You are on page 1of 17

Masalah kependudukan di Indonesia saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada usaha untuk

mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar. Jumlah penduduk yang tidak
terkendali akan mendatangkan sejumlah persoalan, seperti pengangguran dan dampak sosial lain.
Pernyataan ini mengemuka dalam Roundtable Discussion memperingati Hari Kependudukan Sedunia 11
Juli 2004 lalu di Hotel Borodudur Jakarta. Diskusi yang diselenggarakan Ikatan Peminat dan Ahli
Demografi (IPADI) dihadiri ketua IPADI HM Rozy Munir, Sekretaris Wakil Presiden RI Prof Dr Prijono
Tjiptoherijanto, Kepala BKKBN Dr Sumarjati Arjoso, Kepala BKKBN DKI Jakarta Dra Kasmiyati MSc dan
sejumlah pakar bidang kependudukan.
Menurut Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, krisis ekonomi telah mengendurkan perhatian orang terhadap
program keluarga berencana. Karena, ketika krisis alat kontrasepsi menjadi barang mahal, banyak
peserta KB yang tidak mampu lagi untuk mendapatkan alat dan obat kontrasepsi. “Alat kontrasepsi yang
awalnya mudah didapatkan sekarang harus membeli sehingga banyak di antara peserta KB mandiri yang
tidak dapat lagi menyediakan alat kontrasepsi. Untuk itu perhatian pemerintah harus menjadi bagian
dari kebijakan yang menyeluruh. Political will menjadi sangat penting seiring dengan era otonomi
daerah,” tegasnya sambil mengemukakan, calon presiden yang tampil tidak satupun yang
mengedepankan visi dan misi kependudukan.
Untuk itu pihaknya mendesak organisasi profesi untuk menyampaikan pokok pikiran berkaitan dengan
kelembagaan kependudukan. Selama ini calon presiden hanya memperdebatkan masalah kemiskinan
yang merupakan akibat dari persoalan kependudukan. Padahal, akar masalahnya berkaitan dengan
kependudukan sehingga harus mencari solusi sejak dari akar permasalahannya. RW
MASALAH KEPENDUDUKAN DITINJAU
DARI SISI FERTILITAS, PENGATURAN
KELAHIRAN,
KESEHATAN REPRODUKSI
21 Januari 2009
oleh mangkutak

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang
tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan
angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi
pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih
rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan.
Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi
mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai masalah kependudukan, dan treatment
terhadapnya dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari
target atau sasaran di awal program keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu
menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi separuhnya sebelum tahun 2000. Oleh karena
itu, tidaklah aneh apabila program keluarga berencana di Indonesia lebih diwarnai oleh target-
target kuantitatif. Dari sisi ini tidak dapat diragukan lagi keberhasilannya.

Indikasi keberhasilan tersebut sangat jelas, misalnya terjadinya penurunan TFR yang signifikan
selama periode 1967 – 1970 sampai dengan 1994 – 1997 . Selama periode tersebut TFR
mengalami penurunan dari 5,605 menjadi 2,788 (SDKI 1997). Atau dengan kata lain selama
periode tersebut TFR menurun hingga lima puluh persen. Bahkan pada tahun 1998 angka TFR
tersebut masih menunjukkan penurunan, yaitu menjadi 2,6
Penurunan fertilitas tersebut terkait dengan (keberhasilan) pembangunan sosial dan ekonomi,
yang juga sering diklaim sebagai salah satu bentuk keberhasilan kependudukan, khususnya di
bidang keluarga berencana di Indonesia.

Namun kritik tajam yang sering dikemukakan berkaitan dengan program keluarga berencana
adalah masih rendahnya kualitas pelayanan KB (termasuk kesehatan), khususnya dalam level
operasional di lapangan. Kritik terhadap kualitas pelayanan (salah satunya tercermin dalam hal
cara pemerintah mempopulerkan alat kontrasepsi, misalnya melalui berbagai jenis safari) sejak
awal sudah muncul, tetapi hal itu dapat diredam sehingga tidak meluas melalui berbagai cara .

Dalam pespektif yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya berhubungan dengan jumlah
anak sebab aspek yang terkait di dalamnya sebenarnya sangat kompleks dan variatif, misalnya
menyangkut perilaku seksual, kehamilan tak dikehendaki, aborsi, PMS, kekerasan seksual, dan
lain sebagainya yang tercakup di dalam isu kesehatan reproduksi. Respons terhadap hal ini
sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh BKKBN dan Meneg
Kependudukan (lihat Country Report, 1998 dan Wilopo, 1997). Akan tetapi respons tersebut
masih belum menyentuh persoalan mendasar yang ada di dalamnya sehingga isu-isu tersebut
belum sepenuhnya tertangani dengan baik.

Kebijakan kependudukan pada masa Orde Baru meskipun dari sisi kuantitatif telah menunjukkan
kemajuan yang berarti, namun masih meninggalkan banyak persoalan yang mempunyai
kemungkinan meningkat secara signifikan setelah krisis ekonomi.

Indikasi kehamilan tak dikehendaki menjadi isu yang penting dalam fertilitas. Sebagai contoh,
ketika angka fertiliitas mencapai angka yang rendah sebagai akibat internalisasi norma keluarga
kecil di dalam masyarakat, maka setiap kehamilan besar kemungkinannya adalah kehamilan
yang tidak diinginkan. Biasanya kehamilan tersebut berkaitan dengan kegagalan kontrasepsi.
Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa insiden kehamilan yang tidak dikehendaki berkaitan
dengan pencapaian keluarga berencana. Dalam konteks inilah isu mengenai kualitas pelayanan
menjadi penting, khususnya berkaitan dengan pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab
terhadap kegagalan alat kontrasepsi dan bagaimana menangani hal tersebut.
Penanganan kehamilan yang tidak dikehendaki bukanlah hal yang mudah sebab kehamilan tak
dikehendaki juga berkaitan dengan isu aborsi. Hal ini terjadi khususnya apabila kehamilan yang
tidak dikehendaki tersebut hanya mistiming dan terjadi pada wanita yang sudah menikah. Akan
tetapi banyak kasus menunjukkan bahwa kehamilan yang tidak dikehendaki sering terjadi pada
wanita yang belum menikah sebagai akibat dari hubungan seks pranikah. Dalam kasus ini maka
solusi yang sering muncul adalah yang kedua yaitu aborsi. Apabila solusi ini yang dipilih oleh si
wanita, penyelesaiannya dihadapkan pada undang-undang kesehatan yang tidak membolehkan
aborsi kecuali dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Banyak kasus menunjukkan
bahwa aborsi masih menjadi pilihan untuk menyelesaikan kasus kehamilan yang tidak
dikehendaki, terutama bagi wanita lajang, meskipun hal itu bertentangan dengan undang-undang
yang berlaku. Akibatnya adalah bahwa terjadi aborsi illegal yang seringkali membahayakan
nyawa ibu karena dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kompetensi. Hal ini menjadi
agenda penting yang perlu dicari pemecahannya dalam isu

kesehatan reproduksi.

Sementara itu, isu lain yang terkait dengan kesehatan reproduksi adalah kasus pemerkosaan yang
tidak hanya menjadi isu internal, tetapi juga internasional, misalnya pemerkosaan yang menimpa
TKI perempuan di luar negeri. Selain isu mengenai marital rape juga sudah muncul isu lain
mengenai jumlah penderita HIV/AIDS, yang cenderung meningkat secara tajam Situasi
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 1987 hanya 9
orang, namun pada akhir tahun 2005 meningkat tajam menjadi 9.370 orang (Sumber : Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional). Illustrasi ini sekedar memberikan pemahaman bahwa
ada banyak masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi yang belum tertangani dengan
baik.

Pergeseran masalah fertilitas dari sekedar masalah kuantitatif ke masalah yang lebih mendasar
sekaligus merupakan cerminan dari pergeseran pemahaman terhadap fertilitas itu sendiri. Ketika
orang mendiskusikan fertilitas semata-mata mengenai jumlah anak, maka banyak aspek yang
berkaitan, dengan hasil dari perilaku reproduksi yang mempresentasikan lebih kepada faktor
internal daripada faktor eksternal. Sebab persoalan-persoalan yang muncul kemudian adalah
lebih banyak ke perilaku reproduksi itu sendiri, bukan pada hasil dari perilaku. Pada saat
membicarakan perilaku reproduksi maka di dalamnya bekerja faktor eksternal dan internal secara
bersama-sama. Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor yang berada di luar individu,
termasuk di dalamnya faktor-faktor ekonomi sosial dan politik yang dalam skala tertentu bahkan
telah melewati batas ruang dan waktu. Sebagai contoh, masalah berkembangnya kasus
HIV/AIDS tidak semata-mata hanya dapat dijelaskan dari perilaku individu, tetapi sudah
menyangkut liberalisasi pasar yang tercermin dengan semakin bebasnya arus barang dan
manusia antar negara. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap usaha untuk mengatasi
persoalan tersebut harus memperhatikan faktor eksternal (masalah struktural) Keterkaitan antara
masalah kependudukan dengan pembangunan sosial ekonomi terasa lebih kental ketika krisis
ekonomi mulai melanda negara-negara Asia. Krisis ekonomi yang telah menyebabkan kenaikan
harga barang dan menurunkan daya beli penduduk telah menggeser skala prioritas bagi
rumahtangga dalam membelanjakan uang.. Sebelum krisis karena proses internalisasi nilai
(value) mengenai keluarga berencana sudah sangat mendalam, kebutuhan alat kontrasepsi sudah
masuk kedalam prioritas dalam rumah tangga. Akan tetapi ketika krisis terjadi prioritas tersebut
bergeser karena harga alat kontrasepsi meningkat dengan tajam. Hal ini akan menyebabkan dua
kemungkinan, pertama adalah terjadinya peningkatan kasus drop out pemakai alat kontrasepsi,
dan kedua adalah perubahan penggunaan alat kontrasepsi dari yang efektif ke kurang efektif. Hal
ini ditunjang oleh ketidakmampuan pemerintah untuk memberikan subsidi terhadap harga
kontrasepsi karena keterbatasan dana, atau yang lebih kritis lagi adalah berkurangnya persediaan
alat kontrasepsi. Dalam jangka panjang hal ini bermuara pada efek yang sama, yaitu peningkatan
angka kelahiran. Dengan demikian, krisis ekonomi dikhawatirkan akan mengganggu kesuksesan
program keluarga berencana.

Bahasan tersebut menjelaskan bahwa krisis ekonomi telah menyebabkan keterbatasan akses
masyarakat terhadap alat kontrasepsi, padahal peningkatan akses tersebut merupakan salah satu
kesepakatan Konferensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan di Cairo
((ICPD) tahun 1994, dan Indonesia bersungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Artinya usaha
Indonesia untuk memperluas akses masyarakat, salah satunya terhadap alat kontrasepsi, akan
terhambat.

Penjelasan tersebut hanya menyentuh salah satu sisi akibat dari krisis ekonomi, padahal akibat
menurunnya daya beli masyarakat juga telah menyebabkan begitu banyak anak yang kekurangan
gizi, yang dalam jangka panjang dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas penduduk
Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan bahwa hal ini juga akan berdampak pada meningkatnya
risiko kematian, khususnya bayi dan anak.

Sementara itu kombinasi antara ketidakinginan mempunyai anak disertai ketidakmampuan


membeli alat kontrasepsi tidak mustahil akan menghasilkan lebih banyak lagi kasus kehamilan
yang tidak dikehendaki, pada umumnya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi pada ibu
yang berstatus sosial ekonomi rendah. Ini akan menimbulkan masalah tersendiri yang cukup
rumit. Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan diatas, kasus kehamilan yang tidak
dikehendaki tidak hanya terbatas terjadi pada perempuan dengan status menikah, tetapi juga
perempuan yang tidak menikah. Untuk kasus terakhir ini besar kemungkinan menghasilkan
kasus aborsi. Hal ini akan menambah persoalan aborsi yang pada dasarnya sudah sangat serius di
Indonesia.

Aborsi merupakan problem yang serius karena di satu pihak aborsi adalah illegal, tetapi di pihak
lain demand terhadap aborsi cenderung meningkat. Akibatnya, banyak aborsi dilakukan secara
illegal di tempat-tempat yang (mungkin) mengandung risiko tinggi terhadap keselamatan ibu dan
anak. Bayi yang dilahirkan dari kehamilan yang tidak dikehendaki akan mengalami masalah
psikologis dalam perkembangannya, dan hal itu tidak hanya menjadi tanggung jawab
keluarga/orang tua, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat dan
pemerintah..
Penduduk
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Jalanan yang penuh sesak penduduk di Jepang, negara dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi

Proyeksi pertumbuhan penduduk di dunia abad ini

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

 Orang yang tinggal di daerah tersebut


 Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang
mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih
tinggal di daerah lain.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan
ruang tertentu.

Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku


menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam
pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan
potensial.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Kepadatan penduduk
o 1.1 Piramida penduduk
 2 Pengendalian jumlah penduduk
 3 Penurunan jumlah penduduk
 4 Transfer penduduk
 5 Ledakan penduduk
 6 Penduduk dunia
 7 Referensi
 8 Pranala luar

[sunting] Kepadatan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang (merah) dibanding dengan negara maju
(biru)

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana
mereka tinggal.
Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada
penduduk bumi, yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi
Malthus. Beberapa menyangkal pendapat ini. Grafik berikut menunjukkan kenaikan logistik
penduduk.

Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di antaranya: Monako,


Singapura, Vatikan, dan Malta. Di antara negara besar yang memiliki kepadatan penduduk tinggi
adalah Jepang dan Bangladesh.

[sunting] Piramida penduduk

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah tertentu dapat
digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk segitiga, dimana jumlah
penduduk pada sumbu X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki
ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.

Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu.


Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan memiliki usia harapan hidup
tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya
hidup hingga usia tua. Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan
hidup rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang
menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko kematian.

[sunting] Pengendalian jumlah penduduk

Piramida penduduk yang menunjukkan tingkat mortalitas stabil dalam setiap kelompok usia

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan


mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya
pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian
penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya
'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi,
pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.
Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga
Berencana (KB), meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan.
Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

[sunting] Penurunan jumlah penduduk

Berkurangnya jumlah penduduk menyebabkan turunnya jumlah populasi pada sebuah daerah.
Hal ini disebabkan oleh perpindahan daerah kesuburan atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga
oleh penyakit, kelaparan maupun perang. Namun seringkali oleh gabungan faktor-faktor
tersebut. Di masa lampau penurunan jumlah penduduk disebabkan terutama sekali oleh penyakit.
Pada tahun-tahun belakangan ini populasi penduduk Rusia dan tujuh belas bekas negara komunis
lainnya mulai menurun (1995-2005). Kasus Black Death di Eropa atau datangnya penyakit-
penyakit dari dunia lama ke Amerika merupakan faktor penyebab turunnya jumlah penduduk.

[sunting] Transfer penduduk

Transfer penduduk adalah istilah untuk kebijakan negara yang mewajibkan perpindahan
sekelompok penduduk pindah dari kawasan tertentu, terutama dengan alasan etnisitas atau
agama. Hal ini terjadi di India dan Pakistan, antara Turki dan Yunani, dan di Eropa Timur
selama Perang Dunia Kedua. Kebijakan transmigrasi oleh pemerintah Indonesia selama orde
baru bisa dikategorikan transfer penduduk. Perpindahan penduduk lainnya dapat pula karena
imigrasi, seperti imigrasi dari Eropa ke koloni-koloni Eropa di Amerika, Afrika, Australia, dan
tempat-tempat lainnya.

[sunting] Ledakan penduduk

Peta kepadatan penduduk dunia per 1994

Buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R. Ehrlich
meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan
penduduk. Karya tersebut menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas
Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan
penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan yang akan
mengakibatkan kelaparan.
[sunting] Penduduk dunia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: populasi penduduk
dunia

Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus


Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar
jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB.
Dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar
diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara Populasi dunia 1950-2000
berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski
Rusia juga terletak di Eropa).

Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus


bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam
sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia
yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup
pada saat ini.

Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah


penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan
Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober
1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6
miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia Kecepatan pertumbuhan 1950-2000
mencapai 5 miliar jiwa.

Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):

1. Republik Rakyat Cina (1.306.313.812 jiwa)


2. India (1.103.600.000 jiwa)
3. Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
4. Indonesia (241.973.879 jiwa)
5. Brasil (186.112.794 jiwa)
6. Pakistan (162.419.946 jiwa)
7. Bangladesh (144.319.628 jiwa)
8. Rusia (143.420.309 jiwa)
9. Nigeria (128.771.988 jiwa)
10. Jepang (127.417.244 jiwa)
Kepadatan Penduduk dan Pencemaran Lingkungan

A. Dinamika Penduduk

Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah.
Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer
persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah
dengan luas daerah yang ditempati.

Jumlah Penduduk Luas Daerah

Kepadatan penduduk = ··············

Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan ini disebut dinamika penduduk. Perubahan penduduk ini meliputi kelahiran,
kematian, dan migrasi. S edangkan, jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun
disebut pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan
penduduk dikatakan meningkat bila  kelahiran lebih tinggi daripada kematian. Selain itu, jumlah
orang yang datang (bermigrasi) lebih banyak daripada kematian. Pertumbuhan penduduk
dikatakan menurun bila kematian lebih ti nggi daripada kelahiran. Selain itu, jumlah orang yang
keluar atau bermigrasi lebih sedikit daripada kematian.

1. Angka Kelahiran (Natalitas)

Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per
tahun. Angka kelahiran bayi dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:

1) Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.

2) A ngka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.

3) Angka  kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.

2. Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas merupakan angka yang menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1000 penduduk per
tahun. Mortalitas dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu: 1) Mor talitas dikatakan tinggi jika angka
kematian > 18 per tahun. 2) Mortalitas dikatakan sedang jika angka kematian antara 14-18

per tahun. 3) Mortalitas dikatakan rendah jika angka kematian antara 9-13 per

tahun.

1. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Migrasi dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lain. 2) Imigrasi adalah masuknya penduduk ke dalam suatu daerah negara

tertentu. 3) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. 4) Transmigrasi adalah
perpindahan penduduk antarpulau dalam suatu negara. 5) Remigrasi adalah kembalinya
penduduk ke negara asal setelah beberapa lama berada di negara orang lain. Faktor-faktor
pendorong adanya migrasi adalah: 1) Makin susah mendapatkan hasil pertanian daerah asal. 2)
Makin terbatasnya lapangan kerja di daerah asal. 3) Alasan perkawinan dan pekerjaan. 4) Tidak
adanya kecocokan budaya dan kepercayaan di daerah asal. 5) T erjadi bencana alam, seperti:
gunung meletus, banjir, dan

gempa. Faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi adalah: 1) Adanya harapan bisa mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan di tempat yang baru.2) Ada  rasa kebanggaan tersendiri berada di
tempat yang baru. 3) Adanya kesempatan mendapatan pendidikan yang lebih tinggi. 4) Adanya
kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. 5) Adanya aktivitas, tempat hiburan yang
menarik minat

seseorang.

P = (l

p =  pertumbuhan penduduk l = jumlah kelahiran m = jumlah kematian i = jumlah orang yang


datang (imigran) e = jumlah orang yang pergi (emigran)

B. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Kehidupan

Jumlah manusia yang makin meningkat memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.

1. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Ekonomi

D ampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per kapita berkurang
sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga menyebabkan kemampuan menabung
masyarakat menurun sehingga dana untuk pembangunan negara berkurang. Ak ibatnya, lapangan
kerja menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat.

2. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Sosial

Jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan men ingkat. Hal ini akan
meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa
ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini
berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

3. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan


J umlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula.
Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu:

1) M akin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut
dipakai untuk pemukiman.

2) M akin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih untuk
keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air
bersih. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun.

3) P ertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan


alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis.

4) P ertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga,


seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

C. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah penambahan segala substansi ke lingkungan akibat aktivitas
manusia. Sedangkan, polutan adalah segala sesuatu yang menyebabkan polusi. Semua zat
dikategorikan sebagai polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada di tempat yang tidak
semestinya, dan berada pada waktu yang tidak tepat.

Pencemaran atau polusi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kepada
lingkungannya.

1. Pencemaran Air

Penyebab pencemaran air adalah limbah pabrik atau limbah rumah tangga. Bahan pencemar
berupa bahan kimia yang mengandung racun, mudah mengendap, mengandung radioaktif, panas,
dan pembongkarannya banyak memerlukan oksigen. Polutan yang menyebabkan pencemaran air
harus diuraikan. Penguraian polutan tersebut memerlukan banyak O  sehingga menyebabkan
kekurangan O

dalam air yang berpengaruh terhadap kehidupan di air. Banyak ikan yang mati karena
kekurangan oksigen. Pencemaran air menyebabkan air berwarna hitam, kotor, dan berbau busuk.
Pencemaran nitrogen dalam perairan menyebabkan eutrofikasi, yaitu ledakan pertumbuhan
tumbuhan air, seperti eceng gondok.  Air ya ng tercemar dapat dikurangi kadar pencemarannya
dengan cara menyaring, mengencerkan, dan mengendapkan. Pabrik-pabrik diwajibkan
menampung dan mengolah limbah, WC pada setiap rumah tangga perlu dilengkapi dengan septic
tank.

1. Pencemaran Tanah
Bahan pencemar tanah berasal dari limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan barang-barang
rongsokan. Bahan pencemar yang sukar dihancurkan oleh mikroba adalah plastik, stiroform,
kaca, dan lain-lain. Untuk mengurangi pencemaran ini banyak hal yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mendaur ulang bahan-bahan tersebut.

1. Pencemaran Udara

Bahan pencemar udara umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak
sempurna oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Dari
pembakaran tersebut akan dihasilkan gas dan asap yang sangat membahayakan. Bahan-bahan
yang dapat mencemari udara adalah oksida karbon (CO2 dan CO), oksida belerang (SO dan SO),
senyawa hidrokarbon (CH4 dan C2), partikel cair (asam sulfat, asam nitrat), dan lain-lain.

Pencemaran udara dapat mengakibatkan beberapa hal, antara lain:

a. Jika kadar CO

tinggi, gas tersebut akan membentuk lapisan tersendiri di atmosfer, lapisan ini menyerap sinar
matahari yang harusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Hal ini menyebabkan suhu di bumi
meningkat, sehingga es di kutub mencair dan permukaan air laut naik. Akibatnya daratan bisa
tenggelam. Peristiwa ini disebut „efek rumah kaca‰. 2

b. Gas CO merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna. Gas CO mempunyai daya ikat
lebih tinggi terhadap hemoglobin dibandingkan gas O2  sehingga ikatan Hb dengan CO lebih
stabil. Jika banyak hemoglobin  yang berikatan dengan gas CO akan menyebabkan tubuh kita
kekurangan O2

Akibatnya, badanmu menjadi lemas.

c. Oksida belerang dan oksida nitrogen jika bereaksi dengan air akan membentuk senyawa sulfat
dan nitrat yang bersifat asam. Zat asam tersebut jika turun bersama hujan akan menyebabkan
hujan asam dan dapat merusak tumbuhan, mikroorganisme tanah serta kehidupan hewan air
tawar.

d. Gas  CFC yang digunakan sebagai pendingin (AC, lemari es, dan dispenser) atau gas
penyemprot akan merusak ozon sehingga meningkatkan radiasi sinar ultraviolet ke muka bumi
dan dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit.

4. Pencemaran Suara

Pencemaran suara disebabkan oleh suara bising yang terus menerus.  Suara tersebut dapat
ditimbulkan oleh mesin instalasi listrik pabrik, pesawat terbang, kereta api, dan lain-lain. Akibat
pencemaran tersebut dapat menimbulkan gangguan pendengaran, tekanan darah, jantung, dan
lain-lain.

D. Penyebab Pencemaran Lingkungan


Kepadatan manusia berdampak pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.

1. Faktor Alam

Pencemaran lingkungan dapat terjadi secara alami, contohnya letusan gunung, gempa bumi,
perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan angin topan. Biasanya manusia hanya dapat
memperkirakan dan mengurangi dampaknya.

1. Faktor Manusia

Manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam dari
lingkungannya. Jika populasi manusia makin banyak, maka makin banyak sumber daya alam
yang diambil dari lingkungannya. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan
pencemaran.

Ada beberapa  perilaku manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia secara global, antara
lain: 1) Penebangan hutan hujan tropik di Indonesia dapat berpengaruh 180 pada perubahan
iklim global karena hutan merupakan paru-paru dunia.

2) Uji coba senjata nuklir berpengaruh pada perubahan iklim global. hasil pembakaran dapat
menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan es mencair sehingga
permukaan air laut meningkat dan dapat menenggelamkan daratan.

3) CO2

E. Peranan Manusia Mengatasi Pencemaran Lingkungan

Manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang
terjadi akibat ulah manusia sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan manusia untuk mengatasi
pencemaran lingkungan akan diuraikan berikut ini:

1. Melakukan Penghijauan Salah satu cara mengatasi pencemaran tanah adalah penghijauan
kembali dengan cara memberi humus tanah, sehingga tanaman kembali subur.
2. Rotasi Tanaman Rotasi tanaman adalah  salah satu upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanam jenis
tanaman yang berbeda pada tempat yang sama secara bergantian.
3. Penggunaan Pupuk Seperlunya

Penggunaan pu puk buatan seperti urea, ZA, dan NSP yang berlebihan sangat merusak
lingkungan karena dapat menyebabkan eutrofikasi dan dapat meningkatkan keasaman tanah.

Sebaiknya, petani menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kompos dan pupuk kandang untuk
mengurangi pencemaran tanah.

1. Pembuatan Sengkedan
Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan tanah karena erosi adalah dengan pembuatan
sengkedan di tanah berbidang miring, seperti lereng bukit dan pegunungan. Mengapa sengkedan
ini dapat mengurangi erosi? Diskusikan dengan teman sekelompokmu.

1. Reboisasi

Reboisasi adalah  p enanaman kembali lahan-lahan yang gundul. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi erosi karena akar-akar pohon dapat menyerap air dan menahan tanah agar tidak
terbawa air hujan.

1. Daur Ulang

Saat ini banyak sekali produk daur ulang yang bisa dipakai kembali.

Pendaur-ulangan sampah-sampah rumah tangga dan sampah dari pasar menjadi pupuk yang
dapat dimanfaatkan petani. Biasanya sampah pasar berupa sayur-sayuran yang telah membusuk.
Jika diolah kembali dan ditambah kotoran hewan akan menjadi pupuk alami yang sangat baik
untuk tanaman.

You might also like