanya berlangsung di atas 120-150 ° C,
sedangkan reaksi Maillard sudah terjadi pada suhu kamar. Walaupun belajar selama
hampir satu abad, reaksi Maillard yang sangat kompleks yang masih banyak reaksi dan
jalur yang tidak dikenal. Berbagai faktor yang memainkan peranan dalam pembentukan
Maillard sehingga di akhir warna dan aroma; pH (keasaman), jenis asam amino dan
sugars, temperatur, waktu, keberadaan oksigen, air, aktivitas air dan makanan lainnya
semua komponen itu penting.
Langkah pertama dari reaksi Maillard adalah reaksi dari mengurangi gula, seperti
gula, dengan asam amino. Reaksi ini akan ditampilkan dalam angka 1 di bawah ini dan
hasil dalam suatu reaksi produk yang Amadori kompleks :
Gambar 1 : langkah awal dari reaksi Maillard antara gula dan asam amino (RNH 2), di
mana R adalah grup samping asam amino ri ref

Seperti dapat dilihat pada angka 1, Amadori compounds mudah diisomerisasi


menjadi tiga struktur berbeda yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda dalam
langkah-langkah berikut. Seperti dalam makanan umumnya lebih dari 5 gula reaktif
berbeda dan 20 asam amino yang hadir, hanya langkah pertama yang secara teoritis sudah
menghasilkan lebih dari 100 produk reaksi yang berbeda.
Semakin besar gula, semakin lambat bereaksi dengan asam amino. Gula dengan 5
atom karbon seperti ribose, akan lebih cepat bereaksi dari gula dengn 6 atom C seperti
glukosa, fruktosa dan disakarida. Dari asam amino lysine, dengan dua kelompok amino,
bereaksi dengan cepat dan menyebabkan warna gelap. Cysteine, dengan belerang grup,
menyebabkan rasa spesifik, tapi kurang warna. Sugar alcohols atau polyols (sorbitol,
xylitol) tidak berpartisipasi dalam reaksi Maillard. Ini berarti bahwa produk-produk toko
roti manis dengan sorbitol atau hampir tidak akan berubah warna saat baking.
Langkah selanjutnya yang berbeda-beda, tergantung pada isomer dari Amadori
kompleks. Baik asam amino akan dihapus, yang akhirnya diturunkan kepada komponen
penting rasa furfural dan hydroxymethyl furfural (HMF). Yang lain adalah reaksi yang
disebut-Amadori kembali, yang merupakan awal dari reaksi Browning utama, lihat
gambar 2 :
Gambar 2: Formasi dari HMF dan Amadori-kembali

Furfural dan hydroxymethylfurfural merupakan komponen pemberi rasa yang


khas dari reaksi Maillard. Furfural adalah hasil dari suatu reaksi dengan gula pentosa
(seperti ribosa). HMF adalah hasil dari suatu reaksi dengan hexosa (glukose).

Gambar 3: Struktur dari fural dan HMF

Setelah kembali Amadori-tiga jalur utama dapat dibedakan: reaksi Dehidrasi,


Lekang, ketika rantai pendek hidrolitic produk yang dihasilkan, misalnya diasetil dan
piruvaldehida, "Strecker degradations" dengan asam amino atau mereka dapat
terkondensasi kembali ke aldol. Tiga jalur utama akhirnya mengakibatkan campuran
sangat kompleks, termasuk aroma, rasa dn komponen pigmen melanoidins (pemberi
warna coklat). Melanoidins hadir dalam berbagai makanan seperti kopi, roti dan bir.
Namun, sampai saat ini pengetahuan tentang struktural, fungsional dan fisiologis
komponen makanan ini agak terbatas.
Dengan produk reaksi Maillard yang mengubah warna dan rasa makanan, dan
dalam kebanyakan kasus, perubahan ini akan dihargai oleh masyarakat. Selain itu yang
melanoidins mungkin memiliki manfaat anti-oxidant. Di sisi lain, reaksi Maillard dapat
mengurangi nilai gizi produk, seperti asam amino dan karbohidrat bisa hilang.
Terkadang, rasa tidak dihargai, seperti 'bumbu masak' dalam susu disterilkan.
Dalam beberapa produk Maillard akhir ini juga ditemukan mengandung racun
atau yg menyebabkan kanker. Salah satu produk reaksi Maillard adalah acrylamide,
potensi senyawa beracun yang hanya berfungsi pada suhu di atas 180 ° C, khususnya
dalam produk dipanggang atau digoreng (kentang goreng). Ketika goreng di bawah 180 °
C acrylamide tidak dibentuk. Secara umum dapat dinyatakan bahwa produk Maillard
telah hadir di banyak makanan untuk ribuan tahun, dan dikonsumsi setiap hari oleh
hampir semua orang di dunia. Reaksi Maillard tidak bisa, atau sulit, dihindari ketika
memanaskan makanan. Hanya dengan mengeluarkan gula atau asam amino, atau
membuat produk yang sangat asam atau alkaline, barulah menyebabkan reaksi ini dapat
dicegah.

You might also like