You are on page 1of 62

RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 1

BAB XII

BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS

Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan
dilelangkan, dengan ketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PETUNJUK UNTUK PESERTA


Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja
dan syarat ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dan isi dokumen
tersebut secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan
dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak
memahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dalam gambar, atau pertanyaan
kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 2
BAB XII

A. KETENTUAN UMUM

DAFTAR ISI
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS
3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
4. IZIN BANGUNAN
5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL
KERJA/GUDANG
6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
9. KEAMANAN PROYEK
10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 3
BAB XII

A. KETENTUAN UMUM

1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini maka akan berlaku dan tambahannya, yaitu:
a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun
1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan
Teknik Bangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970/NI – 18.
d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
e. Peraturan yang dikeluarkan oleh jabatan/instansi pemerintah setempat, yang
berkaitan dangan pelaksanaan bangunan.

2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:
a. Gambar Bestek, Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
b. Berita Acara Penjelasan (Anwijing).
c. Berita Acara Penunjukan.
d. Surat Keputusan Pimpinan Unit tentang Penunjukkan Pelaksanaan Pekerjaan.
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f. Surat Penawaran beserta lampiran-lampiranya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.
Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar Bestek dan
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan/ pengurangan atau
perubahan yang tercantum dalam berita acara Anwijing.
a. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar Bestek dengan rencana kerja
dan syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-
syarat.
b. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar Bestek yang satu dengan
rencana gambar Bestek yang lain, maka diambil rencana gambar Bestek yang
ukuran skalanya lebih besar.
c. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-keraguan,
sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus
segera dikonsultasikan Perencana dan keputusan-keputusannya harus
dilaksanakan.

3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


- Pekerjaan Renovasi Kantor Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) VII
Banjarmasin di Jalan Brigjen H. Hasan Basri Kayu Tangi Banjarmasin.
- Pekerjaan Laboratorium Dan Workshop Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional (PJN) VII Banjarmasin di Kawasan Trisakti Kota Banjarmasin.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 4
BAB XII

4. IZIN BANGUNAN
4.1. Setelah Surat Pemerintah Mulai Kerja (SPMK) di keluarkan, maka izin
bangunan dan izin lainnya akan di urus oleh Pemberi Tugas, namun
pelaksanaan dan pembiayaannya di tanggung oleh Kontraktor.
4.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
4.3. Tanpa ada izin bangunan dari Instalasi yang berwenang, maka kontraktor tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.
4.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan
persyaratan yang berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling
lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan.

5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL KERJA/GUDANG


5.1. Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas yang berukuran 4 m x
9 m, dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti tongkat, lantai
papan, dinding papan/plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan
kunci yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan. Kantor tersebut
tidak bersatu dengan gudang atau bangsal Kontraktor.
5.2. Bangsal Konsultan Pengawas tersebut harus dilengkapi dengan:
a. Dua buah meja tulis ukuran 120 cm x 240 cm.
b. Dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
c. satu set meja kursi tamu.
d. Satu buah papan tulis yang berukuran 120 cm x 240 cm.
e. Satu buah meja besar yang berukuran 120 cm x 240 cm, untuk keperluan
pertemuan/rapat di lapangan.
f. Pada meja besar harus dilengkapi denga kursi panjang yang sesuai dengan
kebutuhan rapat/pertemuan di lapangan.
g. Sebuah ruangan toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan
air bersih.
5.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya
harus mempunyai kunci yang kuat/baik untuk keamanan bahan/perlengkapan.
5.4. Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang,
akan ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi
Bangunan, sebelum pekerjaan dimulai atau 10 hari sesudah SPMK diterima.
Setelah selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi
pemilik Pemberi Tugas.
5.6. Pembongkaran Bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik
Pemberi Tugas.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 5
BAB XII

6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)


6.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang membuat uraian pekerjaan, waktu
pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta
jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
6.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci pelaksanaan Kontraktor:
a. harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang
diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
b. harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang
yang harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.
c. harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan.
6.3. Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawasan dan Pemberi Tugas
6.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus selesai dibuat oleh Kontraktor, paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPKM diterima.
6.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak
4 (empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus
dipasang pada dinding bangsal kerja.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan
rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi
pekerjaan.

7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


7.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Pelaksana), yang
mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan
berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan ini harus dikuatkan dengan surat resmi
dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya
kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
7.2. Pelaksana harus berpendidikan minimum Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil dan
mempunyai pengalaman kerja lapangan minimum 3 tahun.
7.3. Selain Petugas Pelaksana, maka kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang
susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatan masing-
masing.
7.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana
tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang
baru, demi kelancaran pekerjaan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 6
BAB XII

8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
8.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli
dibidang pekerjaannya masing-masing, seperti tukang pancang, tukang besi,
tukang kayu, tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator
mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.
8.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi proyek, maka Pelaksana
harus memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengwas
Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang
besar menurut keperluan Proyek.
8.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas.
8.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan proyek, harus tepat
pada waktunya dan kualitasnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh
Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling
lambat 24 jam sesuai surat pernyataan penolakan dikeluarkan.
8.6. Bahan bangunan yang berada di lokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk
pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.7. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan
bangunan agar upaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu
yang disediakan.
8.8. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak
dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.9. Untuk bahan-bahan kayu dan besi menggunakan bahan yang tersedia di
pasaran dengan toleransi ukuran maksimal 10% kecuali ditentukan lain dalam
Bestek.
8.10. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi
lampu merah yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalu
lintas/kecelakaan, atau menurut petunjuk direksi.

9. KEAMANAN PROYEK
9.1. Kontraktor diharuskan menjaga terhadap barang-barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada di lapangan, baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
9.2. Untuk maksud diatas maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari
bahan kayu dan seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin
keamanan.
9.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat, dan hasil
pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 7
BAB XII

9.4. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggungjawab atas akibatnya.


Untuk mencegah bahaya kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada
tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.

10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


10.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena
itu Kontraktor harus pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
10.2. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka
Kontraktor harus menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.
10.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis
lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.
10.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan
yang serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segera membawa korban ke
Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada
Pemberi Tugas.
10.5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada di
bawah tanggung jawabnya maupun yang berada di pihak ketiga.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 8
BAB XII

B. SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

DAFTAR ISI
PASAL 1 KEADAAN LAPANGAN
PASAL 2 PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
PASAL 3 PEKERJAAN TANAH, PANCANGAN GALAM
PASAL 4 PEKERJAAN BETON BERTULANG
PASAL 5 PEKERJAAN PASANGAN
PASAL 6 PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN
HARDWARE (PENGGANTUNG)
PASAL 7 PEKERJAAN ALUMINIUM
PASAL 8 PEKERJAAN LANTAI
PASAL 9 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
PASAL 10 PEKERJAAN KACA DAN PENGECATAN DAN
FINISHING LAIN
PASAL 11 PEKERJAAN PENUTUP ATAP
PASAL 12 PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN
PLUMBING
PASAL 13 PEKERJAAN PENUTUP
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 9
BAB XII

B. SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 1 KEADAAN LAPANGAN


Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih
dahulu oleh direksi pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana.
Apabila tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang
ditunjuk dalam gambar, maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis
kepada Direksi untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

PASAL 2 PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

2.1 LINGKUP PEKERJAAN


Meliputi seluruh persiapan untuk pelaksanaan Pekerjaan Renovasi Kantor
Bangunan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) VII Banjarmasin di Kota
Banjarmasin Lokasi Di Jalan Brigjen H. Hasan Basri dan Pembangunan Laboratorium
dan Workshop Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) VII Banjarmasin di
daerah trisakti kota Banjarmasin.

2.2 PEKERJAAN PERSIAPAN


2.2.1 Peralatan Pendukung Pekerjaan dan Lain Sebagainya
Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efesien dengan urutan
yang teratur, termasuk semua alat-alat yang dipergunakan seperti: katrol
(keretan), instalasi, steger, alat pengangkat mesin-mesin, pekerja-
pekerja, alat-alat penarik, bahan-bahan dan lain sebagaimananya, yang
diperlukan oleh Pemborong dan untuk menyingkirkan semua alat-alat
tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi,
dan untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.

2.2.2 Direksi Keet


Pemborong harus menyediakan dan mendirikan semua bangunan
sementara direksi keet untuk keperluan kegiatan kantor lapangan
lengkap dengan perabot dan peralatan masing-masing seluas 50 m2,
dan juga tempat penyimpanan barang-barang Penggunaan bangunan
yang ada di lapangan untuk maksud-maksud ini hanya diizinkan setelah
Pemborong memperoleh persetujuan tertulis dari Lembaga yang
bersangkutan. Semua boukeet/perlengkapan pemborong dan
sebagainya tetap menjadi milik pemborong dihitung sebagai biaya sewa
selama pelaksanaan proyek. Pada waktu penyelesaiaan harus
dibongkar.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 10
BAB XII

2.2.3 Pembangkit Tenaga Listrik Sementara


Setiap pembangkit tenaga listrik sementara atau penerangan
buatan yang dipergunakan untuk pekerjaan, harus disediakan oleh
Pemborong, termasuk pemasangan semetara dari kabel-kabel, meteran,
upah dan tagihan serta pemberesannya kembali waktu pekerjaan
selesai, adalah beban pemborong.

2.2.4 Penyediaan Air Kerja


Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan apabila mungkin
dapat dari sumber yang sudah ada. Pemborong harus membuat
sambungan-sambungan sementara yang diperlukan atau cara lain untuk
mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan
selesai dan membetulkan segala pekerjaan yang tertanggu. Tidak
diperbolehkan menyambung dan mengambil air dari saluran induk,
lobang penyedot (tap point), reservoir dan sebagainya, tanpa terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.
Apabila air didapat dari sumber lain, pemborong harus membayar
segala ongkos penyambungan, air yang dipakai, dan pembongkaran
kembali. Pemberi Tugas dalam hal ini tidak bertanggung jawab atau
mengganti biaya yang dikeluarkan oleh Pemborong untuk keperluan itu.

2.2.5 Pencegahan Pelanggaran Wilayah


Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar
tempat pekerjaan dan harus mencegah para pekerjanya melanggar
wilayah orang lain yang berdekatan.

2.2.6 Orang-Orang yang Tidak Berkepentingan


Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki tempat pekerjaan dan dengan tegas tetapi sopan
memberikan perintah sedemikian rupa kepada ahli tekniknya yang
bertugas dan para penjaga.

2.2.7 Perlindungan Terhadap Milik Umum


Pemborong harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan
pemakaian jalan, bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan
dan sebagainya, serta memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi
kendaraan umum maupun pejalan kaki, selama kontrak berlangsung.
Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan
yang terjadi atas utilitas (kapan umum) seperti aluran air, telepon, listrik,
dan sebagainya, yang disebabkan oleh operasi-operasi pemborong. Ia
akan diminta membayar segala ongkos dan biaya untuk yang
berhubungan dengan pemasangannya kembali serta perbaikan-
perbaikannya.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 11
BAB XII

2.2.8 Perlindungan Terhadap Bangunan-Bangunan yang Ada


Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, pemborong bertanggung
jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas jalan-
jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya, di tempat
pekerjaan dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan karena
operasi-operasi pemborong dalam arti kata yang seluas-luasnya. Itu
semua harus diperbaiki oleh Pemborong hingga dapat diterima Pemberi
Tugas.

2.2.9 Penjagaan, Pembuatan Pagar dan Papan Nama Proyek


Pemborong bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan, dan
perlindungan terhadap pekerjaan yang yang dianggap penting selama
pelaksanaan kontrak, siang dan malam hari. Pemberi Tugas tidak
bertanggung jawab terhadap pemborong dan sub pemborong atas
kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau
pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan Pemborong wajib
mengadakan, mendirikan dan memelihara pagar sementara (pagar
proyek) yang diperlukan untuk keamanan dan perlindungan terhadap
pekerjaan dan umum, juga membayar segala upah dan biaya yang
resmi untuk keperluan tersebut.
Pagar proyek tersebut dari seng gelombang dicat sebelah luarnya, dan
juga pembuatan papan nama proyek.

2.2.10 Perlindungan Pekerjaan


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan,
termasuk bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tempat
pekerjaan, hingga kontrak selesai dan diterima Pemberi Tugas. Ia harus
mengingat perlengkapan bahan-bahan dari segala kemungkinan
kerusakan untuk seluruh pekerjaan, termasuk bagian-bagian yang
dilaksanakan oleh sub pemborong dan mengingat agar pekerjaan bebas
dari air hujan lebat dan banjir, dengan jalan melindunginya memakai
tutup yang layak, memompa, menimba atau seperti apa yang
dikehendaki atau diintruksikan.

2.2.11 Kesejahteraan, Keamanan dan Pertolongan Pertama


Pemborong harus mengadakan dan memelihara fasilitas
kesejahteraan dan tindakan pengamanan yang untuk melindungi para
pekerja dan tamu pekerjaan. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti
ini selain untuk memuaskan Pemberi Tugas, juga harus menurut
(memenuhi) ketentuan undang-undang yang berlaku pada waktu ini.
Dipekerjaan Pemborong wajib mengadakan perlengkapan yang cukup
untuk pertolongan pertama, yang mudah dicapai, sebagai tambahan
hendaknya disetiap site ditempatkan paling sedikit seorang petugas
yang telah dilatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 12
BAB XII

PASAL 3 PEKERJAAN TANAH, PANCANGAN GALAM

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan persiapan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat
dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah”
seperti tertera pada gambar dan spesifikasi ini, tetapi tidak terbatas pada hal-hal
sebagai berikut. Semua persiapan, pembersihan galian, dan urugan untuk bangunan
seperti yang ditentukan Konsultan Pengawas.

3.2 UMUM
Persiapan dan pembersihan daerah yang dikerjakan:
a. Kontraktor berkewajiban melaksanakan seluruh pekerjaan penggalian sesuai
dengan ketentuan, peraturan hukum yang berlaku.
b. Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Pembersihan
harus dilakukan terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan material/
benda-benda lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan
dikerjakan, semuanya harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau
dibuang, dengan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua sisa-
sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput, dan sebagainya, harus
dihilangkan sampai kedalaman 0.30 meter di bawah tanah dasar/permukaan.
c. Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.
d. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk
pekerjaan Pelaksana Pekerjaan dan harus dibuat dari kayu Meranti atau setaraf
setebal 3 cm dengan tiang kaso-kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 sampai 10
cm dengan jarak 2 meter satu sama lain. Pemasangan harus kuat dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpas).
e. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Pelaksana
Pekerjaan
f. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa
pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila
dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.
g. Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang
menyatakan as-as dan atau level peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak
hilang terkena air/hujan.
h. Elevasi Lapangan/kontur harus diasumsikan sesuai dengan gambar topografi
yang ditentukan. Jika timbul keragu-raguan tentang ketepatan elevasi tersebut,
maka elevasi akan ditentukan bersama dengan Manajemen Konstruksi
sebelum pekerjaan dimulai.
i. Semua material galian termasuk batu-batuan harus dibuang keluar lapangan
dan semua biaya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 13
BAB XII

Pekerjaan. Tempat penampungan material galian akan ditentukan oleh Pemberi


Pekerjaan dan semua biaya yang timbul adalah menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.

3.3 PEKERJAAN GALIAN


3.3.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam gambar. Pelaksana Pekerjaan harus menjaga supaya tanah di
bawah dasar elevasi seperti pada gambar rencana tidak terganggu. Jika
terganggu Pelaksana Pekerjaan harus menggalinya dan mengurug
kembali lalu dipadatkan sesuai syarat-syarat yang tertera dalam
spesifikasi di bawah ini.

3.3.2 Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat-
syarat yang ditentukan menurut keperluan.
b. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap
galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur,
maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali
dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali
dasar yang waterpas.
c. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan
pompa air dengan jumlah dan kapasitas yang cukup atau pompa lumpur
yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
d. Pelaksana Pekerjaan harus memperhatikan pengamanan terhadap
dinding tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding
penahan atau penunjang sementara atau kemiringan lereng yang cukup
dan plester seperti gambar.
e. Juga kepada Pelaksana Pekerjaan diwajibkan mengambil langkah-
langkah pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat sekali
dengan lobang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara
pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut
tidak akan mengalami kerusakan.
f. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk
Konsultan Pengawas.
g. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
bersih bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai
tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan
lubang-lubang galian yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi
kembali dengan pasir urug yang diratakan dan disiram air serta
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 14
BAB XII

dipadatkan sampai mencapai 90% kepadatan kering maksimum yang


dibuktikan dengan test laboratorium.
h. Muka air tanah harus selalu berada 100 cm di bawah elevasi dasar
pondasi terendah.
i. Selama pekerjaan Pelaksana Pekerjaan harus memperhatikan agar
tidak mengganggu atau merusak saluran drainase, pipa air, pipa gas,
kabel dan lain-lain, maka Manajemen Konstruksi harus segera
diberitahu sebelum penggalian dilanjutkan. Segala kerusakan pada
saluran atau jaringan kabel, pipa dan lain-lain harus segera
diberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan sebagai biaya
sehubungan dengan hal tersebut termasuk biaya perbaikan menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
j. Semua air genangan di dalam proyek selama pekerjaan galian harus
dipompa keluar dan semua konstruki sistem drainase serta sistem
dewatering yang diperlukan menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan. Saluran di dalam dan di sekeliling site harus disediakan
sesuai dengan gambar. Apabila diperlukan dewatering harus
dilaksanakan untuk menjaga agar galian bebas dari genangan air tanah
dan air hujan selama pekerjaan galian dan sesudahnya sesuai
ketentuan. Semua biaya yang timbul sehubungan dengan pekerjaan
tersebut di atas menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

3.3.3 Sistem Pengamanan Galian


a. Kestabilan dinding galian selama pekerjaan seluruhnya menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Pelaksana Pekerjaan diharuskan
melakukan semua langkah-langkah pencegahan kelongsoran yang
mungkin diperlukan antara lain seperti stritting dan shoring selama
waktu yang ditentukan dalam kontrak. Apabila diperlukan, penggalian
tambahan dan timbunan kembali akibat langkah-langkah pencegahan
tersebut harus menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan harus menjaga dan memelihara kestabilan seluruh
dinding, kemiringan dinding galian, membuang tanah longsoran dan
memperbaiki kerusakan yang timbul selama jangka waktu kontrak dan
masa pemeliharaan selanjutnya.
b. Pengamanan terhadap pondasi yang bersebelahan.
Apabila level galian lebih rendah daripada level pondasi bangunan yang
bersebelahan, maka pengamanan dinding galian harus diberikan pada
bagian tersebut dengan perkuatan batu kali atau beton atau sheet pile
sperti yang ditunjukkan pada gambar.
c. Inspeksi pekerjaan galian
Seluruh pekerjaan galian harus diinspeksi oleh Manajemen Konstruksi,
sebelum pemasangan tulangan, pengecoran beton, atau pekerjaan lain
dilanjutkan.
d. Kebersihan jalan lingkungan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 15
BAB XII

Selama pekerjaan galian semua alat berat, truk dan kendaraan angkut
lain harus dibersihkan pada saat akan meninggalkan pada saat akan
meninggalkan proyek dan Pelaksana Pekerjaan harus mengupayakan
agar kendaraan angkut tidak mengotori jalan.
e. Timbunan
Apabila diperlukan penimbunan, akibat kelalaian atau kesalahan galian
dan lain-lain, maka pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan berikut ini.
Seluruh area yang akan ditimbun harus dibersihkan dari segala kotoran
dan sampah sebelum penimbunan. Material untuk timbunan dapat
menggunakan material hasil galian yang dipilih/ditentukan oleh
Konsultan Pengawas atau dengan mendatangkan material timbunan
dari luar yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Timbunan harus
dikerjakan sampai level, dimensi dan kemiringan yang ditentukan dalam
gambar.
Material timbunan harus dipadatkan secara berlapis-lapis (max 250 mm)
dengan alat-alat kompaksi sehingga mencapai kepadatan tanah yang
ditentukan dibawah ini. Penggunaan alat-alat berat tidak boleh
dipergunakan apabila menurut Konsultan Pengawas hal tersebut dapat
membahayakan pekerjaan lain atau saluran, pipa dan lain-lain.
Pekerjaan timbunan hanya dapat dilaksanakan setelah diinspeksi dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3.4 PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


Yang dimaksud disini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah
dengan syarat khusus dimana tanah hasil urugan ini akan digunakan sebagai pemikul
beban.
3.4.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, dan alat-alat bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan galian ini meliputi seluruh detail yang dibutuhkan/ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
c. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan dan
penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa, puing-puing, sampah-
sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya
untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan

3.4.2 Bahan-Bahan
a. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum 10 cm
padat (setelah disirami, diratakan, dan dipadatkan) di bagian atas dari
urugan bawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi
dangkal harus terdiri dari urugan pasir padat.
b. Di bawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai adalah dari jenis
tanah silty clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 16
BAB XII

yang bisa lapuk serta bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana
ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh lebih besar dari 15 cm.

3.4.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan


c. Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis
sedemikian rupa sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam
keadaan padat. Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan
berikutnya diurug.
d. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan
alat-alat pemadat/Compactor “Vibrator type” yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil
kepadatan lapangan tidak kurang dari 95% dari kepadatan kering
maksimum hasil laboratorium.
e. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan
Proctor. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan penelitian
kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum minimal satu kali
setiap jenis tanah yang dijumpai di lapangan. Contoh tanah tersebut
harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimum.
f. Pengeringan atau pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan
tanah supaya daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
g. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-
batu besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi
dengan batu-batu kecil yang dipadatkan.
h. Kelebihan material galian harus dibuang oleh Pelaksana Pekerjaan ke
tempat pembuangan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
i. Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan
dari tempat lain, tanpa biaya tambahan.

3.4.4 Sarana Darurat


Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus membuat
drainase sementara ataupun menyediakan pompa sehingga pada lokasi
proyek tidak terjadi pengurangan air.
Pembuatan drainase tersebut sudah harus diperhitungkan dalam
penawaran dan dalam pelaksanaannya harus terlebih dahulu disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

3.4.5 Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Manajemen konstruksi harus memberitahu bila penelitian di lapangan
sudah dapat dilaksanakan untuk menentukan kepadatan sebenarnya di
lapangan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 17
BAB XII

b. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95% dari kepadatan maksimum


maka Pelaksana Pekerjaan harus memadatkan kembali tanpa biaya
tambahan sampai memenuhi syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari
95% dari kepadatan maksimum laboratorium. Penelitian kepadatan di
lapangan harus mengikuti prosedur ASTM D-1556-70 atau perosedur
lainnya yang disetujui Manajemen Konstruksi dan semua biaya yang
timbul untuk keperluan ini menjadi beban Pelaksana Pekerjaan.
c. Penelitian kepadatan di lapangan tersebut dilaksanakan setiap 500
meter persegi dari daerah yang dipadatkan atau ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas.
d. Penentuan kepadatan di lapangan dapat dipergunakan salah satu dari
cara/prosedur dibawah ini:
• “Density of soil inplace by sand-cone method” AASHTO.T.191
• “Density of soil inplace by driven cylinder method” AASHTO.T.204
• “Density of soil inplace by the rubber ballon method”
AASHTO.T.205 atau dengan cara lain harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Manajemen Konstruksi.
Pancangan Galam :
Uraian pekerjaan antara lain :
a. Pancangan galam Ø10 - 12 cm - P=7 - 8 m,
Spesifikasi bahan :
a.. Kayu galam harus lurus, tampuk bawah Ø 10 - 12 cm, dan panjang minimal 7 –
8 m.
b. Bahan yang tidak memenuhi syarat harus segera disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.

Pelaksanaan :
a. Ujung atas pancangan galam harus rata dengan elevasi permukaan tanah
setelah digali sesuai ukuran pada gambar rencana. Ujung atas galam harus
berdiameter besar dan tidak boleh pecah serta harus diratakan satu dengan
lainnya.
b. Pengawas / Direksi berhak menolak dan tidak menerima pekerjaan yang tidak
sesuai dengan persyaratan karena kontraktor tidak mengindahkan pasal
tersebut diatas.

PASAL 4 PEKERJAAN BETON BERTULANG

4.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan meliputi antara lain pembuatan atap beton, plat, balok lantai dan
kolom sesuai gambar dan pembongkaran-pembongkaran beton eksisting yang
diperlukan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 18
BAB XII

4.2 STANDARD
a. PUBI-1982 NI-3 : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
b. Tata Cara Perhitungan struktur beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T-15-
1991-03
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2)
d. Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung SKBI-2.3.53.1987
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5)
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8)
g. ASTM C-150 “Spesification for Fortland Cement”
h. ASTM C-33 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”.
i. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
j. Peraturan Bangunan Nasional 1978
k. “American Society for Testingand Material” (ASTM)
l. “American Concrete Institute” (AC)
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan oleh Konsultan Pengawas
n. Peraturan-peraturan yang lain supaya disediakan Pelaksana Pekerjaan di site.

4.3 PENYIMPANAN
4.3.1 Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus
sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
4.3.2 Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak dapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras). Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas tanpa alat dan jumlah tidak lebih dari 10% berat. Jika ada
bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka
jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama. Semuanya
dengan catatan bahwa kualitas beton yang dimunta harus tetap
terjamin.
4.3.3 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing
lainnya misalnya minyak dan lain-lain). Jenis semen dari merek Tiga
Roda, Gresik atau Cibinong dan jenis merek semen yang digunakan
adalah mengikat seluruh pekerjaan.
4.3.4 Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
menurut jenis dan gradasinya, serta harus beralaskan lantai beton
ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 19
BAB XII

4.4 PERSYARATAN BAHAN/PRODUK


4.4.1 Portland Cement
a. Portland cement jenis II, menurut NI-8 atau type I, menurut ASTM dan
memenuhi S.400, menurut Standard Portland Cement yang ditentukan
Asosiasi Semen Indonesia.
b. Untuk permukaan beton expose, harus dipakai 1 merk semen saja.
c. Kekuatan tes kubus semen minimal 350 kg cm persegi

4.4.2 Aggregates
a. Kualitas agregate harus memenuhi syarat PBI-71. Agregate kasar harus
berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5% berta kering
b. Dimensi maksimum dari agregate kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak
lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi
yang bersangkutan.
c. Pasar harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam, dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

4.4.3 Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 ppm dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 ppm. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pelaksana Pekerjaan supaya
air yang dipakai diperiksa di Laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Pelaksana Pekerjaan.

4.4.4 Besi Beton


a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar,
digunakan besi mutu BJTP 24 ø < 13 mm dan BJTD 40 D ≥ 13 mm
b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan
untuk mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-
tulangan pada tempatnya.
c. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan
sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik minimum masing-masing dua (dua) contoh percobaan (stres
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 20
BAB XII

strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan


dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas

4.4.5 Admixture
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang
cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture
b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pelaksana Pekerjaan
diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari KONSULTAN
PERENCANA mengenai hal tersebut.
Untuk itu Pelaksana Pekerjaan diharapkan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan,
data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya,
cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu.

4.5 SYARAT PELAKSANAAN


4.5.1 Kualitas Beton
a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-225
(tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15
x 15 cm pada usia 28 hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini
digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971
Mutu beton K-175 digunakan pada umumnya untuk kolom-kolom praktis
dan bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan
lain.
b. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data
pelaksanaan di lain tempat atau dengan mengadakan trial-mixed di
laboratorium yang ditunjuk.
c. Test selama pekerjaan
d. Pelaksana Pekerjaan harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas
dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10±2 cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut:
Contoh: beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
atau plat baja, cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter
16 mm panjang 60 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya
setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
dalm satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 21
BAB XII

dibiarkan ½ menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur


penurunnya (nilai slump).
f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui Konsultan Pengawas.
g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dengan ditutup karung
basah tapi tidah tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya
dalam udara terbuka.
h. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan
untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh
kurang dari 65% kekuatan yang diminta 28 hari, dengan catatan tampa
adanya bahan tambahan admixture.
Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan
yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan
cara-cara seperti yang ditetapkan dalam PBI’71 dengan tidak
menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas.
i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik
terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya komponen-
komponen beton.
k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

4.5.2 Pekerjaan Acuan/Bekisting


4.5.2.1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah di tetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
4.5.2.2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
4.5.2.3. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran
(tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah di bongkar tanpa merusak
permukaan beton.
4.5.2.4. Pelaksana Kerja harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split pasir dan semen portland) kepada Perencana/MK, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan ditentukan.
4.5.2.5. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu dan bahan terjamin sesuai
persyaratan.
4.5.2.6. Kawat pengikat bevel beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40mm.
Kawat pengikat bevel beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang
di tentukan dalam Nl-2 (PBI tahun 1971).
4.5.2.7. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya
hujan, harus diperhatikan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 22
BAB XII

4.5.2.8. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.
4.5.3 Penggantian Besi
a. Pelaksana Pekerjaan harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pelaksana Pekerjaan atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka:
• Pelaksana Pekerjaan dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal
ini diberitahukan pada Perencana untuk sekadar informasi.
• Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pelaksana Pekerjaan
sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana.
• Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan
tertulis dari perencana. Mengajukan usul dalm rangka tersebut
diatas adalah merupakan juga keharusan dari Pelaksana
Pekerjaan.
c. Jika Pelaksana Pekerjaan tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan:
• Harus persetujuan Konsultan Pengawas dan Perencana.
• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempatkan
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi

Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara dua  Variasi dalam berat  Toleransi 


permukaan yang berlawanan)  yang diperbolehkan  diameter 
     
Dibawah 10 mm  ± 7%  ± 0,4 mm 
     
10 mm sampai 16 mm (tapi tidak termasuk  ± 5%  ± 0,4 mm 
diameter 16 mm)     
     
16 mm sampai 32 mm (tapi tidak termasuk  ± 4%  ± 0,5 mm 
diameter 28 mm) 
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 23
BAB XII

4.5.4 Perawatan Beton


a. Beton harus dilindungi dari pengarus panas, sehingga tidak terjadi
penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari
setelah pengecoran.
d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing coumpound.

4.5.5 Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan


Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab penuh atas kualitas sesuai
dengan ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar
yang diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Pengawas selaku
wakil Pemberi Tugas Atau perencana yang sejauh mungkin
melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi
tanggung jawab penuh tersebut diatas.

4.5.6 Perbaikan Permukaan Beton


Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan
campuran adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan,
hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dan
sepengatahuan Konsultan Pengawas. Jika ketidak sempurnaan itu tidak
dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan dan
diterima oleh Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti
dengan pembetonan kembali atas beban biaya Pelaksana Pekerjaan.
Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah/retak, ada gelombang udara, kropos, berlubang, tonjolan dan
yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

4.5.7 Bagian-bagian yang tertanam dalam beton


a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton
bertulang.
b. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kosen atau instalasi.

4.5.8 Hal-hal Lain (“Miscellaneous item”)


a. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal dibeton bekas
jalan kerja sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan
beton untuk pondasi alat-alat mekanik dan elektronik yang ukuran,
rencana dan tempatnya berdasarkan gambar-gambar rencana
mekanikal dan elektrikal.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 24
BAB XII

Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan


penghalusan permukaannya.
b. Pegangan plafond dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y :
150cm. Dipasang pada saat sebelum pengecoran beton dan
penggantungan harus dikaitkan pada tulangan pelat atau balok.

4.5.9 Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan
harus dilakukan secara baik dan teratur.

4.5.10 Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus
memberikan contoh material: split, pasir, besi beton, PC untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan
dipakai sebagai standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirim oleh Pelaksana Pekerjaan ke lapangan.
c. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan
contoh-contoh yang telah disetujui dibangsal Konsultan Pengawas.

4.5.11 Sparing Conduit dan pipa-pipa


a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka pemborong harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Perencana.
c. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum
pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat
pengecoran beton.
d. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.
e. Sekeliling sparing harus diperkuat dengan tulangan-tulangan silang
yang ditentukan dalam gambar detail standart.

4.5.12 Penghentian Pengecoran Sementara


Dapat dilakukan pada waktu pengecoran pelat/balok dengan jarak
minimal 2h (h = tinggi balok) dihitung dari tepi kolom/balok yang
bersilangan. Pengecoran dihentikan dengan kemiringan 60˚ terhadap
dasar balok/plat.

4.5.13 Pengecoran Sambungan Beton


Harus dilakukan dengan rambahan bahan addictive seperti larutan
CALBOND atau setara.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 25
BAB XII

4.6 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN


Pelaksana Pekerjaan harus bertanggung jawab terhadap seluruh
pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk
kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya.
Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus
dibuat lantai kerja dari beton ringan dengan campuran (semen : pasir : koral = 1:3:5).
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang yang berpengalaman
dan mengerti benar akan pekerjaannya,
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan
standart yang berlaku.

PASAL 5 PEKERJAAN PASANGAN

5.1 SEMEN
Semen untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti semen
yang ditentukan untuk pekerjaan beton, lihat pasal 4.

5.2 PASIR
Pasir untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya dengan pasir yang
ditentukan untuk pekerjaan beton. Pasir laut yang dicuci bersih kualitasnya sesuai
hanya boleh dipakai bila pasir biasa yang sesuai tidak dapat diperoleh sesuai hanya
boleh dipakai bila pasir biasa yang sesuai tidak dapat diperoleh dan hanya setelah
disetujui oleh Pemberi Tugas.

5.3 AIR
Air yang dipakai untuk pekerjaan menembok harus sesuai dengan syarat-syarat
dalam pasal 2.

5.4 JENIS ADUKAN


5.4.1 Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai sesuai dengan yang diinstruksikan
dalam gambar-gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini:

Jenis Adukan

M1 1 p.c. : 2 pasir
M2 1 p.c. : 4 pasir

5.4.2 Mencampur
Adukan harus dicampur dalam alat tempat mencampur yang telah
disetujui atau dicampur dengan tangan, diatas permukaan yang keras.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 26
BAB XII

Sangat dilarang memakai adukan yang sudah mulai mengeras atau


membukukannya untuk dipakai lagi.

5.5 PEKERJAAN PLESTERAN


5.5.1 Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik.
Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagisn
dalam gambar dan luar serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar.

5.5.2 Persyaratan Bahan


a. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satuan pabrik/produk
untuk satu pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
c. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10
d. Penggunaan adukan plesteran :
e. Adukan 1 pc : 2 ps, dipakai untuk plesteran rapat air.
f. Adukan 1 pc : 4 ps, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
g. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.

5.5.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Plesteran dilaksanakan sesuai standart spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat-syarat
Pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang
beton atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas sesuai Uraian dan Syarat-syarat Pekerjaan yang tertulis
dalam buku ini.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur, terutama pada gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
d. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalsi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
e. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian diketrek (scratch) terlebih dahulu dan
semua lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
aduk plester.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 27
BAB XII

f. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plesterannya).
g. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan
memakai spesi air.
h. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaanya diberi alur-alur garis horizontal diketrek (scrath) untuk
memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali
untuk yang menerima cat.
i. Pasangan kepala plesteran dibuat jarak 1 meter, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
j. Plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar. Tebal plesteran minimum 2,5 cm, jika
ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu
dan daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan
Konsultan Pengawas.
k. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi naat tali air dengan ukuran lebar
0,7 dan didalamnya 0,5 cm kecuali bila ada petunjuk lain didalam
gambar.
l. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 meter. Jika
melebihi Pelaksana Pekerjaan berkewajiban memperbaiki dengan biaya
atas tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik matahari lansung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
cepat.
n. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dapat
dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Pelaksana Pekerjaan
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2
kali setiap hari.
o. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish,
Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara dan menjaganya terhadap
kerusakan-kerusakan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan dan wajib
diperbaiki.
p. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih 2 minggu.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 28
BAB XII

5.6 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA


5.6.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peraltan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksanakannya pekerjaan
ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Standart:
• Batu bata harus memenuhi NI-10
• Semen portland harus memenuhi NI-8
• Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
• Air harus memenuhi PVBI-1982 pasal 9

5.6.2 Persyaratan Bahan


Bata harus bata biasa dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan ukuran
nominal kira-kira 6 cm x 12 cm x 24 cm, yang dibakar dengan baik dan
bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkin
berbeda dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya tidak
menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut. Sesuai dengan pasal 81 dari
A.V. 1041, minimum daya tekan ultimate harus 30 kg/cm2.

5.6.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Pasangan batu bata/bata merah, dengan menggunakan adukan
campuran 1 pc : 4 pasir pasang.
b. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari
permukaan sloof sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai
dasar, dinding didaerah basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai,
serta semua dinding yang ada pada gambar menggunakan simbol aduk
transraam/kedap air digunakan aduk rapat air (1pc : 2pasir pasang).
c. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
d. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm, dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
e. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan
air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
f. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maximum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
g. Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar dari 12 m² ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis)
h. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali
tidak diperkenankan.
i. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek
besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 29
BAB XII

dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan


lain.
j. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi
dari 5%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
k. Pasangan baru bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

PASAL 6 PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, DAN


PEKERJAAN HARDWARE (PENGGANTUNG)

6.1 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENUTUP DAR LOGAM


(HARDWARE)
6.1.1 Lingkup Pekerjaan
Hardware untuk jendela/pintu

6.1.2 Syarat-Syarat Umum


Semua pekerjaan besi halus sesuai dengan yang tertera dalam gambar,
harus dihasilkan dari pabrik-pabrik yang terkenal dan disetujui, dipilih
atau yang selaras dengan yang dikehendaki oleh Konsultan
Pengawas/Pemberi Tugas.

6.1.3 Persyaratan Bahan


a. Kunci-kunci
Kunci-kunci mengikuti spesifikasi jenis dan tipe yang telah diberikan
oleh Perencana. Tiap kunci harus mempunyai 2 anak kunci yang
berselimut nikel, dijadikan satu dan diikat dengan kawat dan masing-
masing diberi merk nomor pintu.
b. Pegangan dan engsel-engsel
Pegangan dan engsel-engsel terbuat dari logam yang digalvanisir
dengan type dan finish yang sesuai.
c. Produk
Supaya digunakan merk-merk yang cukup terkenal setara Sess Kwalitas
1. Pemborong harus mengajukan contoh untuk disetujui Konsultan
Pengawas.

6.1.4 Syarat-syarat Pelaksanaan


Semua pemasangan Hardware untuk jendela/pintu, menggunakan paku
ulir, dipasangkan dengan sistem putar (tidak digetok/dipukul). Untuk
Hardware yang menggunakan paku ulir besar, harus dilobangi terlebih
dahulu atau dibor sesuai ukuran yang dibutuhkan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 30
BAB XII

PASAL 7 PEKERJAAN ALUMINUM HITAM


7.1. Lingkup Pekerjaan
a) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, perealatan dan alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen bovenlicht seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari kerja.

7.2. Persyaratan Bahan


7.2.1 Kosen Alumunium yang digunakan :
ƒ Bahan :Dari bahan Alumuniaum flaming system
ƒ Bentuk Profil :Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/MK
Untuk kusen jendela dan curtain wall luar dibuat
system framless.
ƒ Warna Profil :Ditentukan kemudian (contoh warna Hitam diajukan
Pelaksana Kerja)
ƒ Pewarna :Colour Anodized 18 micron, tebal minimum 1,8 mm
ƒ Nilai Deformasi :Diijinkan maksimal 2 mm.
ƒ Produk yang dipakai adalah Alexindo atau yang setara

7.2.2 Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan


syarat-syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhu
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
7.2.3 Konstruksi alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjuk dalam
detail gambar termasuk bentuk dan ukuran.
7.2.4 Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai
hasil tes, minimum 100 kg/m².
7.2.5 Ketahanan terhadap udara dan tidak kuarang dari 15 m²/hr dan
terhadap tekanan air 15 kg/m²yang harus disertai hasil test.
7.2.6 Bahan yang akan diperoses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.
7.2.7 Untuk keseragaman warna disyaratkan sebelum proses fabrikasi
warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian
pada waktu fabrikasi unit-unit jendela, pintu partisi dan lain-lain,
profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan
drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai
toleransi ukuran sebagai berikut.
9 Untuk tinggi dan lebar 1 mm
9 Untuk diagonal 2 mm

7.2.8. Accessories.
Sekrup dan stainless steel galvanized kepala tertanam, weather
strip vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 31
BAB XII

alumunium harus ditutup caulking dan sealant, angkur-angkur


untuk rangkai kusen alumunium terbuat dari steel tebal 2-3 mm,
dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikro sehingga dapat
bergeser.
7.2.9. Bahan finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang
bersangkutan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau
plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari aquer
yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insutating varnish
seperti asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.

7. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan
7.3.1. Sebelum memulai pelaksanaan Pelaksanan Kerja diwajibkan
meneliti gambar-gambar dan kondisi dilapangan,ukuran dan peil
lubang dalam membuat contoh jadi untuk semua detail sambungan
dan profil alumunium yang berhubungan dengan system konstruksi
bahan lain.
7.3.2. Prioritas proses fabrikasi harus sudah siap sebelum pekerjaan
dimulai dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan
petunjuk perencana/MK meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk dan ukuran.
7.3.3. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu
dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan
kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
7.3.4. Potongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu pada permukaannya. Disarankan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati
tanpa mrnyebabkan kerusakan pada permukaannya.
7.3.5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon)
dari arah bagian dalam agar sambungan tidak tampak oleh mata.
7.3.6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap, dan cocok.
7.3.7. Angkur-angkur untuk rangka/kosen alumunium terbuat dari stel
plate setebal 2-3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
7.3.8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup
anti karat/stainless steel,sedemikian rupa sehingga hair line dan
tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan
terhadap air sebesar 1.000 kg/cm².celah antara kaca system kusen
alumunium harus ditutup oleh sealant.
7.3.9. Disyaratkan bahan kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
a) Dapat menjadi kosen untuk dinding kaca mati.
b) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar,dll.
c) Sistem kosen dapat menampung kaca frameless.
d) Untuk system partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa
harus dimaikan secara penuh yang merusak baik lantai
maupun langit-langit.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 32
BAB XII

e) Mempunyai accessories yang mampu mendukung


kemungkinan diatas.
7.3.10. Untuk fitting hardware dan reinforcing material yang mana
kosen alumunium akan kontak dengan besi, tembaga atau
lainnya maka permukaan material yang bersangkutan harus
diberi lapisan chromium menghindari kontak korosi.
7.3.11. Toleransi pemasangan kosen alumunium disatu sisi dinding
adalah 10-25 mm yang kemudian diisi dengan beton
ringan/grout.
7.3.12. Khususnya untukpenahan jendela gerak alumunium agar
diperhatikan sebelum rangka kosen terpasang. Permukaan
bidang dinding horizontal (pelubangan dinding) yang melekat
pada lubang bawah dan atas harus dengan waterpass.
7.3.13. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara
terutama pada ruangan yang dikondisikan hendaknya
ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
ribber atau bahan synthetic resin. Penggunaan ini pada swing
door dan double door.
7.3.14. Sekeliling tepi yang terlihat berbatasan dengan dinding agar
sealent supaya kedap air dan kedap suara.
7.3.15. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing
untuk penahan air hujan.

PASAL 8 PEKERJAAN LANTAI

8.1. LINGKUP PEKERJAAN


8.1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan
dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
yang bermutu baik.
8.1.2 Pekerjaan lantai terdiri dari urugan pasir dan pasangan screeding/
lapisan dasar pemasangan keramik/granit.

8.2. PERSYARATAN BAHAN


8.2.1. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satuan pabrik/produk
untuk satu pekerjaan).
8.2.2. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
8.2.3. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10

Penggunaan adukan plesteran :


• Adukan 1 pc : 2 ps, dipakai untuk plesteran rapat air.
• Adukan 1 pc : 4 ps, dipakai untuk seluruh lantai lainnya.
• Produk : setara Granito (Lantai Utama)
• setara Roman (Lantai + Dinding Toilet)
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 33
BAB XII

8.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


8.3.1 Sebelum dimulai pekerjaan, diwajibkan membuat shop drawing.
8.3.2 Pekerjaan lantai dilaksanakan sesuai standart spesifikasi dari bahan
yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas dan persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat-syarat
Pekerjaan ini.
8.3.3 Pekerjaan lantai dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas sesuai Uraian dan Syarat-syarat Pekerjaan yang tertulis
dalam buku ini.
8.3.4 Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur, terutama pada gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk propilnya.
8.3.5 Pekerjaan lantai hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalsi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
8.3.6 Lubang-lubang saluran air kotor yang melewati lantai sudah
dipersiapkan terlebih dahulu
 

PASAL 9 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

9.1. LINGKUP PEKERJAAN


9.1.1 Pekerjaan pembuatan dan pemasangan penggantung langit-langit.
9.1.2 Pekerjaan pembuatan dan pemasangan rangka langit-langit serta
semua perlengkapan lainnya, yang menjadikan kesempurnaan
pekerjaan rangka itu sendiri, serta sehubungan dengan kolom-kolom
dan dinding-dinding sesuai gambar kerja.
9.1.3 Pemasangan penutup rangka pada
9.1.4 Pemasangan pembuatan dan pemasangan penggantung langit-langit
dalam ruang desain dan persyaratannya dari desain interior.

9.2. PERSYARATAN BAHAN


9.2.1 Rangka langit-langit/plafond
a. Pada lantai satu dipakai furing metal dengan mengacu persyaratan
pemasangan yang disetujui konsultan pengawas
b. Pada lantai dua dipakai aluminium dengan ukuran yang mengacu pada
gambar kerja.
c. Aluminium rangka plafond lantai dua bertumpu pada aluminium sesuai
dengan gambar kerja.

9.2.2 Penutup langit-langit


a. Jenis : Kalsiboard
b. Tebal : 5 mm
c. Ukuran : 122 x 244 cm
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 34
BAB XII

d. Produk : Eternit atau setara


e. Standart : Interior lathing dan Furring, class O fire resistance

9.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN


9.3.1 Pada pemasangan rangka-rangka penggantung dan pekerjaan baja
lainnya harus memenuhi persyaratan baja.
9.3.2 Pemasangan penutup langit-langit harus memenuhi syarat teknis yang
dikeluarkan pabrik dimana bahan-bahan langit-langit tersebut
digunakan.
9.3.3 Pada pemasangan garis-garis alur harus rapi dan lurus serta
mempunyai bidang yang rata.
9.3.4 Semua peraturan-peraturan/normalisasi-nomalisasi yang dipakai harus
yang berlaku di Indonesia misalnya SKSNI dan lain-lain.
9.3.5 Persyaratan Pelaksanaan Pemasangan Penggantung Langit-langit.
a. Pemborong wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.
b. Detail dan sambungan dari bagian-bagian kontruksi yang tidak
tercantum dalam gambar tetapi ada dalam pelaksanaanya, maka
Kontraktor/Pelaksana wajib melengkapi gambar tersebut berupa shop
drawing dan harus disetujui oleh Pengawas.
c. Perubahan bahan atau detail berhubungan alasan tertentu yang kuat
dapat diterima harus diajukan dan diusulkan kepada Pengawas harian
utuk mendapatkan persetujuan dari pengawas dan Perencana.
d. Semua perubahan yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa ada
biaya perubahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan
yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan kurang.
e. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu
pemasangan yang diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian
Pelaksana harus dilaksanakan pemborong tanpa diajukan sebagai
tambahan pekerjaan/biaya.
f. Pola pelaksanaan pemasangan rangka plafond harus sudah
memperhatikan pola pemasangan lampu dan pekerjaan lainnya serta
modul penutup langit-langit.

9.3.6 Persyaratan pelaksanaan pemasangan penutup langit-langit


a. Pemborong wajib meneliti seluruh pekerjaan lain yang terkait erat
dengan pekerjaan ini.
b. Kebenaran pemasangan dalam kaitannya terhadap pekerjaan lainnya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
c. Sebelum dilaksanakan pemasangan daun penutup langit-langit
Pelaksana Pekerjaan Wajib memeriksa seluruh pekerjaan lain yang
berada di dalam ruang plafond (instalasi mekanikal dan Elektrikal).
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 35
BAB XII

d. Pelaksananaan pekerjaan baru boleh dilaksanakan apabila seluruh


pekerjaan tersebut telah selesai dilaksanakan.
e. Sebelum pemasangan gypsum board harus dilaksanakan pengukuran
elevasi permukaan bawah rangka plafond, Rangka plafond harus sudah
pada satu elevasi yang sama.
f. Penutup langit-langit GRC tebal 6 mm dipakai di daerah basah dan luar
sesuai dengan gambar kerja.
g. Untuk keperluan inspeksi / control pemeriksaan diatas plafond maka
dibuatkan lubang untuk orang/petugas masuk ( disarankan pada areal
ruangan km/wc ).

PASAL 10 PEKERJAAN KACA

10.1. PEKERJAAN KACA


10.1.1. Lingkup pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar.
10.1.2. Persyaratan bahan
Kaca adalah benda yang terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mencapai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh
dari proses-proses tarik tembus cahaya, gilas pengambangan (Float Glass)
Toleransi lebar dan panjang
Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan
oleh pabrik.
Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan
adalah 1,5 mm per meter.
Cacat-cacat
9 Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai dengan
ketentuan dari pabrik.
9 Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca).
9 Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.
9 Kaca harus bebas dari keretakan ( garis-garis pecah pada pada kaca baik
sebagian atau seluruh tebal kaca).
9 Kaca harus bebas dari gumpalan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar
ke arah luar/masuk).
9 Harus bebas dari benang (String) dan gelombang (Wave) benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan
kaca yang berubah dan mengganggu pandangan.
9 Harus bebas dari bintik-bintik (Spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).
9 Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
9 Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 36
BAB XII

9 Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi


yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5mm kira-kira 0,3mm.
Bahan Kaca
• Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189/79 dan PBVI 1982.
digunakan produk Standard : - ANSI : American Nat Standard Inst.
297-1-1975 Safety Material Used In Build
• Bahan untuk kaca interior :
Colour (tinted fload glass, refleksi glass 40%) tebal sesuai gambar
untuk itu.
• Bahan untuk cermin menggunakan : Clear float glass, tebal minimal
6mm. Disatu permukaannnya dilapisi (chaemics deposited silver).
Permukaan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak-bercak lainnya.
• ASTM : E6-P3
• PBVI 1982
• Ketebalan kaca harus merata, siku sudut-sudutnya (toleransi 1,5
mm per m’) potongannya harus lurus
Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan perencana/MK.
Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan garis
digurinda/dihaluskan, hingga membentuk tembereng.

10.1.3. Syarat-syarat pelaksanaan


Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syaratpekerjaan dalam buku ini.
Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
Semua bahan yang telah dipasang harus disetujui oleh MK.
Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan, dari benturan dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus.
Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka minimal 10 mm masuk ke
dalam alur kaca pada kosen.
Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca merk....
Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kosen,
harus diisi dengan lem silikon merk.....produk....warna transparan cara
pemasangan dan persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang
dikeluarkan oleh pabrik.
Cermin dan kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada setelan/tepinya, bebas dari segala noda dan
goresan.
Cermin yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah diserahkan dan semua
terpasang harus disetujui MK, jenis cermin sesuai dengan yang telah disebutkan
dalam syarat pemakaian bahan material dalam uraian dan syarat pekerjaan
tertulis ini type VVV polished, tebal 5 mm. Pemotongan cermin harus rapi dan
lurus, diharuskan menggunakan alat potong kaca khusus.
Pemasangan cermin
9 Cermin ditempel dengan dasar kayu lapis jenis MR yang disekrupkan pada
klose-klose dinding, kemudian dilapis dengan plastik busa tebal 1cm.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 37
BAB XII

Pemasangan cermin menggunakan penjepit aluminium siku/skrup-skrup


kaca yang mempunyai dop penutup steinless steel.
9 Setelah terpasang, cermin harus dibersihkan dengan cairan pembersih
yang mengandung amoniak merk setara Cling produk Wings

10.2. PEKERJAAN PENGECATAN (Bagian Luar dan Bagian Dalam)


10.2.1 Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan cat.
b. Pengecatan semua permukaan sesuai spec/gambar dengan warna dan
bahan yang telah ditentukan sesuai yamh dipilih oleh Konsultan
Pengawas.

10.2.2 Persyaratan Bahan


a. Standard : - PVBI : 54,58 1982.
b. N.I :4
c. ASTM : D – 361
d. BS : 3900-1970
e. AS : K-41

10.2.3 Ketentuan Bahan


a. Untuk dinding luar bagunan dipakai cat khusus exterior, produk ICI
Weathershield atau yang setara.
b. Untuk dinding interior digunakan:
• Plamir digunakan ICI atau yang setara
• Cat untuk dinding luar dan dalam, kolom, langit-langit dan
sebagainya, harus memakai cat emulsi/acrylic berdasarkan alkyd
resins, dengan cat dasarnya yang tahan alkali seperti yang telah
ditentukan.
c. Pekerjaan cat kayu harus mengandung bahan sintetis
d. Untuk finishing interior kayu (lambresering, plafond dsb) digunakan
melamik, produk : Niponpaint atau yang setara.

10.2.4 Daftar Bahan-bahan


a. Setelah kontrak ditandatangani, pemborong harus secepatnya,
mengajukan daftar dari semua bahan yang akan dipakai untuk
pekerjaan pengecatan dan dekorasi kepada Pemberi Tugas.
b. Semua warna dipilih oleh Konsultan Pengawas dan pemborong harus
memasukkan dalam penawaran biaya untuk mengadakan contoh
warna-warna untuk disetujui.
c. Semua bahan cat harus diperoleh dari levalinsir yang telah disetujui.
d. Semua cat harus dipergunakan dan dipulaskan betul-betul sesuai
dengan instruksi pabriknya. Juga plamur dan cat dasarnya harus yang
dikeluarkan oleh pabrik yang sama untuk masing-masing lapisan
permukaan. Tidak boleh mencampurkan bahan pengering atau bahan-
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 38
BAB XII

bahan lain kedalam cat, jika tidak disarankan oleh pabrik cat dan
sebagainya.

10.2.5 Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Pekerjaan Pengecatan Dinding Luar dan Dalam
• Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh
bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
• Untuk dinding luar bangunan digunakan cat khusus luar jenis ICI
Weathershiled atau yang setara, warna ditentukan perencana.
• Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi
Acrylic merk ICI Dulux atau yang setara, ditentukan Konsultan
Pengawas.
• Sebelum dinding dicat, plesteran dan acian sudah harus benar-
benar kering da bersih, tidak retak-retak dan Pelaksana Pekerjaan
meminta persetujuan Konsultan Perencana.
• Dinding yang akan dicat diberi 1 (satu) lapis alkali resistance sealer
• Setelah diberi 1 (satu) lapis alkali resistance sealer masih terdapat
retak rambut maka segera diberi plamur yang satu merk.
• Setelah pekerjaan plamur selesai maka diberikan kembali 1 (satu)
lapis alkali resistance sealer.
• Lapisan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis acrylic emulsion
dengan kekentalan cat sesuai persyaratan pabrik.
• Pemborong diharuskan membuat contoh (mock up) cat dengan
ukuran 1,00 x 2,00 m untuk disetujui.
• Untuk warna-warna yang sejenis, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batch
number) yang sama.
• Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang
yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang
dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

b. Pekerjaan Pengecatan Besi


• Persiapan Umum
Sebelum meneruskan pekerjaan pengecatan, ruangan area
pengecatan harus bersih dan dijaga agar tidak ada debu
berterbangan.
Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai
dengan cara yang telah disetujui dan diuraikan dalam bab-bab yang
relevan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan itu harus disediakan banyak lap-lap
bersih.
Melakukan percobaan pengecatan, terutama (untuk bidang-bidang
yang luas) untuk disetujui Konsultan Pengawas.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 39
BAB XII

c. Pekerjaan Pengecatan Langit-langit


• Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit
gysum board, pelat beton atau bagian-bagian yang ditentukan
gambar.
• Cat yang digunakan merk ICI Dulux atau setara, jenis Vinyl Acrylic
warna ditentukan Konsultan Pengawas setelah melakukan
percobaan pengecatan.
• Plamur yang digunakan adalah plamur kayu yang satu merek
dengan cat yang akan digunakan.
• Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan
dinding dalam pasal ini, kecuali tidak digunakannya lapis alkali
resistance sealer pada pengecatan langit-langit.

PASAL 11 PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP


11.1. PEKERJAAN BAJA
11.1.1. Ketentuan Umum
Persyaratan-persyaratan kontruksi baja dan istilah teknik secara umum
menjadi satu kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali
ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja
harus sesuai standart di bawah ini :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
b. Peraturan Pembebenan Untuk Gedung Indonesia ((PPUGI)
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI)
d. American Societyfor Testing & Material (ASTM)
e. Steel Structural Painting Council (SSPC)
f. Standart Industri Indonesia (SII)
Pelaksanaan harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pengawas.

11.1.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup segala sesuatu untuk pelaksanaan kontruksi baja
secara lengkap dengan gambar dan persyaratan teknis ini.
11.1.3. Material
a. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan
disetujui oleh pengawas. Pengawas berhak untuk minta diadakan
pengujian atas bahan-bahan tersebut dan pelaksanaan harus
bertanggung jawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk ini.
b. Baja struktur harus mempunyai mutu sesuai Sdengan ASTM A36 dengan
E=200.000 Mpa. Dengan kualitas ST 37. Baut, mur dan ring dari jenis
“High Stregth” ASTM A35 baja hitam atau sekurang-kurangnya dari
standart FE360 (ST37). Semua baut dan mur harus mempunyai kepala
yang ditempa, tepat, sentries, dan siku terhadap batangnya dengan
kepala dan mur yang berbentuk horizontal. Lubang diameter ring yang
digunakan adalah lebih besar 1,5 mm dari diameter baut. Penjelasan
dengan “Aech Welding Electrodes” sesuai AWS A5.569.
c. Las yang digunakan adalah las listrik dengan mutu FE 360 atau E 60.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 40
BAB XII

d. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan
ketebalan serta bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk atau putir,
dengan berat sesuai rancana.
e. Semua material baja harus supplier yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksaan harus
menyerahkan hasil pengujian yang dibutuhkan dan berhubungan dengan
kontruksi baja ini disertai faktur pengiriman.
11.1.4 Fabrikasi
a. fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi
persyaratan terlindung dari pengaruh cuaca. Perencanaan harus membuat
workshop dilapangan dan disetujui oleh pengawas. Apabila fabrikasi
dilakukan diluar lokasi, pelaksanaan mharus menanggung biaya yang
dikeluarkan oleh pengawas dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
b. Pengelasan harus dilakukan dalam tempat yang beratap dan dilaksanakan
dengan menggunakan las bujur listrik. Batang yang digunakan harus
sesuai dengan kebutuhan dan kualitas baik. Baja yang akan dilas harus
bebas dari cat, retak, minyak cat dan yang disambung harus rata satu
sama lainnya, Pengecatan dasar dilakukan di workshop sebelum
pengiriman kelokasi atau penyimpanan.

11.2. RANGKA KAP BAJA RINGAN.


11.2.1. Uraian.
ƒ Rangka kap ini disubkan kepada produsen rangka atap baja ringan yang
ditentukan kemudian dan disesuaikan dengan dana yang tersedia.

11.2.2. Syarat Bahan / Material.


ƒ Sesuai dengan spesifikasi oleh merk dengan setara J-Steel Kwalitas 1.

11.2.3. Pelaksanaan
ƒ Disesuaikan dengan prosedur dan spesifikasi yang ditetapkan oleh merk
dagang dan/atau produsen.

ƒ Apabila ternyata konstruksi rangka kap, menurut Direksi / Pengawas lapangan


tidak sesuai dan tidak lebih baik dari gambar rencana, maka Direksi /
Pengawas Lapangan berhak meminta kepada kontraktor untuk
memperbaikinya atas biaya kontraktor sendiri.

11. 3. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

11.3.1. Lingkup Pekerjaan


• Penutup Atap Untuk di Bangunan Balai di Lokasi Jl. Brigjen H. Hasan
Basri untuk penutup atap nya Genteng Keramik dan Bangunan
Laboratorium dan Workshop penutup atap Genteng Metal.
• Pekerjaan perubahan jarak gording, pengecatan struktur atap,
pengadaan dan pemasangan Penutup atap lengkap dengan accessories
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 41
BAB XII

11.3.2 PERSYARATAN BAHAN


a. Bahan/material yang digunakan untuk pekerjaan pengecatan struktur atap
adalah cat zincromate produk setara ICI
b. Bahan/material yang digunakan untuk penutup atap merupakan genteng
keramik. Dan Genteng Metal

11.3.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN


11.3.1.1 Persyaratan Pelaksanaan Pengecatan Konstruksi Atap yang
Baja WF.
Sebelum konstruksi atap yang telah dipasang dilakukan pengecatan
terlebih dahulu dilakukan pengamplasan.
Apabila sudah dianggap bersih oleh Konsultan Pengawas maka
Pelaksana diperbolehkan melakukan pengecatan.
Pembersihan konstruksi atap existing dari karat dilakukan dengan
menggunakan sikat kawat/wire brush sampai komponen konstrukssi
atap benar-benar bersih dari karat.

11.3.1.2 Persyaratan Pelaksanaan Penutup Atap


a. Sebelum memulai pelaksanaan, Pelaksana wajib membuat Shop
Drawing
b. Pelaksanaan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam pemasangan penutup atap.
c. Pemasangan penutup atap harus memperhatikan jarak tumpang tindih
(Overlap) yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuat

PASAL 12 PEKERJAAN LAIN-LAIN


Pekerjaan Railing Tangga
12.1. Lingkup Pekerjaan
12 1.1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan yang diperlukan, peralatan termasuk
alat-alat bantu dan pengangkutan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang bermutu baik.

12 1.2. Pekerjaan handrail tangga pada tangga Bangunan


menggunakan pipa kotak hollow stainless stell.

12.2. Persyaratan Bahan


12.2.1. Bahan:
a. Untuk bahan stainless steell setara “Indah Maspion”.
b. Rangka pipa GIV ukuran 2 Inch, anak tangga dipakai baja cor
lengkap dengan motif bunga dan kaca gravier.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 42
BAB XII

12.2.2 Jenis Bahan:


Pipa-pipa kotak, tebal 1,8 - 2 mm, batang-batang bulat dari bahan
baja cor dan stain steel.
Digunakan stainless steel dengan mutu SS 306 finish mirror dan
baja cor dengan pengelasan sambungan harus kuat dan
permukaan halus.
12.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
12 3.1. Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan
persetujuan dari perencana / pengawas.
12 3.2. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan di atas
teknis operatif sebagai informasi bagi perencana .
12 3.3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan
supaya disesuaikan supaya disediakan kontraktor di site.
12 3.4. Bila dianggap perlu, kontraktor wajib mengadakan test
terhadap bahan-bahan tersebut pada laboratorium yang
ditunjuk perencana / pengawas baik mengenai komposisi,
Konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya
biaya atas beban kontraktor.
12 3.5. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji,
baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di
lapangan oleh perencana/MK atas tanggungan kontraktor
tanpa biaya tambahan .
12 3.6. Bila perencana / pengawas memandang perlu pengujian
dengan fasilitas yang dibutuhkan, untuk terlaksananya
pekerjaan tersebut adalh menjadi tanggung jawab
kontraktor.
12 3.7. Pekerjaan baja tahan karat.
• Pekerjaan stainless steel seperti yang ditunjukkan dalam
gambar untuk itu.
• Untuk stainless steel yang dipakai berupa profil-profil pipa dan
plat stainless steel.
• Penyambungan dengan luas harus dilaksanakan dengan
kelipata dan keahlian yang tinggi, pengelasan harus dengan las
listrik dengan electrode stainless steel, permukaan yang dilas
harus sama rata dan alur lasnya kelihatan teratur, bekas las-
lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan
lasnya. Las-lasan yang cacat harus dipotong dan dilas kembali
atas biaya pemborong .
• Pembengkokan profil-profil / plat-plat / pipa-pipa harus
dilaksanakan dengan alas bender (pembengkokan) sehingga
hasilnya baik, halus dan tidak cacat-cacat bekas pukulan .
Setelah pekerjaan las-lasan, penghalusan dan pemasangan selesai stainless steel
dipoles dengan mesin poles, kemudian digosok dengan compound memakai kain halus
sehingga bersih dan mengkilap

Pekerjaan Kloset Dan Wastafel


12.1. Lingkup Pekerjaan
12 1.3. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan yang diperlukan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 43
BAB XII

pengangkutan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang


bermutu baik.

12 1.4. Pekerjaan pemasangan kloset jongkok, kloset duduk dan Wastafel pada
Bangunan didalam kamar mandi atau wc.

12.2. Persyaratan Bahan


12.2.1. Bahan:
Untuk bahan Kloset dan Wastefel setara “American Standart”.
12.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
12.3.1. Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan
persetujuan dari perencana / pengawas.
12.3.2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan
supaya disesuaikan supaya disediakan kontraktor di site.
12.3.3. Bila dianggap perlu, kontraktor wajib mengadakan test
terhadap bahan-bahan tersebut pada laboratorium yang
ditunjuk perencana / pengawas baik mengenai komposisi,
Konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya
biaya atas beban kontraktor.
12.3.4. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji,
baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di
lapangan oleh perencana/MK atas tanggungan kontraktor
tanpa biaya tambahan.
12.3.5. Bila perencana / pengawas memandang perlu pengujian
dengan fasilitas yang dibutuhkan, untuk terlaksananya
pekerjaan tersebut adalh menjadi tanggung jawab
kontraktor.

PASAL 13 PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN PLUMBING

13.1 SYARAT-SYARAT UMUM


Spesifikasi teknis ini menjelaskan tentang uraian syarat-syarat teknis dalam hal
penyediaan, pemasangan, dan pengetesan seluruh peralatan (material) dan instalasi
yang ditunjukkan pada gambar perencanaan untuk pelaksanaan pekerjaan
mekanikal dan elektrikal pada Pekerjaan Renovasi Kantor Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional (PJN) VII Banjarmasin.
Spesifikasi teknis ini meliputi uraian untuk pelaksanaan antara lain:

13.1.1 Pekerjaan Mekanikal dan Plumbing, terdiri dari:


a. Syarat-syarat teknis Pekerjaan Plumbing.
b. Syarat-syarat teknis Pekerjaan Pemadam Kebakaran.

13.1.2 Pekerjaan Elektrikal, terdiri dari:


a. Syarat-syarat teknis Pekerjaan Kelistrikan.
b. Syarat-syarat teknis Pekerjaan Penyalur Petir.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 44
BAB XII

Spesifikasi Teknis, Gambar Perencanaan dan Bill Of Quantity ini merupakan


dokumen penawaran yang tidak dapat dipisah-pisahkan atau satu kesatuan,
danapabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukanagar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam
salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi teknis atau bill of quantity saja,
maka Pemborong harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard dan
peraturan yang berlaku.

A. Gambar-Gambar
Gambar-gambar perencanan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terperinci. Semua bagian tersebut walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara detail harus disediakan dan
dipasang oleh Pemborong, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik, benar
dan sesuai standar yang berlaku.
Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan
instalasi yang pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan
kondisi lapangan. Gambar-gambar arsitektur dan struktur/sipil harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail "finishing" dari proyek.
Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar-gambar
kerja dan detail (shop drawing) sebanyak 3 (tiga) set yang harus diajukan
kepada Direksi Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Setiap
shop drawing yang diajukan pemborong dan telah disetujui Direksi Pengawas
Lapangan dianggap bahwa Pemborong telah memahami situasi serta telah
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya. Pemborong harus membuat
catatan yang cermat dari penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) dan 3
(tiga) set lengkap gambar blue print sebagai gambar-gambar sesuai
pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada
Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas (Owner) setelah selesai
pekerjaan.
Dalam hal ada keraguan yang ditimbulkan karena kemungkinan kesalahan
penggambaran atau ketidak sesuaian lainnya, pemborong harus segera
mengajukan pertanyaan tertulis kepada Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi
Tugas, dan Perencana untuk mendapatkan penjelasan masalah tersebut dalam
pelaksanaan baik berupa jenis barang, pemasangan maupun pengujian atau
pengetesan.

B. Koordinasi
Pemborong pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus
bekerja sama dengan Pemborong bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu yang telah
ditentukan. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar
pekerjaan yang satu tidak menghalangi atau menghambat pekerjaan lainnya.

C. Daftar Bahan dan Contoh


RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 45
BAB XII

Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Pemborong
menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila ditunjuk lain
oleh Direksi Pengawas Lapangan, Pemborong diharuskan menyerahkan daftar
dari bahan dan material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 3
(tiga) yang didalamnya tercantum nama dan alamat, katalog dan keterangan
lain yang dianggap perlu oleh Direksi Pengawas Lapangan. Persetujuan oleh
Direksi Pengawas Lapangan akan diberikan atas dasar diatas.
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan dan material yang akan
dipasang kepada Direksi Pengawas Lapangan. Semua biaya yang berkenaan
dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi
tanggungan Pemborong. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang
dimaksud didalam spesifikasi teknis ini, berstandar mutu dan keadaan baru.
Pekerjaan haruslah dilakukan oleh tenaga ahli.
Pemborong diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang dan apabila terdapat keraguan,
Pemborong harus segera menghubungi Direksi Pengawas Lapangan dan
Perencana untuk berkonsultasi.
Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan, yang sebelumnya
tidak dikonsultasikan dengan Direksi Pengawas Lapangan dan Perencana,
apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi Tugas dan perencana.
Penggantian merk bahan dan material dapat dilakukan dengan persetujuan dan
ketentuan dari Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi Tugas dan Perencana.

D. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan dan material, sistem dan lain-lain oleh Pemborong,
Pemberi Tugas (Pemilik) dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun
tuntutan yuridis lainnya. Hal ini Harus menjadi Perhatian dan tanggung jawab
Pemborong.

E. Pengetesan dan Persetujuan


Pemborong harus melakukan semua pengetesan yang dipersyaratkan disini
dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, disaksikan oleh
Direksi Pengawas Lapangan dan Perencana. Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan tanggung
jawab Pemborong. Semua peralatan-peralatan yang sudah dikirim dan
dipasang, harus memenuhi standar dan ketentuan pengetesan dengan benar,
selanjutnya pemborong harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan
dari peralatan-peralatan yang terpasang, disaksikan oleh team Pemberi Tugas,
Direksi Pengawas Lapangan dan Perencana.
Hal ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari
sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik pembuat, harus disediakan oleh
Pemborong. Dan jika sudah ditest dan ternyata memenuhi fungsi-fungsinya
sesuai dengan standar yang berlaku dan ketentuan dari kontrak, maka seluruh
unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada Direksi Pengawas
Lapangan untuk disetujui.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 46
BAB XII

F. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


Peralatan utama harus digaransikan selama 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun
terhitung dari penyerahan kedua. Selama masa garansi, Pemborong diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan-kerusakan dari pada peralatan utama yang
dipasangnya tanpa ada biaya tambahan. Selama masa garansi tersebut,
Pemborong pekerjaan instalasi ini masih harus menyediakan tenaga ahli yang
dapat dihubungi setiap saat.
Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan
bukti dari hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pernyataan benar dan baik
yang ditandatangani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan
tersebut, Direksi Pengawas Lapangan dan melampirkan sertifikat pengujian
yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang. Jika pada masa
garansi tersebut, Pemborong tidak melaksanakan atau tidak memenuhi
teguran-teguran atas perbaikan, penggantian, kekurangan selama masa
garansi, maka Direksi Pengawas Lapangan berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan atau kekurangan tersebut pada pihak lain atas biaya dari Pemborong
yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.
Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Pemborong harus mengadakan
semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut kepada Tenaga
calon-calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
(Owner).
Training tentang pengoperasian dan perawatan tersebut harus lengkap dengan
3 (tiga) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas atau operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan
pemeliharaan.

G. Laporan
Pemborong wajib membuat "Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik
Catatan dan perintah Direksi Pengawas Lapangan yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
2. Hal-hal yang menyangkut masalah:
• Material (masuk atau ditolak)
• Jumlah tenaga kerja
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut
berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu sehingga
menjadi laporan selama 1 (satu) bulan dan rencana pekerjaan minggu depan
dan satu bulan ke depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager
Proyek dan diserahkan pada Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas
untuk diketahui/disetujui.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 47
BAB XII

Pemborong harus menyerahkan Laporan Pengetesan kepada Direksi dalam


rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagi berikut:
1. Hasil pengetesan tahanan isolasi kabel dan pemberian tegangan.
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Direksi Pengawas Lapangan pekerjaan ini.

H. Penanggung Jawab Pelaksana


Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pemborong harus menempatkan
seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman serta
harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak selaku wakil dari
Pemborong dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis,
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instruksi dari
Direksi Pengawas Lapangan.
Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam kerja
dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada saat yang dikehendaki
oleh Direksi Pengawas Lapangan di dalam pelaksanaan harus disampaikan
langsung kepada pihak Pemborng melalui penanggung jawab Pemborong.

I. Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Direksi Pengawas Lapangan. Dalam merubah gambar rencana
tersebut, Pemborong harus menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud
Direksi Pengawas Lapangan dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
Pengajuan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya, harus
diajukan oleh Pemborong kepada Direksi Pengawas Lapangan secara tertulis.
Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang mengakibatkan
pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pengawas
Lapangan.

J. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


Pemborong tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam
rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaan
semula adalah termasuk pekerjaan Pemborong instalasi ini. Pembobokan,
pembongkaran, pengeboran dan sebagainya hanya dapat dilaksanakan setelah
mendapat izin tertulis dari Direksi Pengawas Lapangan.

K. Masa Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
berjangka dan pemeriksaan rutin. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan
routine tersebut, harus dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

L. Kantor Pemborong, Gudang dan Los Kerja


RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 48
BAB XII

Pemborong diperbolehkan membuat ruang kantor, gudang dan los kerja di


halaman tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi
lapangan, penyimpanan barang/bahan serta peralatan kerja dan sebagai
area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar) dimana pelaksanaan tugas
instalasi berlangsung, dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan izin
dari Pemberi Tugas dan Direksi Pengawas Lapangan

M. Penjagaan dan Kebakaran


Pemborong wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat
kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang
tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Pemborong. Pemborong wajib
menyediakan peralatan pemadam kebakaran (pemadam api ringan) yang
diletakkan dalam kantor lapangan dan gudang.

N. Penerangan dan Sumber Daya


Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk
keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
disediakan oleh Pemborong.

O. Kebersihan dan Ketertiban


Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan
tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan
bersih. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik di dalam
gudang maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar
memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari
bagian lain.
Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan di keluarkan oleh Direksi
Pengawas Lapangan pada waktu pelaksanaan.

P. Kecelakaan dan Peti PPPK


Terjadinya kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini,
maka Pemborong diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departemen yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini
polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap,
guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan harus selalu ada di
tempat pekerjaan.

Q. Bagan Penyelenggara dari Pemborong


Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Pemborong harus
diserahkan kepada penyelenggara dengan kualifikasi ahli, berpengalaman dan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 49
BAB XII

mempunyai wewenang penuh untuk mengambil keputusan. Site Manager harus


berada ditempat pekerjaan selama jam-jam kerja dan setiap saat yang
diperlukan Pemberi Tugas dan Direksi Pengawas Lapangan. Site Manager
mewakili Pemborong ditempat pekerja dapat bertindak penuh kepada Direksi
Pengawas Lapangan. Petunjuk dan perintah Direksi Pengawas Lapangan
didalam pelaksanaan, disampaikan langsung kepada Site Manager wakil
Pemborong, sebagai penanggung jawab di lapangan.
Pemborong diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat terhadap semua
pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar terhadap
peraturan umum mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak wajar,
melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan pekerjaan, harus
segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah pengawas harian. Bila
Pemborong lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai dengan yang dimaksud
dalam pasal denda.

R. Pengawasan
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan
oleh Direksi Pengawas Lapangan dan Staff-nya. Pada setiap saat Direksi
Pengawas Lapangan atau petugas-petugas/staff harus dapat mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan serta
Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Bagian-
bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi luput dari pengamatan Direksi
Pengawas Lapangan dan stafnya adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.
Di tempat pekerjaan, Direksi Pengawas Lapangan menempatkan petugas-
petugas pengawasan yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.

13.2 LINGKUP PEKERJAAN


Spesifikasi teknis ini menjelaskan tentang uraian syarat-syarat teknis dalam hal
penyediaan, pemasangan dan pengujian seluruh lingkup pekerjaan instalasi
Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing yang terdiri dari:
13.2.1 Pekerjaan Mekanikal (Plumbing)
a. Pengurusan ijin dan penyambungan sumber air bersih dari PDAM
daerah setempat.
b. Pengurusan ijin dan penyambungan sumber air bersih dari sumur dalam
maupun dangkal kepada pihak Badan yang berwenang pada daerah
setempat.
c. Pengadaan dan pemasangan pompa sumur dangkal (Jet Pump) dan
Submersible Deep Well Pump air bersih serta pengeboran sumur dalam
dan dangkal untuk sumber air bersih.
d. Pengadaan dan pemasangan peralatan sistem pengolahan air kotor
(Septic Tank) dengan Biotech System, sistem pengolahan air bekas
(buangan) dari ruang cuci dengan Neutralizing Tank dan dari ruang
dapur kotor dengan Grease Trap.
e. Pengadaan dan pemasangan sistem penyaluran dan penampungan air
hujan dengan sumur resapan dan saluran/drainase bangunan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 50
BAB XII

f. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, air
bekas, pipa vent dan air hujan lengkap dengan elbow, tee, reduser,
klem, dan accessories lainnya.
g. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh
peralatan plumbing.
h. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang
terpasang.

13.2.2 Pekerjaan Elektrikal (Kelistrikan)


a. Pengurusan dan penyambungan daya listrik PLN Sistem TM/TM. 20
kVolt ke pihak PLN daerah setempat.
b. Pengurusan dan penyambungan daya listrik PLN Sistem TR/TR
400/230 Volt ke pihak PLN daerah setempat.
c. Pengadaan dan pemasangan panel utama tegangan menengah (TM)
lengkap dengan komponen-komponen panelnya.
d. Pengadaan dan pemasangan Transformator Stap-Up 20 kV/400 V, 50
Hz lengkap dengan komponen pengamanannya.
e. Pengadaan dan pemasangan seluruh type dan ukuran kabel tegangan
menengah 20 kV.
f. Pengadaan dan pemasangan seluruh panel-panel tegangan rendah
lengkap dengan komponen-komponen panelnya.
g. Pengadaan dan pemasangan seluruh type dan ukuran kabel tegangan
rendah 400/230 V.
h. Pengadaan dan pemasangan sistem pembumian pengaman lengkap
dengan bak kontrol dan elektroda pembumian.
i. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dalam dan
luar serta stop kontak lengkap dengan kabel instalasi, isolasi
penyambungan kabel, pipa pelindung kabel, junction box, kotak saklar
dan stop kontak, dan accessories lainnya.
j. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis lampu penerangan, saklar,
dan stop kontak.
k. Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik untuk AC dan Fan.
l. Pengetesan dan pengujian seluruh instalasi kelistrikan yang terpasang.

13.2.3 Pekerjaan Penyalur Petir


a. Pengadaan dan pemasangan Unit Splizen (Air Terminal) penyalur petir
sistem elektrostatis.
b. Pengadaan dan pemasangan tiang penyanggah air terminal penyalur
petir.
c. Pengadaan dan pemasangan instalasi penyalur petir dan system
pentanahan penangkal petir lengkap dengan bak kontrol, alat ukur dan
elektroda pentanahan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 51
BAB XII

d. Pengetesan dan pengujian seluruh instalasi penyalur petir system


elektrostatis dan sistem conventional (sangkar faraday).

13.3 PESERTA PELELANGAN


Peserta pelelangan adalah badan hukum yang bergerak di bidang pemborong
bangunan rumah tinggal serta terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu Provinsi dan
memiliki Tanda Daftar Rekanan yang masih berlaku serta memenuhi persyaratan
yang ditentukan oleh Pemberi Tugas, adapun persyaratan lainnya adalah:
a. Berdomisili di wilayah setempat dan sekitarnya.
b. Mempunyai Pas Kerja PLN (Sikka Golongan A) dan Pas PAM-wilayah yang
masih berlaku.
c. Mempunyai tenaga pelaksana yang berpengalaman.
d. Mempunyai pengalaman dalam pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing
yang dinyatakan dengan referensi dan mampu berperan sebagai patner dari
pemborong utama (pekerjaan Sipil).
e. Membuat Time Schedule pelaksanaan pekerjaan MEP.
f. Mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.

13.4 PROSEDUR PELAKSANAAN


Syarat-syarat pelaksanaan antara lain:
a. Pemborong pekerjaan MEP dalam bangunan ini harus mempertanggung
jawabkan pekerjaan secara teknis dan instalasi kepada pimpinan proyek.
b. Pemborong harus dapat menerima dan menyetujui gambar instalasi yang
diberikan oleh perencana.
c. Pemborong harus menempatkan tenaga ahli di lapangan, agar setiap waktu
dapat memberikan penjelasan dengan pimpinan proyek.
d. Pemborong harus membuat gambar kerja yang mengacu pada gambar
perencanaan dan disetujui pemberi tugas serta disahkan pimpinan proyek.
e. Pemborong harus mengadakan pengujian seluruh pekerjaan instalasi
Mekanikal dan Elektrikal yang disaksikan oleh pemberi tugas.
f. Pekerjaan instalasi MEP dinyatakan selesai bila pihak pemborong telah - 102 -
menyatakan:
• Surat hasil pengetesan dan pengujian instalasi.
• Telah mendapatkan surat keterangan dari pimpinan proyek, yang
menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai 100%.
• Menyerahkan gambar As Buil Drawing sebanyak 3 (tiga) set yang telah
diketahui Perencana, Pemberi Tugas dan disahkan Direksi Pengawas
Lapangan.
• Seluruh material pada Pekerjaan MEP harus mempunyai purna jual yang
terjamin dan garansi minimal 9 (sembilan) bulan sampai dengan 1 (satu)
tahun.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 52
BAB XII

g. Kerusakan material sebelum penyerahan kedua menjadi tanggung jawab


pemborong.
h. Pemborong harus melaksanakan masa pemeliharaan selama 3 s/d 6 bulan.

13.5 SYARAT-SYARAT TEKNIS


13.5.1 Uraian Umum
1. Pemborong harus menyerahkan daftar dan contoh material kepada
pemberi tugas dan pimpinan proyek untuk mendapatkan persetujuan.
2. Semua material harus baru dan bila terjadi kerusakan pada material
tersebut pada saat pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus
mengganti dengan yang baru.
3. Penggantian merk dari material dapat dilakukan dengan persetujuan
dan ketentuan dari pemberi tugas dan pimpinan proyek.
4. Pengajuan gambar kerja dari pemborong harus dilakukan sebelum
pekerjaan dilaksanakan.

13.5.2 Uraian Teknis Pekerjaan Mekanikal (Plumbing)


A. Sistem
1. Air Bersih
Sumber air bersih untuk proyek ini berasal dari sumber air tanah atau
Sumur dalam sebagai sumber air utama dan cadangan. Air bersih yang
berasal dari sumur dalam dan sumur dangkal di sambungkan langsung
ke Ground Water Reservoir Tank (GWR).
Supply air bersih dari sumur dalam menggunakan Submersible Deep
Well Pump (SDWP) dan dari sumur dangkal menggunakan Jet Pump.
Pengontrolan penggunaan air bersih dari SDWP atau jet pump maupun
PDAM dengan gate valve + pelampung (WLC, water level control) dan
ditambah check valve.
Selanjutnya dari Water Reservoir Tank, air bersih dengan pompa
penguat (Booster Pump) secara sistem tangki tekanan (Hydrophor)
otomatis disalurkan ke seluruh Toilet yang ada pada lantai bangunan
hingga siram taman. Supply air bersih dari pompa penguat (Booster
Pump) sebelum dialirkan akan difilterisasi terlebih dahulu dengan Sand
Filter dan Carbon Filter. Untuk menentukan kenyamanan bagi
pemakainya, tekanan air pada seluruh unit fixture harus memenuhi
syarat-syarat tekanan air yang ada dalam buku PPI Tahun 1979. Untuk
sumber air tanah telah terjamin kualitas/mutu airnya yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorim PT.Sucofindo atau
yang tunjuk oleh Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas
(Owner).

2. Air Kotor dan Air Bekas


Buangan air dari wastafel atau lavatory dan floor drain disebut dengan
air bekas dan buangan air dari water closed dan urinal disebut dengan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 53
BAB XII

air kotor. Air buangan dari wastafel dan floor drain dipisah dengan
buangan air dari water closed, untuk itu digunakan 2 (dua) pipa tegak
dan mendatar untuk melayani dan mengalirkan kedua jenis air buangan
tersebut. Air bekas yang berasal dari wastafel dan floor drain akan
dialirkan langsung ke drainage bangunan, sedangkan buangan air dari
kitchen (dapur kotor) dan ruang cuci pakaian akan dialirkan masing-
masing ke bak penampungan yaitu Grease Trap dan Neutralizing Tank
untuk disaring atau difilter (jika diperlukan) yang selanjunya dialirkan ke
drainage/saluran bangunan. Air kotor yang berasal dari water closed &
urinal pada seluruh lantai bangunan akan dialirkan ke septic tank
dengan pengolahan limbah Biotech System dan selanjutnya dapat
dialirkan ke drainage bangunan.

3. Air Hujan
Air hujan yang berasal dari atap bangunan disalurkan melalui beberapa
pipa tegak sampai dibawah lantai satu langsung disalurkan ke drainage
bangunan dan sedangkan untuk atap bangunan lainnya, air hujan jatuh
bebas langsung dialirkan ke drainage/saluran bangunan.
Selanjutnya air buangan yang berada pada seluruh saluran bangunan
sebelum dialirkan ke drainage/saluran kota terdekat, harus dialirkan ke
sumur resapan, yakni untuk mengurangi limpahan yang sangat
berlebihan atau banjir sekaligus untuk menambah potensi air tanah.
Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan, yaitu sebagian air hujan
ditampung dalam tanki air hujan yang selanjutnya akan difilterisasi
(disaring) dengan menggunakan pompa transfer melalui sand filter tank
dan karbon filter untuk disalurkan ke Water Reservoir Tank (WRT).
Sedangkan limpahan dari tanki air hujan akan dialirkan ke drainage
bangunan terdekat.

B. Persyaratan Bahan
1. Pipa Air Bersih
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air bersih yang
digunakan untuk pemipaan pompa utama air bersih dan pemipaan
distribusi air bersih yaitu pipa baja galvanizer (Galvanized Steel
pipe/GIP) medium yang tahan terhadap tekanan maksimum 50 Kg/Cm2,
toleransi tebal (sedang) ± 10%, toleransi diameter luar ± 1% dan harus
sesuai dengan standar BS 1387/67, SNI 07 0039- 87, SNI 0161.81.
Seluruh sambungan pipa GIP harus dilas metal dengan penguat yang
berupa pelana kuda (Saddle).
Produksi : Setara PPI, Bakrie, Bumi Kaya, KHI, Spindo.

2. Pipa Air Bersih, Air Kotor, Air Bekas, Air Hujan dan Vent
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air bersih pada
pemipaan dari Water Reservoir Tank (WRT) ke toilet bangunan menuju
unit fixture toilet dan dari Flow Meter PDAM, harus menggunakan pipa
PVC AW yang tahan terhadap tekanan 10 Kg/cm.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 54
BAB XII

Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air kotor, air bekas
dan air hujan pada pemipaan dari seluruh toilet dan atap bangunan
menuju septic tank (STP-Biotech System), saluran/drainage bangunan,
harus menggunakan pipa PVC AW yang tahan terhadap tekanan 10
Kg/cm.
Sesuai dengan standard SNI-06-0084-1987 dan SII 0344-82.
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa vent pada
pemipaan dari seluruh water closed, urinal, wastafel/Lavatory dan
kitchen seluruh bangunan, harus menggunakan pipa PVC D yang tahan
terhadap tekanan 8 Kg/cm. Sesuai dengan standard JIS K 6741, SNI-
06-0084-1987.
Semua peralatan bantu pipa PVC-AW dan PVC-D seperti fitting, elbow
45, reduser (type Concentric), male adapter, tee 45 (Tee Y) dan lainnya
harus dari bahan yang sama dengan pipa yang digunakan, yang mana
sambungan pipa PVC AW berdiameter dibawah 4 cm digunakan perekat
(lem) sedangkan yang berdiameter diatas 4 cm digunakan rubber ring
joint.
Bentuk dan bahan untuk peralatan unit fixture seperti: kran air dinding,
floor drain, clean out, roof drain, water closed, wastafel dan lain-lain,
harus mengikuti desain dari interior ruang toilet.
Produksi : Setara Rucika, Pralon, Wavin, Super Intilon.

3. Fire Extinguiser System (Pemadam Api Ringan/PAR)


Fire extinguiser system (PAR) adalah jenis portable dalam mengatasi
kebakaran yang harus disediakan pada areal atau ruang tertentu.
PAR yang harus digunakan dari bahan serbuk kimia multipurpose dry
chemical (ABC Fire) yakni NH4H2PO4, tabung dari bahan iron stell,
memiliki pressure 20 Kg/Cm2 dan ditempatkan dalam kotak panel
terpasang didinding.
Produksi : Setara Yamato, Appindo, Chuub.

13.5.3 Uraian Teknis Pekerjaan Elektrikal


Instalasi Kelistrikan
A. Sistem
Sumber daya listrik berasal dari penyambungan sumber daya listrik utama
PLN dengan sistem tegangan TR 380V, 50 Hz.

B. Bahan dan Material


1. Kabel Tegangan Menengah
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa Kabel distribusi
tegangan menengah 20 kV adalah jenis N2XSEFGbY - 24 kVolt untuk
pemasangan didalam tanah dan N2XSY - 24 kVolt untuk pemasangan di
pit trench cable dan di rak kabel (udara) harus telah memenuhi
persyaratan, SPLN 43-5;1986, IEC 502-1983, PUIL-2000, LMK, PLN.
Produksi : Setara Supreme, Kabelindo, Kabelmetal.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 55
BAB XII

2. Panel Tegangan Rendah


Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa Box panel listrik ada 3
jenis, yaitu jenis pemasangan didinding (wall mounted enclosure), jenis
pemasangan dilantai (standing mounted enclosed) yang kontruksinya
dari plat baja dengan tebal plat 2 mm dan dicat oven, IP 55 dan jenis
inbow waterproof (PVC High Impact) dengan pintu transparan, IP 54
serta memenuhi persyaratan PUIL-2000, LMK, PLN.
Produksi : Setara Simetri, OniPanel, JapaPanel, SIER, Hager, Hansel.

3. Kabel Tegangan Rendah


Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa Kabel distribusi
tegangan rendah adalah jenis NYFGbY - 0.6/1 kVolt untuk pemasangan
di-dalam tanah dan NYY - 0.6/1 kVolt untuk pemasangan di atas plafon
(udara) harus telah memenuhi persyaratan SNI 04-2701-1992, SPLN
43-1 198, PUIL- 2000, LMK, PLN.
Produksi : Setara Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Voksel.

4. Komponen Panel
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa komponen panel utama
banyak ragamnya, antara lain:
a. Pemutus tenaga MCCB, 3 phasa, 45 kA, 36 kA, 25 kA, dan 18 kA,
pemutus tenaga mini MCB, 3 phasa, 15 kA, 10 kA, dan 8 kA, MCB 1
phasa, 8 kA dan 5 kA yang telah memenuhi persyaratan SPLN
108/SLI 175/IEC 989, dan IEC 947-2, LMK, PLN.
Produksi : Setara Terasaki, Merlin Gerin, AEG, ABB.

b. Automatic Tranfer Switch (ATS) atau sistem tukar (Interloc). Satu


pelat dudukan sehingga lebih menjamin aspek keamanan dan lebih
mudah dalam pemasangan. Kedua pemutus tenaga (MCCB, 4 pole,
50 kA) dilengkapi mekanisme motor yang sama sehingga bisa
beroperasi secara otomatis dan system interlok mekanis dan
elektris mencegah kedua pemutus tenaga menutup secara serentak
walaupun hanya sesaat, dan memenuhi standar LMK.
Produksi : Setara Terasaki, Merlin, AEG, ABB

c. Fuse Links dari jenis HRC Fuse/phasa, 100 kA dengan rating


voltage 500/660 Volt lengkap dengan solid links (dudukan HRC
fuse) dengan rating current 1 step diatas rating current HRC Fuse
serta harus memeliki alat pencabut HRC Fuse (Fuse Handle)
standard SFS 2371, dimana semuanya sesuai dengan standar IEC
269-1, IEC 32 B, PUIL- 2000, LMK.
Produksi : Setara Stomberg, AEG, ABB, Littelfuse.

d. Kapasitor Bank Kapasitor harus dari jenis Self Healing Dry Type,
yaitu jenis kering (Metallized Polypropylene Film) yang bisa
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 56
BAB XII

memperbaiki kerusakan sendiri dan memiliki ketentuan-ketentuan,


antara lain:
• Rating Voltage : 525 Volt, pada sistem 400 (NO Load).
• Sistem Koneksi : 3 phasa, Delta.
• Rating Frequency : 50 Hz.
• Toleransi kapasitas : - 5 % s/d + 10 %.
• Tingkat Insulasi : 3 kV (power frequency) & 15 kV(Impulse).
• Temperatur category : -40 C s/d 50 C.
• Discharge time to 50 V : < 60 detik.
• Losses at + 20 C : < 0,5 W/kVar.
• Protection class : IP 42.
• Continuous over Voltage : 10 % (1,1 x Un).
• Continuous over current : 30 % (1,3 x In).
• Harus memenuhi standar IEC 831-1, IEC 831-2 (1996), PUIL-2000,
LMK.
Produksi : Setara Nokian.

e. Blocking Reactor (Detuned Filter)


Blocking reactor harus dari material kumparan tembaga jenis
Polyeter Resin yang pencetakannya dalam keadaan Vakum dan
tekanan tinggi dengan thermal resistance 150 C, digunakan untuk
melindungi kapasitor bank dari kerusakan akibat kelebihan
tegangan atau gelombang arus Harmonic yang terlalu tinggi dan
dalam menghindari resonansi serta menurunkan presentasi
harmonic pada jaringan listrik. Ketentuanketentuan lainnya yang
harus dipenuhi, antara lain:
• Rating Voltage : 400 Volt.
• Rating Frequency : 50 Hz.
• Detuning factor : 7 %.
• Separate source test : 3 kV – 1 min.
• Ambient temperature : 40 C.
• Inductance of the reactor : 3 % tuning accuracy.
• Protection class : IP 23.
• Harmonic load : UH3 = 0,5 & UH5 = UH7 = 5 % Based on Un.
• Insulation class : T 40.
• Harus memenuhi standar IEC 76/3, VDE 0532831-2, PUIL-2000,
LMK.
Produksi : Setara Nokian.

f. Automatic Power Factor Regulator (APFR)


APFR untuk mengatur step kapasitor secara otomatis yang
menggunakan teknologi digital (Microprocessor) yang dipasang
langsung pada panel atau rel DIN, koneksi (penyambungan) antar
phasa atau phasa – netral yang memiliki ketentuan-ketentuan
sebagai berikut ;
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 57
BAB XII

• Rating Voltage : 230/400 Volt.


• Rating Frequency : 50 Hz 2 % automatic selection.
• Current transformer (CT) : 5A, 0,7 VA.
• Accuracy class : 1,5 %.
• Ambient temperature : 0 C s/d 40 C.
• Protection class : IP 40 (pada panel) & IP 20 (pada rel DIN).
• Jumlah step automatic : 6 Step.
• Kontrol & Proteksi : 6 jenis alarm, yaitu factor daya rendah, factor
daya terlalu kapasitif atau induktif, kelebihan atau kekurangan
tegangan, kelebihan arus, temperature terlalu tinggi, dan
sebagainya.
• Operational sequence : 4 Program regulasi
• Harus memenuhi standar EN 50082-2 & EN 50081-2 EMC, PUIL-
2000, LMK.
Produksi : Setara Nokian.

g. Relay Pengaman yang digunakan antara lain:


• Earth Fault Relay (Rele arus bocor bumi), proteksi terhadap kontak
langsung, tidak langsung dan api, tegangan kerja 220 V, 50 Hz,
sensitivitas arus sebesar 0,003 s/d 0,3 A, tunda waktu selama 0 s/d
1 detik, suhu operasi sebesar -10 s/d 50
• Short Circuit Relay (Rele arus hubung singkat), proteksi terhadap
arus hubungan singkat atau akibat adanya variasi terhadap arus
yang semestinya, tegangan kerja 220 V, 50 Hz, kontak keluaran 10
A (power faktor = 1), tunda waktu selama 0,2 detik, suhu operasi
sebesar -10 s/d 50 C.
• Under and Over Voltage Relay (Rele turun dan naiknya tegangan),
proteksi terhadap turunnya dan naiknya tegangan yang semestinya
pada sistem tak stabil, tegangan kerja 220 V, 50Hz, sensitivitas
tegangan sebesar 15% dari tegangan kerja, tunda waktu selama
0,3 detik, suhu operasi sebesar -10 s/d 50 C.
• Fase Fault Relay (rele kesalahan phasa), proteksi terhadap
kehilangan salah satu phasa, kesalahan urutan phasa dan
ketidakseimbangan beban antar ketiga phasa terlalu besar,
tegangan kerja 220 V, 50 Hz, kontak keluaran 10 A (power faktor =
1), tunda waktu 1 detik, suhu operasi sebesar -10 s/d 50 C.
• Relay Kontrol Tegangan, pengamanan peralatan pada instalasi
terhadap tegangan yang semestinya pada system tak stabil,
mengaktifkan pengisian batere bila tegangan jatuh di bawah
ambang batas, tegangan kerja 220 V, 50 Hz, sensitivitas tegangan
sebesar 10% dari tegangan kerja, waktu tanggapan selama 200 mili
detik, suhu operasi sebesar -5 s/d 55 C.
• Relay Kontrol Arus, pengamanan peralatan pada instalasi listrik
akibat adanya variasi terhadap arus yang semestinya, dipasang
sebagai tambahan terhadap system control dengan kontak
keluaran 8 A (Cos fi= 1) 250 V, tegangan kerja 220 V, 50 Hz,
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 58
BAB XII

sensitivitas tegangan sebesar 10% dari tegangan kerja, waktu


tanggapan selama 200 mili detik, suhu operasi sebesar -5 s/d 55 C.
• Reverse Power Relay (Rele daya balik), proteksi terhadap adanya
daya balik baik dari sumber utama (PLN) maupun sumber
cadangan diesel genset sehingga kedua sumber tidak boleh
terinterkoneksi walaupun sesaat. Relay-relay pengaman harus
sesuai dengan standar PUIL- 2000, LMK dan IEC.
Produksi : Setara Merlin Gerin, AEG, Omron.

h. Peralatan Kontrol
• Kontrol Stater Motor, untuk kapasitas dibawah 5.000 Watt harus
menggunakan sistem Direct On Line (DOL) yang terdiri dari tiga
komponen, yakni Breaker, Contactor, Thermal Overload dengan
sirkit kontrol tegangan 230 V, 50 Hz dan dilengkapi dengan tombol
tekan ON-OFF, lampu tanda untuk start, stop dan fault/kesalahan.
• Kontrol Stater Motor, untuk kapasitas diatas 5.000 Watt harus
menggunakan sistem Star Delta yang terdiri dari tiga komponen,
yakni Breaker, Star Contactor, Delta Contactor, Line Contaktor
lengkap dengan kontak blok tunda waktu, Thermal Overload
dengan sirkit kontrol tegangan 230 V, 50 Hz dan dilengkapi dengan
tombol tekan ON-OFF, lampu tanda untuk start, stop dan
fault/kesalahan.
• Voltmeter Cam Switch (Saklar Voltmeter) 7 (tujuh) posisi dengan
arus thermal 12 A, tegangan kerja 230 V, 50 Hz,
• Ammeter Cam Switch (Saklar Ammeter) 4 (empat) posisi dengan
arus thermal 12 A, tegangan kerja 230 V, 50 Hz.
• Change Over Cam Switch (Saklar Alih) 3 (tiga) posisi (Manual,
OFF, Outo) dengan arus thermal 20 A, teganga kerja 230 V, 50 Hz.
• Pushbutton (Tombol Tekan) dengan bentuk bundar sring return,
type flush dengan posisi NO, berwarna merah untu stop dan
berwarna hijau untuk start.
• Emergency Pushbutton dengan bentuk bundar latching key release
dia.40 mm dengan posisi NC, berwarna merah.
• Lampu Tanda lengkap dengan lampu type protected Led, tegangan
kerja 230 V, 50 Hz, dengan penutup plastic berwarna putih, Hijau,
Merah, kuning dan biru.
• Peralatan kontrol harus sesuai dengan standar PUIL-2000, LMK
dan IEC.
Produksi : Setara Merlin Gerin, AEG, ABB, Siemens.

i. Unit Lightning Arrester R,S,T - phase & Netral, 100 kA, 40kA dan
15kA, 400 V untuk tegangan rendah, harus memenuhi persyaratan
DIN VDE 0675 part6 LMK, PLN. Produksi : Setara Phoenix Contect,
OBO Bettermann, Merlin Gerin.

j. Meter Pengukur
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 59
BAB XII

• Volt Meter (Pengukur tegangan listrik), kapasitas 1,2 x In continue,


kelas 1,5, skala 0-500V, ukuran 144x144 atau 96x96, ketelitian
1,5%, suhu operasi -10 s/d 50 C.
• Amper Meter (Pengukur arus listrik), kapasitas 1,2 x In continue,
kelas 1,5, skala 0-500A, ukuran 144x144 atau 96x96, ketelitian
1,5%, suhu operasi -10 s/d 50 C.
• Frekwensi Meter, Cos Phi Meter, dan lainnya harus berukuran
144x144 atau 96x96, ketelitian 1,5%, kelas 1,5, suhu operasi -10
s/d 50 C.
• Kilo Watt Meter (kWh-Meter) dari jenis 1 phase dan 3 phase harus
sesuai dengan data teknis PLN dan LMK. Meter-meter pengukur
sesuai dengan standar LMK, IEC 51.
Produksi : Setara Schlumberge, AEG.

k. Busbar dan sepatu kabel serta perekatnya (Mur dan Baut) adalah
jenis tembaga dengan konduktifitasnya sebesar 99,99% yang
dilengkapi dengan warna phasa, netral dan pembumian sesuai
persyaratan BS 1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell, Voksel.

5. Instalasi Listrik (Penerangan, Stop Kontak, Unit AC, dan lain-lain)


a. Kabel instalasi listrik adalah jenis NYM 3 core 500 Volt untuk 1
phasa yang telah memenuhi persyaratan SII 0209-78, VDE 0250,
LMK, PLN.
Produksi : Setara Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Voksel.
b. Pipa dan fleksibel conduite pelindung kabel instalasi listrik dan
accessories lainnya adalah jenis PVC high impac yang telah
memenuhi persyaratan BS 6099, BS 4607, LMK, PLN.
Produksi : Setara EGA, Waler, Marshall Tuplex.

6. Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian adalah dari bahan tembaga pejal dengan
konduktifitasnya sebesar 99,99% yang telah memenuhi standard BS
1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell.

7. Saklar dan Stop Kontak


a. Saklar memiliki rating voltage 250 V, 10 A type rocker dengan jenis
single gang, double gang maupun multiple gang.
b. Stop kontak 1 phasa normal memiliki rating voltage 250 V, 16 A dan
stop kontak 1 phasa khusus dilengkapi saklar dan lampu tanda
memiliki rating voltage 250 V, 13 A.
Saklar dan stop kontak tersebut diatas harus memenuhi
persyaratan IEC, SPLN, LMK dan harus dilengkapi dengan box dari
bahan metal anti karat atau mouled plastic.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 60
BAB XII

Produksi : Setara MK, Legrand.

8. Armatus Lampu dan Komponen Lampu


a. Armatur lampu memiliki plate minimum 0.7 mm dicat dasar anti
karat dan dicat oven warna putih untuk jenis recessed mounted TL
1 x 36 W atau 2 x 36 W type TKI maupun type balok, down light
dengan lampu PLC 18 W, dan Down light halogen 50 W/12 V,
dimana harus mempunyai terminal pembumian, ventilasi
didalammnya cukup baik dan reflector terbuat dari bahan
alumunium silicon alloy dengan derajat pemantulan yang sangat
baik. Produksi : Setara Artolite, OniLigt, Phillips.
b. Komponen lampu, yaitu Ballast dari type Low loss dan digunakan
untuk satu lampu floerescent (Neon) yang terpasang kokoh pada
armatur.
c. Capasitor harus dari jenis metalized paper dengan maksimum
temperatir 85 C, 250 V, 50 Hz, toleransi 10% serta dilengkapi
dengan Stater socket dari jenis polycarbonate dan Staternya dari
jenis ES Porceliain lamp holders.
Produksi : Setara Phillips, Atco, BJB.

Instalasi Penangkal Petir


A. Sistem
Sistem penangkal petir menggunakan sistem elektrostatis non radio aktif
yang prinsip kerjanya adalah menarik energi medan listrik di atmosfir yang
meningkat dengan cepat pada saat terjadi petir, pengumpulan energi ini
terlebih dahulu diakumulasikan dan kemudian dibebaskan pada waktu yang
telah ditentukan untuk menciptakan ionisasi dengan loncatan muatan
disekitar batang penerima (Ait Terminal/Splizen) penangkal petir.
Pelepasan medan ionisasi keawan akan dapat (mampu) menimbulkan
perbedaan potensial antara awan dan permukaan tanah (bumi), sehingga
arus muatan pada tingkat yang paling rendah akan dapat mengalir secara
terus menerus ke tanah melalui penghantar menuju elektroda pembumian
yang tersendiri. Hal tersebut akan memungkinkan terjadinya sambaran petir
berkurang dan daya tarik muatan terhadap muatan awan terkonsentrasi
pada titik sambaran air terminal saja.

B. Bahan dan Material


1. Air Terminal (Splizen)
Air terminal atau splizen untuk sistem elektrostatis adalah jenis Non
Radio Aktif dan harus sesuai dengan standard IEC 1024-1, LMK, PLN.
Produksi : Setara Prevectron, Ese Tech. Apollo, Zeus, Kurn.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 61
BAB XII

2. Batang Peninggi (Penyanggah Air Terminal)


Batang peninggi untuk air terminal adalah tiang tembaga pejal
berdiameter 100 mm dengan tinggi 24 meter telah memenuhi standard
BS 1977, LMK, PLN.
Produksi : Setara PPI, Bakrie.

3. Kabel Penghantar
Kabel penghantar untuk instalasi penangkal petir adalah jenis NYY 0.6/1
kV yang telah memenuhi persyaratan LMK, PLN.
Produksi : Setara Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Voksel.

4. Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian dari bahan tembaga pejal yang telah memenuhi
standard BS 1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell.

13.6 OUTLINE SPECK PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN


PLUMBING
13.6.1 Pekerjaan Mekanikal dan Plumbing
A. Instalasi Plumbing – (Produk/Merek harus Setara)
• Pengolahan limbah air kotor : Bio-Master, Bio-Primatec.
• Pompa air bersih : Grundfos, Landini, Matra, Bombas Ideal, EQual.
• Pipa utama di ruang pompa : PPI, Bakrie, Bumi Kaya, KHI, Spindo.
• Pipa Plumbing : Rucika, Pralon, Wavin, Super Intilon,Super
Swallow.
• Peralatan pengaturan air bersih (10 bar) : Toyo, Mizu, Astam, Kitz.

B. Instalasi Pemadam Kebakaran – (Produk/Merek harus Setara)


• Pemadam api ringan (PAR) : Yamato, Appindo, Chuub.

13.6.2 Pekerjaan Elektrikal


A. Instalasi Listrik (Arus Kuat) – (Produk/Merek harus Setara)
• Panel tegangan rendah : Simetri, OniPanel, JapaPanel, Hager,
Hansel.
• Kabel 1 kVolt : Supreme, Jembo Cable, Kabelindo, Kabelmetal,
Voksel.
• Rak kabel : OniRack, Metosu, Nobi.
• Komponen Panel TR : Terasaki, Merlin Gerin, AEG, ABB.
• Relay Pengaman : Merlin Gerin, AEG, Omron.
• Lightning arrester : OBO B., Phonic Contec, MG.
• Unit Instrument : Schlumberge, AEG, Crompton, Fuji Electric,
Circutor, unibell.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 62
BAB XII

• Peralatan pembumian pengaman : Catu, Unibell.


• Pipa pelindung kabel : EGA, Waler, Marshall Tuplex.
• Unit saklar dan stop kontak : MK, Legrand.
• Armatur lampu : OniLight, Metosu, Phillips.
• Unit alat lampu : Phillips, Atco, BJB.
• Kapasitor bank : Nokian, Merlin Gerin.
• Kabel kontrol : BICC Brand-Rex, Avaya.

B. Pekerjaan Instalasi Penyalur Petir – (Produk/Merek harus Setara)


• Air terminal system elektrostatis : Prevectron, Ese Tech. Apollo,
Zeus, Kurn. Kabel 1 kVolt : Supreme, Jembo Cable, Kabelindo,
Kabelmetal, Voksel.
• Lightning counter : Prevectron, OBO Bettermann, Phonic Contec.
• Peralatan pembumian pengaman : Catu, Unibell.
• Pipa pelindung kabel : EGA, Waler, Marshall Tuplex.

PASAL 14 : PERATURAN PENUTUP.

14.1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian
bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan
oleh Pemborong dan tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, maka pekerjaan tersebut diatas
tetap dianggap ada dan dimuat dalam Bestek ini.

14.2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan


pembangunan ini, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam
Bestek ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh
Pemborong, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu
diuraikan dan dimuat dalam Bestek ini, untuk menuju
kepenyerahan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.

You might also like