Professional Documents
Culture Documents
BAB XII
BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS
Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan
dilelangkan, dengan ketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
A. KETENTUAN UMUM
DAFTAR ISI
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS
3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
4. IZIN BANGUNAN
5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL
KERJA/GUDANG
6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
9. KEAMANAN PROYEK
10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 3
BAB XII
A. KETENTUAN UMUM
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini maka akan berlaku dan tambahannya, yaitu:
a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun
1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan
Teknik Bangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970/NI – 18.
d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
e. Peraturan yang dikeluarkan oleh jabatan/instansi pemerintah setempat, yang
berkaitan dangan pelaksanaan bangunan.
4. IZIN BANGUNAN
4.1. Setelah Surat Pemerintah Mulai Kerja (SPMK) di keluarkan, maka izin
bangunan dan izin lainnya akan di urus oleh Pemberi Tugas, namun
pelaksanaan dan pembiayaannya di tanggung oleh Kontraktor.
4.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukan kepada
Konsultan Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin
bangunan tersebut sedang diproses.
4.3. Tanpa ada izin bangunan dari Instalasi yang berwenang, maka kontraktor tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar
lingkungan proyek.
4.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan
persyaratan yang berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling
lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan.
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
8.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli
dibidang pekerjaannya masing-masing, seperti tukang pancang, tukang besi,
tukang kayu, tukang pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator
mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.
8.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi proyek, maka Pelaksana
harus memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengwas
Lapangan dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas Lapangan maka barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang
besar menurut keperluan Proyek.
8.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan
dengan Konsultan Pengawas.
8.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan proyek, harus tepat
pada waktunya dan kualitasnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh
Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling
lambat 24 jam sesuai surat pernyataan penolakan dikeluarkan.
8.6. Bahan bangunan yang berada di lokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk
pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.7. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan
bangunan agar upaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu
yang disediakan.
8.8. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak
dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.9. Untuk bahan-bahan kayu dan besi menggunakan bahan yang tersedia di
pasaran dengan toleransi ukuran maksimal 10% kecuali ditentukan lain dalam
Bestek.
8.10. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi
lampu merah yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalu
lintas/kecelakaan, atau menurut petunjuk direksi.
9. KEAMANAN PROYEK
9.1. Kontraktor diharuskan menjaga terhadap barang-barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada di lapangan, baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
9.2. Untuk maksud diatas maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari
bahan kayu dan seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin
keamanan.
9.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat, dan hasil
pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 7
BAB XII
DAFTAR ISI
PASAL 1 KEADAAN LAPANGAN
PASAL 2 PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
PASAL 3 PEKERJAAN TANAH, PANCANGAN GALAM
PASAL 4 PEKERJAAN BETON BERTULANG
PASAL 5 PEKERJAAN PASANGAN
PASAL 6 PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN
HARDWARE (PENGGANTUNG)
PASAL 7 PEKERJAAN ALUMINIUM
PASAL 8 PEKERJAAN LANTAI
PASAL 9 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
PASAL 10 PEKERJAAN KACA DAN PENGECATAN DAN
FINISHING LAIN
PASAL 11 PEKERJAAN PENUTUP ATAP
PASAL 12 PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN
PLUMBING
PASAL 13 PEKERJAAN PENUTUP
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 9
BAB XII
3.2 UMUM
Persiapan dan pembersihan daerah yang dikerjakan:
a. Kontraktor berkewajiban melaksanakan seluruh pekerjaan penggalian sesuai
dengan ketentuan, peraturan hukum yang berlaku.
b. Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Pembersihan
harus dilakukan terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan material/
benda-benda lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan
dikerjakan, semuanya harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau
dibuang, dengan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua sisa-
sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput, dan sebagainya, harus
dihilangkan sampai kedalaman 0.30 meter di bawah tanah dasar/permukaan.
c. Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.
d. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk
pekerjaan Pelaksana Pekerjaan dan harus dibuat dari kayu Meranti atau setaraf
setebal 3 cm dengan tiang kaso-kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 sampai 10
cm dengan jarak 2 meter satu sama lain. Pemasangan harus kuat dan
permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpas).
e. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Pelaksana
Pekerjaan
f. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa
pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila
dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.
g. Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang
menyatakan as-as dan atau level peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak
hilang terkena air/hujan.
h. Elevasi Lapangan/kontur harus diasumsikan sesuai dengan gambar topografi
yang ditentukan. Jika timbul keragu-raguan tentang ketepatan elevasi tersebut,
maka elevasi akan ditentukan bersama dengan Manajemen Konstruksi
sebelum pekerjaan dimulai.
i. Semua material galian termasuk batu-batuan harus dibuang keluar lapangan
dan semua biaya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 13
BAB XII
Selama pekerjaan galian semua alat berat, truk dan kendaraan angkut
lain harus dibersihkan pada saat akan meninggalkan pada saat akan
meninggalkan proyek dan Pelaksana Pekerjaan harus mengupayakan
agar kendaraan angkut tidak mengotori jalan.
e. Timbunan
Apabila diperlukan penimbunan, akibat kelalaian atau kesalahan galian
dan lain-lain, maka pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan berikut ini.
Seluruh area yang akan ditimbun harus dibersihkan dari segala kotoran
dan sampah sebelum penimbunan. Material untuk timbunan dapat
menggunakan material hasil galian yang dipilih/ditentukan oleh
Konsultan Pengawas atau dengan mendatangkan material timbunan
dari luar yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Timbunan harus
dikerjakan sampai level, dimensi dan kemiringan yang ditentukan dalam
gambar.
Material timbunan harus dipadatkan secara berlapis-lapis (max 250 mm)
dengan alat-alat kompaksi sehingga mencapai kepadatan tanah yang
ditentukan dibawah ini. Penggunaan alat-alat berat tidak boleh
dipergunakan apabila menurut Konsultan Pengawas hal tersebut dapat
membahayakan pekerjaan lain atau saluran, pipa dan lain-lain.
Pekerjaan timbunan hanya dapat dilaksanakan setelah diinspeksi dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3.4.2 Bahan-Bahan
a. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum 10 cm
padat (setelah disirami, diratakan, dan dipadatkan) di bagian atas dari
urugan bawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi
dangkal harus terdiri dari urugan pasir padat.
b. Di bawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai adalah dari jenis
tanah silty clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 16
BAB XII
yang bisa lapuk serta bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana
ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh lebih besar dari 15 cm.
Pelaksanaan :
a. Ujung atas pancangan galam harus rata dengan elevasi permukaan tanah
setelah digali sesuai ukuran pada gambar rencana. Ujung atas galam harus
berdiameter besar dan tidak boleh pecah serta harus diratakan satu dengan
lainnya.
b. Pengawas / Direksi berhak menolak dan tidak menerima pekerjaan yang tidak
sesuai dengan persyaratan karena kontraktor tidak mengindahkan pasal
tersebut diatas.
4.2 STANDARD
a. PUBI-1982 NI-3 : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
b. Tata Cara Perhitungan struktur beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T-15-
1991-03
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2)
d. Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung SKBI-2.3.53.1987
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5)
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8)
g. ASTM C-150 “Spesification for Fortland Cement”
h. ASTM C-33 “Standard Spesification for Concrete Aggregates”.
i. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
j. Peraturan Bangunan Nasional 1978
k. “American Society for Testingand Material” (ASTM)
l. “American Concrete Institute” (AC)
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan oleh Konsultan Pengawas
n. Peraturan-peraturan yang lain supaya disediakan Pelaksana Pekerjaan di site.
4.3 PENYIMPANAN
4.3.1 Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus
sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
4.3.2 Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak dapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah
diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras). Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan
tangan bebas tanpa alat dan jumlah tidak lebih dari 10% berat. Jika ada
bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka
jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat dan kepada campuran tersebut
diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama. Semuanya
dengan catatan bahwa kualitas beton yang dimunta harus tetap
terjamin.
4.3.3 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing
lainnya misalnya minyak dan lain-lain). Jenis semen dari merek Tiga
Roda, Gresik atau Cibinong dan jenis merek semen yang digunakan
adalah mengikat seluruh pekerjaan.
4.3.4 Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah
menurut jenis dan gradasinya, serta harus beralaskan lantai beton
ringan untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 19
BAB XII
4.4.2 Aggregates
a. Kualitas agregate harus memenuhi syarat PBI-71. Agregate kasar harus
berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous).
Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5% berta kering
b. Dimensi maksimum dari agregate kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak
lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi
yang bersangkutan.
c. Pasar harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam, dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
4.4.3 Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 ppm dan komposisi sulfat
(SO3) tidak boleh melebihi 1000 ppm. Apabila dipandang perlu,
Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pelaksana Pekerjaan supaya
air yang dipakai diperiksa di Laboratorium pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
4.4.5 Admixture
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang
cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture
b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pelaksana Pekerjaan
diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari KONSULTAN
PERENCANA mengenai hal tersebut.
Untuk itu Pelaksana Pekerjaan diharapkan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan,
data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya,
cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu.
4.5.2.8. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.
4.5.3 Penggantian Besi
a. Pelaksana Pekerjaan harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pelaksana Pekerjaan atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka:
• Pelaksana Pekerjaan dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal
ini diberitahukan pada Perencana untuk sekadar informasi.
• Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pelaksana Pekerjaan
sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana.
• Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan
tertulis dari perencana. Mengajukan usul dalm rangka tersebut
diatas adalah merupakan juga keharusan dari Pelaksana
Pekerjaan.
c. Jika Pelaksana Pekerjaan tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan:
• Harus persetujuan Konsultan Pengawas dan Perencana.
• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempatkan
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi
4.5.9 Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan
harus dilakukan secara baik dan teratur.
5.1 SEMEN
Semen untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti semen
yang ditentukan untuk pekerjaan beton, lihat pasal 4.
5.2 PASIR
Pasir untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya dengan pasir yang
ditentukan untuk pekerjaan beton. Pasir laut yang dicuci bersih kualitasnya sesuai
hanya boleh dipakai bila pasir biasa yang sesuai tidak dapat diperoleh sesuai hanya
boleh dipakai bila pasir biasa yang sesuai tidak dapat diperoleh dan hanya setelah
disetujui oleh Pemberi Tugas.
5.3 AIR
Air yang dipakai untuk pekerjaan menembok harus sesuai dengan syarat-syarat
dalam pasal 2.
Jenis Adukan
M1 1 p.c. : 2 pasir
M2 1 p.c. : 4 pasir
5.4.2 Mencampur
Adukan harus dicampur dalam alat tempat mencampur yang telah
disetujui atau dicampur dengan tangan, diatas permukaan yang keras.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 26
BAB XII
f. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plesterannya).
g. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan
memakai spesi air.
h. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaanya diberi alur-alur garis horizontal diketrek (scrath) untuk
memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali
untuk yang menerima cat.
i. Pasangan kepala plesteran dibuat jarak 1 meter, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
j. Plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang
dinyatakan dalam gambar. Tebal plesteran minimum 2,5 cm, jika
ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu
dan daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan
Konsultan Pengawas.
k. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi naat tali air dengan ukuran lebar
0,7 dan didalamnya 0,5 cm kecuali bila ada petunjuk lain didalam
gambar.
l. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 meter. Jika
melebihi Pelaksana Pekerjaan berkewajiban memperbaiki dengan biaya
atas tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
m. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik matahari lansung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
cepat.
n. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dapat
dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Pelaksana Pekerjaan
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2
kali setiap hari.
o. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish,
Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara dan menjaganya terhadap
kerusakan-kerusakan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan dan wajib
diperbaiki.
p. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih 2 minggu.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 28
BAB XII
7.2.8. Accessories.
Sekrup dan stainless steel galvanized kepala tertanam, weather
strip vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 31
BAB XII
7. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan
7.3.1. Sebelum memulai pelaksanaan Pelaksanan Kerja diwajibkan
meneliti gambar-gambar dan kondisi dilapangan,ukuran dan peil
lubang dalam membuat contoh jadi untuk semua detail sambungan
dan profil alumunium yang berhubungan dengan system konstruksi
bahan lain.
7.3.2. Prioritas proses fabrikasi harus sudah siap sebelum pekerjaan
dimulai dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan
petunjuk perencana/MK meliputi gambar denah, lokasi, merk,
kualitas, bentuk dan ukuran.
7.3.3. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu
dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan
kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
7.3.4. Potongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu pada permukaannya. Disarankan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati
tanpa mrnyebabkan kerusakan pada permukaannya.
7.3.5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon)
dari arah bagian dalam agar sambungan tidak tampak oleh mata.
7.3.6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap, dan cocok.
7.3.7. Angkur-angkur untuk rangka/kosen alumunium terbuat dari stel
plate setebal 2-3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
7.3.8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup
anti karat/stainless steel,sedemikian rupa sehingga hair line dan
tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan
terhadap air sebesar 1.000 kg/cm².celah antara kaca system kusen
alumunium harus ditutup oleh sealant.
7.3.9. Disyaratkan bahan kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
a) Dapat menjadi kosen untuk dinding kaca mati.
b) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar,dll.
c) Sistem kosen dapat menampung kaca frameless.
d) Untuk system partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa
harus dimaikan secara penuh yang merusak baik lantai
maupun langit-langit.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 32
BAB XII
bahan lain kedalam cat, jika tidak disarankan oleh pabrik cat dan
sebagainya.
d. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan
ketebalan serta bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk atau putir,
dengan berat sesuai rancana.
e. Semua material baja harus supplier yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksaan harus
menyerahkan hasil pengujian yang dibutuhkan dan berhubungan dengan
kontruksi baja ini disertai faktur pengiriman.
11.1.4 Fabrikasi
a. fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi
persyaratan terlindung dari pengaruh cuaca. Perencanaan harus membuat
workshop dilapangan dan disetujui oleh pengawas. Apabila fabrikasi
dilakukan diluar lokasi, pelaksanaan mharus menanggung biaya yang
dikeluarkan oleh pengawas dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
b. Pengelasan harus dilakukan dalam tempat yang beratap dan dilaksanakan
dengan menggunakan las bujur listrik. Batang yang digunakan harus
sesuai dengan kebutuhan dan kualitas baik. Baja yang akan dilas harus
bebas dari cat, retak, minyak cat dan yang disambung harus rata satu
sama lainnya, Pengecatan dasar dilakukan di workshop sebelum
pengiriman kelokasi atau penyimpanan.
11.2.3. Pelaksanaan
Disesuaikan dengan prosedur dan spesifikasi yang ditetapkan oleh merk
dagang dan/atau produsen.
12 1.4. Pekerjaan pemasangan kloset jongkok, kloset duduk dan Wastafel pada
Bangunan didalam kamar mandi atau wc.
A. Gambar-Gambar
Gambar-gambar perencanan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terperinci. Semua bagian tersebut walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara detail harus disediakan dan
dipasang oleh Pemborong, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik, benar
dan sesuai standar yang berlaku.
Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan
instalasi yang pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan
kondisi lapangan. Gambar-gambar arsitektur dan struktur/sipil harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail "finishing" dari proyek.
Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar-gambar
kerja dan detail (shop drawing) sebanyak 3 (tiga) set yang harus diajukan
kepada Direksi Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Setiap
shop drawing yang diajukan pemborong dan telah disetujui Direksi Pengawas
Lapangan dianggap bahwa Pemborong telah memahami situasi serta telah
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya. Pemborong harus membuat
catatan yang cermat dari penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) dan 3
(tiga) set lengkap gambar blue print sebagai gambar-gambar sesuai
pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada
Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas (Owner) setelah selesai
pekerjaan.
Dalam hal ada keraguan yang ditimbulkan karena kemungkinan kesalahan
penggambaran atau ketidak sesuaian lainnya, pemborong harus segera
mengajukan pertanyaan tertulis kepada Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi
Tugas, dan Perencana untuk mendapatkan penjelasan masalah tersebut dalam
pelaksanaan baik berupa jenis barang, pemasangan maupun pengujian atau
pengetesan.
B. Koordinasi
Pemborong pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus
bekerja sama dengan Pemborong bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu yang telah
ditentukan. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar
pekerjaan yang satu tidak menghalangi atau menghambat pekerjaan lainnya.
Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Pemborong
menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila ditunjuk lain
oleh Direksi Pengawas Lapangan, Pemborong diharuskan menyerahkan daftar
dari bahan dan material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 3
(tiga) yang didalamnya tercantum nama dan alamat, katalog dan keterangan
lain yang dianggap perlu oleh Direksi Pengawas Lapangan. Persetujuan oleh
Direksi Pengawas Lapangan akan diberikan atas dasar diatas.
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan dan material yang akan
dipasang kepada Direksi Pengawas Lapangan. Semua biaya yang berkenaan
dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi
tanggungan Pemborong. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang
dimaksud didalam spesifikasi teknis ini, berstandar mutu dan keadaan baru.
Pekerjaan haruslah dilakukan oleh tenaga ahli.
Pemborong diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang dan apabila terdapat keraguan,
Pemborong harus segera menghubungi Direksi Pengawas Lapangan dan
Perencana untuk berkonsultasi.
Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan, yang sebelumnya
tidak dikonsultasikan dengan Direksi Pengawas Lapangan dan Perencana,
apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi Tugas dan perencana.
Penggantian merk bahan dan material dapat dilakukan dengan persetujuan dan
ketentuan dari Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi Tugas dan Perencana.
D. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan dan material, sistem dan lain-lain oleh Pemborong,
Pemberi Tugas (Pemilik) dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun
tuntutan yuridis lainnya. Hal ini Harus menjadi Perhatian dan tanggung jawab
Pemborong.
G. Laporan
Pemborong wajib membuat "Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik
Catatan dan perintah Direksi Pengawas Lapangan yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
2. Hal-hal yang menyangkut masalah:
• Material (masuk atau ditolak)
• Jumlah tenaga kerja
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut
berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu sehingga
menjadi laporan selama 1 (satu) bulan dan rencana pekerjaan minggu depan
dan satu bulan ke depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager
Proyek dan diserahkan pada Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas
untuk diketahui/disetujui.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 47
BAB XII
K. Masa Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
berjangka dan pemeriksaan rutin. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan
routine tersebut, harus dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
R. Pengawasan
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan
oleh Direksi Pengawas Lapangan dan Staff-nya. Pada setiap saat Direksi
Pengawas Lapangan atau petugas-petugas/staff harus dapat mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan serta
Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Bagian-
bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi luput dari pengamatan Direksi
Pengawas Lapangan dan stafnya adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.
Di tempat pekerjaan, Direksi Pengawas Lapangan menempatkan petugas-
petugas pengawasan yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
f. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, air
bekas, pipa vent dan air hujan lengkap dengan elbow, tee, reduser,
klem, dan accessories lainnya.
g. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh
peralatan plumbing.
h. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang
terpasang.
air kotor. Air buangan dari wastafel dan floor drain dipisah dengan
buangan air dari water closed, untuk itu digunakan 2 (dua) pipa tegak
dan mendatar untuk melayani dan mengalirkan kedua jenis air buangan
tersebut. Air bekas yang berasal dari wastafel dan floor drain akan
dialirkan langsung ke drainage bangunan, sedangkan buangan air dari
kitchen (dapur kotor) dan ruang cuci pakaian akan dialirkan masing-
masing ke bak penampungan yaitu Grease Trap dan Neutralizing Tank
untuk disaring atau difilter (jika diperlukan) yang selanjunya dialirkan ke
drainage/saluran bangunan. Air kotor yang berasal dari water closed &
urinal pada seluruh lantai bangunan akan dialirkan ke septic tank
dengan pengolahan limbah Biotech System dan selanjutnya dapat
dialirkan ke drainage bangunan.
3. Air Hujan
Air hujan yang berasal dari atap bangunan disalurkan melalui beberapa
pipa tegak sampai dibawah lantai satu langsung disalurkan ke drainage
bangunan dan sedangkan untuk atap bangunan lainnya, air hujan jatuh
bebas langsung dialirkan ke drainage/saluran bangunan.
Selanjutnya air buangan yang berada pada seluruh saluran bangunan
sebelum dialirkan ke drainage/saluran kota terdekat, harus dialirkan ke
sumur resapan, yakni untuk mengurangi limpahan yang sangat
berlebihan atau banjir sekaligus untuk menambah potensi air tanah.
Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan, yaitu sebagian air hujan
ditampung dalam tanki air hujan yang selanjutnya akan difilterisasi
(disaring) dengan menggunakan pompa transfer melalui sand filter tank
dan karbon filter untuk disalurkan ke Water Reservoir Tank (WRT).
Sedangkan limpahan dari tanki air hujan akan dialirkan ke drainage
bangunan terdekat.
B. Persyaratan Bahan
1. Pipa Air Bersih
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air bersih yang
digunakan untuk pemipaan pompa utama air bersih dan pemipaan
distribusi air bersih yaitu pipa baja galvanizer (Galvanized Steel
pipe/GIP) medium yang tahan terhadap tekanan maksimum 50 Kg/Cm2,
toleransi tebal (sedang) ± 10%, toleransi diameter luar ± 1% dan harus
sesuai dengan standar BS 1387/67, SNI 07 0039- 87, SNI 0161.81.
Seluruh sambungan pipa GIP harus dilas metal dengan penguat yang
berupa pelana kuda (Saddle).
Produksi : Setara PPI, Bakrie, Bumi Kaya, KHI, Spindo.
2. Pipa Air Bersih, Air Kotor, Air Bekas, Air Hujan dan Vent
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air bersih pada
pemipaan dari Water Reservoir Tank (WRT) ke toilet bangunan menuju
unit fixture toilet dan dari Flow Meter PDAM, harus menggunakan pipa
PVC AW yang tahan terhadap tekanan 10 Kg/cm.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 54
BAB XII
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air kotor, air bekas
dan air hujan pada pemipaan dari seluruh toilet dan atap bangunan
menuju septic tank (STP-Biotech System), saluran/drainage bangunan,
harus menggunakan pipa PVC AW yang tahan terhadap tekanan 10
Kg/cm.
Sesuai dengan standard SNI-06-0084-1987 dan SII 0344-82.
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa vent pada
pemipaan dari seluruh water closed, urinal, wastafel/Lavatory dan
kitchen seluruh bangunan, harus menggunakan pipa PVC D yang tahan
terhadap tekanan 8 Kg/cm. Sesuai dengan standard JIS K 6741, SNI-
06-0084-1987.
Semua peralatan bantu pipa PVC-AW dan PVC-D seperti fitting, elbow
45, reduser (type Concentric), male adapter, tee 45 (Tee Y) dan lainnya
harus dari bahan yang sama dengan pipa yang digunakan, yang mana
sambungan pipa PVC AW berdiameter dibawah 4 cm digunakan perekat
(lem) sedangkan yang berdiameter diatas 4 cm digunakan rubber ring
joint.
Bentuk dan bahan untuk peralatan unit fixture seperti: kran air dinding,
floor drain, clean out, roof drain, water closed, wastafel dan lain-lain,
harus mengikuti desain dari interior ruang toilet.
Produksi : Setara Rucika, Pralon, Wavin, Super Intilon.
4. Komponen Panel
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa komponen panel utama
banyak ragamnya, antara lain:
a. Pemutus tenaga MCCB, 3 phasa, 45 kA, 36 kA, 25 kA, dan 18 kA,
pemutus tenaga mini MCB, 3 phasa, 15 kA, 10 kA, dan 8 kA, MCB 1
phasa, 8 kA dan 5 kA yang telah memenuhi persyaratan SPLN
108/SLI 175/IEC 989, dan IEC 947-2, LMK, PLN.
Produksi : Setara Terasaki, Merlin Gerin, AEG, ABB.
d. Kapasitor Bank Kapasitor harus dari jenis Self Healing Dry Type,
yaitu jenis kering (Metallized Polypropylene Film) yang bisa
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 56
BAB XII
h. Peralatan Kontrol
• Kontrol Stater Motor, untuk kapasitas dibawah 5.000 Watt harus
menggunakan sistem Direct On Line (DOL) yang terdiri dari tiga
komponen, yakni Breaker, Contactor, Thermal Overload dengan
sirkit kontrol tegangan 230 V, 50 Hz dan dilengkapi dengan tombol
tekan ON-OFF, lampu tanda untuk start, stop dan fault/kesalahan.
• Kontrol Stater Motor, untuk kapasitas diatas 5.000 Watt harus
menggunakan sistem Star Delta yang terdiri dari tiga komponen,
yakni Breaker, Star Contactor, Delta Contactor, Line Contaktor
lengkap dengan kontak blok tunda waktu, Thermal Overload
dengan sirkit kontrol tegangan 230 V, 50 Hz dan dilengkapi dengan
tombol tekan ON-OFF, lampu tanda untuk start, stop dan
fault/kesalahan.
• Voltmeter Cam Switch (Saklar Voltmeter) 7 (tujuh) posisi dengan
arus thermal 12 A, tegangan kerja 230 V, 50 Hz,
• Ammeter Cam Switch (Saklar Ammeter) 4 (empat) posisi dengan
arus thermal 12 A, tegangan kerja 230 V, 50 Hz.
• Change Over Cam Switch (Saklar Alih) 3 (tiga) posisi (Manual,
OFF, Outo) dengan arus thermal 20 A, teganga kerja 230 V, 50 Hz.
• Pushbutton (Tombol Tekan) dengan bentuk bundar sring return,
type flush dengan posisi NO, berwarna merah untu stop dan
berwarna hijau untuk start.
• Emergency Pushbutton dengan bentuk bundar latching key release
dia.40 mm dengan posisi NC, berwarna merah.
• Lampu Tanda lengkap dengan lampu type protected Led, tegangan
kerja 230 V, 50 Hz, dengan penutup plastic berwarna putih, Hijau,
Merah, kuning dan biru.
• Peralatan kontrol harus sesuai dengan standar PUIL-2000, LMK
dan IEC.
Produksi : Setara Merlin Gerin, AEG, ABB, Siemens.
i. Unit Lightning Arrester R,S,T - phase & Netral, 100 kA, 40kA dan
15kA, 400 V untuk tegangan rendah, harus memenuhi persyaratan
DIN VDE 0675 part6 LMK, PLN. Produksi : Setara Phoenix Contect,
OBO Bettermann, Merlin Gerin.
j. Meter Pengukur
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) 59
BAB XII
k. Busbar dan sepatu kabel serta perekatnya (Mur dan Baut) adalah
jenis tembaga dengan konduktifitasnya sebesar 99,99% yang
dilengkapi dengan warna phasa, netral dan pembumian sesuai
persyaratan BS 1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell, Voksel.
6. Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian adalah dari bahan tembaga pejal dengan
konduktifitasnya sebesar 99,99% yang telah memenuhi standard BS
1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell.
3. Kabel Penghantar
Kabel penghantar untuk instalasi penangkal petir adalah jenis NYY 0.6/1
kV yang telah memenuhi persyaratan LMK, PLN.
Produksi : Setara Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Voksel.
4. Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian dari bahan tembaga pejal yang telah memenuhi
standard BS 1977, DIN 46235, LMK, PLN.
Produksi : Setara Catu, Unibell.
14.1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian
bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan
oleh Pemborong dan tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, maka pekerjaan tersebut diatas
tetap dianggap ada dan dimuat dalam Bestek ini.