You are on page 1of 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM MEDIKAL ORIENTED RECORD (PMOR) BERBASIS

KOMPUTER PADA PASIEN STROKE

Sukarmin*

*Mahasiswa Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Indonesia

Abstrak

Latar Belakang. Insiden stroke hasil survey SKRT di beberapa propinsi tahun 1986 sebesar
0,72 per 100 penderita pada tahun 1996 adalah 35,6 per 100.000 penduduk. Studi McCluskey
tahun 2010 pasien stroke yang dirawat di rumah sakit 76,9% menunjukkan ketergantungan total.
Dokumetasi model Problem medical oriented record (PMOR) berbasis komputer merupakan
solusi pendokumentasian asuhan keperawatan pada stroke.

Tujuan. Menganalisa penggunaan model PMOR berbasis komputer pada pasien stroke.

Hasil Analisa. Sistem dokumetasi model Problem medical oriented record (PMOR) membantu
perawat dapat membagi waktu lebih efektif dan efisien dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita stroke serta mempermudah pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal tenaga
professional.

Kesimpulan dan Rekomendasi. Model Problem medical oriented record (PMOR) sangat
membantu perawat mempercepat pengolahan data, pengawasan tindakan keperawatan, meningkatkan
legibilitas dan akurasi informasi. Penambahan penampilan gambar pemeriksaan radiologi menutupi
kekurangan yang dimiliki model PMOR .

Kata kunci : Problem medical oriented record ,dokumentasi asuhan keperawatan, stroke.

Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit kronik yang mengalami peningkatan signifikan pada masyarakat
seiring dengan perubahan pola makan, gaya hidup dan peningkatan stressor yang cukup tinggi.
Peningkatan jumlah penderita tidak saja menjadi isu yang bersifat regional akan tetapi sudah
menjadi isu global (Yeon & Hae ,2010).

Dari hasil beberapa survey penderita stroke menunjukkan kenaikkan setiap tahunnya. Insiden
stroke di Amerika Serikat mencapai kurang lebih 700.000 penderita pertahunnya. Di Indonesia
sendiri , dari hasil survey SKRT dilaporkan bahwa angka kejadian stroke di rumah sakit di
beberapa propinsi dari tahun 1984 sampai dengan 1986 meningkat, yaitu 0,72 per 100 penderita
pada 1984, naik menjadi 0,89 per 100 penderita pada tahun 1986. Dilaporkan pula bahwa
prevalensi stroke pada tahun 1996 adalah 35,6 per 100.000 penduduk . (Ritarwan, 2002)

Secara umum selain menimbulkan kematian stroke juga menimbulkan efek kecatatan yang bisa
bersifat permanen. Mortalitas stroke pada bulan Januari 1991 – Desember 1991 di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta menacapai 28,3 % dan sebagai penyebab kematian nomor 3. Sedangkan
mortalitas stroke di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2000 sebanyak 40,96% dan pada
tahun 2001 menurun menjadi 24,74%. Hasil ini tidak banyak berbeda dari laporan-laporan
mortalitas di negara-negara maju, yaitu antara 25 % - 30% (Ritarwan, 2002).

Dampak kematian yang cukup tinggi pada penderita stroke sangat membutuhkan perawatan
intensif yang menyita banyak waktu bagi perawat. Onset stroke yang sulit diprediksi dapat
menimbulkan bahaya kematian yang cepat . Penderita yang lolos dari onset stroke juga dapat
menghadapi masalah kecacatan seperti hemiplegi , hemiparese, paraplegi dan paraparese..
Berbagai kesibukan tindakan keperawatan yang menyita banyak waktu perawat sangat
memungkinkan perawat tidak banyak waktu untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan
secara manual. Salah satu solusi yang dapat menjadi penengah bagi jalannya asuhan keperawatan
yang baik dan dokumentasi yang baik adalah penyediaan sistem informasi manajemen asuhan
keperawatan stroke yang berbasis computer, seiring dengan penggunaan komputer oleh perawat
dan kemampuan perawat mengaplikasikan komputer sebesar 73,6% (Lee T.T. , Lee T.Y. , Lin
K. -C. dan Chang P. C. 2005).

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan stroke model Problem medical oriented
record (PMOR) yang berbasis komputer merupakan sistem yang dirancang untuk mempermudah
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperwatan. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Simpson dan
Kenrick tahun 1997 yang berfokus pada investigasi dokumentasi asuhan keperawatan dengan
sistem komputer menunjukkan adanya pengalaman peningkatan kualitas asuhan keperawatan,
ketersediaan dokumen legal aspek, dan peningkatan ketrampilan penggunaan komputer (Lee
T.T., Yeh C.H. dan HO L.H. 2002). Dengan adanya sistem informasi asuhan keperawatan yang
berbasis komputer perawat dapat membagi waktu lebih efektif dan efisien dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita stroke yang mempunyai tingkat ketergantungan tinggi dengan bahaya onset
yang dapat tiba-tiba serta mempermudah pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai aspek legal etik
yang harus dipenuhi oleh tenaga professional (Blais,2007). Tujuan penulisan ini adalah untuk
menganalisa penggunaan model Problem medical oriented record (PMOR) bernasis komputer
pada pasien stroke.

Tinjauan Teori dan Analisa

Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada pasien Stroke Berbasis Komputer


Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan yang berisi data, asuhan keperawatan,
catatan perkembangan pada pasien yang disimpan dalam media non elektronik dan atau
elektronik (Blais,2007). Dokumentasi keperawatan sangat penting untuk komunikasi antara
pemberi asuhan mengenai status dan perkembangan pasien. Berbagai studi juga menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan terkait motivasi dalam melakukan asuhan keperawatan dan
motivasi penggunaan komputer untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan (Lee T. T. , Lee
T. Y. , Lin K. C. dan Chang P. C., 2005).

Asuhan keperawatan pasien stroke berbasis komputer merupakan dokumentasi yang


menggunakan akses dan sistem komputer. Aplikasi ini diterapkan karena berbagai pertimbangan,
dari segi kasus stroke merupakan penyakit yang mempunyai kecacatan tinggi yang bersifat
menetap. Hasil studi McCluskey tahun 2010 pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit
76,9% menunjukkan ketergantungan total yang banyak menyita waktu perawat dalam
memberikan asuhan.

Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan stroke merupakan pertimbangan lain dalam


mengaplikasikan dokumentasi asuhan keperawatan berbasis komputer. Kondisi ini didasari
alasan dokumentasi asuhan keperawatan lebih membutuhkan waktu yang relative banyak di
banding dengan system komputerisasi, dokumentasi sistem komputer lebih mudah terintegrasi
dengan data lain yang menunjang seperti data laboraorium, data obat-obatan.

Problem medical oriented record (PMOR) merupakan salah satu model yang diterapkan dalam
sistem dokumentasi asuhan keperawatan pada stroke. Model ini berorientasi pada penampilan
data dasar, daftar masalah pada awal catatan, rencana keperawatan untuk tiap masalah, catatan
perkembangan yang mengadopsi format SOAP,SOAPIE, atau SOAPIER. Model PMOR sangat
membantu perawat dalam mempercepat pengolahan data , menganalisis data , pengawasan tindakan
keperawatan , mempermudah pelaporan, meningkatkan legibilitas dan akurasi informasi. Di bawah ini
merupakan contoh aplikasi sistem dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien stroke yang
memakai model PMOR beserta langkah-langkah aplikasinya.1) Login. Saat membuka sistem
informasi askep stroke, pengguna diminta memasukan user dan passwordnya, hal ini dilakukan demi
keamanan dan otoritas pengguna

2) Halaman utama. Setelah login pengguna akan langsung kehalaman utama. Halaman utama terdiri dari
grafik tanda-tanda vital dan monitoring intervensi keperawatan yang sudah melewati waktu
pelaksanaanya..

3) Halaman data pasien. Halaman data klien ini berfungsi untuk menambahkan pasien baru dan jalan
untuk mengakses pasien lama
4) Halaman data lama pasien. Halaman data pasien lama memiliki fitur pencarian berdasarkan ID, Nama
dan alamat untuk mepermudah pengguna. Halaman ini sekaligus halaman askep. Karena dihalaman data
lama pasien bisa melakukan intervensi sampai dengan evaluasi dan dokumentasi keperawatan.

5) Halaman Pengkajian. Halaman pengkajian adalah tempat memasukan keluhan klien. Pengguna hanya
perlu mengklick kiri dua kali keluhan yang ada di kotak sebelah kiri hingga masuk ke kotak sebelah
kanan. Untuk mencari keluhan, pengguna hanya perlu memasukan kata kunci di keluhan pasien.
6) Halaman Diagnosa. Halaman diagnosa digunakan untuk menyaring apakah komputer sudah benar
dalam melakukan analisa keluhan klien. Jika ada diagnosa yang tidak sesuai, pengguna bisa
menghilangkan diagnosa tersebut dengan klick kiri dua kali diagnosa yang tidak sesuai di kotak bawah.
Atau klick kiri dua kali di diagnosa yang ada di kotak atas untuk memasukan diagnosa ke pasien.

6) Halaman Intervensi. Setelah diagnosa didapatkan selanjutnya perawat menentukan tindakan yang harus
dilakukan. Halaman intervensi membatu perawat untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
perawat ke klien. Klick diagnosa untuk melihat intervensi keperawatan. Dan klick dua kali intervensi
yang akan dimasukan untuk di implementasikan ke klien.
7) Halaman Implementasi. Implementasi atau tindakan berisi tindakan keperawatan yang diberikan oleh
perawat, tindakan dapat dipilih sesuai diagnosa dan rencana keperawatan. Komputer akan memasukan
user yang aktif sebagai pelaksana dari tindakan keperawatan.

8) Halaman Pelaksanaan kolaborasi. Kolaborasi yang telah dilakukan terhadap klien di input di
halaman ini. Dan seperti implementasi, komputer akan memasukan user yang aktif sebagai
pelakasana dari tindakan kolaborasi.
9) Halaman dokumentasi. Halaman dokumentasi keperawatan digunakan untuk mencetak askep.
Dimulai dari diagnosa sampai evaluasi. Untuk mencetak dokumentasi pasien lama perawat harus
mengisi ID Klien, Shift dan rawatan ke. Klick diagnosa yang akan di cetak lalu klick print

Written by Cyber Nurse http://forum.ciremai.com/ yang dipublikasikan hari Senin, 22 Februari 2010
pukul 17:49

Keunggulan penerapanan asuhan keperawatan pada stroke model POMR :1) Mendorong
kolaburasi antar pemberi layanan kepada penderita stroke. Dokumentasi asuhan keperawatan
berbasis komputer pada yang memakai protokol keperawatan, komputer, kardek on line, dan
personal digital assistant (PDA akan bekerja secara integral dalam menunjang pemasukan data,
mengolah data dan input akhir asuhan keperawatan. Input komputerisasi yang disambungkan
dengan kardek on line memberi kemudahan akses dari ruangan lain di seluruh rumah sakit
sehingga memudahkan mengakses tagihan, terapi , program pemeriksaan yang mendukung
mudahnya kolaburasi (Blais,2007).2) Daftar masalah yang terdapat pada awal catatan
memudahkan dalam pemberian layanan keperawatan kepada pasien. Daftar masalah yang
terdapat pada halaman depan memudahkan perawat dalam memberi asuhan sesuai prioritas.
Pemberian layanan yang baik dan paripurna dapat menaikkan kualitas hidup pendeita stroke.
(Kalra, L, Evans, A, 2005). 3) Lebih mudah untuk melacak status setiap masalah keperawatan
yang di hadapi oleh pasien. Pasien stroke pada awal-awal perawatan (48 jam pertama) mungkin
akan menghadapi masalah yang fluktuasi dengan perubahan yang sangat cepat. Tindakan cepat
dibutuhkan pada saat pasien mengalami kondisi membahayakan, akses pemberian obat
sebelumnya yang dapat dilakukan dengan cepat dapt membantu mengatasi kondisi tersebut
(Wardlaw, Keir, 2004;1-192).

Model Problem medical oriented record (PMOR) selain mempunyai beberapa keunggulan di
atas juga telah memenuhi aspek legal etik yang terlihat pada contoh aplikasinya yang
ditunjukkan dengan adanya password dan ID pengguna yang tidak sembarangan orang bisa
mengakses sehingga kerahasiaan data pasien betul-betul terjaga. Aspek yang sangat menunjang
adanya integritas data yang ditunjukkan dengan berbagai aplikasi menu dari data pengkajian
keperawatan sampai evaluasi keperawatan, pemeriksaan penunjang, kolaburasi yang pada akhir
tampilan menjadi satu kesatuan asuhan keperawatan yang utuh. Kondisi ini sangat menunjang
untuk mendapatkan data yang akurat dan kualitas data yang baik ( Lee T.T,2005).

Suatu model dokumetasi asuhan keperawatan seperti PMOR yang diterapkan pada pasien stroke juga
mempunyai sisi kelemahan setelah diaplikasikan. Kelemahan itu terlihat pada :1) Format dokumentasi
asuhan keperawatan pada setiap pasien stroke mempunyai kebutuhan yang berbeda, sebagai contoh ada
pasien yang yang dalam pelaksanaan tindakan membutuhkan gambar scaning otak. Format yang
disediakan pada model tidak ada sehingga perawat tetap harus mendapatkan gambar scaning secara fisik.
2) Membutuhkan kewaspadaan konstan untuk mempertahankan masalah tetap up to date sesuai kondisi
pasien. Kewaspadaan yang tinggi terhadap masalah yang dihadapi oleh pasien dapat membantu
mengahntarkan pemulihan pasien dari tahap kritis menuju fase rehabilitisasi yang baik (Lotta,,Lena and
Jesus 2000) 3) Kurang efesien karena pengkajian dan intervensi yang sama pada masalah yang berbeda
sering mengalami pengulangan yang berdampak pada tumpang tindihnya intervensi dan menjadikan
pasien lelah karena tindakan yang diulang-ulang (Jansson ,Pilhammar, Forsberg A. 2010).

Kesimpulan dan Rekomendasi

Model Problem medical oriented record (PMOR) berbasis komputer yang diterapkan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan sangat membatu perawat dalam mempercepat pengolahan
data, menganalisis data, pengawasan tindakan keperawatan , mempermudah pelaporan, meningkatkan
legibilitas dan akurasi informasi. Berbagai keunggulan aplikasi model PMOR dapat menjadi
pertimbangan layanan keperawatan seperti rumah sakit untuk dapat menerapkan dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada stroke yang mempunyai tingkat ketergantungan tinggi
pada asuhan keperawatan. Kelemahan model ini dapat dikurangi dengan penambahan perangkat lunak
dan perangkat keras yang dapat menampilkan gambar pemeriksaan penunjang radiologi.

Daftar Pustaka

Blais K.K.,Hayes J.S.,Kozier B., and Erb G.(2007). Professional Nursing Practice : Concept and
Perspective. 4th.Pearson Education. New Jersey.

Jansson I.I,Pilhammar.A.E, Forsberg A. (2010). Evaluation of Documented Nursing Care Plans by


the Use of Nursing-Sensitive Outcome Indicators. Journal of Evaluation in Clinical Practice. 16.611-
618.

Kalra. L, Evans, A, Perez, I, Knapp, M, Swift, C, Donaldson, N. A.(2005) Randomised


Controlled Comparison of Alternative Strategies in Stroke Care. John Wiley & Sons. Ltd.
2005;1-94.

Lee T. T. , Lee T. Y. , Lin K. C. & Chang P. C. (2005). Factors Affecting The Use of Nursing
Information Systems in Taiwan. Journal of Advanced Nursing. 50. 170–178.

Lee. T. (2006). Nurses’ Perceptions of Their Documentation Experiences in a Computerized


Nursing Care Planning System. Journal of Clinical Nursing. 15. 1376–1382.

Lotta W.H.,Lena V. K. and Jesus P.D.(2000). Use of Healthcare , Impact on Family Caregiver
and Patient Satisfaction of Rehabilitation at Home After Stroke. Scand Journal Rehabilitation
Medical. 32. 173–179.

McCluskey A., Middleton S. (2010). Delivering an Evidence-Based OutdoorJjourney


Intervention to People With Stroke: Barriers and Enablers Experienced by Community
Rehabilitation Teams. BMC Health Services Research . 10.18.

Ritarwan K.(2002). Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke Di RSUP H.
Adam Malik Medan. USU Digital Library.

Wardlaw J.M, Keir S.L, Seymour. J, Lewis S., Sandercock P.A.G and Dennis M.S.(2004). What
is the Best Imaging Strategy for Acute Stroke?. John Wiley & Sons, Ltd. Health Technology
Assessment, 2004;1-192.

Yeon H.P & Hae-Ra H. (2010).Nurses’ Perceptions and Experiences at Daycare for Elderly
With Stroke. Journal of Nursing Scholarship. 42. 262–269.

You might also like